• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Dampak Positif Objek Wisata Salib Kasih

Pariwisata memberikan dampak bagi setiap manusia, baik itu dampak yang bersifat positif maupun negatif. Dampak positif yang paling dipengaruhi oleh kegiatan pariwisata meliputi faktor ekonomi, sosial budaya maupun lingkungan hidup (Hadinoto, 1996). Hal ini juga berlaku pada objek wisata Salib Kasih Tarutung, kegiatan wisata yang berlangsung di Salib Kasih akan membawa dampak terhadap masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah lokasi Salib Kasih tersebut.

4.1.1. Bidang Ekonomi

Manfaat pariwisata dibidang ekonomi yakni pariwisata mampu menghasilkan devisa yang besar bagi negara sehingga mampu meningkatkan perekonomian suatu negara. Kontribusi pariwisata menunjukkan trend yang menigkat dari tahun ke tahun. Sebelum meningkatkan devisa negara, kegiatan pariwisata di suatu daerah terlebih dahulu mempengaruhi kehidupan ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah lokasi wisata tersebut (Viko, 2001).

Salib Kasih mempunyai peran penting dalam kehidupan perekonomian masyarakat Simorangkir Julu. Keberadaan Salib Kasih di Desa Somorangkir Julu memberikan dampak langsung terhadap peningkatan pendapatan masyarakt Simorangkir Julu. Hal ini diungkapkan salah satu ibu yang memiliki warung makan di lokasi Salib Kasih:

“Salib Kasih on godang do guna na tu hami na tinggal di huta on. Apalagi tu keluarga nami sandiri, boedo manambai penghasilan ni rumah tangga. Molo holan berharap sian penghasilan ni suami do dang cukup tu kebutuhan tiap ari. Akhir-akhir on pe situhoron pe ngalam naik arga na. molo dang jualan au dison, olo ma ra mangan dang mangan hami di jabu. Jadi Salib Kasih on penting

hian do tu pendapatan nami. (Salib Kasih ini banyaklah

manfaatnya bagi kami yang tinggal di daerah ini. Terutama bagi keluarga saya sendiri mampulah menambah penghasilan rumah tangga. Kalau hanya berharap dari penghasilan suaminya tak cukuplah untuk kebutuhan sehari-hari. Apalagi akhir-akhir ini sudah semakin naik semua kebutuhan. Kalau saya tak jualan disini, bisa-bisa kita makan gak makan di rumah. Jadi Salib Kasih ini sangatlah penting bagi pendapatan kami).”

Selain menjual daganganya di toko-toko yang sudah disediakan, ada juga pedagang yang menjual daganganya secara keliling. Penjual keliling ini biasanya merupakan anak-anak dari para pedagang yang ada di lokasi Salib Kasih. Mereka membantu orang tuanya dalam menambah keuntungan yang didapat. Biasanya penjual keliling ini ada pada hari-hari minggu dan juga hari libur.

Dengan demikian untuk meningkatkan pendapatan suatu daerah wisata, maka haruslah ada komoditas yang bisa dijual kepada para wisatawan baik itu berupa barang dan jasa yang pada saat yang sama dibutuhkan oleh wisatawan (Spilane, 1994).

GAMBAR 7.

Para pedagang keliling yang sedang menjajakan daganganya di lokasi Salib kasih.

4.1.2. Bidang Sosial Budaya

Manfaat lain yang muncul dari industri pariwisata ini antara lain dapat terlihat pula dari segi budaya. Dengan pesatnya perkembangan industri pariwisata maka akan membawa pemahaman dan pengertian antar budaya melalui interaksi pengunjung wisata (turis) dengan masyarakat lokal tempat daerah wisata tersebut berada. Dari interaksi inilah para wisatawan dapat mengenal dan menghargai budaya masyarakat setempat dan juga memahami latar belakang kebudayaan lokal yang dianut oleh masyarakat tersebut, begitu juga sebaliknya masyarakat yang tinggal di daerah wisata tersebut harus mau menerima para wisatawan. Hal ini juga terlihat dalam kegiatan wisata yang ada di Salib Kasih. Para wisatawan terlihat nyaman akan keramahan yang ditawarkan oleh para penduduk desa

Simorangkir Julu, oleh sebab itu para wisatawan tidak ragu dalam berinteraksi dengan masyarakat desa. Seringkali para wisatawan datang kerumah penduduk untuk menanyakan mengenai objek wisata Salib Kasih, bahkan ada juga wisatawan yang sengaja datang ke rumah masyarakat sekedar untuk mengetahui kebudayaan masyarakat setempat. Seperti yang diungkapkan oleh kepala desa Simorangkir Julu:

“Akka wisatawan na rot u Salib Kasih on olo do mangkatai-mangkatai dohot akka masyarakat dison. Halaki biasana manukun tentang Salib Kasih. Adong do nanaing mamboto tentang adat ta, hea muse do wisatawan i naing mancoba manonun ulos , ala penasaran boa do cara manonun. Sude nanaing diboto wisatawan ta bantu do semampu ta. Masyarakat dison pe dang hea manjalo hepeng tu halaki, asing ni molo wisatawan i manjalo sada barang,

ba wajar ma hami jalo argana. (Para wisatawan yang berkunjung

ke Salib Kasih ini sering ngobrol-ngobrol dengan masyarakat disini. Mereka biasanya bertanya tentang Salib Kasih. Bahkan ada juga yang pengen tau adat istiadat kita, pernah juga ada wisatawan yang ingin mencoba menenun ulos ketika mereka pengen tau cara kerja menenun. Semua hal yang ingin diketahui wisatawan kita bantu semampu kita. Masyarakat disini juga tidak pernah meminta imbalan akan hal tersebut, terkecuali jika wisatawan itu menginginkan suatu barang maka wajar kami meminta harganya)”.

Keramahan yang diberikan masyarakat desa Simorangkir Julu bisa menjadi salah satu daya tarik minat wisatawan agar tidak bosan dalam mengunjungi objek wisata Sallib Kasih.

Dampak sosial Salib Kasih juga terlihat dalam hal pengelolaan. Pengelola di Salib Kasih didominasi oleh suku Batak Toba, terutama marga-marga yang berasal dari daerah Tarutung. Para pengelola, baik itu petugas kantor dan juga para pelaku usaha wisata di Salib Kasih sebagian besar merupakan orang-orang yang sudah memiliki keterkaitan dengan pengelolaan Salib Kasih sebelumnya.

4.1.3. Lingkungan Hidup

Pariwisata juga mendatangkan manfaat bagi lingkungan hidup karena sebuah objek wisata apabila ingin banyak mendapatkan kunjungan dari wisataan haruslah terjaga kebersiahannya sehingga kita menjadi terbiasa untuk merawat dan menjaga lingkungan kita agar selalu terjaga kebersihannya. Pembangunan pariwisata tidak mengakibatkan dampak-dampak negatif terhadap lingkungan dan penurunan kualitas tanah atau lahan pertaninan baik lahan perladangan maupun persawahan. Kelestarian hutannya masih tetap terjaga dengan baik. Masyarakat secara bersama-sama dan sepakat untuk melestarikan hutannnya dan tanpa harus ketergantungan terhadap hutan tersebut. Pada dasarnya masyarakat lokal telah sadar terhadap perlunya pelestarian hutan, karena kawasan hutan yang dimaksud merupakan daerah resapan air yang bisa dipergunakan untuk kepentingan hidupnya maupun mahluk hidup yang lainnya. Begitu juga halnya dengan objek wisata Salib Kasih.

Terletak di atas pegunungan dan dikelilingi hutan menjadikan Salib Kasih sebagai objek wisata yang tidak hanya mengembangkan sarana dan prasarana yang ada di Salib Kasih tetapi juga ikut dalam menjaga kelestarian hutan. Kelestarian hutan yang ada di lokasi Salib Kasih masih tetap terjaga dengan baik. Hal ini disebabkan adanya program kerja dari pihak pengelola Salib Kasih dalam hal pemeliharaan hutan. Hal ini dibenarkan oleh Kasubbag Tata Usaha Salib Kasih:

“hutan yang ada di sekitar Salib Kasih ini tetap kita perhatikan, biasanya yang paling sering kita lakukan yaitu kalau ada pohon yang sudah tua dan kemungkinan akan tumbang, kita segera menebangnya dan kita ganti dengan yang baru. Selain untuk

menjaga kelestarian hutan disini, hal ini juga bertujuan untuk mengantisipasi agar pohon itu tidak tumbang dan mengenai pengunjung nantinya.”

Selain program kerja yang dilakukan pihak pengelola, masyarakat setempat juga ikut dalam menjaga kelestarian hutan. Masyarakat setempat sadar akan bahaya yang ditimbulkan jika hutan di Simorangkir Julu rusak. Dalam menjaga kelestarian hutan masayarakat setempat tidak lagi asal menebang pohon, kesadaran masyarakat Simorangkir Julu juga terlihat dalam pemanfaatan lingkungan pekarangan rumah mereka, hampir setiap pekarangan rumah masyarakat Simorangkir Julu ditanami tumbuh-tumbuhan baik yang berupa hiasan maupun kebutuhan pangan.

GAMBAR 8.

Deretan pohon yang luas menandakan kelestarian hutan di sekitar Salib Kasih masih tetap terjaga.

Kebersihan pekarangan rumah maupun sarana dan parasarana yang ada di desa Simorangkir Julu juga menjadi salah satu faktor yang mendukung dalam pelestarian lingkungan.

4.1.4. Peluang dan Kesempatan Kerja

Pengembangan objek wisata Salib Kasih berdampak terhadap terserapnya masyarakat setempat sebagai pekerja pada usaha pariwisata. Masyarakat desa Simorangkir Julu yang bekerja pada usaha pariwisata bekerja secara langsung dalam usaha rumah makan, penjual souvenir dan juga tukang parkir. Sebagian besar kesempatan kerja yang ada diisi oleh pekerja yang berasal dari desa setempat.

Penggunaan pekerja dari masyarakat sekitar merupakan sebuah bentuk balas budi dari pihak pemerintah terhadap masyarakt setempat karena telah memberikan tanahnya dalam pengembangan Salib Kasih. Seperti yang dikatakan salah satu pedagang souvenir di Salib Kasih:

“Sude na karejo dison halak Simorangkir on do, kecuali akka petugas kantor. Akka partiga-tiga, tukang parkir, parfoto, sude i halak Simorangir do. Boe didokhon hami karejo dison ala ni penghargaan na dilean pemerintah do, Alana nga rela hami

mangalean tano nami naing mambangun Salib Kasih on. (Semua

pekerja yang ada disini merupakan warga Simorangkir, kecuali petugas-petugas kantor. Pekerja yang berupa pedagang, tukang parkir, tukang foto, itu semua merupakan penduduk Simorangkir. Hal ini bisa dikatakan untuk menghargai masyarakat disini yang sudah rela memberikan tanahnya dalam pembangunan Salib Kasih ini. Jadi kamipun bisa bekerja disini karena penghargaan yang diberikan oleh pihak pemerintahlah)”.

Gambar 9.

Beberapa toko souvenir yang ada di Salib Kasih yang dikelola oleh para masyarakat setempat.

Di samping itu, pariwisata juga menciptakan peluang kerja yang tidak berhubungan langsung dengan pariwisata, seperti di bidang kontruksi bangunan dan jalan. Banyak bangunan yang didirikan untuk hotel, restoran, toko,dll. Jadi, pariwisata mempunyai banyak manfaat dari segi peluang dan kesempatan kerja (Hadinoto, 1996).

4.1.5. Fasilitas Penduduk

Pembangunan serta perkembangan objek wisata Salib Kasih telah berpengaruh besar terhadap peningkatan fasilitas kehidupan masyarakat. Fasilitas yang pada awalnya secara khusus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, pada kenyataannya juga digunakan oleh masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya. Seperti yang dikatakan oleh seorang ibu, yang tinggal di desa Simorangkir Julu:

“salah satu fasilitas yang dibangun dalam mendukung pengembangan Salib Kasih ini adalah jalan raya, sebelum Salib Kasih dikembangkan jalan ini sangat rusak, tetapi setelah Salib Kasih mulai dikembangkan jalan ini diperbaiki, sehingga masyarakat disinipun menggunakannya sebagai jalan menuju lokasi-lokasi tertentu”.

Dengan demikian, semakin banyak fasilitas yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan wisatawan, akan semakin banyak pula fasilitas masyarakat yang tersedia di desa Simorangkir Julu.

4.1.6. Perkembangan Pemukiman

Berkembangnya objek wisata Salib Kasih juga menjadi salah satu pendorong berkembangnya pemukiman penduduk di Desa Simorangkir Julu. Hal ini terjadi karena Desa Simorangkir Julu merupakan daerah tujuan wisata yang banyak kedatangan wisatawan, maka meningkat pula kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan wisatawan. Keadaan demikian menjadi pendorong bagi para masyarakat untuk membuka tempat usaha di daerah Simorangkir Julu. Satu hal yang sering terjadi, tempat usaha yang didirikan berkembang dan digunakan sebagai tempat tingggal.

Dokumen terkait