• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

1.2. Tinjauan Pustaka

1.2.1. Konsep Pariwisata

Pariwisata pada awalnya adalah hak khusus yang dinikmati secara eksklusif oleh orang-orang kaya saja. Akan tetapi dengan kemajuan teknologi sekarang ini, pariwisata telah bisa dinikmati oleh siapa saja. Meningkatnya waktu luang sebagai akibat lebih singkatnya hari kerja dan didukung oleh meningkatnya penghasilan maka aktivitas kepariwisataan juga akan semakin meningkat (Hadinoto,1996).

Pariwisata memiliki dua aspek, aspek kelembagaan dan aspek sustansial, yaitu sebuah aktifitas manusia. Dilihat dari sisi kelembagaannya, pariwisata merupakan lembaga yang dibentuk sebagai upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan rekreatifnya. Sebagai sebuah lembaga, pariwisata dapat dilihat dari sisi manajemennya, yakni bagaimana perkembangannya, mulai dari direncanakan, dikelola, sampai dipasarkan pada pembeli atau wisatawan. Sebagai sebuah substansi, pariwisata merupakan bagian dari budaya masyarakat, yaitu berkaitan

dengan cara penggunaan waktu senggang yang dimilikinya. Pariwisata dapat disoroti dari bermacam sudut pandang karena memiliki sifat yang kompleks. Kompleksitas yang terkandung dalam pariwisata antara lain pariwisata sebagai pengalaman manusia, pariwisata sebagai perilaku sosial, pariwisata sebagai fenomena geografis, pariwisata sebagai sumber daya manusia, dan pariwisata sebagai industri (Spillane, 1994).

Pariwisata juga dapat dipandang sebagai fenomena geografis. Kegiatan pariwisata akan senantiasa terpengaruh atau bahkan tergantung pada ciri khas yang dimiliki oleh daerah tujuan wisata, baik mengenai masyarakatnya adapun daerahnya. Sebagaimana diketahui, setiap wilayah geografis memiliki ciri khasnya masing-masing. Pengembang pariwisata pada umumnya mengetahui hal ini sehingga mereka akan memasarkan kekhasan daerah tujuan wista pada calon wisatawan. Pariwisata merupakan sumber daya yang penting bagi daerah yang memiliki daerah tujuan wisata. Pariwisata dapat menjadi sumber pemasukan uang dari daerah lain. Pariwisata dapat menjadi sumber daya untuk melaksanakan upaya preservasi3 berbagai hasil budaya masa lampau. Sebagai sumber daya, pariwisata perlu dikelola dengan tepat supaya pengenbangannya tidak malah menjadi sumber kerusakan atau sumber bencana.

Sebagai sebuah industri, pariwisata mempunyai sifat yang khas, tidak hanya melibatkan banyak industri, yakni industri transportasi, akomodasi, jasa boga, atraksi, retail, tetapi bersifat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya juga memiliki implikasi politis yang besar. Dalam pengembangan

3

pariwisata, sangat diperlukan sebuah kebijakan untuk meminimalisasi dampak negatif yang sering timbul. Sebagai sebuah organisasi, pariwisata didefenisikan sebagai organisasi yang memiliki ketrkaitan dengan upaya pemenuhan kebutuhan wisatawan, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata, serata usaha -usaha yang terkait dibidang tersebut. Dengan demikian, pariwisata merupakan industri yang memiliki cakupan yang sangat luas. Pada prinsipnya, yang termasuk dalam industri pariwisata adalah usaha-usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan manusia ketika sedang melaksanakan perjalanan wisata. Industri-indutri yang dimaksud antara lain akomodasi, tansportasi, komunikasi, entertainmen, dan jasa-jasa hiburan lainnya.

Pemasaran pariwisata berarti merancang pariwisata untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar sasaran. Rancangan pariwisata ini akan berhasil bila masyarakat daerah tujuan wisata dan pelaku bisnis pariwisata merasa senang, dan dapat memenuhi harapan-harapan wisatawan dan penanam modal. Strategi perbaikan pariwisata adalah merancang prasarana, jasa pariwisata, dan atraksi-atraksi yang dapat dipandang sebagai building block untuk strategi bersaing yang spesifik. Untuk mengadopsi pendekatan perencanaan pasar strategis dalam persaingan pariwisata perhatian harus ditujukan terhadap fitur-fitur dan atribut-atribut yang dapat menghasilkan landasan strategi pemasaran (Ginting, 2005).

Di dalam membina atau meningkatkan kesadaran masyarakat dibidang kepariwisataan dibutuhkan penyebarluasan berbagai pengertian yang berhubungan dengan segala macam atau bentuk peristilahan yang sering digunakan dalam dunia kepariwisataan. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk menambah

wawasan. Hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata tadi antara lain adalah mengenai apa itu pariwisata dan apa saja yag dibutuhkan para wisatawan. Hal ini penting mengingat bagaimana juga dengan semakin berkembangnya pariwisata Nasional maka masyarakat akan saling berhubungan dengan dunia pariwisata dan sekaligus mendapat pelajaran tentang manfaatnya, baik langsung maupun tidak langsung.

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain di luar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan, politik, agama, kesehatan maupun kepentingan lain, seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun belajar. Wisatawan merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan suatu perjalanan wisata disebut dengan wisatawan (tourit), jika lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi. Apabila mereka tinggal di daerah atau negara dikunjungi dengan kurang waktu dalam 24 jam maka mereka disebut dengan pelancong (excursionist). Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.4

Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang di luar tempat tinggalnya karena suatu alasan dan bukan untuk melakukan kegiatan yang

4

menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olah raga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainnya.

1.2.2. Pengertian Objek wisata

Pariwisata memiliki definisi yang bermacam-macam, yang dikemukakan oleh beberapa ahli sesuai dengan tinjauan mereka masing-masing. Pariwisata terlahir terlahir dari bahasa Sanskerta yang komponen-komponen terdiri dari Pari yang artinya penuh, lengkap, berkeliling, Wis (man) yang artinya rumah, property, kampung, komunitas, Ata yang artinya pergi terus-menerus, mengembara (roaming about) yang bila dirangkai menjadi satu kata melahirkan pariwisata, berarti: pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus menerus. Dalam oprasionalnya istilah pariwisata sebagai pengganti istilah asing “tourism” atau “travel” diberi makna oleh Pemerintah

Indonesia, mereka yang meninggalkan rumah untuk mengadakan perjalanan tanpa mencari nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi sambil menikmati kunjungan mereka (Pendit ,1999).

Tempat yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut merupakan tempat-tempat yang memiliki daya tarik tinggi, sehingga wisatawan tertarik untuk mengunjunginya. Tempat-tempat tersebutlah yang dikenal dengan istilah objek wisata. Menurut Hunziger dan karft (Pendit,1999) mengemukakan bahwa objek

wisata adalah suatu tempat atau lokasi yang memiliki potensi untuk menarik minat seseorang untuk mengunjunginya. Hal senada juga diungkapkan oleh Spillance (dalam Oka A Yoeti, 1999 ) mengemukakan bahwa objek wisata merupakan suatu areal atau wilayah yang terdapat di muka bumi yang memiliki ciri khas berupa keindahan alamnya.

Tentunya sesuatu atau suatu wilayah dapat dijadikan sebagai objek wisata tidak hanya tergantung pada keindahan fenomenanya , melainkan juga karena kekhasan yang dimiliki oleh objek tersebut. Objek wisata adalah suatu tempat atau benda yang memilki cirri khas tersendiri dan memiliki daya tarik tersendiri, sehingga mengundang perhatian banyak orang untuk menyaksikannya. Begitu pula halnya seperti yang yang diungkapakan oleh Norwal bahwa objek wisata adalah “ suatu tempat yang memiliki daya tarik baik itu karena keindahanya atau

pun nilai historis yang terkandung di dalamnya”.

Menurut A.J. Burkart dan S. Medik, objek wisata merupakan tempat perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu. Sedangkan menurut Hunziger dan krapf dari swiss dalam Grundriss Der Allgemeinen Femderverkehrslehre, menyatakan pariwisata adalah keserluruhan jaringan dan gejala-gejala yang berkaitan dengan tinggalnya orang asing disuatu tempat dengan syarat orang tersebut tidak melakukan suatu pekerjaan yang penting (Major Activity) yang memberi keuntungan yang bersifat permanent maupun sementara. Berbeda dengan pendapat yang dikemukakan Prof. Salah Wahab dalam Oka A

Yoeti (1994), bahwa pariwisata dalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian diantara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri/ diluar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya, dimana ia memperoleh pekerjaan tetap.

Jadi berdasarkan uraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa objek wisata adalah suatu suatu lokasi atau obyek yang memilki daya tarik minat wisatawan untuk berkujung ke tempat tersebut. Daya tarik tersebut dapat berupa keindahan ataupun riligius yang terdapat di dalam suatu objek tersebut.

1.2.3. Jenis Objek wisata

Perbedaan jenis obyek wisata akan memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri terhadap pengunjungnya. Menurut Pendit (1999) dalam bukunya yang berjudul “Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana” mengemukakan beberapa

jenis pariwisata yang dikenal dewasa ini adalah sebagi berikut .

a) Wisata Budaya merupakan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup, budaya dan seni mereka.

b) Wisata Kesehatan merupakan perjalanan seorang wisatawan dengan tujan tersebut untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari dimana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani dengan mengunjungi tempat peristirahatan.

c) Wisata Olahraga adalah perjalanan dengan tujuan berolahraga atau memang sengaja bermaksud mengambil bagian aktif dalam pesta olahraga di suatu tempat atau negara seperti Asian games, Olympiade, Thomas Cup, Uber Cup, Tour de France, F-1 (Formula One). Macam cabang olah raga yang termasuk dalam jenis wisata olah raga yang bukan tergolong dalam pesta olahraga atau games, misalnya berburu, memancing, berenang, dan berbagai cabang olah raga dalam air atau di atas pegunungan

d) Wisata komersial merupakan perjalanan wisata untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran-pameran industry, pameran dangang dan sebagainya.

e) Wisata Industri merupakan perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang-orang awam ke suatu komplek atau daerah perindustrian di mana terdapat pabrik-pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f) Wisata politik merupakan perjalanan yang dilakukan untuk mengunjungi atau mengambil bagian secara aktif dalam peristiwa kegiatan politik, seperti perayaan hari kemerdekaan republik Indonesia (17 Agustus 1945) di Jakarta.

g) Wisata Konvensi merupakan perjalanan yang dilakukan dengan cara menyediakan fasilitas bangunan dengan ruangan tempat bersidang bagi para peserta suatu konvensi, musyawarah, pertemuan/konvensi lainnya baik yang bersifat nasional maupun internasional.

h) Wisata sosial merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah sreta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan.

i) Wisata Pertanian merupakan pengorganisasian perjalanan yang dilakukan ke proyek-proyek pertanian, perkebunanaa, lading pembibitan dan sebagainya dimana wisatawan rombongan dapat mengadakan kunjungan dan peninjauan. j) Wisata Bahari merupakan jenis wisata yang banyak dikaitkan dengan olah raga air, berkeliling melihat taman laut dengan pemandangan indah di bawah permukaan air, menikmati keindahan pantai dan keadaan di sekitar pantai seperti pegunungan, bukit yang ada di sekitarnya yang banyak dilakukan di negara -negara marirtim seprti Indonesia.

k) Wisata Cagar Alam merupakan eisata yang banyak dilakukan oleh para pencinta alam dalam kaitannya denagn kegemarannya memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan dan kembang beraneka warna yang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat.

l) Wisata Buru merupakan jenis pariwisata yang dilakukan di negara-negara yang memang memilki daerah atau hutan tempat berburu yang dibenarkan oleh pemerintah. Wiata ini diatur dalam bentuk safari buru yang ditetapkan oleh pemerintah yang bersangkutan sperti di negara Afrika berburu gajah dan singa. m) Wisata Pilgrim merupakan jenis wisata yang banyak mengedepankan potensi wisata agama, sejarah, adat istiadat dan kepercayaan umat atau kelompok dalam masyarakat. Wisata ini banyak dilakukan ke tempat-tempat suci seperti makam pemimpin yang di agungkan dan sebagainya.

n) Wisata Bulan madu merupakan suatu penyelenggaraan perjalanan bagi pengantin baru yang sedang berbulan madu disuguhkan fasilitas-fasilitas yang khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan dan kunjungan mereka seperti kamar hotel yang dihiasi dengan bunga dan lampu warna-warni.

1.2.4. Faktor Pendorong Pengembangan Objek Wisata

Faktor pendorong adalah hal atau kondisi yang dapat mendorong atau menumbuhkan suatu kegiatan, usaha atau produksi. Modal kepariwisataan (torism assets) sering disebut sumber kepariwisataan (tourism resources). Suatu daerah atau tempat hanya dapat menjadi tujuan wisata kalau kondisinya sedemikian rupa, sehingga ada yang dikembangkan menjadi atraksi wisata. Apa yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata itulah yang disebut modal atau sumber kepariwisataaan. Modal kepariwisataan itu mengandung potensi untuk dikembangkan menjadi atraksi wisata, sedang atraksi wisata itu sudah tentu harus komplementer dengan motif perjalanan wisata. Maka untuk menemukan potensi kepariwisataan suatu daerah harus berpedoman kepada apa yang dicari oleh wisatawan. Menurut Soekadijo (2000) modal atraksi yang menarik kedatangan wisatawan ada tiga diantaranya :

a. Modal dan potensi alam, alam merupakan salah satu faktor pendorong seorang melakukan perjalanan wisata karena ada orang berwisata hanya sekedar menikmati keindahan alam, ketenangan alam, serta ingin menikmati keaslian fisik, flora dan faunanya.

b. Modal dan potensi kebudayaannnya. Yang dimaksud potensi kebudayaan disini merupakan kebudayaan dalam arti luas bukan hanya meliputi seperti kesenian atau kehidupan keratin dll. Akan tetapi meliputi adat istiadat dan segala kebiasaan yang hidup di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Sehingga diharapkan wisatawan atau pengunjung bisa tertahan dan dapat menghabiskan waktu di tengah-tengah masyarakat dengan kebudayaannya yang dianggap menarik.

c. Modal dan potensi manusia. Manusia dapat dijadikan atraksi wisata yang berupa keunikan-keunikan adat istiadat maupun kehidupannya namun jangan sampai martabat dari manusia tersebut direndahkan sehingga kehilangan martabatnya sebagai manusia

1.2.5. Dampak Priwisata

Pengaruh dan dampak Pariwisata juga perlu diperhatikan dalam rencana pengembangan pariwisata. Pariwisata tetnunya menimbulkan dampak yang bersifaat negatif maupun positif. Dampak negatif yang ditimbulkan pariwisata meliputi biaya pembangunan infrastruktur yang cukup besar terutama di lokasi-lokasi yang memberdayakan penduduk lokal sebagai lokasi-lokasi pariwisata, selain itu pariwista juga memicu peningkatan harga-harga barang terutama harga lahan, rumah, dan lokasi-lokasi yang strategis untuk dikembangkan, dan juga memuncul lapangan pekerjaanyang hanya aktif padamusim-musim tertentu saja. Sedangkan dampak positif yang ditimbulkan industri pariwista berupa mampu merangsang pembentukan lapangan pekerjaan baru, mengembangan infrastruktur yang lebih baik, serta meningkatan perekonomian (Yoeti, 1994).

Objek wisata religi juga mempunyai dampak tersendiri bagi pengunjungnya, seperti yang dikatakan Van Gennap dalam Denison Nach (1996), bahwa orang yang mengunjungi wisata agama itu akan terlibat dalam ritual perubahan diri yang dilakukan secara khusuk, dimana orang yang mengunjungi wisata agama tersebut akan dijarakkan dari kehiduppan rutin sehari-hari, karena wisata agama memiliki suatu aura yang sakral.

1.2.6. Daya dukung Objek Wisata

Daya dukung objek wisata adalah kemampuan areal (kawasan) objek wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan secara maksimum tanpa merubah kondisi fisik lingkungan dan tanpa penurunan kualitas yang dirasakan oleh wisatawan selama melakukan aktivitas wisata. Hal ini berarti bahwa daya dukung objek wisata berorientasi pada pemenuhan kepuasan berwisata dan pencegahan dampak negatif pada lingkungan yang mungkin timbul.

Daya dukung objek wisata juga dipengaruhi oleh komponen lingkungan biofisik objek wisata. Lingkungan biofisik objek wisata terdiri dari berbagai macam komponen biologis dan fisik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biologis misalnya flora dan fauna. Komponen fisik misalnya topografi, keadaan tanah, iklim sarana dan prasarana, luas efektif kawasan wisata, petugas pelayanan wisata, waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata dan ruang gerak wisatawan. Pada sisi lain komponen lingkungan sosial-budaya juga berperan pada pelestarian daya dukung wisata.

Pada kunjungannya ke suatu objek wisata, wisatawan bertujuan untuk melakukan berbagai macam aktivitas wisata. Di antaranya adalah istirahat/berjalan santai, berkemah, mendaki gunung, dan belajar/mengamati/meneliti atau gabungan dari berbagai aktivitas tersebut. Melalui berbagai aktivitas wisata tersebut seseorang berharap untuk mendapatkan hiburan dan rekreasi. Dengan rekreasi kekuatan diri baik fisik maupun spiritual seseorang diharapkan dapat pulih kembali.

Ada empat kelompok faktor yang mempengaruhi penentuan pilihan daerah tujuan wisata, yaitu:

1. Fasilitas: akomodasi, atraksi, jalan, tanda-tanda penunjuk arah 2. Nilai estatis: pemandangan (panorama), iklim santai/terpencil, cuaca 3. Waktu/biaya: jarak dari tempat asal (rumah), waktu dan biaya

perjalanan, harga atau tarif-tarif pelayanan.

4. Kualitas hidup: keramah-tamahan, penduduk, bebas dari pencemaran

Sedangkan daya tarik suatu objek wisata pada umumnya dipengaruhi oleh, adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, tersedianya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus/spesifikasi yang besifat langka, serta sarana/prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

1.2.7. Produk Wisata

Produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang saling terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial/psikologis) dan jasa alam. Jasa yang dihasilkan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour dan sebagainya. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana umum, kemudahan, keramah-tamahan, adat-istiadat, seni budaya, sedangkan jasa yang disediakan alam antara lain, pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman maupun laut.

Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen, antara lain: Atraksi suatu daerah tujuan wisata, fasilitas yang tersedia, aksesibilitas ke dan dari daerah tujuan wisata. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik, karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Atraksi dapat berdasarkan sumberdaya alam, budaya, etnisitas atau hiburan. Adapun fasilitas wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata, seperti, jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal, jembatan dan penginapan.

1.2.8. Pendekatan Pariwisata

Akhir-akhir ini pariwisata dapat digolongkan dalam empat kelompok, dimana masing-masing menunjukan suatu pendekatan yang khas tentang pariwisata. Pendekatan pertama adalah sebuah pendekatan yang sering disebut

sebagai pendekatan advocacy. Pendekatan ini mendukung pariwisata dan menekankan keuntungan ekonomis dari pariwisata. Potensi pariwisata bisa dipakai untuk mendukung macama-macam kegiatan ekonomis, menciptakan lapangan kerja baru, memperoleh devisa yang dibutuhkan bagi pembangunan. Perkembanagn pendekatan ini menarik perhatian baru dalam dunia pariwisata internasional dan nasional. Tetapi karena pariwisata baru dipandang dari satu sisi saja, ada dorongan unutk memunculkan pendekatan lain yang kemudian dikenal sebagai pendekatan cautionary. Pendekatan kedua tentang pariwisata ini menekankan bahwa pariwisata dapat menimbulkan banyak kerugian (disbenefits) dalam berbagai aspek menyebabkan komersialisasi budaya, serta menyebabkan berbagai macam konflik. Karena kedua pendekatan tersebut saling bertentangan, maka muncul bentuk pendekatan baru yang menyadari bahwa pariwisata mempunyai unsur positif maupun negatif. Pendekatan baru ini disebut ssebagai pendekatan adaptacy. Pendekatan ini menyebutkan bahwa pengaruh negative dari pariwisata dapat dikontrol dengan mencari bentuk lain perkembangan pariwisata atau dengan menyesuaikan pariwisata dengan negara atau daereah tujuan wisata. Cara ini menunjukan bahwa alam dan budaya dapat digabungkan dalam satu konteks. Maka pendekatan ini mengusulkan strategi seperti pembangunan pada skala kecil, pariwisata yang terkontrol, pariwisata yang dapat bertahan lama

(suistainable), pariwisata dengan cara menikmati kehidupan masyarakat setempat,

dan pariwisata yang berkaitan denga ekologi (eco-tourism). Selain itu, ada juga pendekatan lain yanglebih alternarif dan didasari oleh macam-macam pandangan terhadap perkembangan pariwisata. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan

developmental. Alternative ini menganggap bahwa pariwisata dapat disesuaikan dengan keadaan masyarakat tuan rumah dan peka akan selera masyarakat tuan rumah tersebut. Perkembangan tersebut mempengaruhi pilihan wisatawan terhadap daerah tujuan wisatanya dan demikian juga cara kehidupan mereka di daerah tujuan wisata, atau bentuk alternative pariwisata ini mengurangi jurang pemisah antara hak dan tanggung jawab dari wisatawan, tuan rumah dan perantaranya.

1.2.9. Faktor-faktor yang Mempercepat Pertumbuhan Pariwisata a. Pertumbuhan Demografi

Sekarang ini penduduk dunia sudah mencapai lebih dari 6 milyar orang. Di Indonesia sendiri kurang lebih sebanyak 220 juta orang. Menurut BPS jumlah penduduk Indonesia setiap tahun terus meningkat. Dengan bertambahnya jumlah penduduk maka jumlah pertumbuhan pariwisata juga akan semakin bertambah. Kaerna itu perlu diantisipasi dari sekarang dengan pengembangan produk dan pelayanan industry pariwisata dalam semua aspek. Sedikitnya ada tiga kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata dengan pola perbelanjaan yang cukup berbeda satu dengan yang lain, diantaranya :

 Kelompok remaja, kelompok ini berkisar antara 18-34 tahun yang melakukan perjalanan baik secara sendiri-sendiri atau rombongan melalui organisasi-organisasi tertentu.

 Kelompok keluarga, kelompok ini merupakan kelompok yang memiliki

Dokumen terkait