• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat stres dapat diukur dengan menggunakan berbagai alat ukur. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan diadaptasi dari H. Ebel (1983), karena alat ini menggambarkan bagaimana reaksi tubuh terhadap stres. Pada alat ukur ini terdapat 39 pertanyaan yang merupakan gejala-gejala stres yang sering dialami oleh seseorang (Greenberg 2002).

Tipe Kepribadian

Stres timbul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepribadian. Kepribadian mempunyai pengaruh dengan daya tahan seseorang dalam menghadapi stres. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang kompleks dari individu yang tampak dari tingkah lakunya yang unik. Kepribadian manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern dibawa manusia sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat badaniah. Kejiwaan berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan lain-lainnya. Faktor intern juga disebut sebagai kemampuan dasar. Faktor intern berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi itu lebih lanjut. Kedua adalah faktor ekstern (lingkungan). Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia, baik yang hidup maupun yang mati, misalnya: tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, batu, gunung, candi, buku, polusi, bising, angin, keadaan udara, curah hujan, budaya, pekerjaan, dan lain-lain. Keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kepribadian manusia (Sujanto et al. 2004).

Kepribadian dibedakan menjadi dua yaitu: kepribadian jenis A dan kepribadian jenis B. Pola perilaku kepribadian jenis A adalah sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, mereka merasa waktu selalu mendesak, merasa sulit santai, menjadi tidak sabar, dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan orang yang mereka pandang tidak kompeten. Individu yang berkepribadian tipe A merupakan korban dari perasaan keraguan diri yang terus menerus, mereka memaksa diri untuk mencapai lebih banyak hal dalam waktu yang cepat (Atkitson et al. 2000).

Pola perilaku individu yang berkepribadian B adalah mereka santai tanpa merasa bersalah, bekerja tanpa menjadi nafsu, mereka tidak tergesa-gesa, dan tidak mudah marah (Atkinson et al. 2000). Individu tipe B lebih terlihat tenang, santun, terkendali, mudah bergaul, pendengar yang baik, tidak mudah marah, dan sabar (Looker & Gregson 2004).

Menurut Tenjo (2004), terdapat empat ciri kepribadian yang rawan terhadap stres. Pertama orang yang sangat hati-hati. Ciri-cirinya adalah orang yang terlalu perfeksionis terhadap pekerjaannya, kaku, dan kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan. Akibatnya apabila ada pekerjaan yang kurang sesuai dengan dirinya akan menimbulkan kegelisahan yang berlebihan. Kedua adalah orang yang selalu cemas. Ciri-cirinya adalah orang yang merasa tidak aman terhadap sesuatu hal, kurang tenang, suka meresahkan sesuatu dan lebih cepat panik dalam menghadapi masalah.

Ketiga adalah orang yang kurang percaya diri. Ciri-cirinya adalah orang yang merasa dirinya tidak mampu dalam menghadapi masalah sehingga menyebabkan orang tersebut tidak mengoptimalkan kemampuannya dalam menghadapi masalah dan mereka cenderung lari dari masalah. Keempat adalah orang yang temperamental. Ciri-cirinya adalah orang yang mudah terpancing emosinya, masalah kecil berubah menjadi besar sehingga banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi. Kondisi ini menyebabkan emosinya semakin menegang dan tinggi.

Tipe kepribadian A berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang. Menurut Khomsan (2003), tipe kepribadian A memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner. Faktor risiko ini lebih besar dari pada menyebab lain seperti kolesterol, merokok, dan faktor keturunan. Prinsip hidup orang yang tipe kepribadiannya A adalah output orient, yakni segala sesuatunya dihargai dari hasil kerjanya.

Pada penelitian ini kuesioner dimodifikasi dari kuesioner Friedman dan Rosenman. Friedman dan Rosenman adalah orang yang pertama kali menjelaskan hubungan antara perilaku-perilaku spesifik dengan terjadinya serangan jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan terjadinya penyakit jantung koroner dan hipertensi.

Persepsi

Selain tipe kepribadian tingkat stres juga dipengaruhi oleh persepsi. Persepsi terhadap sumber stres akan berpengaruh terhadap cara menghadapi stres. Menurut Atkinson (1991) diacu dalam Ginting (2003), persepsi adalah proses dimana seseorang menilai, menafsirkan, dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Rakhmat (2004), mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi, yang pertama adalah

faktor struktural. Faktor struktural berupa stimuli fisik dan efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima. Faktor yang kedua adalah faktor fungsional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi atau karakteristik pribadi yang menentukan persepsi dan memberi respon terhadap rangsangan. Persepsi yang dipengaruhi oleh pengalaman dan penginderaan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya walaupun berada dalam satu kelompok atau organisasi.

Cara kerja persepsi ditandai dengan empat cara/strategi. Pertama, menciptakan kesatuan dalam gambaran kita terhadap suatu masalah. Kedua, mengabungkan persepsi baru yang sesuai dengan persepsi utama kita dan menolak informasi yang tidak sesuai. Ketiga, menambah informasi untuk melengkapi persepsi. Informasi tambahan diperoleh dari teori kepribadian yang implisit. Keempat, menyusun persepsi (Calhoun & Acocella 1990).

Menurut Anomin (2007), reaksi seseorang dalam menghadapi masalah tidak sama. Ada seseorang yang yang menganggap masalah sebagai sesuatu hal yang serius tetapi ada juga yang menganggap masalah sebagai sesuatu hal yang biasa. Latar belakang seseorang, struktur neurologinya, dan pengalaman-pengalamannya yang terdahulu dalam menghadapi masalah akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap masalahnya.

Tekanan Darah

Stres akan berakibat pada peninggian tekanan darah. Menurut Suyono (2001) stres dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah (hipertensi) yang menetap. Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dari dinding pembuluh darah tersebut. Satuan standar untuk mengukur tekanan darah adalah milimeter air raksa atau mmHg. (Guyton 1976).

Tekanan darah manusia diatur dalam jantung. Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung (Pearce 1997). Siklus jantung terdiri atas periode relaksasi yang dinamakan diastolik yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan sistolik (Guyton 1976). Kontraksi dari kedua atrium terjadi

serentak dan disebut sistol atrial, dan pengendorannya adalah diastole atrial. Kontraksi dan pengendoran ventrikel juga disebut dengan diastole dan sistole ventrikel. Kontraksi kedua ventrikel lebih lama dan lebih kuat dibandingkan dengan atrium karena ventrikel kiri harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Sedangkan ventrikel kanan bertugas untuk memompa darah ke paru-paru. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan relaksasi terjadi selama 0,5 detik (Pearce 1997).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah spignomanometer, suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan udara sebanding dengan tekanan darah dalam arteri. Pengukuran berpedoman pada berapa milimeter tinggi tekanan udara yang tampak pada kolom air raksa dalam sebuah tabung gelas. Spignomanometer terdiri dari manset dan karet yang dihubungkan dengan sebuah tabung karet sebagai tabung yang dapat menekan, dan sebuah tabung air raksa berskala. Manset dibungkus pada arteri brakhialis lengan, kemudian udara dipompa ke dalam karet manset sehingga menggembung. Tekanan udara akan menekan sisi luar arteri. Udara ditambah sampai tekanan melebihi tekanan darah dalam arteri. Pada saat ini tidak ada denyutan yang terdengar melalui stetoskop yang diletakkan di atas arteri brakhialis pada lengkung siku sepanjang sisi dalam otot biceps. Dengan perlahan udara dalam manset dilepas, tekanan udara turun sampai kira-kira sebanding dengan tekanan darah dalam arteri. Pada titik ini pembuluh arteri membuka sedikit dan semburan darah melewatinya, menghasilkan suara pertama, agak tajam seperti ketukan. Kemudian diikuti suara keras dan secara tiba-tiba berubah menjadi redup, selanjutnya hilang sama sekali. Suara pertama seperti ketukan tadi adalah tekanan darah sistolik, yaitu kekuatan darah mendorong dinding arteri ketika ventrikel berkontraksi (Soewolo et al. 2003).

Titik paling rendah saat suara masih dapat terdengar, tepat sebelum hilang sama sekali, kira-kira sebanding dengan tekanan darah diastolik atau kekuatan darah mendesak dinding arteri ketika ventrikel relaksasi. Tekanan sistol memberi informasi tentang kekuatan kontraksi ventrikel kiri, dan tekanan diastol memberikan informasi tentang tahanan pembuluh darah. Perbedaan antara besarnya tekanan darah sistol dan diastol disebut tekanan denyutan, yang rata-ratanya adalah 40mmHg (Soewolo et al. 2003). Pada penelitian ini tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter digital. Kerja tensimeter digital sama dengan spignomanometer, tetapi cara penggunaannya lebih mudah.

Seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah yang melebihi 140 mmHg/90 mmHg baik tekanan darah sistolik maupun diastolik yang disebut dengan hipertensi. Menurut Sustrani et al. (2004), hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang disebut tekanan darah tinggi.

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-V (The Joint National Committee on Detection)

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Normal dibawah 130 mmHg dibawah 85 mmHg Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2 (hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Stadium 4 (hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Sumber : Wijayakusuma & Dalimartha (2005)

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah suatu kondisi dimana hipertensi belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Misalnya umur, stres, pola makan, gaya hidup, dan hereditas/ keturunan. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana hipertensi telah diketahui penyebabnya secara pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, pemakaian oral kontrasepsi, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor tekanan darah (Purwati et al. 2002). Tekanan darah seseorang selain dipengaruhi oleh tingkat stres juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status gizi, gaya hidup, dan keadaan sosial ekonomi.

Status Gizi

Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh status gizi. Menurut Riyadi (2001), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi

(utilization) zat gizi makan. Indikator dari status gizi adalah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Status gizi diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks Massa Tubuh merupakan alat yang sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa et al. 2001). Penilaian berat badan dengan menggunakan IMT mempunyai kelemahan yaitu tidak memperlihatkan distorsi proporsi tubuh (Purwanti et al. 2002).

IMT =

)

(

)

(

2

m

TB

kg

BB

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal 18,5 – 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27 Sumber : Depkes (1994) dalam (Supariasa et al. 2001).

Seseorang yang mempunyai IMT lebih dari 25 disebut gemuk. Obesitas (gemuk) menyebabkan seseorang susah bergerak dengan bebas sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebih dari tubuh. Obesitas termasuk salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi dan serangan jantung. Bentuk tubuh berpengaruh langsung terhadap peningkatan tekanan darah. Seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang besar dibagian pinggang (bentuk buah apel) memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat kelebihan berat badan lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tubuh yang besar dibagian pinggul (bentuk buah pir) (Sustrani et al. 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Banerjee et al. (2003), bahwa peningkatan konsumsi fiber sebanyak 12 gram dapat menurunan lingkar pinggang sebanyak 0,63 cm.

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh terhadap tekanan darah. Menurut Sediaoetama (2006), gaya hidup merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil belajar dan pengalaman

sejak lahir sampai meninggal dunia. Perubahan gaya hidup sangat sulit bila dilakukan sekaligus pada ketiga tingkatnya, yaitu pada tingkat masyarakat, keluarga, dan perorangan. Seseorang apabila hendak merubah gaya hidupnya ia akan menerima perubahan hidup itu lebih cepat jika dipisahkan dari keluarga dan masyarakat dan dipindahkan ke dalam keluarga atau masyarakat yang gaya hidupnya akan diambil/ditiru. Gaya hidup dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, minum alkohol, kebiasaan olahraga, istirahat, dan pola makan.

Kebiasaan Merokok

Orang yang merokok memiliki risiko besar untuk mengalami peningkatan tekanan darah. Menurut Latifah et al. (2002b), rokok adalah lintingan (gulungan) kertas rokok yang berisi tembakau kering yang dirajang. Ada yang diberi bumbu (saus) berupa cengkeh dan bahan lainnya, ada yang tanpa bumbu. Rokok mengandung nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan dan merangsang jantung, syarat, otak, dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Wijayakusuma & Dalimartha 2005). Selain mengandung nikotin rokok juga mengandung tar dan gas monoksida. Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Sedangkan karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat (Anonim 2007).

Menurut Wijayakusuma & Dalimartha (2005), merokok memberikan efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, cortisol, meningkatkan asam lemak bebas (free fatty acid), gliserol, dan laktat. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan HDL kolesterol, peningkatan LDL kolesterol, dan trigliserida, serta meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih. Tubuh akan mengalami peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) serta meningkatkan risiko penyakit jantung koroner maupun kematian otot jantung/miokard infrak.

Kebiasaan Minum Alkohol

Selain merokok kebiasaan mengkonsumsi alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskuler. Departemen kesehatan merekomendasikan batasan konsumsi alkohol yang cukup aman bagi laki-laki adalah 28 unit setiap minggu dan bagi perempuan 21 unit. Jumlah tersebut harus dibagi selama seminggu dan tidak terkonsentrasi dalam konsumsi satu atau dua hari. Satu unit adalah setengah pint beer atau kurang, satu sloki vermouth, satu sloki minuman keras. Konsumsi alkohol dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang abnormal khususnya pada orang yang punya sejarah keluarga menderita hipertensi (Looker & Gregson 2004).

Konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kesehatan. Alkohol dapat memacu tekanan darah sehingga jantung harus memompa darah lebih cepat. Batas maksimal konsumsi alkohol adalah 90 mililiter per minggu. Ukuran tersebut sama dengan 6 kaleng bir @ 360 mililiter atau 6 gelas anggur @ 120 mililiter (Sustrani et al. 2004). Konsumsi alkohol membahayakan kesehatan karena meningkatkan sintesis katekholamin. Peningkatan tekanan darah terjadi karena katekholamin dalam jumlah besar (Purwati et al. 2002).

Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olahraga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tekanan darah seseorang. Olahraga adalah kegiatan fisik yang bersifat permainan dan perjuangan pada diri sendiri atau orang lain terhadap kekuatan-kekuatan alam tertentu. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah melalui pengurangan berat badan sehingga jantung akan bekerja lebih ringan dan tekanan darah berkurang (Kuntaraf & Kuntaraf 1996).

Olahraga yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik. Orang yang kurang aktif melakukan olahraga cenderung mengalami kegemukan (Purwati et al. 2002). Olahraga secara teratur dapat mengurangi stres, menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah, dan memperkuat otot-otot jantung (Sustrani et al. 2004).

Kebiasaan Istirahat

Tidur dan istirahat merupakan hal yang esensial bagi keberlangsungan hidup, kesehatan, kebugaran, dan kehidupan. Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat yang berbeda dalam melakukan suatu aktivitas (Looker & Gregson 2004). Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak berlebihan dan kekurangan. Istirahat membuat tubuh lebih segar, sebaliknya jika kurang istirahat membuat tubuh mudah terserang penyakit dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Istirahat malam (tidur) sangat baik dilakukan selama 7-8 jam sedangkan tidur siang (bisa berbaring, tidur atau duduk santai) sangat baik dilakukan selama 2 jam (Latifah et al. 2002a).

Menurut Astawan (2008), tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh manusia untuk mengembalikan stamina agar fit. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar kesehatan tubuh tetap terjaga maka seseorang perlu memperhatikan kualitas tidurnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 72.000 orang perawat wanita. Menunjukkan bahwa perawat yang tidur kurang dari 5 jam setiap malam memiliki risiko lebih tinggi 39% untuk terkena penyakit jantung dibandingkan dengan perempuan yang tidur 8 jam. Perawat yang tidur kurang dari 6 jam memiliki risiko lebih tinggi 18% terkena sumbatan arteri dan orang yang tidur sembilan jam atau lebih, diperkirakan memiliki risiko lebih tinggi 37% terkena penyakit jantung (Andriani 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tidur yang cukup itu sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang.

Pola Makan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Madanijah 2004). Saat ini telah terjadi pergeseran pola makan masyarakat indonesia dari makanan tinggi konsumsi serat dan karbohidrat bergeser ke arah pola makan kebarat-baratan, yaitu tinggi protein dan lemak. Makanan yang berlemak dapat meningkatkan risiko hipertensi yang pada akhirnya akan berakibat fatal bagi kesehatan (Purwanti et al. 2002). Makanan yang baik untuk penderita tekanan darah tinggi adalah makanan yang mengandung serat, rendah lemak dan kolesterol, dan rendah garam.

Serat. Serat dibedakan menjadikan dua yaitu, serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan banyak terdapat pada makanan selain buah dan sayur, seperti beras, kentang, singkong dan kacang ijo (Purwanti et al. 2002).

Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Makanan serat tinggi mengandung energi rendah sehingga mampu menurunkan berat badan dan secara tidak langsung akan berpengaruhi terhadap tekanan darah seseorang. Diet serat tinggi menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. Asupan serat harus dibatasi karena asupan serat yang berlebihan dapat menimbulkan gas yang berlebihan dan diare serta mengganggu penyerapan mineral seperti magnesium, zat besi, dan kalsium. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan mengandung zat gizi tinggi serta lebih murah (Almatsier 2005).

Lemak dan Kolesterol. Lemak dibedakan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap dan biasanya berbentuk cis sedangkan asam lemak jenuh memiliki ikatan tunggal dan biasanya berbentuk trans (Winarno 1997). Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan, seperi daging sapi, babi, kerbau, mentega, susu, keju, dan sebagian kecil dari tumbuhan, seperti kelapa dan hasil olahannya. Asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan trigliserida darah. Asam lemak tak jenuh banyak terdapat pada minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, ikan, dan minyak ikan (Purwanti et al. 2002).

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan obesitas dan dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu konsumsi lemak yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), sehingga pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini akan mengakibatkan naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik yang kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang disebut sebagai tekanan darah tinggi. Konsumsi lemak yang dianjurkan yaitu kurang dari 30% dari total kalori (Wirahkusumah 2001).

Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak, yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh

kolesterol dari makanan dan dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Kolesterol dibuat didalam hati dan kemudian diubah menjadi asam empedu untuk membantu proses penyerapan makanan. Asam empedu sebagian besar masuk ke dalam darah untuk sebagian dibawa ke hati dan sebagian dibuang bersama kotoran. Jika kadar kolesterol dalam darah tinggi maka kolesterol tersebut akan menempel pada dinding bagian dalam saluran darah akan tertutup oleh tumpukan kolesterol. Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari makanan diabsorbsi oleh tubuh dan sebagian akan dibuang melalui feses. (Purwanti et al. 2002).

Garam. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. WHO (1990) diacu dalam Almatsier (2005), menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram. Garam mempunyai sifat menahan air dan konsumsi garam yang berlebihan dapat menaikkan tekanan darah (Wijayakusuma & Dalimartha 2005).

Mengurangi asupan garam harus diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium. Puasa garam dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Konsumsi garam yang dianjurkan adalah sekitar satu sendok teh atau sekitar 5 gram garam per hari (Sustrani et al. 2004). Natrium banyak terdapat pada saos, kecap, selai, jelli, mentega dan makanan yang banyak mengandung soda kue MSG (Mono Sodium Glutamat), dan baking

Dokumen terkait