• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEADAAN SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP, STATUS GIZI, DAN TINGKAT STRES TERHADAP TEKANAN DARAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KEADAAN SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP, STATUS GIZI, DAN TINGKAT STRES TERHADAP TEKANAN DARAH"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

TERHADAP TEKANAN DARAH

(Studi Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum

Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang

di Kabupaten Bogor)

NOVITA NINING WIDYANINGSIH

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(2)

(Case study in driver of public transportation kampus dalam and leuwiliang route)

The objective of the research was to analyze the factors that influence stress level and blood pressure. The design of this research was cross sectional study. The research was conducted in 4 months, from march to june 2008. The sample of this research were public transportation’s driver of Kampus Dalam and Leuwiliang route. The sample was chosen by using nonprobability sampling. The sample in this research were 60 man aged above 30 years old and had been works more than 2 years.

The multiple regression test shows that there are three factors that influence stress level, they are personality type, the size of the family, and the route of public transportation. The factors that influence systolic blood pressure are age (every 1 year of age increasing will increase 0,477 mmHg sistolic blood pressure), body weight (every 1 kilo of body weight increasing will increase 0,410 mHg systolic blood pressure), and the size of the family (every 1 person of number of family member decreasing will increase 2,289 mmHg sistolic blood pressure). The factors that influence diastolic blood pressure are age (every 1 years of age increasing will increase 0,378 mmHg diastolic blood pressure), body weight (every 1 kilo of body weight increasing will increase 0,385 mmHg diastolic blood pressure), stress level (every 1 person of number of family member decreasing will increase 0,093 mmHg diastolic blood pressure).

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah (Studi Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang di Kabupaten Bogor) adalah karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Juli 2008

Novita Nining W

(4)

RINGKASAN

NOVITA NINING WIDYANINGSIH. Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah (Studi Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang di Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan ALI KHOMSAN dan MELLY LATIFAH.

Stres merupakan penyakit jiwa yang paling banyak diderita oleh masyarakat saa ini. Stres bisa disebabkan oleh beberapa faktor seperti keadaan sosial ekonomi dan lingkungan (macet, bising, panas, dan polusi udara). Menurut Suyono (2001), stres dapat meningkatkan tekanan darah.

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada pengemudi angkutan umum. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk:1) Mengetahui keadaan sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga) dan persepsi pengemudi angkutan umum terhadap keadaan ekonominya; 2) Mengetahui gaya hidup (kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan olahraga, kebiasaan istirahat, dan pola makan), status gizi, tingkat stres, tipe kepribadian, dan tekanan darah pengemudi angkutan umum; 3) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres pada pengemudi angkutan umum; 4) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum.

Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai bulan Maret – Juni 2008. Penelitian ini dilakukan pada pengemudi angkutan umum trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Penarikan contoh dilakukan secara nonprobability sampling. Pengemudi angkutan umum dalam penelitian ini adalah pria yang bekerja sebagai pengemudi angkutan umum pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor dengan syarat berumur lebih dari 30 tahun dan lama bekerja sebagai pengemudi angkutan umum minimal dua tahun. Jumlah contoh pada penelitian ini sebanyak 60 orang, yang terdiri dari 30 pengemudi angkutan umum trayek Kampus Dalam dan 30 pengemudi trayek Leuwiliang.

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Hampir semua data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data primer, kecuali data jumlah angkutan umum, data penduduk kecamatan Darmaga, dan indikator kemiskinan di Kabupaten Bogor. Pengolahan dan analisis data menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS versi 13. Untuk mengetahui perbedaan antara variabel dilakukan uji beda t-test dan uji beda Mann-Whitney U test sesuai dengan jenis datanya, sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan uji regresi linier berganda.

Keadaan sosial ekonomi contoh terdiri dari umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga. Hasil uji beda t–test menunjukkan bahwa umur, pendapatan, dan besar keluarga tidak terdapat perbedaan yang nyata antara contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang. Uji beda dengan Man-Whitney U test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pendidikan contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang.

Sebanyak 41,6% contoh pada kedua trayek merokok sebanyak 10-20 batang sehari dan Lebih dari separuh contoh (66,7%) pada kedua trayek melakukan olahraga. Hasil uji beda dengan Man-Whitney U test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kebiasaan merokok dan olahraga pada contoh trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang. Sejumlah 20% contoh pada kedua trayek mengonsumsi alkohol dan 81,7% contoh pada kedua trayek selalu melakukan

(5)

Istirahat. Uji beda dengan Man-Whitney U test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan kebiasaan minum alkohol dan istirahat antara contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang.

Lebih dari separuh (55%) contoh pada kedua trayek makan tiga kali sehari atau lebih. Enam puluh satu koma tujuh persen contoh pada kedua trayek termasuk ke dalam status gizi normal. Uji beda t-test menunjukkan bahwa status gizi contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Sejumlah 3,3% contoh pada trayek Kampus Dalam dan 10% pada trayek leuwiliang mengalami stres. Uji beda t-test menunjukkan bahwa tingkat stres contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang terdapat perbedaan yang nyata (p=0,018). Sejumlah 6,7% contoh pada trayek Kampus Dalam dan 30% pada trayek Leuwiliang memiliki tipe kepribadian A. Hasil uji beda t-test menunjukkan bahwa tipe kepribadian contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang terdapat perbedaan yang nyata (p=0,061). Lebih dari separuh contoh pada kedua trayek tersebut memiliki tekanan darah normal baik sistolik maupun diastolik. Uji beda t-test menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik maupun diastolik contoh pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang tidak terdapat perbedaan yang nyata.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres. Pertama adalah tipe kepribadian, setiap kenaikan satu skor tipe kepribadian akan menaikkan tingkat stres sebesar 0,034. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor tipe kepribadian maka semakin tinggi tingkat stresnya. Kedua adalah besar keluarga, setiap pertambahan satu anggota keluarga akan menaikkan tingkat stres sebesar 2,521. Ketiga adalah trayek angkutan umum, contoh pada trayek Leuwiliang memiliki risiko 6,671 kali lebih besar untuk mengalami stres dibandingkan dengan contoh pada trayek Kampus Dalam.

Hasil uji regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat tiga faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah sistolik. Pertama adalah umur. Setiap pertambahan umur 1 tahun akan menaikkan tekanan darah sistolik sebesar 0,477 mmHg. Kedua adalah berat badan. Setiap kenaikan 1 kg berat badan akan menaikkan tekanan darah sistolik sebesar 0,410 mmHg. Ketiga adalah Besar keluarga. Setiap pengurangan satu anggota keluarga akan menaikkan tekanan darah sistolik sebesar 2,289 mmHg. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah diastolik ada empat. Pertama adalah umur. Setiap pertambahan umur satu tahun akan menaikkan tekanan darah diastolik sebesar 0,378 mmHg. Kedua adalah berat badan. Setiap pertambahan 1 kg berat badan akan menaikkan tekanan darah diastolik sebesar 0,385 mmHg. Ketiga adalah tingkat stres. Setiap kenaikan satu skor tingkat stres akan menaikan tekanan darah diastolik sebesar 0,209 Keempat adalah besar keluarga. Setiap pengurangan satu anggota keluarga akan menaikan tekanan darah sebesar 0,093 mmHg.

Saran.Tipe kepribadian mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap tingkat stres pada pengemudi angkutan umum. Contoh yang memiliki tipe kepribadian A mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami stres. Untuk itu maka perlu dilakukan penyuluhan tentang cara mereduksi/mengubah tipe kepribadian A menjadi B. Selain tipe kepribadian, trayek angkutan umum juga berpengaruh terhadap tingkat stres. Jarak yang jauh, macet, dan kondisi jalan yang berliku-liku dapat meningkatkan tingkat stres pada pengemudi angkutan umum. Maka perlu dilakukan pengaturan lalu lintas yang baik untuk mengurangi kemacetan. Selain itu perlu dilakukan perbaikan dan pelebaran jalan.

(6)

Status gizi berpengaruh terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum. Semakin tinggi IMT maka semakin tinggi risiko untuk menderita hipertensi. Untuk itu maka perlu dilakukan penyuluhan kepada pengemudi angkutan tentang pola makan yang baik untuk mencegah terjadinya hipertensi.

Penelitian yang akan datang diharapkan untuk membandingkan pengemudi angkutan umum yang lama dan baru sebagai faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres. Selain itu diharapkan juga untuk menyertakan variabel aktivitas fisik sebagai faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah.

(7)

PENGARUH KEADAAN SOSIAL EKONOMI, GAYA HIDUP,

STATUS GIZI, DAN TINGKAT STRES

TERHADAP TEKANAN DARAH

(Studi Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum

Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang

di Kabupaten Bogor)

NOVITA NINING WIDYANINGSIH

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(8)

JUDUL : Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah (Studi

Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang di Kabupaten Bogor)

Nama Mahasiswa : Novita Nining Widyaningsih NRP : A54104056

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan Ir. Melly Latifah, M. Si NIP.131.404.218 NIP. 131.879.327

Diketahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131.124.019

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengaruh Keadaan Sosial Ekonomi, Gaya Hidup, Status Gizi, dan Tingkat Stres terhadap Tekanan Darah (Studi Kasus pada Pengemudi Angkutan Umum Trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang di Kabupaten Bogor) ini dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr.Ir. Ali Khomsan, MS dan Ir. Melly Latifah, MSi selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan dan nasihat yang telah diberikan dari awal penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.

2. Dr.Ir. Dwi Hastuti, MS selaku dosen pemandung seminar atas masukan-masukan yang telah diberikan.

3. Dr.Ir. Lilik Kustiyah, MS selaku dosen pembimbing akademik atas nasihat dan perhatiannya yang telah diberikan selama kuliah.

4. Katrin Roosita, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi atas masukan-masukan yang telah diberikan.

5. Dr.Ir.Dadang Sukandar, MS atas masukannya dalam pengolahan data. 6. Seluruh staf pengajar dan Komisi Pendidikan Departemen Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.

7. Dinas Perhubungan Kabupaten Bogor, para pengemudi angkutan umum yang telah menjadi responden atas informasi yang telah diberikan.

8. Ayah dan bunda tercinta untuk doa, nasihat, dukungan, dan kasih sayang yang begitu berlimpah.

9. Semua keluarga di Klaten atas nasihat dan dukungannya selama ini. 10. Sri, Merry, Ari, dan Nova sebagai pembahas seminar atas

masukan-masukannya.

11. Teman-teman Gamasakres 41 semua atas bantuan, dukungan, dan persahabatannya selama ini.

12. Ventri, Retno, dan Arina atas bantuannya dalam pengambilan data.

13. Teman-teman ” Aulia” : Mbak ita, Itut, Ajeng, Supi, Tiara, Afi, dan Iroeb atas bantuan, dukungan, motivasi, dan kebersamaan yang telah diberikan.

(10)

14. Teman-teman ”KMK 41 (Keluarga Mahasiswa Klaten)” : Yunita, Itut, Yodi, Nanang, Chabib, Catur, Wulan, Tika, Tutik, Ririn, Ari, Haris, Azhar, Ringga, Udin, Mitha, Tifa, dan rukin atas dukungan dan persahabatannya selama ini.

Semoga Karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2008

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 2 November 1986 di Klaten, Jawa Tengah. Penulis adalah anak pertama dari pasangan Bapak Sutimin dan Ibu Wagiyem.

Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1998 di SD Negeri Krakitan 1. Pendidikan sekolah lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 5 Klaten dan pendidikan sekolah lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Muhammadyah 1 Klaten. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004.

Selama mengikuti pendidikan penulis aktif mengikuti beberapa kegiatan baik di dalam maupun diluar Kampus. Penulis aktif menjadi anggota beberapa organisasi kemahasiswaan, antara lain sebagai staf pada Departemen Minat dan Bakat (HIMAGITA). Pada tahun 2005-2008 penulis aktif di Bina Desa BEM KM IPB sebagai sekretaris. Selain itu pada tahun 2007 penulis aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian sebagai sekretaris pada Departemen Dalam Negeri. Penulis juga aktif mengikuti kepanitian berbagai acara antara lain sebagai penanggung jawab kelompok pada acara masa perkenalan fakultas pertanian dan ekologi manusia, divisi bank soal pada acara food and nutrition competition, dan beberapa kepanitian lainnya. Penulis juga pernah mengikuti kegiatan penanganan anak korban gempa di Klaten, Jawa Tengah sebagai relawan. Pada tahun 2007, penulis melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di desa Pasir Baru, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Perumusan Masalah ... 2 Tujuan Penelitian ... 3 Manfaat Penelitian... 3 TINJAUAN PUSTAKA Pengemudi Angkutan Umum... 4

Stres ... 4 Tipe Kepribadian ... 7 Persepsi... 8 Tekanan Darah... 9 Status Gizi ... 11 Gaya Hidup... 12

Keadaan Sosial Ekonomi ... 18

KERANGKA PEMIKIRAN ... 23

METODE PENELITIAN Desain dan Waktu Penelitian ... 24

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ... 24

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 25

Pengolahan dan Analisis ... 26

Definisi Operasional ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Trayek Angkutan Umum ... 30

Keadaan Sosial Ekonomi Contoh... 31

Persepsi Contoh terhadap Keadaan Ekonomi ... 35

Gaya Hidup Contoh Kebiasaan Merokok ... 36

Kebiasaan Minum Alkohol ... 40

Kebiasaan Berolahraga ... 42 Kebiasaan Istirahat ... 44 Pola Makan... 46 Status Gizi ... 52 Tipe Kepribadian ... 54 Tingkat Stres ... 55 Tekanan Darah... 56

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tingkat Stres ... 58

Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Tekanan Darah... 64

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan... 70

(13)

Saran ... 71 DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN ... 77

(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-V ... 11

2. Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia... 12

3. Jenis dan cara pengumpulan data ... 25

4. Cara pengkategorian data ... 27

5. Sebaran contoh berdasarkan kelompok umur... 31

6. Sebaran contoh berdasarkan pendidikan... 32

7. Sebaran contoh berdasarkan pendapatan ... 33

8. Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga ... 34

9. Sebaran contoh berdasarkan persepai terhadap keadaan ekonomi.. 35

10. Sebaran contoh berdasarkan jumlah rokok... 37

11. Sebaran contoh berdasarkan usia merokok... 38

12. Sebaran contoh berdasarkan jenis rokok ... 38

13. Sebaran contoh berdasarkan situasi merokok ... 39

14. Sebaran contoh berdasarkan bahaya merokok... 39

15. Sebaran contoh berdasarkan dampak merokok... 30

16. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan mengonsumsi alkohol ... 41

17. Sebaran contoh berdasarkan alasan mengonsumsi alkohol... 41

18. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga... 42

19. Sebaran contoh berdasarkan jenis olahraga... 43

20. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi olahraga... 44

21. Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan istirahat ... 44

22. Sebaran contoh berdasarkan lama istirahat... 45

23. Sebaran contoh berdasarkan lama tidur malam... 45

24. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi makan... 47

25. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi karbohidrat ... 47

26. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi protein nabati... 48

27. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi protein hewani ... 49

28. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi sayur... 50

29. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi buah ... 51

30. Sebaran contoh berdasarkan frekuensi konsumsi produk olahan susu 52 31. Sebaran contoh berdasarkan status gizi ... 53

32. Sebaran contoh berdasarkan tipe kepribadian... 54

(15)

Nomor ... Halaman

34. Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah sistolik ... 57

35. Sebaran contoh berdasarkan tekanan darah diastolik ... 57

36. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres ... 59

37. Sebaran contoh berdasarkan tipe kepribadian dan tingkat stres ... 60

38. Sebaran contoh berdasarkan persepsi dan tingkat stres ... 63

39. Sebaran contoh berdasarkan trayek angkutan umum dan tingkat stres... 63

40. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tekanan darah... 64

41. Sebaran contoh berdasarkan umur dan tekanan darah sistolik ... 65

42. Sebaran contoh berdasarkan umur dan tekanan darah diastolik ... 65

43. Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres dan tekanan darah sistolik... 68

44. Sebaran contoh berdasarkan tingkat stres dan tekanan darah diastolik... 69

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Dampak stres pada manusia... 6 2. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres dan

tekanan darah... 23 3. Bagan cara penarikan contoh penelitian ... 25

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Skor rata-rata persepsi contoh terhadap keadaan ekonominya ... 77

2. Sebaran jawaban tipe kepribadian contoh ... 78 3. Sebaran contoh berdasarkan gejala-gejala stres ... 79

(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu indikator kemajuan suatu bangsa. Di Indonesia tujuan pembangunan kesehatan tercantum dalam UU Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 yaitu tercapainya harapan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan penduduk. Derajat kesehatan diukur dengan menggunakan empat indikator yaitu usia harapan hidup, angka kematian bayi dan balita, banyak sedikitnya penderita penyakit, dan keadaan gizi masyarakat. Melihat kondisi tersebut seharusnya masyarakat lebih memperhatikan kesehatan mereka sehingga tujuan pembangunan kesehatan dapat tercapai (Depkes 2002).

Kesehatan jiwa merupakan salah satu bagian dari unsur kesehatan masyarakat dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan kesehatan. Penyakit jiwa yang paling banyak diderita oleh masyarakat saat ini adalah stres. Menurut Losyk (2007), stres telah menyebabkan kerugian ekonomi negara Amerika Serikat lebih dari $100 miliar per tahun. Departemen Dalam Negeri Amerika Serikat memperkirakan, 40% dari kasus keluar masuknya tenaga kerja disebabkan karena masalah stres. Data dari survei kesehatan rumah tangga (SKRT) yang dilakukan oleh Badan Litbang Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 1995 menunjukkan bahwa terdapat 264 dari 1000 rumah tangga menderita stres. Data tersebut dipastikan akan terus meningkat karena krisis ekonomi dan gejolak lainnya. Berdasarkan uraian tersebut dapat dilihat bahwa stres merupakan sesuatu hal yang akan menghambat kesehatan dan produktivitas kerja seseorang.

Salah satu kelompok masyarakat yang memiliki risiko besar untuk mengalami stres adalah pengemudi angkutan umum. Hal ini terjadi karena mereka dihadapkan pada tuntutan-tuntutan untuk mendapatkan penumpang sebanyak mungkin untuk kelangsungan hidup mereka dan keluarganya. Selain itu mereka memiliki intensitas lebih sering untuk mengalami stres karena lingkungan fisik, seperti kemacetan, kebisingan, panas, dan polusi udara. Menurut Sears et al.(1985), lingkungan fisik sangat mempengaruhi perasaan dan interaksi sosial. Lingkungan fisik dapat menimbulkan terjadinya stres. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa keadaan sosial ekonomi dan

(19)

lingkungan fisik sangat berpengaruh terhadap munculnya stres pada pengemudi angkutan umum dimana saja dan siapa saja.

Stres berpengaruh terhadap kesehatan seseorang. Menurut Suyono (2001), stres dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi. Penyakit hipertensi akan menimbulkan berbagai komplikasi pada tubuh seseorang jika tidak segera ditangani dengan baik. Berbagai penelitian yang ada mengungkapkan bahwa penyakit hipertensi membuka peluang 12 kali lebih besar untuk menderita stroke dan 6 kali lebih besar untuk terkena serangan jantung, serta 5 kali lebih besar kemungkinan meninggal karena gagal jantung (congestive heart failure). Penderita hipertensi juga berisiko besar mengalami gagal ginjal. Di Amerika Serikat, sekitar 64 juta lebih penduduknya yang berusia antara 18 sampai 75 tahun diperkirakan menderita hipertensi (Sustrani et al. 2004).

Perumusan Masalah

Menurut Dinas Perhubungan tahun 2005 terdapat 75 trayek angkutan umum yang tersebar di Kabupaten Bogor dengan jumlah angkutan umum 3635. Jumlah angkutan umum ini diperkirakan jumlahnya akan meningkat setiap tahun. Meningkatnya jumlah angkutan umum menyebabkan semakin banyaknya jumlah pengemudi angkutan umum sehingga semakin tingginya persaingan antar pengemudi angkutan umum untuk mendapatkan penumpang. Selain itu peningkatan jumlah angkutan umum juga menyebabkan terjadinya kemacetan, polusi udara, panas, dan kebisingan. Kondisi tersebut dapat memicu terjadinya stres di kalangan pengemudi angkutan umum. Berdasarkan hal tersebut maka sangat diperlukan penelitian terhadap pengemudi angkutan umum untuk:

1. Mengetahui bagaimana keadaan sosial ekonomi dan persepsi pengemudi angkutan umum terhadap kondisi ekonominya?

2. Mengetahui bagaimana gaya hidup, status gizi, tingkat stres, tipe kepribadian, dan tekanan darah pengemudi angkutan umum?

3. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah.

(20)

Tujuan Penelitian Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang pengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah pada pengemudi angkutan umum. Tujuan Khusus:

1. Mengetahui gambaran trayek angkutan umum, keadaan sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, besar keluarga), dan persepsi pengemudi angkutan umum terhadap keadaan ekonominya.

2. Mengetahui gaya hidup (kebiasaan merokok, minum alkohol, olahraga, istirahat, dan pola makan), status gizi, tingkat stres, tipe kepribadian, dan tekanan darah pengemudi angkutan umum.

3. Menganalisis faktor-faktor yang pengaruh terhadap tingkat stres pada pengemudi angkutan umum.

4. Menganalisis faktor-faktor yang pengaruh terhadap tekanan darah pada pengemudi angkutan umum.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang faktor-faktor yang pengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah pengemudi angkutan umum, sehingga diharapkan dapat mencegah meningkatnya prevalensi penyakit hipertensi pada masyarakat, khususnya pengemudi angkutan umum. Bagi pihak pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam merumuskan kebijakan-kebijakan yang tepat untuk memperbaiki kesehatan masyarakat, khususnya para pengemudi angkutan umum.

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengemudi Angkutan Umum

Angkutan umum merupakan salah satu jenis jasa transportasi informal yang paling banyak diminatin masyarakat saat ini. Angkutan umum menggunakan kendaraan jenis mikrobis seperti Kijang atau Suzuki Carry dengan kapasitas penumpang 5 sampai 10 orang. Selain itu angkutan umum melayani rute pendek berkisar 5 sampai 10 kilometer, bisa juga lebih, baik dalam ataupun antar kota. Biasanya rute angkutan umum akan melalui jalan-jalan kecil ataupun sempit yang sulit atau bahkan tidak dapat dilalui oleh kendaraan yang lebih besar (Hutabarat 2005 diacu dalam Pranita 2006). Biasanya angkutan umum dikendarai seorang pengemudi (sopir).

Mengemudi adalah suatu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang sopir baik sopir taksi, sopir angkot, tukang antar barang atau pengemudi truk jarak jauh. Mengemudi adalah kegiatan yang penuh stres, khususnya untuk pria. Stres yang dialami selama mengemudi berasal dari berbagai faktor, termasuk lalu lintas, cuaca, kondisi jalan, tersesat, kesulitan dengan mobil, kebisingan, getaran umum, keletihan, dan masalah dengan penumpang. Banyak orang yang mengalami perubahan kepribadian selama mengemudi (Atkinson 1997). Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa pengemudi angkutan umum memiliki intensitas yang lebih besar untuk mengalami stres.

Stres

Pengemudi angkutan umum memiliki risiko besar untuk mengalami stres. Menurut Anonim (2007), stres adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang berbahaya/sulit sehingga menyebabkan tubuh memproduksi hormon adrenalin untuk mempertahankan hidup. Stres dibedakan menjadi dua, yaitu distres dan eustres. Menurut Looker dan Gregson (2004), distres adalah kemampuan seseorang menghadapi tuntutan yang semakin meningkat dan memandang tuntutan tersebut sebagai sesuatu yang sulit dan mengancam, sedangkan eustres adalah kemampuan untuk menghadapi tuntutan yang dirasakan dan dapat menimbulkan rasa percaya diri sehingga mampu menangani dan mengatasi tuntutan-tuntutan tersebut. Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa setiap orang memiliki kemampuan/cara pandangan yang berbeda dalam menghadapi tuntutan dan masalah dalam hidupnya.

(22)

Menurut Selye (1976) diacu dalam Losyk (2007), respon fisik dan mental stres terjadi melalui tiga tahapan spesifik : reaksi peringatan, pertahanan, dan penghabisan. Dalam tahap peringatan tubuh dihadapkan pada penyebab stres. Seseorang yang mengalami stres akan merasa bigung dan kehilangan arah, sehingga tubuh menyiapkan dirinya melawan stres dengan mengirimkan hormon-hormon ke dalam aliran darah, akibatnya detak jantung dan pernafasan meningkat, ditambah dengan semakin menegangnya otot-otot pada saat tubuh bersiap-siap melakukan aksi. Gerakan pertahanan ini akan membantu seseorang bertahan terhadap penyebab stres.

Dalam tahap pertahanan, hormon-hormon di dalam darah tetap berada pada tingkat tinggi. Tubuh menyesuaikan diri untuk melawan stres. Penyesuaian ini bisa terjadi di dalam sebuah organ tubuh tersendiri maupun sistem organ secara menyeluruh. Jika stres tingkat tinggi terus berlangsung, akan berakibat pada timbulnya penyakit dalam pada sebuah organ tubuh atau sistem tubuh. Tingginya tingkat stres menyebabkan seseorang menjadi gugup, lelah, dan sering kali marah-marah.

Tahap terakhir dari stres adalah tahap penghabisan, tahap dimana stres tetap berlangsung, jaringan, dan sistem organ tubuh bisa rusak. Dalam jangka waktu yang panjang, keadaan ini bisa menimbulkan panyakit atau kematian. Selye menyimpulkan, tiap orang memiliki energi terbatas untuk beradaptasi terhadap stres, setelah energi tersebut habis harus diisi kembali atau kelelahan dan kematian akan segera terjadi. Efek stres pada manusia ditunjukkan pada Gambar 1.

Faktor-faktor yang menimbulkan stres disebut stresor. Stresor dibedakan atas tiga golongan yaitu: 1). Stresor fisikbiologik. Stresor ini terdiri atas rasa dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan, dan sebagainya; 2). Stresor psikologis. Stresor ini terdiri atas rasa takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta, dan lain-lain; 3). Stresor Sosial Budaya. Contohnya pengangguran, perceraian, perselisihan, dan lain-lain (Gunawan & Sumadiono 2007). Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat bahwa stres dapat timbul karena banyak faktor.

(23)

Gambar 1. Dampak stres pada tubuh manusia (Sumber: www.topic/effects.htm) Stres dapat menyebabkan

gangguan fisik/ mental

seseorang. Gambar dibawah ini menunjukkan bagian-bagian tubuh yang sangat dipengaruhi oleh stres.

Rambut: Tingkat stress yang tinggi dapat

menyebabkan kerusakan rambut dan kebotakan.

Otot: Nyeri yang tidak teratur pada leher dan bahu, sakit musculoskeletal, sakit punggung, kejang pada otot, mengalami gangguan pada syaraf tidak sadar.

Paru-paru: Tingginya mental atau emosi stres akan mempengaruhi individu yang menderita asma.

Jantung:

Stres yang telah

terakumulasi menyebabkan penyakit kardiovaskuler dan hipertensi

Mulut. Gejala dari stres adalah sering mengalami sariawan dan mulut kering. Otak: Stres akan menyebabkan terjadinya masalah emosional dan mental seperti kesulitan tidur, sakit kepala, perubahan

kepribadian, cepat marah, kegelisahan, dan depresi

Saluran Pencernaan: Stres dapat menyebabkan penyakit pada saluran pencernaan seperti radang lambung, sakit perut, radang usus besar ulceratif.

Kulit: Beberapa individu yang mengalami stres akan berakibat pada kerusakan kulit seperti kulit berubah warna menjadi

kemerahan, gatal, panas, kering, pecah-pecah.

Organ Reproduksi: Stres berakibat pada sistem

reproduksi yang menyebabkan gangguan menstruasi dan peradangan vagina pada wanita, impotensi dan ejakulasi pada laki-laki.

(24)

Tingkat stres dapat diukur dengan menggunakan berbagai alat ukur. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan diadaptasi dari H. Ebel (1983), karena alat ini menggambarkan bagaimana reaksi tubuh terhadap stres. Pada alat ukur ini terdapat 39 pertanyaan yang merupakan gejala-gejala stres yang sering dialami oleh seseorang (Greenberg 2002).

Tipe Kepribadian

Stres timbul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kepribadian. Kepribadian mempunyai pengaruh dengan daya tahan seseorang dalam menghadapi stres. Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang kompleks dari individu yang tampak dari tingkah lakunya yang unik. Kepribadian manusia dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern dibawa manusia sejak lahir, baik yang bersifat kejiwaan maupun yang bersifat badaniah. Kejiwaan berwujud pikiran, perasaan, kemauan, fantasi, ingatan, dan lain-lainnya. Faktor intern juga disebut sebagai kemampuan dasar. Faktor intern berkembang dan hasil perkembangannya digunakan untuk mengembangkan pribadi itu lebih lanjut. Kedua adalah faktor ekstern (lingkungan). Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar manusia, baik yang hidup maupun yang mati, misalnya: tumbuh-tumbuhan, hewan, manusia, batu, gunung, candi, buku, polusi, bising, angin, keadaan udara, curah hujan, budaya, pekerjaan, dan lain-lain. Keadaan tersebut dapat berpengaruh terhadap kepribadian manusia (Sujanto et al. 2004).

Kepribadian dibedakan menjadi dua yaitu: kepribadian jenis A dan kepribadian jenis B. Pola perilaku kepribadian jenis A adalah sangat kompetitif dan berorientasi pada pencapaian, mereka merasa waktu selalu mendesak, merasa sulit santai, menjadi tidak sabar, dan marah jika berhadapan dengan keterlambatan atau dengan orang yang mereka pandang tidak kompeten. Individu yang berkepribadian tipe A merupakan korban dari perasaan keraguan diri yang terus menerus, mereka memaksa diri untuk mencapai lebih banyak hal dalam waktu yang cepat (Atkitson et al. 2000).

Pola perilaku individu yang berkepribadian B adalah mereka santai tanpa merasa bersalah, bekerja tanpa menjadi nafsu, mereka tidak tergesa-gesa, dan tidak mudah marah (Atkinson et al. 2000). Individu tipe B lebih terlihat tenang, santun, terkendali, mudah bergaul, pendengar yang baik, tidak mudah marah, dan sabar (Looker & Gregson 2004).

(25)

Menurut Tenjo (2004), terdapat empat ciri kepribadian yang rawan terhadap stres. Pertama orang yang sangat hati-hati. Ciri-cirinya adalah orang yang terlalu perfeksionis terhadap pekerjaannya, kaku, dan kurang memiliki toleransi terhadap perbedaan. Akibatnya apabila ada pekerjaan yang kurang sesuai dengan dirinya akan menimbulkan kegelisahan yang berlebihan. Kedua adalah orang yang selalu cemas. Ciri-cirinya adalah orang yang merasa tidak aman terhadap sesuatu hal, kurang tenang, suka meresahkan sesuatu dan lebih cepat panik dalam menghadapi masalah.

Ketiga adalah orang yang kurang percaya diri. Ciri-cirinya adalah orang yang merasa dirinya tidak mampu dalam menghadapi masalah sehingga menyebabkan orang tersebut tidak mengoptimalkan kemampuannya dalam menghadapi masalah dan mereka cenderung lari dari masalah. Keempat adalah orang yang temperamental. Ciri-cirinya adalah orang yang mudah terpancing emosinya, masalah kecil berubah menjadi besar sehingga banyak orang yang tertekan dan akhirnya bereaksi. Kondisi ini menyebabkan emosinya semakin menegang dan tinggi.

Tipe kepribadian A berpengaruh besar terhadap kesehatan seseorang. Menurut Khomsan (2003), tipe kepribadian A memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk terkena penyakit jantung koroner. Faktor risiko ini lebih besar dari pada menyebab lain seperti kolesterol, merokok, dan faktor keturunan. Prinsip hidup orang yang tipe kepribadiannya A adalah output orient, yakni segala sesuatunya dihargai dari hasil kerjanya.

Pada penelitian ini kuesioner dimodifikasi dari kuesioner Friedman dan Rosenman. Friedman dan Rosenman adalah orang yang pertama kali menjelaskan hubungan antara perilaku-perilaku spesifik dengan terjadinya serangan jantung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tipe kepribadian dengan terjadinya penyakit jantung koroner dan hipertensi.

Persepsi

Selain tipe kepribadian tingkat stres juga dipengaruhi oleh persepsi. Persepsi terhadap sumber stres akan berpengaruh terhadap cara menghadapi stres. Menurut Atkinson (1991) diacu dalam Ginting (2003), persepsi adalah proses dimana seseorang menilai, menafsirkan, dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Rakhmat (2004), mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi, yang pertama adalah

(26)

faktor struktural. Faktor struktural berupa stimuli fisik dan efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Secara struktural persepsi ditentukan oleh jenis dan bentuk rangsangan yang diterima. Faktor yang kedua adalah faktor fungsional. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang termasuk ke dalam faktor pribadi atau karakteristik pribadi yang menentukan persepsi dan memberi respon terhadap rangsangan. Persepsi yang dipengaruhi oleh pengalaman dan penginderaan tidak akan sama antara satu dengan yang lainnya walaupun berada dalam satu kelompok atau organisasi.

Cara kerja persepsi ditandai dengan empat cara/strategi. Pertama, menciptakan kesatuan dalam gambaran kita terhadap suatu masalah. Kedua, mengabungkan persepsi baru yang sesuai dengan persepsi utama kita dan menolak informasi yang tidak sesuai. Ketiga, menambah informasi untuk melengkapi persepsi. Informasi tambahan diperoleh dari teori kepribadian yang implisit. Keempat, menyusun persepsi (Calhoun & Acocella 1990).

Menurut Anomin (2007), reaksi seseorang dalam menghadapi masalah tidak sama. Ada seseorang yang yang menganggap masalah sebagai sesuatu hal yang serius tetapi ada juga yang menganggap masalah sebagai sesuatu hal yang biasa. Latar belakang seseorang, struktur neurologinya, dan pengalaman-pengalamannya yang terdahulu dalam menghadapi masalah akan mempengaruhi seseorang dalam memberikan tanggapan terhadap masalahnya.

Tekanan Darah

Stres akan berakibat pada peninggian tekanan darah. Menurut Suyono (2001) stres dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Apabila stres berlangsung lama dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah (hipertensi) yang menetap. Tekanan darah merupakan tenaga yang digunakan oleh darah terhadap setiap satuan daerah dari dinding pembuluh darah tersebut. Satuan standar untuk mengukur tekanan darah adalah milimeter air raksa atau mmHg. (Guyton 1976).

Tekanan darah manusia diatur dalam jantung. Jantung adalah sebuah pompa dan kejadian-kejadian yang terjadi dalam jantung selama peredaran darah disebut siklus jantung (Pearce 1997). Siklus jantung terdiri atas periode relaksasi yang dinamakan diastolik yang kemudian diikuti oleh periode kontraksi yang dinamakan sistolik (Guyton 1976). Kontraksi dari kedua atrium terjadi

(27)

serentak dan disebut sistol atrial, dan pengendorannya adalah diastole atrial. Kontraksi dan pengendoran ventrikel juga disebut dengan diastole dan sistole ventrikel. Kontraksi kedua ventrikel lebih lama dan lebih kuat dibandingkan dengan atrium karena ventrikel kiri harus mendorong darah keseluruh tubuh untuk mempertahankan tekanan darah arteri sistemik. Sedangkan ventrikel kanan bertugas untuk memompa darah ke paru-paru. Lama kontraksi ventrikel adalah 0,3 detik dan relaksasi terjadi selama 0,5 detik (Pearce 1997).

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah spignomanometer, suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur tekanan udara sebanding dengan tekanan darah dalam arteri. Pengukuran berpedoman pada berapa milimeter tinggi tekanan udara yang tampak pada kolom air raksa dalam sebuah tabung gelas. Spignomanometer terdiri dari manset dan karet yang dihubungkan dengan sebuah tabung karet sebagai tabung yang dapat menekan, dan sebuah tabung air raksa berskala. Manset dibungkus pada arteri brakhialis lengan, kemudian udara dipompa ke dalam karet manset sehingga menggembung. Tekanan udara akan menekan sisi luar arteri. Udara ditambah sampai tekanan melebihi tekanan darah dalam arteri. Pada saat ini tidak ada denyutan yang terdengar melalui stetoskop yang diletakkan di atas arteri brakhialis pada lengkung siku sepanjang sisi dalam otot biceps. Dengan perlahan udara dalam manset dilepas, tekanan udara turun sampai kira-kira sebanding dengan tekanan darah dalam arteri. Pada titik ini pembuluh arteri membuka sedikit dan semburan darah melewatinya, menghasilkan suara pertama, agak tajam seperti ketukan. Kemudian diikuti suara keras dan secara tiba-tiba berubah menjadi redup, selanjutnya hilang sama sekali. Suara pertama seperti ketukan tadi adalah tekanan darah sistolik, yaitu kekuatan darah mendorong dinding arteri ketika ventrikel berkontraksi (Soewolo et al. 2003).

Titik paling rendah saat suara masih dapat terdengar, tepat sebelum hilang sama sekali, kira-kira sebanding dengan tekanan darah diastolik atau kekuatan darah mendesak dinding arteri ketika ventrikel relaksasi. Tekanan sistol memberi informasi tentang kekuatan kontraksi ventrikel kiri, dan tekanan diastol memberikan informasi tentang tahanan pembuluh darah. Perbedaan antara besarnya tekanan darah sistol dan diastol disebut tekanan denyutan, yang rata-ratanya adalah 40mmHg (Soewolo et al. 2003). Pada penelitian ini tekanan darah diukur dengan menggunakan tensimeter digital. Kerja tensimeter digital sama dengan spignomanometer, tetapi cara penggunaannya lebih mudah.

(28)

Seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah yang melebihi 140 mmHg/90 mmHg baik tekanan darah sistolik maupun diastolik yang disebut dengan hipertensi. Menurut Sustrani et al. (2004), hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Tubuh akan bereaksi lapar, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, timbullah gejala yang disebut tekanan darah tinggi.

Tabel 1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC-V (The Joint National Committee on Detection)

Kategori Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolik Normal dibawah 130 mmHg dibawah 85 mmHg Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg Stadium 1 (hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Stadium 2 (hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg Stadium 3 (hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Stadium 4 (hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih Sumber : Wijayakusuma & Dalimartha (2005)

Tekanan darah tinggi (Hipertensi) dapat dikelompokkan dalam dua kategori besar, yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer (esensial) adalah suatu kondisi dimana hipertensi belum diketahui penyebabnya dengan jelas. Misalnya umur, stres, pola makan, gaya hidup, dan hereditas/ keturunan. Golongan kedua adalah hipertensi sekunder. Hipertensi sekunder adalah suatu kondisi dimana hipertensi telah diketahui penyebabnya secara pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, pemakaian oral kontrasepsi, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor tekanan darah (Purwati et al. 2002). Tekanan darah seseorang selain dipengaruhi oleh tingkat stres juga dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti status gizi, gaya hidup, dan keadaan sosial ekonomi.

Status Gizi

Tekanan darah seseorang dipengaruhi oleh status gizi. Menurut Riyadi (2001), status gizi adalah keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi), dan utilisasi

(29)

(utilization) zat gizi makan. Indikator dari status gizi adalah berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Status gizi diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT).

Indeks Massa Tubuh merupakan alat yang sederhana yang digunakan untuk memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa et al. 2001). Penilaian berat badan dengan menggunakan IMT mempunyai kelemahan yaitu tidak memperlihatkan distorsi proporsi tubuh (Purwanti et al. 2002).

IMT =

)

(

)

(

2

m

TB

kg

BB

Tabel 2 Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT

Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0 Kurus

Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,5

Normal 18,5 – 25,0

Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,0 – 27,0 Gemuk

Kelebihan berat badan tingkat berat > 27 Sumber : Depkes (1994) dalam (Supariasa et al. 2001).

Seseorang yang mempunyai IMT lebih dari 25 disebut gemuk. Obesitas (gemuk) menyebabkan seseorang susah bergerak dengan bebas sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebih dari tubuh. Obesitas termasuk salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko hipertensi dan serangan jantung. Bentuk tubuh berpengaruh langsung terhadap peningkatan tekanan darah. Seseorang yang memiliki bentuk tubuh yang besar dibagian pinggang (bentuk buah apel) memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat kelebihan berat badan lebih besar dibandingkan dengan seseorang yang memiliki tubuh yang besar dibagian pinggul (bentuk buah pir) (Sustrani et al. 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Banerjee et al. (2003), bahwa peningkatan konsumsi fiber sebanyak 12 gram dapat menurunan lingkar pinggang sebanyak 0,63 cm.

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh terhadap tekanan darah. Menurut Sediaoetama (2006), gaya hidup merupakan bagian dari manifestasi budaya dan merupakan hasil belajar dan pengalaman

(30)

sejak lahir sampai meninggal dunia. Perubahan gaya hidup sangat sulit bila dilakukan sekaligus pada ketiga tingkatnya, yaitu pada tingkat masyarakat, keluarga, dan perorangan. Seseorang apabila hendak merubah gaya hidupnya ia akan menerima perubahan hidup itu lebih cepat jika dipisahkan dari keluarga dan masyarakat dan dipindahkan ke dalam keluarga atau masyarakat yang gaya hidupnya akan diambil/ditiru. Gaya hidup dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, minum alkohol, kebiasaan olahraga, istirahat, dan pola makan.

Kebiasaan Merokok

Orang yang merokok memiliki risiko besar untuk mengalami peningkatan tekanan darah. Menurut Latifah et al. (2002b), rokok adalah lintingan (gulungan) kertas rokok yang berisi tembakau kering yang dirajang. Ada yang diberi bumbu (saus) berupa cengkeh dan bahan lainnya, ada yang tanpa bumbu. Rokok mengandung nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan dan merangsang jantung, syarat, otak, dan bagian tubuh lainnya bekerja tidak normal. Nikotin merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Wijayakusuma & Dalimartha 2005). Selain mengandung nikotin rokok juga mengandung tar dan gas monoksida. Tar merupakan bahan yang dapat meningkatkan kekentalan darah, sehingga memaksa jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi. Sedangkan karbon monoksida (CO) dapat meningkatkan keasaman sel darah, sehingga darah menjadi lebih kental dan menempel di dinding pembuluh darah. Penyempitan pembuluh darah memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, sehingga tekanan darah meningkat (Anonim 2007).

Menurut Wijayakusuma & Dalimartha (2005), merokok memberikan efek perubahan metabolik berupa pelepasan hormon pertumbuhan, ACTH, cortisol, meningkatkan asam lemak bebas (free fatty acid), gliserol, dan laktat. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya penurunan HDL kolesterol, peningkatan LDL kolesterol, dan trigliserida, serta meningkatkan kadar fibrinogen plasma dan jumlah sel darah putih. Tubuh akan mengalami peningkatan resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang pada akhirnya menyebabkan kelainan jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) serta meningkatkan risiko penyakit jantung koroner maupun kematian otot jantung/miokard infrak.

(31)

Kebiasaan Minum Alkohol

Selain merokok kebiasaan mengkonsumsi alkohol juga mempengaruhi tekanan darah. Konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskuler. Departemen kesehatan merekomendasikan batasan konsumsi alkohol yang cukup aman bagi laki-laki adalah 28 unit setiap minggu dan bagi perempuan 21 unit. Jumlah tersebut harus dibagi selama seminggu dan tidak terkonsentrasi dalam konsumsi satu atau dua hari. Satu unit adalah setengah pint beer atau kurang, satu sloki vermouth, satu sloki minuman keras. Konsumsi alkohol dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan tekanan darah tinggi yang abnormal khususnya pada orang yang punya sejarah keluarga menderita hipertensi (Looker & Gregson 2004).

Konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kesehatan. Alkohol dapat memacu tekanan darah sehingga jantung harus memompa darah lebih cepat. Batas maksimal konsumsi alkohol adalah 90 mililiter per minggu. Ukuran tersebut sama dengan 6 kaleng bir @ 360 mililiter atau 6 gelas anggur @ 120 mililiter (Sustrani et al. 2004). Konsumsi alkohol membahayakan kesehatan karena meningkatkan sintesis katekholamin. Peningkatan tekanan darah terjadi karena katekholamin dalam jumlah besar (Purwati et al. 2002).

Kebiasaan Olahraga

Kebiasaan olahraga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap tekanan darah seseorang. Olahraga adalah kegiatan fisik yang bersifat permainan dan perjuangan pada diri sendiri atau orang lain terhadap kekuatan-kekuatan alam tertentu. Olahraga dapat mengurangi tekanan darah melalui pengurangan berat badan sehingga jantung akan bekerja lebih ringan dan tekanan darah berkurang (Kuntaraf & Kuntaraf 1996).

Olahraga yang tepat selama 30-40 menit atau lebih sebanyak 3-4 hari per minggu, dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 10 mmHg pada bacaan sistolik dan diastolik. Orang yang kurang aktif melakukan olahraga cenderung mengalami kegemukan (Purwati et al. 2002). Olahraga secara teratur dapat mengurangi stres, menurunkan berat badan, membakar lebih banyak lemak di dalam darah, dan memperkuat otot-otot jantung (Sustrani et al. 2004).

(32)

Kebiasaan Istirahat

Tidur dan istirahat merupakan hal yang esensial bagi keberlangsungan hidup, kesehatan, kebugaran, dan kehidupan. Otak dan sistem tubuh dapat bekerja dalam tingkat yang berbeda dalam melakukan suatu aktivitas (Looker & Gregson 2004). Tubuh memerlukan istirahat yang cukup, artinya tidak berlebihan dan kekurangan. Istirahat membuat tubuh lebih segar, sebaliknya jika kurang istirahat membuat tubuh mudah terserang penyakit dan tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Istirahat malam (tidur) sangat baik dilakukan selama 7-8 jam sedangkan tidur siang (bisa berbaring, tidur atau duduk santai) sangat baik dilakukan selama 2 jam (Latifah et al. 2002a).

Menurut Astawan (2008), tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh manusia untuk mengembalikan stamina agar fit. Kebutuhan tidur bervariasi pada masing-masing orang, umumnya 6-8 jam per hari. Agar kesehatan tubuh tetap terjaga maka seseorang perlu memperhatikan kualitas tidurnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 72.000 orang perawat wanita. Menunjukkan bahwa perawat yang tidur kurang dari 5 jam setiap malam memiliki risiko lebih tinggi 39% untuk terkena penyakit jantung dibandingkan dengan perempuan yang tidur 8 jam. Perawat yang tidur kurang dari 6 jam memiliki risiko lebih tinggi 18% terkena sumbatan arteri dan orang yang tidur sembilan jam atau lebih, diperkirakan memiliki risiko lebih tinggi 37% terkena penyakit jantung (Andriani 2008). Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa tidur yang cukup itu sangat baik untuk menjaga kesehatan tubuh seseorang.

Pola Makan

Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Madanijah 2004). Saat ini telah terjadi pergeseran pola makan masyarakat indonesia dari makanan tinggi konsumsi serat dan karbohidrat bergeser ke arah pola makan kebarat-baratan, yaitu tinggi protein dan lemak. Makanan yang berlemak dapat meningkatkan risiko hipertensi yang pada akhirnya akan berakibat fatal bagi kesehatan (Purwanti et al. 2002). Makanan yang baik untuk penderita tekanan darah tinggi adalah makanan yang mengandung serat, rendah lemak dan kolesterol, dan rendah garam.

(33)

Serat. Serat dibedakan menjadikan dua yaitu, serat kasar (crude fiber) dan serat makanan (dietary fiber). Serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan banyak terdapat pada makanan selain buah dan sayur, seperti beras, kentang, singkong dan kacang ijo (Purwanti et al. 2002).

Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Makanan serat tinggi mengandung energi rendah sehingga mampu menurunkan berat badan dan secara tidak langsung akan berpengaruhi terhadap tekanan darah seseorang. Diet serat tinggi menimbulkan rasa kenyang sehingga menunda rasa lapar. Asupan serat harus dibatasi karena asupan serat yang berlebihan dapat menimbulkan gas yang berlebihan dan diare serta mengganggu penyerapan mineral seperti magnesium, zat besi, dan kalsium. Makanan tinggi serat alami lebih aman dan mengandung zat gizi tinggi serta lebih murah (Almatsier 2005).

Lemak dan Kolesterol. Lemak dibedakan menjadi dua, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh mempunyai ikatan rangkap dan biasanya berbentuk cis sedangkan asam lemak jenuh memiliki ikatan tunggal dan biasanya berbentuk trans (Winarno 1997). Lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol dan trigliserida darah. Lemak jenuh banyak terdapat pada makanan yang berasal dari hewan, seperi daging sapi, babi, kerbau, mentega, susu, keju, dan sebagian kecil dari tumbuhan, seperti kelapa dan hasil olahannya. Asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan trigliserida darah. Asam lemak tak jenuh banyak terdapat pada minyak jagung, minyak kedelai, minyak kacang tanah, minyak biji bunga matahari, ikan, dan minyak ikan (Purwanti et al. 2002).

Konsumsi lemak yang berlebihan dapat mengakibatkan obesitas dan dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu konsumsi lemak yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis), sehingga pembuluh darah menjadi tidak elastis. Kondisi ini akan mengakibatkan naiknya tekanan darah sistolik dan diastolik yang kemudian menyebabkan penyempitan pembuluh darah, yang disebut sebagai tekanan darah tinggi. Konsumsi lemak yang dianjurkan yaitu kurang dari 30% dari total kalori (Wirahkusumah 2001).

Kolesterol merupakan bagian dari lemak. Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak, yaitu kolesterol, trigliserida, dan pospolipid. Tubuh memperoleh

(34)

kolesterol dari makanan dan dari hasil sintesis dalam hati (hepar). Kolesterol dibuat didalam hati dan kemudian diubah menjadi asam empedu untuk membantu proses penyerapan makanan. Asam empedu sebagian besar masuk ke dalam darah untuk sebagian dibawa ke hati dan sebagian dibuang bersama kotoran. Jika kadar kolesterol dalam darah tinggi maka kolesterol tersebut akan menempel pada dinding bagian dalam saluran darah akan tertutup oleh tumpukan kolesterol. Sekitar 25-50% kolesterol yang berasal dari makanan diabsorbsi oleh tubuh dan sebagian akan dibuang melalui feses. (Purwanti et al. 2002).

Garam. Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. WHO (1990) diacu dalam Almatsier (2005), menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram. Garam mempunyai sifat menahan air dan konsumsi garam yang berlebihan dapat menaikkan tekanan darah (Wijayakusuma & Dalimartha 2005).

Mengurangi asupan garam harus diimbangi dengan asupan lebih banyak kalsium, magnesium, dan kalium. Puasa garam dapat menurunkan tekanan darah secara nyata. Konsumsi garam yang dianjurkan adalah sekitar satu sendok teh atau sekitar 5 gram garam per hari (Sustrani et al. 2004). Natrium banyak terdapat pada saos, kecap, selai, jelli, mentega dan makanan yang banyak mengandung soda kue MSG (Mono Sodium Glutamat), dan baking powder (Purwanti et al. 2002).

Fe et al. (2008), dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada hubungan antara intake garam dengan tekanan darah pada anak-anak dan remaja. Meningkatnya intake garam 1 gram/hari dihubungkan dengan meningkatnya tekanan darah sebesar 0,4 mmHg tekanan darah sistolik dan 0,6 mmHg tekanan denyut nadi. Penelitian ini dilakukan pada anak-anak dan remaja usia 4-18 tahun. Sebesar 4,7±0,2 gram/hari diberikan kepada anak-anak usia 4 tahun. Semakin dewasa seseorang maka semakin banyak garam yang diberikan.

Yang et al. (2005) menyatakan bahwa konsumsi soy protein > 25 gram/ hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 1,9 mmHg dan diastolik 0,9 mmHg dibandingkan dengan orang yang tidak mengkonsumsinya. Selain itu wanita yang berumur lebih dari > 60 tahun yang mengkonsumsi soy protein lebih dari 25 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sebesar 4,9 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 2,2 mmHg untuk tekanan darah diastolik.

(35)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nowson et al. (2004) pada subjek yang berumur lebih dari 25 tahun dan memiliki tekanan darah sistolik >120 mm Hg dan tekanan darah diastolik > 80 mmHg atau sistolik >116 mm Hg dan tekanan darah diastolik > 78 mmHg. Penelitian tersebut menyajikan tiga jenis tipe diet. Pertama LNAHK (diet tinggi kalium), kedua HC (diet tinggi kalsium), ketiga OD (diet rendah asam jenuh, sodium sedang, tinggi kalium dan kalsium). Kontrol (CD) diperiksa tiap dua minggu. Hasil penelitian ini dibandingkan dengan CD terjadi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 1,8 ± 0,5 mmHg selama periode OD dan terjadi penurunan tekanan darah sebesar 4,4 ± 0,8 mm Hg /2,0 ± 0,6 mm Hg selama periode LNAHK. Namun tidak terjadi perbedaan yang signifikan jika HC dibandingkan dengan CD. Makanan rendah sodium dan tinggi potassium menyebabkan menurunnya tekanan darah lebih besar dibandingkan dengan OD.

Gaya hidup seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keadaan sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga). Keadaan sosial ekonomi ada yang berpengaruh positif dan ada juga yang berpengaruh negatif terhadap gaya hidup seseorang.

Keadaan Sosial Ekonomi Usia

Menurut Hurlock (1980), masa dewasa dibagi menjadi empat, yaitu masa dewasa dini (18-40 tahun), dewasa madya awal (40-59 tahun), dewasa madya lanjut (50-59), dan dewasa lanjut (60 tahun-kematian). Usia dewasa madya merupakan masa penuh stres. Marmor membagi sumber-sumber stres selama usia madya kedalam empat kategori umum yaitu stres somatik (karena keadaan jasmani yang menunjukkan usia tua), stres budaya (berasal dari penempatan nilai yang tinggi pada kemudaan, keperkasaan, dan kesuksesan oleh kelompok budaya tertentu), stres ekonomi (beban keuangan dari mendidik anak dan memberikan status simbol bagi seluruh anggota keluarga), stres psikologis (akibat kematian suami, istri, kepergian anak dari rumah, kebosanan terhadap perkawinan, hilangnya masa muda, dan mendekati ambang kematian).

Selain berpengaruh terhadap stres umur juga berpengaruh terhadap tekanan darah seseorang. Menurut Purwanti et al.(2002), hipertensi pada pria terjadi pada umur diatas 31 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tua seseorang maka semakin besar risikonya untuk menderita tekanan darah tinggi.

(36)

Pendidikan

Menurut Suprijanto (2007), pendidikan dibedakan menjadi 9 jenis antara lain: 1). Pendidikan Masal; 2). Pendidikan Masyarakat; 3). Pendidikan Dasar; 4). Penyuluhan; 5). Pengembangan Masyarakat; 6) Pendidikan Orang Dewasa; 7) Masyarakat Seumur Hidup; 8). Masyarakat Belajar; 9). Pendidikan Formal, nonformal, dan informal.

Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang/masyarakat untuk menyerap informasi dan mengimplikasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita & Tatang 2004). Pendidikan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Menurut Martianto & Ariani (2004), seseorang yang mempunyai pendidikan formal dan pendapatan yang tinggi maka makanan yang dikonsumsi akan lebih beragam dan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.

Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan kualitas makanan. Menurut Madanijah (2004), perubahan pendapatan secara langsung akan berpengaruh terhadap konsumsi pangan. Peningkatan pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas pangan yang dibeli. Selain pendapatan faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang non pangan. Perubahan harga dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli masyarakat. Keadaan ini menyebabkan daya beli masyarakat berkurang.

Besar keluarga

Besar keluarga akan mempengaruhi pendapatan perkapita dan pengeluaran untuk konsumsi pangan. Keluarga dengan banyak anak dan jarak kelahiran antar anak yang amat dekat akan menimbulkan lebih banyak masalah. Pangan yang tersedia untuk satu keluarga, mungkin tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga tersebut tetapi hanya mencukupi

(37)

sebagian dari anggota keluarga itu (Martianto & Ariani 2004). Ketidakcukupan ini dapat menimbulkan terjadinya stres. Menurut Looker dan Gregson (2004), stres timbul karena tuntutan-tuntutan yang ada diri seseorang tidak dapat dipenuhi dengan baik.

(38)

KERANGKA PEMIKIRAN

Tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Tubuh akan bereaksi lapar yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Apabila kondisi ini berlangsung lama dan menetap maka akan menimbulkan gejala yang disebut hipertensi (Sustrani et al. 2004) Pada umumnya tekanan darah meningkat dengan bertambahnya umur. Tingginya tekanan darah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah tingkat stres.

Secara umum tingkat stres pada penelitian ini dipengaruhi oleh lima varibel, yaitu tipe kepribadian, keadaan sosial ekonomi, persepsi contoh terhadap keadaan ekonomi, gaya hidup, dan trayek angkutan umum. Tipe kepribadian dibedakan menjadi dua yaitu tipe kepribadian A dan tipe kepribadian B. Menurut Looker dan Gregson (2004), orang yang memiliki tipe kepribadian A memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami stres dibandingkan dengan orang yang memiliki tipe kepribadian B. Keadaan sosial ekonomi pada penelitian ini diukur dengan menggunakan empat indikator yaitu umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga.

Setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap keadaan ekonominya. Persepsi ini akan berpengaruh terhadap cara seseorang memandang sumber stres. Sebagian orang menganggap bahwa masalah stres merupakan masalah psikologis atau fisik serius, sedangkan seseorang yang berada pada masalah stres yang sama menganggap peristiwa tersebut sebagai sesuatu tantangan (Atkinson et al. 2000). Gaya hidup dan tingkat stres akan saling berpengaruh. Semakin baik gaya hidup maka semakin baik daya tahan seseorang dalam menghadapi stres, tetapi sebaliknya stres membuat seseorang mempunyai gaya hidup yang buruk. Selain tipe kepribadian, keadaan sosial ekonomi, persepsi, dan gaya hidup, trayek angkutan umum juga berpengaruh terhadap tingkat stres. Setiap angkutan umum mempunyai trayek yang berbeda-beda, ada angkutan umum yang jalannya lebih berliku-liku, macet, panas, bising dan jauh dibandingkan dengan angkutan umum yang lain. Menurut Looker dan Gregson (2004), semakin lama seseorang terkena stresor (penyebab stres) maka akan mempengaruhi tingkat stres.

(39)

Menurut Suyuno (2001), stres dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten dan apabila stres berlangsung lama akan berakibat pada peninggian tekanan darah yang bersifat menetap. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh gaya hidup, keadaan sosial ekonomi, dan status gizi. Keadaan sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap gaya hidup seseorang. Gaya hidup merupakan hasil pengaruh berbagai variabel bebas yang terjadi di dalam keluarga atau rumah tangga. Variabel gaya hidup meliputi kebiasaan merokok, minum alkohol, olahraga, istirahat, dan pola makan. Gaya hidup akan berpengaruh secara langsung terhadap status gizi. Indikator dari status gizi adalah berat badan dan tinggi badan. Status gizi diukur dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT), semakin tinggi IMT maka semakin tinggi risiko menderita hipertensi (tekanan darah tinggi).

(40)

Gaya Hidup ¾ Merokok ¾ Minum Alkohol ¾ Olahraga ¾ Istirahat ¾ Pola Makan Status Gizi

Tekanan Darah

Tingkat

Stres

Persepsi terhadap Keadaan Ekonomi Tipe Kepribadian ¾ Tipe Kepribadian A ¾ Tipe Kepribadian B

Keadaan Sosial Ekonomi ¾ Pendidikan ¾ Pendapatan ¾ Besar Keluarga ¾ Umur Trayek Angkutan Umum ¾ Kemacetan ¾ Kebisingan ¾ Polusi ¾ Jarak ¾ Persaingan antar pengemudi angkutan umum

Gambar 2 Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah Keterangan:

= Pengaruh variabel yang diteliti

= Pengaruh variable yang tidak diteliti

(41)

METODE

Desain dan Waktu Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, karena dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara penyakit dan variabel tertentu pada saat tertentu. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, mulai dari bulan Maret – Juni 2008. Penelitian ini dilakukan pada pengemudi angkutan umum trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Alasan mengapa memilih pengemudi angkutan umum pada trayek Kampus Dalam karena sebagian besar pengemudi angkutan umum pada trayek Kampus Dalam tinggal di Kecamatan Darmaga. Berdasarkan data yang diperoleh dari Kecamatan Darmaga menunjukkan bahwa tujuh penyakit besar yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah hipertensi. Berdasarkan hal tersebut maka peneliti ingin melihat apakah masyarakat yang bekerja sebagai pengemudi angkutan mengalami hipertensi. Peneliti memilih contoh pada trayek Leuwiliang karena untuk melihat apakah ada perbedaan risiko hipertensi pada pengemudi angkutan umum pada jarak yang lebih jauh, seperti Leuwiliang.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Contoh dalam penelitian ini adalah pria yang bekerja sebagai pengemudi angkutan umum pada trayek Kampus Dalam dan Leuwiliang, dengan syarat kelompok berumur lebih dari 30 tahun dan lama bekerja sebagai pengemudi angkutan umum minimal dua tahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perhubungan jumlah angkutan umum pada trayek Kampus Dalam – Laladon dan Bubulak adalah sebesar 119 angkutan umum, sedangkan jumlah angkutan umum pada trayek Leuwiliang – Bubulak dan Laladon adalah sebesar 413 angkutan umum. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) jumlah contoh minimal yang diambil sebagai contoh adalah 30 orang sehingga contoh penelitian ini diambil sebanyak 30 orang untuk tiap trayek angkutan umum, sehingga total contoh adalah 60 orang. Penarikan contoh dilakukan secara nonprobability sampling dengan terlebih dahulu memberikan informed consent terhadap pengemudi angkutan umum yang akan menjadi contoh. Cara penarikan contoh disajikan pada Gambar 3.

(42)

Gambar 3 Bagan penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah keadaan sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), gaya hidup (kebiasaan merokok, minum alkohol, olahraga, istirahat, dan pola makan), status gizi, tingkat stres, persepsi contoh terhadap keadaan ekonomi (pekerjaan, pendapatan, pengeluaran, dan aset), tipe kepribadian, dan tekanan darah. Rincian jenis dan cara pengambilan data disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Jenis dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Cara/ Alat Bantu Pengumpulan Data Primer Keadaan Sosial Ekonomi

- Pendidikan Kuesioner

- Pendapatan Kuesioner

- Besar Keluarga Kuesioner

- Kelompok Umur Kuesioner

Primer Gaya Hidup

- Merokok Kuesioner

- Konsumsi Alkohol Kuesioner

- Olahraga Kuesioner

- Istirahat Kuesioner

- Pola Makan (food frequency) Kuesioner

Primer Status Gizi

- Berat Badan Timbangan

- Tinggi Badan Microtoise

Primer Tingkat Stres Kuesioner

Primer Persepsi terhadap keadaan

ekonomi Kuesioner

Primer Tipe Kepribadian Kuesioner

Primer Tekanan Darah Tensimeter Digital

Sekunder Jumlah angkot di Kabupaten

Bogor Dinas Perhubungan

Sekunder Indikator Kemiskinan BPS Kabupaten Bogor Sekunder Data penduduk Kecamatan

Darmaga Kecamatan Darmaga

Lama bekerja 2 tahun Pria

umur >30 tahun n=30

Lama bekerja 2 tahun Pria

Umur > 30 n=30 Kampus Dalam - Laladon & Bubulak

Leuwiliang – Laladon & Bubulak n=532

(43)

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah melalui proses editing, coding, scoring, entry data, cleaning data, dan analisis data. Untuk pengolahan dan analisis data, digunakan program Microsoft Excel dan Statistical Package for Sosial Science (SPSS) versi 13. Data keadaan sosial ekonomi (umur, pendidikan, pendapatan, dan besar keluarga), gaya hidup (kebiasaan merokok, minum alkohol, olahraga, istirahat, dan pola makan), status gizi, tingkat stres, persepsi contoh terhadap keadaan ekonomi, tipe kepribadian, dan tekanan darah disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Kontrol kualitas data dilakukan dengan uji reliabilitas untuk alat ukur persepsi contoh terhadap keadaan ekonomi dengan menggunakan metode analisis Cronbach’s Alpha. Untuk mengetahui perbedaan antar variabel dilakukan uji beda t-test dan uji beda Mann-Whitney U test sesuai dengan jenis datanya. Sedangkan untuk mengetahui pengaruh antar variabel digunakan uji regresi berganda. Berikut adalah formula uji regresi berganda yang digunakan: Tingkat Stres: Yij = βo+ β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6+β7X7+β8X8 +β12X12+ β13X13 + εij Tekanan Darah: Yij = βo+ β1X1+β2X2+β3X3+β4X4+β5X5+β6X6 +β7X7+β8X8+β9X9+β10X10+ β11X11 + εij Dimana β = Konstanta, x 7 = kebiasaan olahraga x

1 = umur contoh x8 = kebiasaan istirahat/lama istirahat x

2 = pendidikan contoh x9 = lama tidur malam x

3 = pendapatan contoh X10 = tingkat stres x

4 = besar keluarga contoh X11 = berat badan x

5 = kebiasaan merokok contoh X12 = tipe kepribadian x

6 = kebiasaan minum alkohol X13 = trayek angkutan umum β

1, β2, β3, β4, β5, β6, β7, β8, β9 ……β13= koefisien regresi ε = galat (error)

Setelah melalui proses pengolahan, selanjutnya data dikategorikan. Cara pengkategorian data dapat dilihat pada Tabel 4.

Gambar

Gambar 1. Dampak stres pada tubuh manusia (Sumber: www.topic/effects.htm) Stres dapat menyebabkan
Gambar 2  Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat stres dan tekanan darah Keterangan:
Gambar 3  Bagan penarikan contoh
Tabel 4 Cara pengkategorian data
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

PENGARUH BUDAYA BAHASA PERTAMA DALAM PERKEMBANGAN BELAJAR BAHASA INDONESIA SEBAGAI BAHASA ASING: STUDI KASUS PADA PENUTUR BAHASA JEPANG. Apriliya Dwi Prihatiningtyas

“Tingginya pertumbuhan industri ban domestik, khususnya penjualan ban motor yang sejalan dengan pertumbuhan populasi motor yang relatif tinggi, yang diharapkan akan tetap tinggi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi bakteri indigen meningkatkan populasi bakteri di rizosfer tanaman dan tinggi tanaman, namun hanya isolat BKH1

Produksi diukur dengan analisis keuntungan dan analisis efisiensi ekonomi, sementara konsumsi diukur dengan APC (Average Propensity to Consume). Hasil penelitian menunjukkan

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memberikan penjelasan paling rendahmengenai gejala yang diteliti jika dibandingkan dengan

Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada Bukaan Median ( U- Turn ) di depan Wisma Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa pengaruh U-Turn pada hari