• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.2 Dampak Variabilitas Cuaca terhadap Tingkat Risiko Kegagalan

Variabilitas cuaca dilihat dari besarnya nilai varian beberapa parameter cuaca. Parameter cuaca yang pengaruhnya paling dirasakan oleh petani adalah parameter curah hujan. Nilai varian curah hujan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa pada tahun tersebut kuantitas hujan bulanan yang terjadi memiliki jumlah variasi terbesar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Tingginya nilai variasi yang ada menggambarkan bahwa terjadi penyimpangan atau anomali cuaca.

Perubahan cuaca yang terjadi di Desa Ciasmara mengakibatkan dampak negatif pada hasil produksi padi sawah.Terjadi penurunan tingkat produksi padi pada masa tanam kedua di tahun 2013. Penurunan tersebut secara tidak langsung dikarenakan pada masa tanam padi terjadi peningkatan kuantitas hujan pada malam hari, sehingga kondisi area persawahan menjadi lembab dan beberapa area lainnya tergenang air (banjir). Kejadian tersebut menyebabkan peningkatan serangan organisme pengganggu tanaman seperti hama ganjur, kungkang dan juga tikus yang tingkat ancamannya lebih besar pada kondisi persawahan yang becek dan lembab. Pada kondisi cuaca dengan curah hujan yang ekstrim penyakit pada tanaman padi juga lebih banyak menyerang pada saat masa tanam menjelang padi akan berisi, seperti penyakit busuk leher atau blas yang menyebabkan penurunan signifikan pada produksi padi. Perubahan rata-rata hasil produksi dan produktivitas pada MT II di Bulan Agustus pada tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.

Tabel 14. Rata-Rata Hasil Produksi dan Produktivitas Padi Sawah di Desa Ciasmara per Masa Tanam Bulan Agustus (MT II)

Tahun Produksi (ton) luas panen (ha) Produktivitas (ton/ha) 2012 1.629 0.29 5.518 2013 1.048 0.29 3.550

Sumber : Data Primer (diolah)

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2012 dengan luasan lahan panen seluas 2 900 m2 atau 0.29 ha, rata-rata hasil produksi padi petani mencapai 1.629 ton atau 1 629 kg GKP (Gabah Kering Panen).

Pada tahun 2013, dengan luas lahan yang sama produksi padi di Desa Ciasmara hanya mencapai 1.048 ton GKP dengan produktivitas sebanyak 3.550 ton per hektar. Terjadi penurunan tingkat produksi padi sebesar 37% atau sebanyak 2.904 ton per hektar.

Penilaian terhadap perubahan cuaca yang dirasakan oleh petani dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini. Penilaian perubahan cuaca berdasarkan lima skala penilaian yaitu cuaca dianggap tidak ada perubahan, cuaca terjadi sedikit perubahan, cuaca mengalami perubahan sedang, cuaca banyak mengalami perubahan dan penilaian perubahan cuaca sangat ekstrim. Sebagian besar petani menilai cuaca di Desa Ciasmara banyak mengalami perubahan, dimana hal tersebut menunjukkan probabilitas ancaman bahaya yang tinggi. Penilaian masing-masing petani berbeda berdasarkan tingkat pemahaman dan pengetahuan terhadap cuaca yang terjadi di wilayahnya. Pemahaman tersebut juga dipengaruhi oleh faktor usia dan lamanya menempuh pendidikan masing-masing petani.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 15. Grafik Persentase Persepsi Petani terhadap Perubahan Cuaca di Desa Ciasmara

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan cuaca yang terjadi berada pada tingkat perubahan sedang dengan persentase persepsi sebesar 17.5%, hal tersebut ditunjukkan dari persepsi 7 orang petani yang menyatakan bahwa cuaca mengalami perubahan, akan tetapi pada taraf yang masih dinggap normal atau perubahan yang sedang, dimana probabilitas kejadian ancaman bahaya yang ada berada pada tingkat sedang.

0 0 17,5 57,5 25 0 10 20 30 40 50 60 70 Tidak ada perubahan Sedikit perubahan Perubahan sedang Banyak perubahan Perubahan sangat ekstrem Jumlah (%)

Perubahan cuaca berada pada tingkat banyak perubahan dengan persentase persepsi sebesar 57.5%, hal tersebut ditunjukkan dari persepsi 23 orang petani yang menyatakan bahwa cuaca yang terjadi sekarang dibandingkan dengan cuaca pada beberapa tahun terakhir banyak mengalami perubahan, sehingga dari penilaian tersebut terdapat probabilitas kejadian ancaman bahaya yang tinggi. Perubahan cuaca berada pada tingkat perubahan sangat ekstrim dengan persentase persepsi sebesar 25%, hal tersebut ditunjukkan dari persepsi 10 orang petani yang menyatakan bahwa cuaca yang ada mengalami banyak perubahan dan terjadi penyimpangan-penyimpangan pada beberapa parameter cuaca atau perubahan yang terjadi sangat ekstrim, akibatnya probabilitas kejadian ancaman bahaya yang akan dihadapi sangat tinggi.

Perubahan cuaca di Desa Ciasmara menimbulkan beberapa tingkatan konsekuensi (dampak) yang terjadi pada hasil panen padi petani. Tingkat Konsekuensi yang diterima petani dinilai dengan lima skala penilaian potensi gagal panen yaitu tidak potensi gagal panen, potensi gagal panen rendah, potensi gagal panen sedang, potensi gagal panen tinggi, dan potensi gagal panen sangat tinggi. Konsekuensi penilaian dilihat dari seberapa besar dampak negatif yang dialami oleh petani yaitu tingkat penurunan hasil panen padi pada saat perubahan cuaca itu terjadi. Persentase konsekuensi (dampak) perubahan cuaca terhadap hasil panen padi petani di Desa Ciasmara dapat dilihat pada Gambar 16 di bawah ini.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 16. Grafik Persentase Konsekuensi (Dampak) Perubahan Cuaca terhadap Hasil Panen Padi Petani di Desa Ciasmara

5 22,5 55 17,5 0 0 10 20 30 40 50 60 Tidak potensi gagal panen Potensi gagal panen rendah Potensi gagal panen sedang Potensi gagal panen tinggi Potensi gagal panen sangat tinggi Jumlah (%)

Sebagian besar petani mengalami konsekuensi negatif adanya perubahan cuaca yang terjadi pada masa tanam padi di Bulan Agustus tahun 2013 (MT ke II), dimana hasil panen padi yang ada pada masa tanam tersebut mengalami penurunan dengan persentase skala penurunan hasil panen padi sebanyak 26 hingga 50%. Konsekuensi tidak potensi gagal panen dialami oleh 2 orang petani, dengan persentase sebesar 5% petani yang menerima konsekuensi (dampak) terhadap hasil panen padi hampir tidak terlalu besar dampak negatifnya, atau dampak sama sekali tidak dirasakan oleh mereka. Konsekuensi potensi gagal panen rendah dialami oleh 9 orang petani, dengan persentase sebesar 22.5% petani yang menerima konsekuensi penurunan hasil panen padi dengan persentase skala penurunan sebanyak 1 hingga 25%. Konsekuensi potensi gagal panen sedang dialami oleh 22 orang petani, dengan persentase sebesar 55% petani yang menerima konsekuensi penurunan hasil panen padi dengan persentase skala penurunan sebanyak 26 hingga 50%. Konsekuensi potensi gagal panen tinggi dialami oleh 7 orang petani, dengan persentase sebesar 17.5% petani yang menerima konsekuensi penurunan hasil panen padi dengan persentase skala penurunan sebanyak 51 hingga 75%.

Perbedaan persepsi dan dampak yang dialami petani satu dengan petani lainnya akan mempengaruhi tingkat risiko pertanian yang berbeda juga, hal ini dikarenakan persepsi terhadap perubahan cuaca yang dirasakan dan dampak yang diterima akan dihubungkan ke dalam sebuah matriks risiko sumberdaya pertanian padi. Keterkaitan antara persepsi perubahan dan dampak yang dialami masing- masing petani akan menunjukkan tinggi atau rendahnya risiko usahatani padi mereka. Terdapat lima tingkatan risiko pertanian padi dalam matriks yang akan dianalisis, yaitu tidak berisiko, risiko rendah, risiko moderat, risiko tinggi dan risiko ekstrim. Jenis penyesuaian atau adaptasi berdasarkan prioritas yang akan dipilih merupakan hasil dari risiko yang diterima, semakin tidak berisiko kegiatan usahatani yang dijalani seseorang maka prioritas penyesuaian menghadapi perubahan cuaca yang ada bisa diabaikan. Masing-masing risiko menggunakan indikator penilaian berdasarkan warna pada matriks, dimana baris dan kolom dengan warna yang sama menunjukkan kesamaan tingkatan risiko yang diterima.

Tingkat risiko berdasarkan konsekuensi (dampak) hasil panen padi dan persepsi perubahan cuaca yang dirasakan petani dapat dilihat pada Gambar 17 di bawah ini. Matriks di bawah ini mempresentasekan masing-masing tingkat risiko pertanian padi yang dialami petani di Desa Ciasmara, persentase yang ada menunjukkan bahwa sebagian besar petani di wilayah tersebut berada pada kolom dan baris dengan indikator warna orange, dimana indikator tersebut menunjukkan bahwa risiko yang dihadapi adalah tingkat risiko tinggi, hal tersbut dapat dilihat dari persentase jumlah petani yang mengalami risiko tersebut sebanyak 52.5% atau sebanyak 21 orang petani.

K on se k u en si (D am p ak ) Potensi Gagal Panen Sangat Tinggi Potensi Gagal Panen Tinggi Risiko Ekstrim *(5(12,5%)) Potensi Gagal Panen Sedang Risiko Tinggi *(21(52,5%)) Potensi Gagal Panen Rendah Risiko Rendah *(6 (15%)) Risiko Moderat *(8 (20%)) Tidak Potensi Gagal Panen Tidak Berisiko (Normal) *(0 (0)) Tidak Ada Perubahan Sedikit Perubahan Perubahan Sedang Banyak Perubahan Perubahan Sangat Ekstrim Perubahan Cuaca

Sumber : Data Primer (diolah) Keterangan: *Jumlah (orang (persentase))

Gambar 17. Matriks Risiko Sumberdaya berdasarkan Persentase Tingkat Risiko Pertanian Padi akibat Perubahan Cuaca

Berdasarkan Gambar 17 dapat dilihat bahwa petani di Desa Ciasmara menghadapi tingkat risiko berbeda-beda. Tingkat risiko normal atau tidak berisiko pada pertanian padi di Desa Ciasmara tidak dialami oleh petani yang menjadi responden dalam penelitian ini, hal ini ditunjukkan dari gambar matriks di atas, bahwa tidak ada skala persepsi dan konsekuensi yang berada pada baris dan kolom dengan indikator warna hiaju tua, sehingga perlu adanya pengeluaran tambahan untuk melakukan penyesuaian atau adaptasi menghadapi perubahan cuaca yang terjadi.

Sebesar 15% atau sebanyak 6 orang petani menghadapi risiko pertanian padi dengan tingkat risiko rendah. Risiko ini merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani karena persentase penurunan hasil padi terjadi sebesar 1 hingga 25% dan penilaian pada perubahan cuaca berada pada skala perubahan sedang. Risiko rendah yang dihadapi petani menjadikan bentuk penyesuaian akibat adanya perubahan cuaca dengan prioritas penyesuaian mungkin perlu dilakukan. Bentuk penyesuaian atau adaptasi yang mungkin bisa dilakukan pada tingkat risiko ini adalah melebihkan benih persemaian dan penambahan atau mengganti jenis obat- obatan (pestisida) ketika terjadinya peningkatan intensitas hama dan penyakit tanaman akibat perubahan cuaca.

Sebesar 20% atau sebanyak 8 orang petani menghadapi risiko pertanian padi dengan tingkat risiko moderat. Risiko ini merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani karena persentase penurunan hasil padi terjadi sebesar 26 hingga 50% dan penilaian pada cuaca berada pada skala banyak perubahan. Risiko moderat yang dihadapi petani menjadikan bentuk penyesuaian akibat adanya perubahan cuaca dengan prioritas perlu dilakukannya adaptasi untuk mengurangi risiko.. Bentuk penyesuaian atau adaptasi yang bisa dilakukan pada tingkat risiko ini adalah pengaturan tata air atau pengaturan pengairan yang seimbang, dimana ketika curah hujan tinggi maka perlu peningkatan intensitas pengurangan air di area persawahan. Bentuk adaptasi ini selain untuk menghindari tanaman yang kurang produktif apabila kuantitas air persawahan yang terlalu berlebihan, disamping itu untuk mengurangi ancaman hama tanaman padi seperti tikus dan keong yang menyebabkan produksi padi menurun karena serangan hama ini.

Sebesar 52.5% atau sebanyak 21 orang petani menghadapi risiko pertanian padi dengan tingkat risiko tinggi. Risiko ini merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani karena persentase penurunan hasil padi terjadi sebesar 26 hingga 50% dan penilaian pada cuaca berada pada skala banyak perubahan. Risiko tinggi yang dihadapi petani menjadikan bentuk penyesuaian akibat adanya perubahan cuaca sebagai prioritas dalam beradaptasi. Bentuk penyesuaian atau adaptasi yang bisa dilakukan pada tingkat risiko ini adalah pengaturan tata air atau pengaturan pengairan yang seimbang, disamping itu perlu menggunakan benih unggul varietas baru yang lebih tahan dengan perubahan cuaca ekstrim.

Sebesar 12.5% atau sebanyak 5 orang petani menghadapi risiko pertanian padi dengan tingkat risiko ekstrim. Risiko ini merupakan risiko yang harus dihadapi oleh petani karena persentase penurunan hasil padi terjadi sebesar 51 hingga 75% dan penilaian pada cuaca berada pada skala perubahan sangat ekstrim. Risiko ekstrim yang dihadapi petani menjadikan bentuk penyesuaian akibat adanya perubahan cuaca sebagai prioritas dalam beradaptasi dan perlu dilakukan segera mungkin. Bentuk penyesuaian atau adaptasi yang bisa dilakukan pada tingkat risiko ini adalah pengaturan tata air atau pengaturan pengairan yang seimbang, disamping itu perlu mengganti teknik penanaman yang biasa dilakukan dengan penanaman terpadu yaitu penanaman dengan pola jajar legowo.

6.3 Jenis Adaptasi (Penyesuaian) Petani di Desa Ciasmara dalam

Dokumen terkait