• Tidak ada hasil yang ditemukan

dan mitra yang saya hormati, Selamat siang

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 47-78)

Saya pendek saja, khususnya yang terkait dengan suku bunga yang akan diberlakukan oleh perbankan kepada debitur, mengingat kita bisa melihat ada dua cost capital yang sangat ini berbedar. Tadi dipresentasi Ibu menteri, Bank Himbara akan mengucurkan kurang lebih 188, 57 triliun. Tentu dengan cost capital yang mereka yang tahu bagaimana rumusannya. Kemudian dana penempatan 30 triliun ini tentunya bayangan saya adalah... dari pada struturisasi yang jumlahnya sekitar 634 per presentasi OJK minggu lalu. Nah tentunya dengan begitu banyakny suku bunga yang beredar, mulai suku bunga tanbungan, dana pemerintah, BI 7 hari, deposito dan KMP dan kredit investasi, tentunya diangka 3,42% ini para debitu mengharapkan membayangkan mendapatkan suku bunga yang lebih variabel kepada mereka. Jadi pertanyaannya adalah akankah ada suku bunga yang lebih rendah akibat dari pada penempatan dana pemerintah ini. Jangan sampai kita bicara burder sharing, dari pemerintah kemudian yang menanggung burden sharing ini, adalah UMKM karena dikenakan bunga yang jauh lebih tinggi diatas cost capital yang pada saat ini.

Point kedua yang ingin saya risk adalah apakah new...yang akan dikucurkan oleh Bank Himbara ini. Nah ini mungkin bagi OJK apakah ini nanti menjadi bagian dari pada restrukturisasi koporasi atau UMKM. khawatirnya adalah akan terjadi dekosentrasi dari pada industri dibeberapa perusahaan, apabila ini bisa masuk kepada bagian dari pada restrukturisasi hutang-hutang yang ada sebelumnya.

Kemudian ketiga adalah yang terakhir, apakah ada kebijakan memberikan insentif bagi UMKM ataupun Korporasi yang tidak melakukan PHK, dia mengikuti restrukturisasi dengan baik, dia juga ekspansi bahkan juga turut merekrut pada saudara-saudara kita yang terkena PHK saat ini.

Demikian dari saya Pimpinan. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Sihar.

Selanjutnya Pak Amir, minta bicarakan. Silakan.

F-PPP (Dr. H. M. AMIR USKARA, M. KES.):

Terima kasih Pak Ketua.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Ibu Menteri yang saya hormati bersama seluruh jajaran, tentunya Gubernur BI, OKJ dan Kepala LPS yang saya sangat hormati.

Saya kira pertanyaan saya singkat Ibu Menteri. Yang terkait dengan pemulihan ekonomi yang penempatan dana yang sekitar 30 triliun ini. Yang pertama, apakah ini stimulus untuk perbankannya atau stimulus untuk dunia usaha, tentu kalau dunia usaha pun, apakah ke UMKM ataukah ke Koporasi besar dan lain-lain. Kalau misalnya stimulus ini untuk perbankan, tentu yang kita harus pertanyakan bagaimana dengan UMKM nya. Terus apakah stimulus ini kalau dari perbankan hanya untuk perbankan himbara atau juga diberikan kepada perbankan umum yang lain tentu dengan limitasi waktu yang akan diatur oleh Ibu Menteri. Nah kalau misalnya dia untuk seluruh perbankan himbara, terus bagaimana dengan paket-paket sejenis lainnya apakah akan masih berlanjut atau tidak. Itu yang pertama Ibu Menteri.

Yang kedua, tentu kalau misalnya ini adalah stimulus untuk dunia usaha, terutama untuk UMKM misalnya. Nah sekarang bank ini akan mengeluarkan kredit ini dengan suku bunga normal atau mungkin suku khusus. Kalau dia misalnya suku bunga khusus, tentu arah dari stimulus ini tentu keperbankannya. Tapi kalau misalnya perbankannya ini mengeluarkan suku bunga kredit khusus. Yang menjadi pertanyaan, bagaimana kalau misalnya tiba-tiba pemerintah menarik dana yang 30 triliun ini dari perbankan, karena kita lihat rencana yang dilakukan oleh Ibu Menteri ini adalah akan evaluasi dalam tiga bulan. Kalau tidak mungkin perbankan akan menyalurkan kredit dengan jangka waktu tiga bulan, pasti akan lebih.

Nah kalau misalnya itu sudah diarahkan ke UMKM, kemudian tiba-tiba pemerintah merubah kebijakan dan menarik dana tersebut, bagiamana dengan UMKM kita yang terlanjur mendapatkan kredit dari perbankan ini, tentu ini menjadi persoalan-persoalan yang harus kita pikirkan bersama Ibu Menteri,

jangan sampai ini menjadi masalah baru, dimana setelah kredit ini atau dana ini ditempatkan di perbankan himbara misalnya, kemudian perbankan karena kita tadi seluruh program disiapkan oleh masing-masing perbankan itu dengan menyalurkan kredit sekitar 188 triliun. Kalau misalnya ini jalan kemudian dalam jangka waktu tiga bulan tiba-tiba pemerintah menarik kembali dana itu, tentu ini akan menjadi persoalan baru, sehingga memang dari awal barangkali Ibu Menteri harus ditata lebih aman, supaya dana itu pertama tentu tidak merugikan perbankan yang diberikan penempatan, kedua juga bisa betul-betul bermanfaat sebagai stimulus buat UMKM dan tentu Korporasi-korporasi yang mendapatkan bantuan ini.

Saya kira itu Ibu Menteri. Sekali lagi secara khusus tentu kita mengapresiasi langkah-langkah yang terus dilakukan oleh pemerintah dengan kondisi saat ini, kita tahu kondisi negara kita pada saat ini memang butuh percepatan-percepatan pengambilan kebijakan dan kami tentu akan mendukung atau memberi support sepanjang memang ini akan membantu untuk pemulihan ekonomi nasional ini.

Saya kira itu Ibu Menteri, terima kasih. Mudah-mudahan kita tetap dalam lindungan Alloh dan mendapatkan kesehatan yang prima.

Terima kasih.

Assalamulaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Terima kasih Pak Amir, baru sembuh baru seminggu K.O.

Sebelum Pak Hatari, masih ada... masih ada yang mau berbicara. Cukup saja.

Silakan Pak Hatari.

F-P NASDEM (Dr. ACHMAD HATARI SE., M.Si.):

Pimpinan dan Anggota Komisi XI yang saya hormati, Ibu Menteri Keuangan beserta jajaran yang saya hormati, Komisioner OJK beserta jajaran,

Pak Gubernur Bank Indonesia sudah meninggalkan tempat,

Ketua Lembaga Penjamin Simpanan yang saya hormati.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Ijin saya akhir-akhir ini lebih fokus ditunjukan kepada Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara. Ini yang besifat absolut sangat mutlak. Kalau di Bendahara Umum Daerah, harus meminta memberitahukan kepada meminta persetujuan memberitahukan kepada detail, dan karena itu amanat

dari Pasal 1 sampai dengan Pasal 9, serta seluruh penjelasannya di Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Kewenangan ini sudah dimiliki oleh pimpinan komisi lembaga lainnya, kecuali Kementerian Keuangan dan juga selaku Bendahara Umum Negara. Jadi baca baik-baik Pasal 1 sampai dengan Pasal 9. Dan karena itu dalam rangka mewujudkan pemerintahan...(suara tidak jelas) khususnya pada kelola keuangan, bendahara umum negara perlu melengkapi dengan berbagai peraturan Menteri Keuangan. Jadi ini harus diterjemahkan dengan baik. Perlu yang bekerjasama dengan ... juga OJK. Fraksi Partai Nasdem secara tegas menyampaikan ini pada waktu penyampaian Pandangan Fraksi di Partai Nasdem di Rapat Paripurna tanggal 18 Juni yang lalu.... antar Otoritas. Jadi kenapa ini perlu dilakukan, sebagaimana ditambahkan pada paparan halaman 15 dari OJK.

Terkait dengan bank-bank yang ditunjuk oleh Bendahara Umum Negara, sebagai bank penerima penempatan dana, khususnya infrastruktur kesehatan dari bank-bank penerima penempatan dana ini. Hal-hal yang lain saya sudah baca sangat jelas dan cukup jelas. Sebagaimana diatur juga di Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 termasuk Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2017. Juga perlu diterkait dengan tingkat kesehatan. Jelas diatur sehingga paparannya jelas di halaman 15, jadi ada apalagi yang mau diragukan. Tapi hal-hal yang perlu kita diskusi atau terkait dengan penempatan dana ini atau timbul sebgai Bendahara Umum Negara memang dengan publik juga apakah penempatan dana kepada bank-bank umum ini apakah pernah dilakukan analisis dengan baik terkait dengan kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi pada bank-bank penerima penempatan dana ini, jangan sampai nanti kemudian atau mempengaruhi otoritas kredit yang buru, kemudian mempengaruhi likuiditas yang baru ...(suara terputus-putus)... tanggung jawab soal ini, sementara negara bukan membutuhkan ... bank likuiditas, negara juga harus punya signifikan solvabilitas. Jadi ini langkah-langkah ikhitar, tapi saya dari Fraksi Partai Nasdem, mengapresiasi kerja keras dari Kementerian Keuangan ini dalam hal ini adalah Bendahara Umum Negara. Kalau kita mengikuti dinamika yang terjadi sebelum Covid dan setelah Covid luar biasa. Kalau pun ini Menteri Keuangan ini seorang laki-laki, saya rasa tidak akan tahan atau tidak akan tahan menangkis luar biasa gelombang badai. Saya selau mengamati luar biasa.

Saya pernah menjadi kepala keuangan...(suara terputus-putus)....dengan hiruk pikuknya. Saya rasa mau mampus, apalagi seorang wanita, belum lagi kita mendengar seorang... punya atau statement-statement yang.. Karena itu...ketika Ibu Menteri di tempat ini, saya mengatakan, dulu Menteri Keuangan dan Menteri.... pikiran-pikiran yang baik ini bisa berguna. Jadi sekali lagi mudah-mudahan Bendahara Umum Negara ini ibaratkan...ketika kita berada di laut yang bebas dan dapat melakukan...kepada gelombang yang tinggi jangan pernah buka layar. Ketika layar perahu kita akan tenggelam, biarlah angin jahat itu berlalu, kalau kita buka layar, perahu itu akan hingga di pulau...(suara tidak jelas). Jadi saya dapat ini dari orang tua-tua di tanah Papua, dan karena itu demo-demo dan demo saya tidak pernah buka layar. Itu mengenai Bendahara Umum Negara. Memang penuh liku dan terjal, mengemban amanat ini tidak gampang. Orang boleh bicara seenak perutnya, tapi menjalani soal yang satu ini tidak mudah. Karena itu sekali lagi, kami Komisi XI, saya pimpinan Komisi atas nama Komisi XI dan seluruh anggota Komisi XI mengharapkan Ibu Menteri Keuangan dan juga

Bendahara Umum Negara juga menggunakan tetap corporate, tetap lebih sebagaimana ...(suara tidak jelas). Luar biasa.

Itu mengenai Bendahara Umum Negara. Soal pertanggungjawaban, soal yang tadi disebut, perlu keterlibatan dikita dan BPKP dalam soal yang satu itu hal biasa. Karena sekali peraturan Menteri Keuangan yang sudah dikeluarkan oleh Bendahara Umum Negara, tidak ada yang kurang lagi. Sedikit bahan baru sebagai Bendahara Umum Negara dan Juga Menteri Keuangan terkait dengan penyerapan-penyerapan dana Covid ini Ibu Menteri, khususnya 75 triliun dari sektor kesehatan kalau tidak salah dengan penyerapan sampai dengan hari ini masih kurang lebih 1,54%. Jadi terlalu rendah bunganya. Barangkali punya jajaran di daerah, perlu...bu, karena kita memantau ketika reses, dana-dana banyak ditahan oleh Kepala Daerah, apalagi kalau dia akan mau mengajukan tahun depan. Dia akan mencalonkan diri kembali kepada periode yang kedua untuk tahun depan. Jadi rata-rata bu terjadi di daerah. Jadi tolong timbul sedikit... beberapa jajaran Ibu di... (suara tidak jelas). Ini keluhan yang dari daerah-daerah bu. Kenapa tanah ini ditahan... jadi.... tidak ada.

Kemudian untuk Komisioner OJK, Pak Wimboh yang terhormat, Bapak pernah mengeluarkan peraturan OJK, nomor satu tanggal 13 Maret 2020, terkait dengan relaksasi pemberian kelonggaran kepada debitur. Ini pemenggalan kami di Komisi XI, Ketua OJK ini masih krusial atau, baik lebih fokus kepada untuk kelancaran pembayaran bunga.... tidak terlalu dipikirkan, tapi kalau bunga harus tepat waktu. Jadi kebijakan ini perlu dipantau lagi antara Pak Wimboh diberbagai daerah dan ini keluhan yang merata. Kita mengatakan akan membawah keluhan ini kepada rapat nanti dengan OJK.

Barangkali itu Pak Ketua OJK, hal-hal yang saya sharing pada Rapat Kerja pada hari ini.

Terima kasih Pimpinan rapat.

Pak Ketua , teman-teman anggota Komisi XI.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Demikianlah pendalaman dari Pimpinan dan Anggota Komisi XI DPR-RI yang fisik maupun virtual. Selanjutnya Jam sudah menunjukan Pukul 13.30, apakah kita lanjutkan dengan jawaban pemerintah, kemudian masuk kekesimpulan atau kita Ishoma dulu, lanjut saja.

ANGGOTA:

ANGGOTA:

Pimpinan Interupsi.

Jadi kalau boleh usul pimpinan bagus, jadi kalau bergantian mungkin lebih baik bukan atau mengurangi ini ya, dan bisa bergantian kalau pemerinta tidak berkebaratan langsung menjawab, saya kira tidak apa-apa ya.

KETUA RAPAT:

Kecuali pemerintah siap, ... sholat dulu, kalau pemerintah mau bergantian, lanjut biar cepat selesai, kalau tidak kita Ishoma, ishoma setengah jam.

Bagaimana bu, Pak.

MENTERI KEUANGAN RI (SRI MULYANI INDRAWATI, S.E., M.SC., PH.D.):

Nanti habis kami Pak Wimboh bicara, saya sholat sebentar.

KETUA RAPAT:

Begitu Pak Dolfie.

F-PDIP (DOLFIE O. F. P):

Anggota tidak bisa keluar masuk Pak. Kalau kita keluar masuk, jadinya nanti rapat tidak tertib. Jadi mending cari waktu yang bisa sama-sama memanfaatkan.

KETUA RAPAT:

Jadi begitu.

F-PDIP (DOLFIE O. F. P):

Iya Pak, karena kita perlu stamina kita Pak, jaga kesehatan juga kita.

KETUA RAPAT:

Jadi kalau begitu kita skors setengah jam. Saya skros setengah jam. Jadi...(suara terputus-putus) dari pemerintah juga cukup waktu untuk memberikan jawaban.

Saya skors setengah jam.

(RAPAT DISKORS)

KETUA RAPAT:

Kita lanjutkan dengan jawaban dari pemerintah. Silakan Ibu Puteri.

F-P GERINDRA (PUTERI ANETTA KOMARUDIN, B.Com.):

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Terima kasi Pak Dito yang baik hati,

Pak Hatari Pimpinan Anggota Komisi XI, Ibu Menkeu, Dr. WIMBOH SANTOSO SE, MSc, Ph.D. (OJK): dan Pak Halim berserta jajaran.

Selamat siang menuju sore, semoga semuanya sehat.

Saya langsung saja.

Yang pertama tekait dengan dasar hukum diterbitkannya skema penempatan uang negara pada Bank Umum termasuk dalam rangkap yang tadi Ibu sudah jelaskan. PP nomor 39 Tahun 2007 mengatur bahwa penempatan uang negara pada Bank Umum dilakukan dalam hal terjadinya dalam kelebihan khas, dan sehingga hal tersebut menurut kami syarat yang seharusnya dijelaskan terlebih dahulu oleh Ibu Menkeu dalam paparan ini. Kepantingan untuk pemulihan ekonomi akibat dampak Covid-19 memang tidak bisa kita perdebatkan urgensinya, namun itu juga harus memastikan bahwa skema penempatan dana pada Bank Umum yang merupakan ... berdasarkan PP 39 Tahun 2007 tersebut, dapat diperluas dengan tujuan untuk membantu Program PEN. Hal ini juga dilakukan untuk memastikan bahwa syarat yang memungkinkan dilakukannya suatu penempatan uang negara pada Bank Umum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, telah terpenuhi terlebih dahulu. Oleh karenanya kami juga mohon penjelasannya lebih lanjut terkait dengan hal tersebut.

Yang kedua, dalam pemahaman kami diterbitkannya PMK 70 Nomor 2020 itu tidak dicabut PMK Nomor 3 Tahun 2014, tentang Penempatan Uang Negara pada Bank Umum. Namun merupakan kekhususan skema penempatan uang negara, di Bank Umum dalam hal pemulihan ekonomi akibat Pandemi Covid-19. Terdapat beberapa hal yang ingin kami klarifikasi terkait ini yaitu, skema PMK 70 tersebut metode penempatan telah ditentukan bahwa hanya berdasarkan transaksi over the counter. Yang jadi pertanyaan kami adalah... sebagaimana yang diatur dalam PMK 3 Tahun 2014, tidak digunakan sebagai alternatif transaksi over the counter, dan mohon dijelaskan pertimbangannya dari data-data pelengkapanya dari pelaksanaan PMK 3 Tahun 2014 tersebut dan kebanyakan menggunakan mekanisme over the

counter atau lelang, karena seperti tadi yang disebutkan juga bahwa ini adalah extraordinary mission makanya kita membutuhkan extraordinary mission...(suara terputus-putus) penepatan dana sudah rutin dilakukan Tahun 2014 sesuai PMK 3 Nomor 2014 selin Bank Himbara, Bank Umum saja yang masih penempatan dana dan sejauh mana efektivitasnya dalam ekspansi bisnis tersbut. Kemudian bagaimana posisi penempatan uang negara pada Bank Umum yang dilakukan sebelum Pandemi Covid-19. Bagaimana penempatan uang negara berdasarkan PMK 70 nanti,.... pasa posisi uang negara existing di Bank Umum lainnya.

Selanjutnya dalam slidenya menjelaskan keterkaitan antara mekanisme PMK 70 dan PMK.... dijelaskan bahwa tujuannya dilakukan adalah untuk mendorong dan sektor riil dan mendukung kegiatan bisnis bank umum yang terkait dengan percepatan pemulihan ekonomi. Sedangkan tujuan yang dilakukannya penempatan dana pada bank peserta menurut PMK 64 adalah untuk memeberikan dukungan likuiditas kepada perbankan yang melakukan restrukturisasi kredit atau pembiyaan dengan memberikan bahan kredit atau modal kerja. Yang kami tanyakan adalah kemudian proposal yang diajukan oleh Bank Himbara tersebut tidak diarahkan melalui skema PMK 64 yang menjadi atas pelaksanaan PMK 64 Tahun 2020, sehingga justeru Bank Himbara mendapatkan penempatan dana berdasarkan skema PMK 70 dan nanti skema PMK 64 masih akan dilanjutkan. Dengan terjadinya sisiran tujuan yang serupa pada kedua skema, kemungkinan juga terjadinya overlap penerimaan penempatan uang negara, baik oleh Bank Peserta maupun Bank Mitra. Hal teresebut telah diantisipasi oleh pihak Kemenkeu sendiri dan bagaimana perhitungan efektivitas penempatana dana bagi penerima atau bank pelaksana dan bank debitur kredit. Dalam hal suatu bank menjadi pengelola uang negara terkait kedua peraturan tersebut.

Di dalam peraturan.... dapat terjadi dan memang telah diperintahkan oleh Ibu Menteri dan jajarannya. Baigaimana... regulasi yang mengatur uang kedua transaksi tersebut. Karena regulasi yang ada saat ini mengatur dua skema dalam kerangka yang terpisah dan belum mengatur dalam hal terjadinya overlap. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan, karena terkait dengan akutabilitas pengelolaan dan penyaluran uang negara sebagai bagian dari cash manajemen atau pengelolaan negara dan pertanggungjawaban penyaluran program PEN sebagai bagian penanganan Covid-19 berdasarkan UU Nomor 2 Tahun 2020.

Yang terakhir, dalam PMK 70 Tahun 2020 ini disebutkan bahwa penempatan uang negara pada Bank Umum ditujukan untuk percepatan pembangunan ekonomi nasional, yang merupakan bagian dari kebijakan keuangan negara dalam rangka penanganan Pandemi Covid-19, dan serta melengkapi kebijakan pemulihan ekonomi nasional yang diatur melalui skema PEN penurut PP Nomor 23 Tahun 2020. Yang menjadi pertanyaannya adalah mohon agar dapat dijelaskan kepada kami agar bagaimana dalam skem PMK 70 Tahun 2020 ini dapat melengkapi skema penempatan dana yang telah diatur dalam PP Nomor 23 Tahun 2020 dan juga PMK 64 Tahun 2020.

Demikian pertanyaan dari saya. Terima kasih banyak Pak Dito. Wabillahitufiq Wal Hidayah,

KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Baik kami persilakan dari pemerintah, Ibu Menteri Keuangan.

SRI MULYANI INDRAWATI, S.E., M.SC., PH.D (MENTERI KEUANGAN RI):

Terima kasih.

Pimpinan dan para anggota Komisi XI yang kami hormati,

Saya akan coba untuk menjawab, sekalian urutan namun karena ada beberapa pertanyaan yang sama, nanti mungkin akan berulang sehingga mungkin nanti kita persingkat juga nanti kalau untuk pertanyaan yang sama dan berulang.

Pertama tadi menanyakan pertanyaan dari dari Pak Mustofa tentang PMK 70, apakah bisa benar-benar memberikan dampak pada pemulihan ekonomi. Tentu kita berharap hal itu, karena memang ini ditempatkan kepada Bank Umum dalam hal ini Bank Himbara, di dalam konteks suku bunga yang rendah dan fokus untuk menopang pemberian pinjaman untuk sektor-sektor riil. Jadi dalam hal ini tentu kita berharap akan ada dampaknya. Bagaimana nanti kita mengukur dampak, tadi Pak Wimboh dari OJK sebagai pengawas perbankan akan ikut memonitor, kami juga akan memonitor dengan BPKP dan dengan Dirjen kita dan mereka akan memberikan laporan kepada kita, mengenai berapa ... bagaimana dampaknya terhadap perusahaan yang menerima pinjaman tersebut, sehingga kita bisa berapa penempatan dana ini akan meningkatkan kebijakan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja atau menghindarkan dari PHK. Jadi Bapak menyampaikan jangan uang sampai tersebut mandek, kami sangat setuju dan memang itu tujuan kita dan kita akan terus melakukan monitoring. Oleh karena itu waktu itu kita minta memberikan perencanaan penggunaan dananya itu untuk penyaluran kredit-kredit apa saja.

Pak... menanyakan mengenai penyerapan anggaran dan beberapa tadi juga menanyakan, apa kalau kita meletakan dana ini di dalam perbankan mengurangi penyerapan dana di KL, karena dan yang dimiliki oleh pemerintah untuk mendukung pelaksanaan APBN, menjadi mandek di perbankan. Ini mungkin pertanyaan dari beberapa yang mengenai masalah cahs manajement dan risk manajement kita. Mungkin di dalam melakukan langkah ini, tentu melakukan penelitian mengenai berapa kebutuhan kita sampai dengan akhir tahun. Jadi sampai hari ini kita sudah bisa berdasarkan Perpres 54 dan Perpres 72 Tahun 2020 yang revisinya dari Perpres 54 mengenai postur APBN, dan alokasi-alokasi anggaran belanja kita sampai dengan akhir tahun, kita ini sudah memprediksi berapa belanja-belanja akan dicairkan, satu bulan ke depan, tiga bulan ke depan hingga sampai akhir tahun. Jadi memang ini kebutuhan sudah ada. Untuk penerimaan kita berasal dari pajak dan dari.... yaitu pajak bea cukai dan PNBP dan juga dari penerbitan surat berharga negara. Nah sampai dengan bulan ini pemerintah yang di Bank Indonesia, posisinya cukup tinggi,

dan kita melihat waktu itu situasi bahwa perekonomian kita mengalami tekanan dan ada semacam .... yaitu bahwa bank memang fokus... dan sekarang mulai untuk melakukan pinjaman kredit. Tadi yang ditanyakan oleh beberapa, apakah ini tidak dijamin resikonya, makanya di dalam Perpres 74: yang merupakan postur, kami memasukan di dalam postur yang baru ini adalah jaminan kepada kredit modal kerja, yang itu kita berikan baik untuk UMKM dan nanti dalam korporasi itu sudah antisipasi.

Untuk UMKM kita juga sekaligus tidak hanya membuat premi jaminan itu ada di dalam postur APBN yang baru. Kami juga memasukan anggaran untuk meningkatkan modal dari Askrindo dan Jamkrindo didalam rangka mereka memiliki kapasitas, untuk bisa menjamin kredit modal kerja. Sekarang ini situasi yang dihadapi di dalam ekonomi adalah masing-masing antara

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 47-78)

Dokumen terkait