• Tidak ada hasil yang ditemukan

Baik, terima kasih Ibu Susi.

Selanjutnya kami persilakan dari Fraksi Nasdem, Pak Fauzi Amro.

F-P. NASDEM (FAUZI H. AMRO, M.Si.):

Saya sedikit saja Pak, karena Pak Misbakhun sudah banyak, terus dia tidak bisa tidur gara-gara PMK 70 ini.

Pak Ketua, Pak Hatari, Ibu Menteri, Pak Perry, Pak Wimboh dan Pak Halim yang saya hormati dan saya banggakan.

Saya hanya sedikit saja Bu.

Mengingatkan bahwa apresiasi langkah pemerintah mulai dari Perpu, Undang-Undang Nomor 2, Perpres Nomor 54, Perpres 74, PMK 70, PMK 64 ini sebuah langkah-langkah pemerintah yang sangat dalam kondisi ekstra ini yang harus dilakukan.

Saya cuma mengingatkan Bu, bahwa melihat pidato Pak Presiden kemarin, tidak tau siapa yang menyebar, tapi beberapa data yang kita lihat itu mungkin Segneg yang menyebarkannya. Pengaruh juga bu, bahwa apa yang diinginkan oleh pemerintah itu kadang-kadang diskonek juga dengan para pembantunya. Ini yang memungkinkan mengingatkan kita semua bahwa yang dilakukan oleh Pak Jojowi apapun yang dilakukan demi kepentingan rakyat, termasuk mengeluarkan Perpres, mengeluarkan lain-lainnya.

Saya hanya mengingatkan saja...(suara terputus-putus) hari ini masalah PMK 70, fostur dan burden sharing...(suara terputus-putus) kewenangan Ibu, karena Undang-Undang Nomor 2 mengatakan seperti itu dan kita tidak bisa berkutik, kecuali konsultasi selama 3 tahun kedepan.

Yang kedua, PMK 70 dan PMK 64. Dulu kita burder sharing dengan Pak Perry, bahwa PMK 64 itu, warung Pak Perry ini belum laku Pak, artinya belum ada perbankan yang mengajukan likuiditas. Kira-kira seperti itu. Persoalannya adalah ruwet bu, ruwet dan ruwet. Itulah yang dibuat OJK terlalu ruwet menurut saya, sehingga...(suara terputus-putus) dalam PMK 64 maupun Bank Peserta, harusnya mengajukan likuiditas perbankan. Itu satu yang menjadi catatan.

Yang kedua adalah PMK 70. PMK 70 ini bu, perimbas seperti PMK 64. Nah ini maksud saya itu. Diwanti-wanti betul itu, niat kita baik, tapi tidak ada resesinya. Nah dengan aturan yang, saya sepakat dengan mengatakan bahwa OJK...(suara terputus-putus) OJK memang berat kebutuhannya, mana sehat

dan mana yang tidak sehat. Nah ketika OJK menetapkan hal seperti itu, maka Bank Indonesia ataupun Perbendaharaan di Kementerian Keuangan, itu bisa...(suara tidak jelas). Ini harus cepat Pak Mustofa, sudah 4 bulan ini, belum ada di perbankan yang digelunturkan, sehingga keluarnya PMK 70. Saya hanya mengingatkan itu bahwa, aturan yang ruwet, ruwet, ruwet itu coba didiskusikan lagilah, jangan sampai ketakutan nanti kita semua sehingga seolah-olah mengelontarkan uang ini, kita akan bicara, menggelontarkan uang ini...(suara terputus-putus). Stimulus dana PMK dengan ini kita serapkan, ini menjadi sorotan juga bagi kita bu. Saya yakin bahwa kita mengingatkan kembali kepada Ibu Menteri Keuangan dan kawan-kawan yang lain, supaya segeralah merealisasikan anggaran-anggaran yang sudah dialukan, jangan sampai kita bicara ini kertas kosong bu, ketakutan-ketakutan yang luar biasa yang menghantui kita, sehingga seolah-olah kalau dilontarkan ini ada sesuatu yang berdampak hukum.

Mungkin itu Pak Dirjen yang dapat disampaikan. Ada eksekusi yang konkrit dalam PMK 70 ini atau lebih, sehingga PMK 70 ini berbeda dengan PMK 64 yang menjadi ketakutan bagi OJK, sehingga aturannya sangat ruwet. Sampai hari ini menurut Pak Perry kemarin, warung BI ini belum laku Pak Dito, karena apa, karena keruwetan yang dibuat oleh OJK. Saya minta ke Dr. WIMBOH SANTOSO SE, MSc, Ph.D. (OJK):, coba aturan-aturan yang dikeluarkan oleh OJK itu jangan sampai membebankan Bank Peserta maupun bank...(suara tidak jelas) karena poksi judul kita hari ini masalah PMK 70.

Itu beberapa hal Pak Dirjen yang dapat saya sampaikan, terima kasih. Nanti putaran kedua bisa Ibu...(suara tidak jelas).

Terima kasih.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. KETUA RAPAT:

Waalaikumsalam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Baik selanjutnya dari PKB, Ibu Ella atau Pak. Silakan.

F- PKB (BERTU MERLAS, ST.):

Terima kasih Pimpinan.

Yang saya hormati Menteri Keuangan, Ketua OJK, Gubernur Bank Indonesia, Ketua LPS beserta jajaran semua.

Kami sangat mengapresiasi apa yang dilakukan pemerintah untuk sektor UMKM ini. ini penempatan 30 triliun ini saya kira tujuan utamanya itu adalah UMKM. Namun disini saya ingin menjelaskan sedikit. Yang dimaksud dengan UMKM itu sampai nilai berapa. Kalau misalnya nilainya 10 miliar, satu

debitur itu 10 miliar, maka yang menikmati itu tidak banyak. Sementara ini yang mau dikucurkan ini 122 triliun waktunya pendek. Karena waktu yang pendek ini bank-bank ini menyelurkan kredit kepada nilai yang lumayan besar-besar.

Yang kedua, bilamana kredit ini persyaratannya itu dibuat sulit saja dan atau sosialisasi yang kurang kepada masyarakat, saya takutnya penyebaran kredit ini tidak berkeadilan. Tidak semua orang gampang untuk mendapatkan kredit uang UMMK ini. Ini uang yang disalurkan Mndiri, BRI maupun BNI ini cukup banyak Pak ratusan triliun dan waktu yang untuk menyalurkan kredit ini sangat pendek. Kalau syaratnya susah artinya nanti kemudian penyalurannya tidak berkeadilan. Dan saya belum melihat dari beberapa bank ini yang saya baca dari makala ini, keputusan kredit untuk ultra mikro Pak. Ini ultra mikro inilah yang sebenarnya yang terdampak oleh pandemi ini. Ini sangat saya tekankan untuk kredit ultra mikro ini.

Terus yang kedua, seperti BTN misalnya. BTN ini akan menyalurkan kredit rencana ini sampai 30 triliun. Kalau program subsidi rumah pemerintah untuk rumah bersubisidi tidak diperbesar, maka yang menikmati rumah-rumah komersil, bukan rumah-rumah bersubidi. Jadi saya mohon Ibu Menteri, selain dari pada kita menempatan uang ke BTN ini, untuk tujuan penyaluran kredit juga dipersbesar program subsidi pemerintah terhadap masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Saya kira demikian saja. Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Baik terima kasih Pak Bertu. Selanjutnya dari Demokrat. Ibu Vera ada.

F-PD (Hj. VERA FEBYANTHY, M. Si):

Terima kasih Pimpinan

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Yang terhormat Anggota Komisi XI,

Pimpinan dan seluruh jajaran,

Dari Kementerian Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, Ketua OJK, dan LPS.

Mencermati apa yang disampaikan oleh rekan kami terdahulu. Apa yang disampaikan oleh Pak Misbakhun. Di dalam kesimpulan rapat kita tanggal 6 Mei, pada berapa bulan yang lalu, bahwa kami terkait mengenai adanya rapat tersebut dalam rangka perkembangan kondisi perekonomian nasional ditengah wabah Covid-19, di dalamnya adalah antaralin restrukturisasi dan relasasi

kredit, mengeluarkan likuidtias, program pemulihan ekonomi dan lain-lain. Tentunya semua sektor terutama UMKM dan Ulta Mirko. Mungkin yang dikatakan yang sampaikan oleh Presiden Jokowi, pada rapat itu menjadi konsen bagi kita semua, banwa penyerapan yang sangat rendah. Namun di dalam keputusan yang sudah kita sepakati bersama-sama di sini, dimana kesinambungan dan kemampuan keuangan negara tetap memperhatikan prinsip-prinsip tersebut. Yang harus saya jelaskan di sini adalah set transparasi, akuntabilitas dan keadilan... (suara terputus) mungkin itu salah satu poin yang Presiden yang mengeluhkan efisiensi dan efektivitas.

Yang menjadi highlight saya adalah di saya ini adalah mencegah moral hazard dan pembagian resiko beban. Dan tentunya jangan menjadi satu, kalau saya berbeda disini. Saya tahu tidak satupun Bapak-bapak atau Ibu Menteri yang tidak punya sense of crisis. Saya yakin semua punya kepentingan terhadap sense of crisis. Tapi jangan menjadi suatu alasan sense of crisis, akhir menabrak semau aturan. Itu harus diperhatikan.

Ketika nanti Bapak dan Ibu sudah tidak menjabat lagi, itu salah satu yang menjadi persoalan, tetap menetapkan prisinsip kehati-hatian prudent yang menghindar dari moral hazard. Pada saat itu penyertaan pemulihan ekonomi nasioal, kami putuskan pada bulan Mei ya, atau Juni, masih baru beberapa bulan lalu. Namun penyerapannya ini saya lihat sudah baik. Namun kita tahu bahwa negara kita ini memang melakukan prinsip demokrasi yang sangat tinggi, bahkan fungsi pengawasan dan fungsi budget itu sudah dipangkas. Jangan sampai nanti penyerapan anggaran itu terburu-buru, dan juga harus mengatur terhadap akuntabilitasnya juga harus diperhatikan. Saya agak berbeda di sini. Saya mendukung apa yang dilakukan oleh Menteri Keuangan, Gubernur BI dan Ketua OJK, untuk terbaik mengenai persoalan peraturan implementasi terhadap program tersebut. Jadi kalau ini juga sangat disayangkan sebetulnya. Tapi kita tahu bahwa di semua mengenai penambahan dana Covid-19 ini di dalam Perpres 72 pun juga disampaikan belum pernah ada evaluasi. Penggunaan atau realisasi dana juga sudah berjalan, kerangka anggarannya sudah ada lagi Perpres yang berikutnya. Dan memang keterbatasan dari kita semua ini, ini sesuatu yang di luar kelaziman yang belum pernah terjadi di republik ini penangan masalah Covid-19. Kalau dulu itu mungkin dibuatkan tidak terlalu besar pada saat krisis 2008 dan krisis-krisis yang lalu. Ini sesuatu yang memang harus membutuhkan extra ordinary. Tapi tetap bukan menjadi suatu alasan bahwa segala sesuatu harus tetap aturannya. Jangan bu. Ibu harus menerapkan prinsip kehati-hatian dan prudent, terutama kepada OJK dan Bank Indonesia.

Dan juga sebagai juga yang ingin kami sampaikan di lain hal, itu adalah contoh terkait anggaran disektor kesehatan itu menjalani sudah kurang lebih dari 15% total penanganan Covid-19. Penyerapan dana itu kesehatan lalu 1,54%. Artinya dukungan penanganan Covid itu harus ditingkatkan, tapi semua itu jangan semua aturan dari atas sampai bawah dan itu juga harus diperhatikan, jangan di inter time bu dalam kesempatan ini. Tapi sudah menyatakan dalam penggunaan anggaran Covid-19 ini harus hati-hati, itu sudah menjadi aturan. Mungkin bagaimana...(suara terputus) bukan berarti cepat semuanya ditabrak, tapi konsen terhadap percepatan dan akurasi, tentunya tepat sasaran. Namun dilakukan terukur tentunya terkendali sesuai dengan tata kelola, tata hukum negara ketata negaraan, sehingga tidak

menabrak-nambrak yang beresiko dikemudian hari. Ini berbahaya saya ingatkan. Jangan sampai nanti terjadi kasus yang.. Saya mengerti khususnya Ibu Menteri punya history yang tidak baik terhadap Bank Century, tetap harus diingatkan jangan sampai nanti Ibu pun tidak ada yang membuktikan bahwa itu tidak terlibat, tapi segala sesuatu rezim berbeda, itu akan dikatikan hal penanganan program ini. Itu saja dari saya.

Namun saya ingin menyinggung sedikit, mengenai saya membaca beberapa berita akhir-akhirnya ini yang cukup meresahkan, terkait masalah Bukopin. Dan ini sudah share semua orang bahwa terjadi rush, ini tidak boleh seperti ini. Jangan sampai pemerintah atau jangan sampai saya tidak tahu oknum siapa yang melakukan hal ini, ini menimbulkan permasalahan likuiditas Bukopin dan tejadi ras dan sangat terhadap likuditas keuangan dimasa covid, akhirnya masyarakat tadinya yang mungkin bukan hanya empat yang sudah lampu merah jadi lagi. Jadi tolong ditertibkan untuk hal-hal seperti ini. Bayangkan bank sebesar BCA pun juga itu isu sudah lama, diviralkan, ini bahaya. Semampu sekuat apapun bank, kalau ini terjadi tidak ada yang percaya dengan orang menyimpan dagangannya. Jadi tolong diperhatikan. Ini isu-isu kita orang-orang yang cerdas mungkin tahu, bahwa ini tidak terjadi pada saat sekarang ini, ini sudah lama. Tapi kalau orang masyarakat Ibu-ibu di kelas yang tidak mempunyai tingkat kesamaan terhadap dalam berpikir bahwa itu aman, mereka mengambil. Ini membahayakan Ketua OJK mohon itu untuk ditertibkan.

Saya juga menanyakan juga kepada terdahulu yang megenai bahwa, ada satu kesimpulan di dalam rapat. Kami mendukung OJK dalam menangani permasalahan yang dilakukan secara profesional, governance yang baik, transparan dan terukur untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dalam rangka kepentingan nasional. Itu pada saat 117 Juni. Saya ingin mendapat penjelasan mengenai persoalan mengenai yang terjadi yaitu Bank Bukopin. Dan jangan sampai ada dugaan, penekanan yang dilakukan oleh OJK terhadap salah satu pemegang saham, bahkan pers konpers yang pernah ditayangkan dicambuk ulang dan ditekan lagi bisa ditayangkan kembali. Saya minta OJK untuk segera menyelesaikan persoalan masalah Bank Bukopin dan ini berdampak sistemik tehadap perbankan bank-bank kecil lainnya, saya tidak mau. Ini sekarang gejala seperti ini sudah ada, besok...(suara terputus-putus) seakan-akan bank rontok semuanya. Ini bahaya Pak di Covid-19 ini masyarakat akhirnya tidak percaya. Ini ada sesuatu yang melakukan peran ini memainkan isu ini. Jadi ini mohon dijaga terhadap kondisi perbankan saat ini yang memang sudah kita tahu me mengalami kesulitan likuiditas, tapi dijaga agar diberkikan kepercayaan, jadi memberikan kepercayaan kembali kepada masyarakat dan kepada pusat.

Yang ini saya menghimbau kepada OJK, keputusan terkait persoalan masalah Bank Bukopin. Perlu ada kepastian atas kondisi sektor keuangan yang sebenarnya agar diberikan psikologis terhadap masyarakat, sehingga petani terjaga. Tentunya penempatan dana yang mendukung dana yang mendukung kredit modal kerja juga mendapat perbaikan ekonomi. Ini persoalan ini memang mengkhawatirkan buat kita semua di luar dari kelaziman, tapi jangan sampai seperti ada Bank Bukopin kedua, ketiga dan seterusnya. Dan saya mohon kepada pihak OJK, mohon untuk dijelaskan kepada kami sedikit saja terkait mengenai isu, sampai supaya kita mendapat penjelasan yang dari dua pihak

yang berbeda, kami ini mendapatkan share-share mengenai pers konpers, price list.

Salah satu pemegang saham itu sah untuk menambah likuiditasnya yang tidak sesuai dengan kampuan mereka, apakah itu ful, dan juga dari pemegang saham asing itu sudah melewati batas waktu dan sudah di blacklist, tapi kenapa ini kok bisa diperjuangkan kembali itu ya. Ini harus ada nasional interest Pak, jangan sampai semua ini ada ini jangan khawatir, mau ini orang masuk kesini asingnya begini, kita lagi sakit, dia masuk dalam kondisi seperti ini. Tolong diperhatikan juga Pak Wimboh beserta jajarannya. Mungkin terkait juga mengenai masalah saya lupa. Pada saat itu pernah yang pernah kita bahas pada periode 2009 dan 2014, mengenai mengkaji kembali PP Nomor 29 Tahun 1999 terkait kepemilikan saham perbankan oleh pemilik asing yang mencapai 99%. Memang kita ini tahu ini aturan WTO yang membatasi kepemilikan saham perbankan asing maksimal hanya 49%. Jadi jangan sampai Indonesia dalam keadaan sakit seperti ini, ramai-ramai (rekaman tidak jelas) ke sini, habis kita. Tolong nasional identity utama mengedepankan terhadap rate kita sebagai seindonesia jangan sampai semua bank-bank swasta lain sudah dimiliki oleh asing. Saya mohon terhadap khususnya terkait masalah ini. Dan itu saja dari saya. Saya memberikan apresiasi kepada seluruh jajaran kepada Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, Ketua OJK, khusus yang mengenai pemulihan ekonomi nasional yang sudah semaksimal mungkin memang belum, tapi tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian, bukan persoalan masalah sesuatu gejala covid yang membutuhkan, tapi jangan menabrak aturan yang ada.

Terima kasih dari saya.

KETUA RAPAT:

Baik.

Selanjutnya dari PKS, tidak ada ya. Silakan.

F- PKS (...):

Ibu Menteri, Pak Gubernur, Pak Wimboh, Pak Halim dan semua yang hadir.

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

Saya melihat beberapa hal dan beberapa juga surprise, ada rapat kabinet kemarin begitu kerasnya Pak Jokowi menyampaikan, yang sebenarnya berkali-kali kami di Komisi XI sudah menyampaikan hal tersebut berkali-kali. Saya bahkan waktu itu menanyakan langsung ke Ibu Menteri, berapa ini hingga goverment spendingnya bu, Ibu waktu itu minta waktu untuk menjawab, setelah dijawab dan saya sudah menerima, cuma setelah ada jawaban itu langkahnya belum disampaikan, apa lagi, sehingga berjalan lagi waktu seminggu, dua minggu dan seterusnya. Akhirnya government spending yang kita harapkan

cepat disalurkan. Kalau waktu itu disampaikan misalnya katakanlah kami yang mempunyai budget tersebut belum melaksanakan, ambil contoh waktu itu kalau tidak salah bu, 1,7 triliun dua minggu waktu kita meeting sebelum itu hanya dari 75 triliun baru 1,7 disalurkan. Itu juga ke BPJS.

Kemudian 375 kami lihat dalam bentuk membeli alat-alat kesehatan. Inikan masih minim sekali, sehingga tidak mungkin bergerak, makanya berdasarkan fraksi, pada saat Paripurna tidak mungkin sampai lima setengah itu bisa kita capai, kalau gerakan sekarang ini lambat sekali. Itu sudah saya sampaikan dari awal, cuma waktu itu yang menyampaikan John Erizal gregetnya kurang. Nah setelah Pak Jokowi menyampaikan, bilang Pak Jokowi mendengar suara kita, paling tidak saya ikut senang juga bu, bahwa suara ini kebetulan adalah suara seluruh masyarakat Indonesia. Saya mohon maaf jika mendahului Pak Jokowi waktu itu bicaranya.

Saya mau tanya bu, pertama soal peran pemerintah ini, kita berharap memang pemerintah harus hadir. Kita lihat kehadiran pemerintah sudah ini. Tapi saya lihat disini, kehadiran pemerintah adalah dalam hal penyediaan likuiditas, jadi belum terlihat disini. Jadi apakah pemerintah menjamin tidak aktivitas recovery oleh ekonomi ini, karena deposito-deposito yang ada di tempat ini nanti dijaminlah oleh LPS. Jadi resikonya ada di LPS. Resiko di pemerintah ini yang mana terhadap kondisi dana yang akan ditempatkan bank yang bermitra disebut nanti bank peserta. Nah kemudian itu satu.

Yang diperlukan itu dimana yang diperlukan hadirnya itu dengan resiko itu ya. Kalau hadir dengan likuiditas saja, mungkin masih kurang menurut saya, karena masih banyk nanti pelaksanaannya juga akan tergantung dengan siapa resiko siapa ini dan pasti memilih-milih.

Yang kedua, deposito itu juga tadi disinggung oleh Pak Misbakhun, dilarang valas, dilarang membeli SBN. Mungkin secara teknis perbankan, barangkaliPak Wimboh dan Pak Gubernur paham selakali. Begitu dana masuk, semuanya terblending bu, ada giro, ada dana tanbungan, ada dana desposito. Sehingga semua itu terakumulasi datanglah...(suara terputus) namanya. Nah dengan turunnya atau masuknya dana sebesar 30 triliun dengan rate 3,4 tersebut, sehingga...(suara terputus-putus) nah ini mereka akan main bu, akan menyaluarka, karena kalau di... tidak diapa-apakan, mereka akan rugi, karena bayangkan membayar 30 triliun dengan 3,4 tanpa ditempat lain itu. Itu juga menjadi pertanyaan saya. Jadi larangan-larangan seperti ini mungkin lebih spesifik, lebhi teknis, tidak bisa umum, nanti umum perbankan harus mencadangkan 30 triliun dulu dikasih flat. Dikasih flat bahwa dana ini tidak bisa begitu karena dia menjadi satu.

Kemudian yang khawatir tiga bulan, kita tahu masalah ini panjang, masalah ini panjang disamping ekonomi belum mungkin setahun dua tahun pengalaman kita yang lalu saja, 4 tahun lebih malah, karena kita banyak sekali melakukan aturan-aturan birokrasi-birokrasi, hingga dua tahun lebih. Sementara Korea dan Thailand waktu setahun sudah pulih, kita panjang. Nah ini juga itu disebutkan akan dievaluasi. Evaluasi ini....sehingga para mau melaksanakan tugas-tugas begini juga was-was....(suara tidak jelas)….jangka panjang itu.

Kemudian yang menarik lagi, pada tahap awal PP 23 kalau tidak salah waktu itu direncanakan ada beberapa pertanyaan, termasuk Bank Himbara dan mungkin beberapa bank yang... yang 15 ratas waktu itu. Tapi disini

pelaksanaannya hanya Bank Pemerintah saja, Bank Himbara saja. Ini seperti apa. Saya waktu itu juga menanyakan kepada OJK, itu supaya ada tidak ada kekeliruan, supaya Bank Swasta juga dilibatkan yang bagus-bagus tentunya, ini belum kelihatan dalam PMK ini.

Kemudian juga yang menarik ini lagi ini bu, yang bank-bank umum menengah ini seperti apa, kita mau biarkan mati saja atau apa. Tapi kita berharap nanti Undang-Undang Peserta ini yang akan pendapatan pemerintah kepada mereka itu...(suara terputus-putus) saya tidak yakin bu bank-bank perserta ini beralih...(suara tidak jelas) yang bagus, saya punya... seperti itu. Nah kredit yang tidak bagus, mereka pasti tidak membeli. Tapi kalau mereka penempatan langsung ke interbank money, saya tidak yakin mereka tidak akan berani, karena mereka tidak tahu ini perut perbankan yang akan...sehingga sektor-sektor yang bukan dihendel oleh bank himbara ini, ini akan mati semua nanti, mereka tidak dapat likuiditas, walaupun secara umum total likuiditas yang dikelola itu kebih dari cukup.

Sekarang ini beberapa bank-bank...(suara terputus-putus). Nah mereka... karena disampaikan tadi, bank-bank bermasalah yang sudah diekspose di media, sehingga yang menengah kebawah itu memindahkan tabungan atau deposito ke bank-bank yang lebih aman. Nah ini kondisinya akan lebih parah nantinya mereka tidak dapat likuiditas. Kemudian langkah-langkah selanjtunya juga untuk mendapatkan dana-dana likuiditas dari Bank Indonesia sendiri kita perlu surat berharga yang kita miliki. Jadi masih banyak complicatednya begitu.

Kemudian yang menarik lagi, kita selalu bicara menolong UMKM. lihat di sini tidak mungkin itu bank-bank himbara itu akan masuk ke BPN, tidak mungkin, ribuan jumlahnya, bagaimana mereka membeli semen seperti itu. Nah siapa memperhatikan BPN Pak Mustofa ini, ini sahabat saya bu. Nah makanya siapa yang memperhatikan ini begitu. Jadi kita punya tema mau

Dalam dokumen DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA (Halaman 25-47)

Dokumen terkait