• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.6. Dana Bagi Hasil

2.1.6.2. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) berasal dari penerimaan sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, perikanan, pertambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

Penyaluran Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan sumber daya alam tahun anggaran berjalan dan dilaksanakan secara triwulan. Penyaluran ini dilaksanakan dengan cara pemindahbukuan dari rekening Kas Umum Negara ke Rekening Kas Umum Daerah.

Penetapan alokasi sumber daya alam yang berada pada wilayah yang berbatasan atau berada pada lebih dari satu daerah, Mentri Dalam Negeri menetapkan daerah penghasil sumber daya alam berdasarkan pertimbangan mentri teknis terkait paling lambat 60 (enam puluh) hari setelah diterimanya usulan pertimbangan dari Mentri Teknis. Mentri Teknis bertugas menetapkan daerah penghasil dan dasar perhitungan DBH Sumber Daya Alam paling lama 60 hari sebelum tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan setelah berkonsultasi dengan Mentri Dalam Negeri.

a. Sumber Daya Alam Kehutanan

Sumber Daya Alam Kehutanan berasal dari Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH), Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi (DR). Pembagian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang berasal dari hutan ditetapkan sebagai berikut:

a. DBH Kehutanan yang berasal dari IIUPH dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah. Dimana, 80% untuk daerah dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota penghasil.

b. DBH Kehutanan yang berasal dari PSDH dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah. Dimana, 80% untuk daerah dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 32% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

c. DBH Kehutanan yang berasal dari Dana Reboisasi dibagi dengan imbangan 60% untuk pemerintah dan 40% untuk kabupaten/kota penghasil untuk mendanai kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan. b. Sumber Daya Alam Pertambangan Umum

Sumber Daya Alam Pertambangan Umum berasal dari Iuran Tetap (Land-rent) dan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi

(Royalty). Pembagian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam yang berasal dari pertambangan umum ditetapkan sebagai berikut:

a. DBH yang berasal dari Iuran Tetap (Land-rent) dibagi dengan imbangan 20 % untuk pemerintah dan 80 % untuk daerah. Dimana, 80 % untuk daerah dibagi dengan rincian 16 % untuk provinsi yang bersangkutan dan 64% untuk kabupaten/kota penghasil.

b. DBH yang berasal dari Iuran dan Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalty) dibagi dengan imbangan 20% untuk pemerintah dan 80% untuk daerah. Dimana, 80% untuk daerah dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 32% untuk kabupaten/kota penghasil dan 32% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

c. Sumber Daya Alam Perikanan

Sumber Daya Alam Perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan dan Pungutan Hasil Perikanan. Pembagian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Perikanan ini ditetapkan dengan imbangan untuk pemerintah 20% dan untuk daerah 80% dibagikan dengan porsi yang sama besar untuk seluruh kabupaten/kota.

d. Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (Migas)

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan minyak dan gas yang dibagikan ke daerah adalah penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan dan gas alam dari wilayah daerah yang bersangkutan setelah dikurangi komponen pajak dan pungutan lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan Perkiraan Alokasi Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi (Migas), DBH Sumber Daya Alam pertambangan minyak bumi dibagi dengan imbangan 84,5% untuk pemerintah dan 15,5% untuk daerah. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 15% dibagi dengan rincian 3% untuk provinsi yang bersangkutan, 6% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 6% untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH pertambangan minyak bumi sebesar 0,5% dibagi dengan rincian 0,1% untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 0,2% untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Sementara itu, DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Gas Bumi dibagi dengan imbangan 69,5 % untuk pemerintah dan 30,5% untuk daerah. DBH Pertambangan Gas bumi sebesar 30% dibagi

dengan rincian 6% untuk provinsi yang bersangkutan, 12% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 12% untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Pertambangan Gas bumi sebesar 0,5% dibagi dengan rincian 0,1% untuk provinsi yang bersangkutan, 0,2% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 0,2% untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan. DBH Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi sebear 80% dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan, 32% untuk kabupaten/kota penghasil, dan 32% untuk seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Penyaluran DBH Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi ke daerah dilakukan dengan menggunakan asumsi dasar harga minyak bumi tidak melebihi 130% (seratus tiga puluh persen) dari penetapan dalam APBN tahun berjalan. Dalam hal asumsi dasar harga minyak bumi yang ditetapkan dalam APBN Perubahan melebihi 130 % (seratus tiga puluh persen), selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagai dampak dari kelebihan dimaksud dialokasikan dengan menggunakan formula DAU. Ketentuan mengenai tata cara penghitungan selisih penerimaan negara dari minyak bumi dan gas bumi sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Keuangan. DBH yang berasal dari Pertambangan Minyak Bumi dan Gas Bumi wajib dialokasikan untuk menambah anggaran pendidikan dasar.

e. Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi

Dana Pertambangan Panas Bumi berasal dari setoran bagian pemerintah dan Iuran Tetap dan Iuran Produksi. Pembagian Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Pertambangan Panas Bumi ini ditetapkan dengan imbangan untuk pemerintah 20% dan untuk daerah 80%. Dimana, 80% untuk daerah dibagi dengan rincian 16% untuk provinsi yang bersangkutan dan 32% untuk kabupaten/kota penghasil, serta 32% dibagi dengan porsi yang sama besar kepada seluruh kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

2.1.7. Belanja

Belanja adalah semua pengeluaran kas umum Negara/kas daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah pusat/daerah. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Pemendagri Nomor 59 tahun 2007 dan adanya perubahan kedua dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua, belanja dikelompokkan menjadi: 1. Belanja Langsung.

Belanja langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

2. Belanja Tidak langsung

Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial.

Dokumen terkait