• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Teoritis

2.1.4. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

2.1.4.1. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Kadjatmiko (2002), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh Daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Pendapatan adalah semua penerimaan

rekening Kas Umum Negara / Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah. Sedangkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 menyatakan bahwa Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih. Komisi, rabat, potongan, atau pendapatan lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dapat dinilai dengan uang, baik secara langsung sebagai akibat dari penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi dan/atau pengadaan barang dan jasa termasuk pendapatan bunga, jasa giro atau pendapatan lain sebagai akibat peyimpanan dana anggaran pada bank serta pendapatan dari hasil pemanfaatan barang daerah atas keegiatan lainnya merupakan pendapatan daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan meratakan kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, daerah mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dari sumber-sumber yang berasal dari wilayahnya.

Halim (2007: 96) mengatakan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.

Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Pasal 1 menyebutkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber penerimaan daerah yang asli digali di daerah yang digunakan untuk modal.

Secara teoritik, PAD merupakan suatu sumbangan nyata yang diberikan oleh masyarakat setempat guna mendukung status otonom yang diberikan kepada daerahnya. Tanda dukungan dalam bentuk besarnya perolehan PAD penting artinya bagi suatu pemerintah daerah agar memiliki keleluasaan yang lebih dalam melaksanakan pemerintahan sehari-hari maupun pembangunan yang ada di wilayahnya. Seorang pakar dari World Bank berpendapat bahwa batas 20 % perolehan PAD merupakan batas minimum untuk menjalankan otonomi daerah. Sekiranya PAD kurang dari angka 20 % tersebut, maka daerah tersebut akan kehilangan kredibilitasnya sebagai kesatuan yang mandiri.

PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi Daerah sebagai perwujudan Desentralisasi.

2.1.4.2.1. Klasifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Menurut Halim (2007: 96) kelompok Pendapatan Asli Daerah dipisahkan menjadi empat jenis pendapatan:

1. Pajak Daerah.

Sesuai UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan pajak untuk kabupaten/kota terdiri dari:

- pajak hotel, - pajak restoran, - pajak hiburan, - pajak reklame,

- pajak penerangan jalan,

- pajak pengambilan bahan galian golongan C, - pajak parkir.

2. Retribusi Daerah.

Retribusi daerah merupakan pendapatan daerah yang berasal dari retribusi. Terkait dengan UU Nomor 34 Tahun 2000 jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan sebagai berikut :

- retribusi pelayanan kesehatan

- retribusi pelayanan persampahan/kebersihan - retribusi penggantian biaya cetak KTP

- retribusi penggantian biaya cetak akte catatan sipil - retribusi pelayanan pemakaman

- retribusi pelayanan pengabuan mayat

- retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum - retribusi pelayanan pasar

- retribusi pengujian kendaraan bermotor

- retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran - retribusi penggantian biaya cetak peta

- retribusi pengujian kapal perikanan - retribusi pemakaian kekayaan daerah

- retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan - retribusi jasa usaha tempat pelelangan

- retribusi jasa usaha terminal

- retribusi jasa usaha tempat khusus parkir

- retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa - retribusi jasa usaha penyedotan kakus

- retribusi jasa usaha rumah potong hewan - retribusi jasa usaha pelayanan pelabuhan kapal - retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olahraga - retribusi jasa usaha penyebrangan di atas air - retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair

- retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah - retribusi izin mendirikan bangunan

- retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol - retribusi izin gangguan

3. Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan.

Hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD.

- Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik negara/BUMD.

- Bagian laba penyertaan modal pada perusahaan milik swasta swasta atau kelompok usaha masyarakat.

4. Lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik Pemda. Rekening ini disediakan untuk mengakuntansikan penerimaan daerah selain yang disebut di atas. Jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut:

- hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, - jasa giro,

- pendapatan bunga,

- penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah,

- penerimaan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan pengadaan barang, dan jasa oleh daerah, - penerimaan keuangan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing,

- pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, - pendapatan denda pajak,

- pendapatan denda retribusi, - pendapatan eksekusi atas jaminan, - pendapatan dari pengembalian, - fasilitas sosial dan umum,

- pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, - pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan.

Sedangkan menurut Erlina (2012 : 150), Lain-lain pendapatan daerah yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang terdiri dari :

1. Hibah; Pendapatan hibah yang masuk dalam kategori ini adalah dalam bentuk kas dan setara kas. Kelompok pendapatan hibah berasal dari pemerintah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/ perorangan dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat.

2. Dana Darurat; Kelompok dana darurat berasal dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam.

3. Dana Bagi Hasi Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya; Kelompok dana bagi hasil dari provinsi pemerintah daerah lainnya terdiri dari dana bagi hasil pajak dari provinsi, dana bagi hasil pajak dari kabupaten, dan dana bagi hasil pajak dari kota.

4. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus.

5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya. Kelompok bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya terdiri dari bantuan keuangan dari provinsi, bantuan keuangan dari keuangan dari kabupaten, dan bantuan keuangan dari kota.

Dokumen terkait