• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.3 Informan 2

4.3.3.3 Dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi

Informan mengalami emosi-emosi yang sesuai dengan tujuan terapi yaitu pikiran menstimulasi perasaan, emosi menstimulasi dorongan, emosi menstimulasi ekspresi/gerakan dan adanya reaksi fisik dan psikologis.

1) Pikiran menstimulasi perasaan

a) Menimbulkan perasaan sedih, khawatir dan menyesal Pada saat informan masuk dalam pengalaman, maka pikiran menstimulasi perasaan dan informan bertemu dengan perasaannya. Ketika yang distimulus adalah pengalaman kesedihan, maka yang muncul adalah perasaan sedih dan khawatir. Informan merasa sedih karena harus tinggal di penjara untuk waktu yang lama, sehingga hal tersebut membuat informan khawatir.Informan juga merasa sedih dan menyesal karena keberadaannya di penjara,

membuat informan kehilangan kesempatan untuk mengasuh anaknya yang sedang dalam masa pertumbuhan. Berikut ini adalah pernyataan informan mengenai hal-hal tersebut :

“yang ada disini saya tuh pikirnya masih langsung ke vonis saya suster disini sudah bisa lewat, saya sudah bisa melewati ya suster disini kesedihan justru yang kedepannya.gimana.aduh saya mesti apa disini sekian lama, kesedihan saya tuh disitu suster jadi yang untuk kesedihan yang disini saya sudah bisa melewati kemaren dengan teman, dengan apa saya sudah bisa mengatasi kesedihan yang akan datang itu loh suster disitu saya sedih itu” (W2, 6-15)

“sedih banget suster, saya ga bisa ngasuh anak saya, sediiiiiiih banget nyesel banget nyeseeeel banget karena barang sedikit itu vonis saya 4 tahun, saya sedih banget” (W2 35-39)

b) Menimbulkan perasaan sakit hati dan dendam

Informan juga merasakan sakit hati saat mengingat pengalaman sedih sewaktu ditangkap, karena menurut informan, tetangganya lah yang menyebabkan informan ditangkap. Bila informan teringat akan pengalaman di tangkap tersebut, informan merasa dendam dan sakit hati. Berikut ini adalah pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tersebut:

“yang paling menyakitkan itu saya ditangkap didepan sedangkan tetangga saya waktu itu ada didalam mobil itu, itu sakit banget suster, sakiiiiiiit banget membuat saya itu waktu itu kalo saya berpikir kesitu saya ada timbul dendam, sakit, saya sakit, sedih banget sedihnya kok sampe hati terus saya selalu ada emosinya suster” (W2 161-171)

c) Menimbulkan perasaan takut, sakit dan tak berdaya

Sedangkan pada saat yang distimulus adalah pengalaman ketakutan, maka yang muncul adalah perasaan takut. Perasaan takut ini timbul karena informan teringat tuntutan vonis, pengalaman waktu di tangkap dan pikiran

akan masa depan. Informan juga merasa tak sanggup untuk kembali masuk pada pengalaman menyakitkan dimasa lalu. Berikut ini adalah beberapa pernyataan informan yang mencerminkan perasaan takut, sakit dan tak berdaya.

“yang ada dalam pikiran saya, saya ketakutan dengan permasalahan yang saya hadapi sekarang ini ya ,kemaren saya takut menghadapi tuntutan vonis, terus kejadian pas waktu penangkapan, takut nanti gimana ke depannya, gimana kedepannya “(W4, 5-10)

“ini kita nginget yang kemaren-kemaren lagi, suruh nginget-nginget, sakit suster kalau disuruh nginget itu masuknya sakit, ga enak “(W4 139-146)

“saya dah ga bisa ngomong apa-apa sama Bu Yuni, ga bisa ngomong apa-apa, saya dah ga sanggup, menceritakan yang kemaren-kemaren, untuk mengingat-ngingat yang kemaren, udah berusaha untuk ngelupain itu semua, saya udah ga sanggup masuk lagi untuk mengingat yang kemaren” (W5 15-21)

2) Emosi menstimulasi dorongan

a) Menimbulkan dorongan berekspresi, balas dendam dan agresi Pada saat informan merasakan emosi karena penderitaan yang di alaminya, emosi ini menstimulasi dorongan dan gerakan. Dorongan yang muncul dalam diri informan adalah dorongan berekspresi, balas dendam dan agresi serta pergi keluar (bukit, gunung atau kuburan) lalu merenung . Dorongan balas dendam timbul dalam diri informanuntuk bertindak agresif dengan mengata-ngatai orang, tapi informan menyadari bahwa tidak ada orang yang tepat untuk menerima makiannya. Berikut ini beberapa pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tersebut.

“Saya , yang pingin saya lakukan saya pingin, kalo saya sedih kebiasaan saya kan sendiri saya lihat luar,lihat luar, saya pingin jalan abis gitu kan disini kan terbatas suster. Jadi kan pemikiran saya .kan kalo saya lihat luar, lihat halaman itu kan pemikiran saya kan ga sebatas ruangan ini, pikirannya terus banyak ke depannya itu pengin keluar itu suster saya pengennya sendiri suster, merenung sebenernya kemaren saya pengen keluar duduk didepan gitu” (W2 44-53)

“pengen, pengen melampiaskan,saya pengen ngata-ngatain orang, tapi siapa yang harus saya kata-katain suster ?”(W2 185-187)

3) Emosi menstimulasi ekspresi/gerakan a) Mencoret, menangis dan berlari

Emosi menstimulasi ekspresi/gerakan, yang menimbulkan coretan, tangisan dan lari sebagai ekspresi emosi. Pada saat informan merasakan emosi marah, informan mengekspresikannya dengan mencoret-coret menggunakan crayon dengantekanan yang sangat kuat.Selain itu informan mengatakan bahwa apabila informan merasakan emosi yang kuat, informan tidak mengekspresikan emosinya dengan kata-kata, tapi hanya menangis.

Emosi itu masih informan rasakan pada saat informan masuk dalam bloknya, sehingga informan merasa “blank” .Informan makan kacang, kemudian secara spontan, informan tergerak untuk berlari dengan jumlah putaran yang tak terhitung jumlahnya. Berikut ini adalah beberapa pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tesebut :

“itu paling kerasa itu pas waktu coret-coret itu( menggunakan crayon) saya dikasihmedia sini loh suster (menunjuk kepalanya)” (W3 55-58)

“ya, saya nangis ,saya nangis, saya kan mengeluarkan emosi saya bener-bener, kalo emosi saya nangis, tapi ga banyak omong”(W3 75-78)

“takut sama marah,emosi tuh jadi satu, tapi saya itu blank, saya bingung entah rasa apa entah rasa apa tapi perasaan saya kesitu saya masuk blok ga cuma makan kacang aja suster, tau..kayak orang blank kayak gitu, makan kacang, ga ngomong, ga apa, terus, gitu mau kemana?lari lari mana, terus saya puter di blok banyak sekali saya larinya” (W4 263-272)

4) Reaksi fisik

Reaksi secara fisik juga terjadi pada diri informan saat informan masuk dalam pengalaman-pengalaman dalam terapi dance. Reaksi fisik yang timbul antara lain suhu tubuh yang meningkat. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan informan yang terpicu oleh pengalaman tersebut.Berikut ini

adalah beberapa pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tesebut :

“badan saya panas, kayak anget gitu terus disini langsung (sambil menunjuk kepala) teng berat gitu suster gitu kalo saya berpikir sampai ngoyo suster”(W2 176-179)

“saya tuh kadang-kadang badan tuh tau-tau badannya anget, agak agak suhu tubuh agak panas tapi setelah nanti pikiran saya adem, ilang,tapi kalo pikiran kenceng badan gitu juga”( W4 117-121)

4.3.3.4 Efek Musik : mempengaruhi ingatan dan perasaan

Efek musik yang dialami oleh informan adalah mempengaruhi ingatan dan perasaan ketika masuk dalam pengalaman-pengalaman yang sesuai dengan tema, sehingga memudahkan informan untuk mengingat kembali pengalamannya dan merasakannya.

“kalau tidak ada musik saya mungkin tidak akan bisa masuk ya, suster, tapi dengan adanya musik saya bisa masuk, bawa e kebawa sampe hati, itu suster, kalau mungkin ga ada musik susah saya untuk masuk saya memang susah denger musik saya sudah buang-buang

pikiran, agak lama saya masuk, akhirnya inget, musik ada pengaruhnya juga ya ke ga ada musik mungkin ga bisa suster, ya bisa tapi ga sekuat dikasih musik, gitu sih” (W4, 149-153)

“tapi ga bisa ta tahan suster tapi tahannya saya ga bisa suster kalo mungkin musiknya ga diputer mungkin bisa, tapi kan musiknya jalan terus, suster, jadi terus musiknya itu membawa saya ingat masa-masa kemaren, disaat-saat ditangkap itu loh suster jadi terus bawaanya pengen nangis, saya sedihsampe seperti ini loh, itu loh”(W2 80-87)

4.3.3.5 Hal-hal yang menghambat proses terapi

Dalam proses terapi dance ini ada hal-hal yang menghambat informan yaitu adanya distraksi pikiran, efek repressing dan alasan repressing.

1) Distraksi pikiran : kesulitan berkonsentrasi

Dalam proses terapi ini, informan mengalami gangguan pikiran karena adanya hal yang membebani pikiran informan yaitu sidang yang harus informan hadapi dan vonis yang akan informan terima. Pikiran akan hal tersebut membuat perasaan informan menjadi gelisah sehingga informan mengalami

kesulitan untuk berkonsentrasi dan kurang fokus pada terapi yang informan ikuti.

“perasaan saya senang,campur gelisah,gelisahnya saya harus sidang itu yang membuat saya pikirannya ke sidang, pikiran saya terbagi sidang, vonis masih membebani saya sampai saat ini itu bisa untuk apa-apa agak susah untuk konsentrasi”( W1, 30-36)

“kurang fokus,kurang fokus, kurang fokus” (W3, 158, 160)

2) Efek dan alasan repressing

a) Efek repressing: diam dan menimbulkan dampak negatif pada tubuh

Dalam terapi dance pertemuan ketiga (tema kemarahan) dan keempat (tema ketakutan) informan merasakan emosi marah dan takut akan tetapi informan merepresi emosi-emosi tersebut dengan cara diam. Demikian pula pada pertemuan kelima, informan merepresi perasaan sakit hati, marah dan dendam pada “cs an” nya

dengan diam. Informan hanya diam menyimpan emosi yang informan rasakan . Represi yang dilakukan informan berdampak negatif pada tubuh informan yaitu informan

merasakan tubuhnya menjadi panas dingin, batuk dan deman. Berikut ini dua pernyataan informan mengenai hal tersebut di atas :

“ketika musik itu sudah berjalan, perasaan marah itu keluar, perasaan marah emosi keluar terus badan, tapi dalam marah itu saya tidak mukul apa, lempar apa,saya hanya diam, diam dan diam” (W3, 4-14)

“kalo ga diluapin kok kayak kejadian kemaren kamis itu saya dibesuk cs an saya itu jadi beban pikiran saya juga, itu saya diam,ga saya luapin, saya mungkin mesti berlatih dulu susterkarena sudah bawaan dari kecil, saya cenderung diam, saya diam, saya ga cerita sama teman, yang tau ketemu, tanya siapa cs.an saya, terus saya diam, saya diam, saya diam, tapi kepikiran terus suster, tapi akhirnya datang badan meriang, terus batuk, badan sampe demam, sampe demam itu, mungkin saya dah ga kuat lagi”(W5, 132-142)

b) Alasan repressing: dampak negatif ekspresi emosi, pola asuh nenek, ingin kelihatan kuat

Informan merepresi emosinya karena informan memikirkan dampak negatif yang terjadi apabila informan mengekspresikan emosinya terhadap benda atau terhadap orang lain. Selain itu, sang nenek juga mengajarkan informan untuk tidak mengekspresikan emosi dan untuk bersabar dalam segala hal. Informan juga tidak ingin dikatakan cengeng dan ingin terlihat kuat. Oleh karena itu informan lebih banyak merepresi emosinya dengan cara diam. Berikut ini beberapa pernyataan informan yang mencerminkan hal tersebut:

“saya ngga mau melampiaskan amarah saya dengan apapun atau dengan siapapun suster” (W3, 60-64)

“kalau saya kan terus kalo emosi efeknya ga bagus saya tahan suster, dari dulu sampai sekarang dari dulu sampai sekarang saya diem”(W3, 88-91)

“Kemaren setahu saya, sedari kecil pemahaman nenek saya, marah ga boleh harus berlebih-lebih,

jadi semuanya saya tampung, saya diam-diam, diam” (W5, 118-121)

“nenek saya menyuruh saya untuk bersabar dalam segala hal, saya menahan emosi kan juga harus sabar suster, saya dari kecil dilatih untuk sabar, takut apa harus itu nenek saya” (W5, 126-129)

“saya ga ga ga pengen cengeng saya pengen kuat saya pengen kuat” (W2, 79-80)

4.3.3.6 Hal-hal yang mendukung proses terapi dance 1) Sendiri dan merenung menimbulkan ekspresi

Dalam terapi dance(pertemuan 2-4)informan kurang mampu mengekspresikan emosinya. Menurut informan saat sendiri dan merenung, barulah informan dapat mengekspresikan emosinya dengan menangis, seperti yang nampak dalam pernyataan informan berikut ini :

“tapi kalau pas saya merasa pas sendiri, merenung terus tuh bisa nangis” (W4, 97-99)

2) Perhatian teman memicu ekspresi

Menurut informan, informan akan lebih mampu mengekspresikan emosinya bila ada seseorang yang bertanya dengan baik, dalam artian “ngena”. Pada pertemuan terapi dance

yang kelima, fasilitator menanyakan pada informan, apakah informan ingin memproses kembali pengalaman-pengalaman dalam terapi dance sebelumnya. Pertanyaan ini,menurut informan”ngena”, sehinggainforman menangis hebat, yang tidak pernah dilakukannya informan pada empat pertemuan terapi dance sebelumnya. Berikut ini pernyataan informan yang mencerminkan hal tersebut :

“apalagi kalau ditanya sama temen, temen tuh nanyanya baik,dalam artian nanyanya ngena gitu, saya baru bisa” (W4, 99-101)

“tau-tau saya nangis, nangis sejadi-jadinya, nangis” (W5, 8-9)

4.3.4 Struktur Makna Pengalaman Psikospiritual Healing Melalui Dance

Terapi dance yang dilakukan informan menimbulkan efek positif non psikospiritual sehingga informan mengalami reduksi stres yang menyebabkan informan merasakan perasaan senang, lega, bebas,

berkurangnya rasa takut dan gelisah serta merasa rileks. Hal ini menyebabkan informan merasakan efek psikospiritual yaitu pecerahan mengenai pentingnya berekspresi dan mengungkapkan emosi negatif dengan cara yang positif. Ketika terapi dance masuk pada emosi yang menjadi fokus dalam penelitian ini, dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi. Selain itu, musik memberikan efek pada informan sehingga mempengaruhi pikiran dan perasaan informan. Akan tetapi dalam proses terapi ini, ada hal-hal yang menghambat informan yaitu distraksi pikiran serta repressing. Hal-hal yang mendukung informan yaitusendiri dan merenung serta perhatian dari teman memicu ekspresi emosi.

Dokumen terkait