• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.3 Informan 2

4.3.3.1 Efek positif non psikospiritual

Informan mengalami efek positif non psikospiritual berupa reduksi stres ketika melakukan terapi dance. Beberapa efek yang bersifat mengurangi stres pada informan LN yaitu mengurangi perasaan gelisah, menimbulkan pikiran dan perasaan positif, menimbulkan kelegaan, mengurangi rasa takut dan relaksasi tubuh.

1) Reduksi stres

a) Menimbulkan perasaan senang dan lega

Dalam terapi dance, informan mengeskpresikan perasaan-perasaan negatif yang informan rasakan melalui gerakan dan tangisan. Hal ini menimbulkan kelegaan pada diri informan.Selain itu, informan mengatakan bahwa “pikirannya

mletik, pikiran saya jalan,terbuka”. Informan jadi mampu berpikir bahwa kehidupan yang informan jalani saat ini punya maksud tertentu untuk kebaikan informan walaupun informan tidak tahu, apa yang mesti dilakukan di dalam penjara untuk waktu yang sedemikian lama.

Perasaan positif lainnya yang muncul pada diri informan adalah perasaan puas, senang dan nikmat . Informan yang merasa stres karena memikirkan vonis, pada mulanya kurang dapat berkonsentrasi dalam mengikuti terapi dance. Akan tetapi setelah itu, informan merasa puas dan senang karena dapat berekspresi melalui dance dan dapat menikmatinya. Berikut ini adalah beberapa pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tersebut di atas :

“ Setelah gerakan,setelah nangis-nangis seperti itu perasaan saya lebih lega, lebih plong” (W2, 197-199)

“pemikiran saya malah ini,agak, agak ini loh suster malah bisa berpikir jadi sumpeknya itu ilang setelah lihat keluar itu, timbulya saya mesti begini saya harus melakukan ini,ini, misalnya saya disini kehidupan saya disini sekian lama saya untuk bertobat, untuk apa untuk apa tu terpikir suster dalam waktu yg ini, walaupun kadang saya ga tau harus berbuat apa

disini untuk waktu sekian waktu yang lama terus setelah melihat keluar itu pikirannya mletik, ne orang jawa itu mletik suster, pikiran saya jalan, terbuka, mletik” (W2107-117)

Puas, senang yang saya rasakan puas, saya senang (W1, 54-59) sebelumnya perasaannya hmm susah karena saya harus menghadapi sidang terus terang saya susah mikirnya dapat vonis berapa saya mikir vonis berapa vonis berapa? setelah ada gerakan-gerakan seperti itu enjoy senang he..he “(tertawa kecil) (W1 54-59)

“saya menikmatinya” (W3, 141)

b) Mengurangi perasaan gelisah dan takut

Pada saat pemanasan dalam terapi dance, informan merasa bahwa ”gelisahnya sudah berkurang banyak banget”.Fasilitator jugamenyediakan koran, bantal, crayon, kertas sebagai sarana untuk berekspresi. Informan hanya memegang dan memainkan crayon serta kukunya. Hal ini mengurangi rasa takut dalam diri informan ketika mengingat pengalaman di tangkap polisi. Berikut ini adalah beberapa pernyataan informan yang mencerminkan berkurangnya perasaan gelisah dan takut:

“itu yang melakukan gerak-gerakan, tari-tarian, gelisahnya sudah berkurang banyak banget “ (W1, 47-49)

“ya,gini saya, mainan kuku sambil gini-gini ( sambil menunjukkannya),kemaren dikasih apa sama Bu Yuni crayon itu, saya ga pengen, karena saya ga pengen, saya ga saya ga..saya pegang cuma saya buat mainan aja, karena saya udah bisa menghilangkan rasa takut saya, ngurangin rasa ketakutan saya” (W4 37-43)

c) Menimbulkan relaksasi tubuh

Dance juga dapat membantu memecahkan ketegangan di otot sehingga menimbulkan perasaan rileks pada tubuh informan, seperti nampak dalam pernyataan informan berikut:

“Lebih rileks” (W1 66)

4.3.3.2 Efek psikospiritual

Dalam terapi dance, informan mengalami efek psikospiritual yaitu insight. Insight yaitu suatu pengertian yang muncul tiba-tiba akan suatu hal. Insightyang informan dapatkan yaitu perlunya bereskpresi, untuk mengungkapkan emosi negatif dengan cara positif dan untuk lebih berhati-hati.

1) Insight

a) Perlunya berekspresi

Dalam terapi dance informan mengekspresikan perasaan-perasaan informanmelalui tangisan, walaupun tidak sepenuhnya.Saatinforman menahan ekspresi emosinya, informan merasakan efek negatif pada tubuh informan. Oleh karena itu, informan jadi menyadari akan perlunya mengeskpresikan perasaan karena hal tersebut menimbulkan kepuasaan atau “marem” istilah informan. Berikut ini adalah

pernyataan informan sehubungan hal tersebut:

“saya kan baru belajar untuk dengan ini kemaren kan saya belajar, sedih apa, pengen saya ungkapkan kadangkadang kan kalo orang kita hanya mengungkapkan dengan air mata, suster seperti itu,kadang-kadang kalau ketahuan orang saya tahan, saya tahan gitu orang digereja kalau pas nyanyi-nyanyi gitu saya bisa nangis seperti itu membantu saya apa,o iya, saya harus meluapkan kalo ga efeknya ke tubuh kok gini rasanya ini marem banget suster marem banget gitu, jadi meluap” (W4 248-255)

b) Pemahaman untuk mengungkapkan emosi negatif dengan cara positif dan lebih berhati-hati.

Informan juga mendapatkan pemahaman untuk mengungkapkan emosi dengan cara yang positif, seperti mencoret-coret, berlari dll . Apabila emosi-emosi negatif tidak diekspresikan, maka tubuh akan menderita. Selain itu, pengalaman yang muncul dalam terapi dance mengingatkan informan untuk lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupan, tidak seperti kehidupan yang informan jalani sebelumnya. Berikut ini adalah beberapa pernyataan informan mengenai hal-hal tersebut:

“saya bisa merasakan itu dari kemaren-kemaren, perasaan semua saya diamkan, ga pernah cerita, ga pernah saya luapkan, jadi dengan kemaren saya berpikir kalo saya seperti ini, seperti ini, sedikit banyak harus saya keluarkan energi-energi negatif dari badan saya, dalam artian saya marah, harus saya luapkan, kemaren saya kan cuma diam dan diam terus suster, saya tahan dari semuanya dari pertemuan-pertemuan kemaren saya bisa dapatkan apapun kondisinya bila kita pingin dalam artian dengan jalan yang bener ngeluapin itu entah dilampiaskan dengan coret-coret, lari atau yang positif-positif aja, gitu suster, seperti itu yang saya dapatkan” (W5 77-90)

“ada suster, dengan kemaren, dengan kejadian-kejadian itu, saya orangnya leweh luweh wis saya orangnya wi wis sing wingi-wingi nih saya harus mengingat, jadi kayak sebagai batu loncatan,kalo seperti ini saya mesti mikir dengan ini kejadian kemaren jadi saya bisa ingat lagi sebenernya saya ga mau inget suster, jadi bisa batu loncatan e suster untuk lebih berhati-hati lagi” (W4 209-217)

Dokumen terkait