• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.3 Hasil Penelitian

4.3.1 Informan 1

4.3.1.3 Dance menstimulasi emosi yang sesuai dengan tujuan terapi

Dalam terapi dance, informan mengalami emosi-emosi yang sesuai dengan tujuan terapi yaitu pikiran menstimulasi perasaan, emosi menstimulasi gerakan/ekspresi, emosi menstimulasi imaginasi, emosi menstimulasi dorongan.

1) Pikiran menstimulasi perasaan

a) Menimbulkan perasaan sakit hati, jengkel, kesal dan takut

Pada saat informan masuk dalam pengalaman, maka pikiran perasaan dan informan bertemu dengan perasaannya. Ketika yang distimulus adalah pengalaman kesedihan, maka yang muncul adalah perasaan sakit hati, jengkel dan kesal. Ketika yang distimulus adalah pengalaman kemarahan, maka yang muncul adalah perasaan jengkel yang mendalam. Baik yang distimulus adalah pengalaman sedih dan marah, yang dominan dalam pikiran informan adalah suami informan, Pikiran terhadap suami, menimbulkan suatu kejengkelan yang mendalam terhadapnya.

Ketika yang distimulus adalah pengalaman ketakutan, maka yang muncul adalah perasaan takut. Saat itu pengalaman ketakutan yang muncul dalam pikiran informan adalah pengalaman informan saat mengalami KDRT dari sang suami yang menyebabkan informan merasa ketakutan dan trauma. Ketakutan juga muncul saat suami menunjukkan gejala-gejala selingkuh. Berikut ini

pernyataan-pernyataan informan yang mencerminkan hal-hal tersebut :

“yang ada disini tuh masalah E, E (nama suami informan) terus e, saya tuh lagi mangkel banget kayak gitu terus e saya lagi mangkeeeel e jengkeeeel banget ama dia ya “ (W3, 77-81)

“tentang masa lalu saya, saya teringat waktu saya mengalami KDRT, karena waktu itu saya merasakan trauma, ketakutan sampai saya tuh setiap lihat suami saya, suami saya datang abis mukulin saya gitu, saya berdiri dipojokkan sambil ngoplok, saya takut, saya trauma,kan setiap suami saya istilahnya menunjukkan apa ya gejala-gejala bahwa dia selingkuh saya waktu itu selalu mengalami ketakutan yang luar biasa” ( W4 46-53)

2) Emosi menstimulasi gerakan/ekspresi

a) Menimbulkan perilaku agresif dan memukul bantal

Pada saat informan merasakan emosi karena penderitaan yang di alaminya, emosi ini menstimulasi gerakan. Emosi marah menimbulkan perilaku agresif dalam diri informan, yang muncul dalam bentuk berteriak-teriak dan memukul-mukul. Informan membayangkan pengalamannya saat disakiti, kemudian pengalaman tersebut membuat informan ingin membalas perlakuan suami dengan

memukul. Untuk melampiaskan emosi marah tersebut, informan memukul bantal.Hal tersebut nampak dalam pernyataan-pernyataan informan berikut ini:

“kemaren saya sempet teriak-teriak mukul-mukul gitu saya membayangkan dulu waktu disakiti, saya ingin balas memukul dia waktu itu seandainya orangnya ada disitu,uhhhh” (W3 81-85)

“rasanya pengen melampiaskan di situ bantal wis bantal ta lampiaskan he he “ (W3 127-129)

b) Menimbulkan gerakan memeluk diri dan menendang

Ketakutan adalah emosi yang informan rasakan saat mengalami KDRT dari sang suami, bahkan informan sampai gemetar karenanya. Emosi takut ini menimbulkan gerakan memeluk diri. Memeluk diri bagi informan juga berarti mengasihani diri sendiri yang menderita karena informan tidak berbagi penderitaannya dengan orang lain. Emosi takut juga menimbulkan gerakan menendang pelan-pelan. Hal ini informan lakukan kala informan menanti sang suami pulang dengan rasa cemas, takut dan kuatir.Hal ini informan lakukan untuk menghilangkan emosi-emosi yang informan rasakan tersebut seperti nampak dalam pernyataan informan berikut ini:

“sambil meluk gini kan suster (informan memeluk dirinya) karena saya mengalami ketakutan, ketakutan pada saat itu kan kejadiannya sama seperti yang dirasakan..sebenernya setiap ketakutan-ketakutan saya sama seperti itu, ketakutan yang dirasakan sendiri jadi apa ya..waktu pas KDRT itulah saya mengalami ketakutan yang sampe gemetar jadi biasanya ya cuma seperti ini, meluk kayak gini” (W4 155-162)

“pengen apa ya..hmm..sebenernya,ya itu tadi bukan cuma ketakutan ya..itu tadi itu sama waktu saya menunggu E pulang, waktu menunggu E pulang saya memukul-mukul, menendang-nendang gitu, jadi untuk menghilangkan kayak cemas,kayak galau gitu loh suster, ta tendang-tendang aja, itu lebih..lebih saya kuatir, takut, cemas gitu”(W4 177-182)

3) Emosi menstimulasi imaginasi: menimbulkan imaginasi

Pikiran menstimulasi imaginasi dimana informan berimaginasi suaminya meminta maaf padanya karena telah mengkhianati dirinya dan meninggalkan anak-anak mereka. Hal ini nampak dalam pernyataan informan sebagai berikut :

“saya sempet berimajinasi dia ngomong saya minta maaf gitu “ (W3 85-86)

4) Emosi menstimulasi dorongan

a) Menimbulkan dorongan untuk dipahami

Pada saat terapi dance dengan tema kemarahan, yang muncul dalam pikiran informan adalah suaminya. Pikiran akan sang suami menstimulasi dorongan untuk memukul sang suami, sehingga suami dapat merasakan apa yang informan alami di waktu lampau, baik secara fisik maupun psikologis. Informan menginginkan agar sang suami memahaminya, setidak-tidaknya dengan memberikann dorongan semangat pada informan. Hal tersebut tercermin dalam pernyataan sebagai berikut:

“pengen mukul, jadi sebenernya ga pengen mukul tapi pada dasarnya saya didepan dia tuh saya ga berani cuman saya membayangkan dulu dia nyakitin fisik saya kayak apa, nyakiti perasaan saya kayak apa itu yang ada di pikiran saya, saya pengen membalasnya loh, membalas menyakiti dia, memang itu ga bagus ya e..tapi saya pengen dia ngerasain yang ta alami gitu e sampe ditempat ini, batin saya sakit, hati saya sakit, saya pengen juga dia tuh ngerasain yang sama, minimal tuh ngasih aku semangat, ngasih dorongan, kayak gitu,

minimal itu, jadi dia ikut merasakan, tapi..kadang ga” (W3,99-104)

b) Menimbulkan dorongan agresif

Emosi sedih yang informan rasakan menstimulasi dorongan agresif, sehingga informan ingin mengekspresikan emosinya bukan hanya dengan tangisan. Informan ingin mengeskpresikan emosinya dengan berteriak dan memukul sang suami, sehingga informan membayangkan kursi yang ada di hadapannya adalah sang suami. Hal ini nampak dalam pernyataan informan sebagai berikut :

“tapi pengennya tuh lebih dari itu waktu itu, pengen teriak, pengen uh pengen seakan-akan kursi itu saya ibaratkan seperti E (suami informan )He he .pingin ta pukul, pengen marah gitu.he..he “.(W2 26-30)

Dokumen terkait