KEBEBASAN BERPENDAPAT DI MUKA UMUM
5. Dasar Hukum dan Tatacara Mengemukakan Pendapat di Muka Umum
Di depan sudah di uraikan bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas bukan berarti kebebasan yang tak terbatas
namun kebebasan tersebut adalah kebebasan yang
bertanggungjawab. Artinya kebebasan dalam mengemukakan
pendapat dibatasi oleh hak-hak dan kepentingan orang lain serta kepentingan umum. Kebebasan mengemukakan pendapat dibatasi oleh peraturan perundang-undangan.
Dasar hukum kebebasan mengemukakan pendapat adalah UUD 1945 pasal 28 dan Undang-undang No.9 Th.1998 tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di Muka Umum.
a) UUD 1945 Pasal 28
Pasal 28 UUD 1945 menyatakan bahwa ”Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
Pasal 28 E ayat (3) menyatakan; ”Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat”
UUD 1945 adalah konstitusi atau hukum dasar yang tertulis yang memuat ketentuan-ketentuan pokok. Maka untuk melaksanakan
ketentuan-ketentuan pokok dalam UUD 1945 tersebut diperlukan peraturan perundang-undangan di bawahnya.
b) Undang-Undang No. 9 Th.1998 tentang Kemerdekaan
Mengemukakan Pendapat di Muka Umum
Undang-undang No.9 th. 1998 tentang Kemerdekaan
Mengemukakan Pendapat di Muka Umum ditetapkan pada tanggal 26 Oktober 1998. Undang-undang ini ditetapkan untuk melaksanakan amanat Pasal 28 UUD 1945 dan Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia.
Tujuan pengaturan tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum yang diatur dalam Pasal 4 adalah sebagai berikut.
1). Mewujudkan kebebasan yang bertanggungjawab sebagai salah satu pelaksanaan HAM sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945 2). Mewujudkan perlindungan hukum dalam menjamin kemerdekaan
menyampaikan pendapat.
3). Mewujudkan iklim kondusif (mendukung) bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas warga negara dalam kehidupan berdemokrasi.
4). Menempatkan tanggungjawab sosial tanpa mengabaikan
kepentingan perorangan atau kelompok.
Dalam undang-undang tersebut diatur tentang kewajiban dan
tanggungjawab warga negara maupun pemerintah dalam
penyampaian pendapat di muka umum.
Kewajiban dan tanggungjawab warga negara yang
menyampaikan pendapat di muka umum diatur dalam Pasal 6 Undang-Undang No. 9 Th 1998 seperti di uraikan di depan.
Sedangkan kewajiban dan tanggungjawab pemerintah dalam
penyampaian pendapat di muka umum yang di atur dalam Pasal 7 sebagai berikut.
a) Melindungi hak asasi manusia. Pemerintah dalam hal ini adalah aparatur pemerintah yang menyelenggarakan pengamanan yaitu kepolisian wajib dan bertanggungjawab untuk melindungi hak asasi manusia. Baik hak-hak orang atau peserta yang menyampaikan
pendapat di muka umum maupun hak-hak warga masyarakat
lainnya. Pemerintah wajib menyelenggaran pengamanan dalam penyampaian pendapat di muka umum agar hak-hak asasi manusia terlindungi.
b) Menghargai asas legalitas. Dalam negara hukum segala tindakan warga negara maupun penyelenggara negara harus berdasar atas
hukum dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum.
Pemerintah wajib dan bertanggungjawab untuk menghargai asas legalitas hukum tersebut dengan menegakkan hukum dan peraturan yang berlaku. Jika warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum melakukan pelanggaran hukum maka pemerintah (penyelenggara pengamanan) berhak dan wajib mengambil tindakan sesuai ketentuan yang berlaku. Alat-alat kekuasaan negara seperti jaksa, polisi dan hakim wajib melakukan proses peradilan bagi setiap warga negara yang melakukan tindakan melawan hukum.
c) Menghargai prinsip praduga tidak bersalah. Artinya sebelum seseorang terbukti bersalah berdasarkan pemeriksaan pengadilan maka ia tidak dapat dinyatakan bersalah (diterapkan prinsip praduga tak bersalah).
d) Menyelenggarakan pengamanan. Menyelenggarakan pengamanan maksudnya adalah pemerintah (alat negara) wajib melakukan segala daya upaya untuk menciptakan kondisi yang aman, tertib dan damai. Aparatur pemerintah (alat negara) dengan segala daya dan upaya wajib mencegah timbulnya gangguan atau tekanan baik fisik maupun psikis yang berasal dari manapun dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum.
Tata cara mengemukakan pendapat di muka umum diatur dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat di Muka Umum. Jika seseorang atau kelompok akan menyampaikan pendapat di muka umum maka harus memenuhi ketentuan yang ada dalam undang- undang tersebut.
Tata cara dan syarat-syarat penyampaian pendapat di muka umum menurut undang-undang tersebut adalah sebagai berikut.
1) Dilarang membawa benda-benda yang dapat membahayakan keselamatan umum.
2) Wajib memberitahukan secara tertulis kepada Polri. Surat
pemberitahuan tersebut memuat:
a) maksud dan tujuan kegiatan penyampaian pendapat;
b) tempat, lokasi dan rute. Tempat adalah tempat peserta
berkumpul dan berangkat menuju lokasi. Lokasi adalah tempat untuk menyampaikan pendapat di muka umum, sedangkan rute adalah jalan yang dilalui oleh peserta dari tempat berkumpul dan berangkat sampai di lokasi yang dituju;
c) waktu dan lamamya kegiatan;
d) bentuk kegiatan, yaitu unjukrasa, pawai, mimbar bebas atau rapat umum;
e) penggungjawab kegiatan, yaitu orang yang memimpin atau yang menyelenggarakan pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum. Pemimpin kegiatan bertanggungjawab agar pelaksanaan berlangsung dengan aman, tertib dan damai;
f) nama dan alamat organisasi, kelompok atau perorangan; g) alat peraga yang digunakan;
h) jumlah peserta kegiatan penyampaian pendapat di muka umum. 3) Pemberitahuan kepada Polri tersebut disampaikan oleh yang bersangkutan, pemimpin atau penanggungjawab kelompok. Jika
pelaku atau peserta unjukrasa berjumlah 100 orang maka harus ada 1 – 5 orang penanggungjawab.
4) Pemberitahuan telah diterima oleh Polri setempat selambat- lambatnya 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam sebelum kegiatan dimulai. Polri setempat maksudnya adalah Polri terdepan di tempat kegiatan dilakukan. Jika kegiatan dilakukan di satu kecamatan maka pemeberitahuan ditujukan kepada Polsek setempat. Jika 2
(dua) Kecamatan atau dalam ligkungan kabupaten/kota
pemberitahuan ditujukan kepada Polres. 2 (dua) kabupaten atau tingkat propinsi pemberitahuan ditujukan kepada Polda setempat dan jika 2 (dua) propinsi atau lebih maka pemberitahuan ditujukan kepada Markas Besar Kepolisian RI.
5) Pemberitahuan secara tertulis tidak berlaku bagi kegiatan ilmiah di dalam kampus dan kegiatan keagamaan.
6. Aktualisasi Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat Secara
Bebas dan Bertanggungjawab
Setelah mempelajari aturan-aturan dan tata cara penyampaian pendapat di muka umum warganegara diharapkan dapat bersikap positif terhadap penggunaan hak mengemukakan pendapat yang dilakukan secara bebas dan bertanggungjawab.
Selanjutnya warganegara diharapkan dapat mengaktualisasikan atau menerapkan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertangungjawab dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Mengemukakan pendapat adalah hak asasi manusia yang dijamin oleh undang-undang. Jadi setiap orang memiliki kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya. Namun demikian, penggunaan hak
mengemukakan pendapat tersebut tidaklah bersifat mutlak karena
dibatasi oleh hak-hak dan kebebasan orang lain serta dibatasi pula oleh undang-undang.
Penggunaan hak mengemukakan pendapat secara bebas harus di ikuti dengan kewajiban untuk menghormati undang-undang dan hak- hak orang lain serta memperhatikan kepentingan umum.
Penggunaan hak mengemukakan pendapat yang
demikianlah yang disebut bertanggungjawab.
Aktualisasi penggunaan hak mengemukakan pendapat dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga,
sekolah maupun masyarakat. Disamping untuk melatih
keberanian mengemukakan pendapat, gagasan atau
ide-ide, aktualisasi penggunaan hak mengemukakan
pendapat juga merupakan salah satu bentuk partisipasi atau kepedulian warganegara terhadap masalah-masalah yang menyangkut kehidupan bersama.