BAB II PENDIDIKAN ISLAM
B. Dasar Pendidikan Islam
Dasar atau fondamen dari suatu bangunan adalah bagian dari bangunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. Pada suatu pohon dasar itu akarnya. Fungsinya sama dengan fondamen tadi, mengeratkan pohon itu (Marimba, 1989: 41).
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang disengaja untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan Islam sebagai usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan atau dasar ke mana semua kegiatan dan semua perumusan tujuan pendidikan Islam itu dihubungkan (Daradjat, 1992: 19).
31
Dalam menetapkan sumber atau dasar pendidikan, para pemikir Islam berbeda pendapat. Diantaranya, Abdul Fattah Jalal membagi sumber pendidikan Islam ada dua macam, yaitu; pertama, sumber Ilahi, yang meliputi Al-Qur’an, Hadits, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global (Jalal, : 143-151).
Sedangkan pemikir muslim lainnya membagi sumber atau dasar nilai yang dijadikan acuan dalam pendidikan Islam ada tiga, yaitu Al-Qur’an dan hadits, serta ijtihad para ilmuan muslim yang berupaya memformulasikan bentuk sistem pendidikan Islam yang sesuai dengan perkembangan zaman, sedangkan pemecahannya tidak terdapat di dalam kedua sumber tersebut. Ketiga sumber tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah berupa wahyu yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. bagi seluruh umat manusia. Di dalamnya terkandung ajaran pokok yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang disebut aqidah, dan yang berhubungan dengan amal disebut syari’ah (Daradjat, 1992: 19).
32
Ajaran-ajaran yang berkenaan dengan iman tidak banyak dibicarakan dalam Al-Qur’an, tidak sebanyak ajaran yang berkenaan dengan amal perbuatan. Ini menunjukkan bahwa amal itulah yang paling banyak dilaksanakan. Sebab, semua amal perbuatan manusia dalam hubungannya dengan Allah, dirinya sendiri, manusia sesamanya (masyarakat), alam dan lingkungannya, makhluk lainnya, termasuk dalam ruang lingkup amal shaleh (syari’ah). Istilah-istilah yang biasa digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah ini adalah:
a. Ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah.
b. Mu’amalah untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah.
c. Akhlak untuk tindakan yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan (Daradjat, 1992: 20).
Pendidikan termasuk ke dalam usaha atau tindakan untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah. Pendidikan sangat penting karena menyangkut dalam menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan manusia, baik pribadi maupun masyarakat.
Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat
33
Lukman ayat 12 sampai dengan 19. Cerita ini memuat prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak ibadat, sosial, dan nilai suatu kegiatan dan amal saleh. Itu berati bahwa kegiatan pendidikan Islam harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-yat Al-Qur’an yang penafsirannya, dapat dilakukan berdasarkan ijtihad disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan (Daradjat, 1992: 20). 2. As-Sunnah
As-Sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT. Yang dimaksud dengan pengakuan itu ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu berjalan (Daradjat, 1992: 20). Sunnah merupakan perilaku, ajaran-ajaran dan perkenaan-perkenaan Rasulullah sebagai pelaksanaan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an atau sebagai sumber ajaran kedua sesudah Al-Qur’an (Marimba, 1989: 41).
Seperti Al-Qur’an, Sunnah juga berisi aqidah dan syari’ah. Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama
34
dengan munggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam (Daradjat, 1992: 20).
Oleh karena itu Sunnah merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang dan diperlukannya ijtihad dalam memahami sunnah yang berkaitan dengan pendidikan (Daradjat, 1992: 20).
3. Ijtihad
Ijtihad adalah istilah para fuqoha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan atau menentukan sesuatu hukum syari’at Islam dalam hal-hal yang belum ditegaskan hukumnya oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek kehidupan termasuk aspek pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur’an dan Sunnah. Namun demikian ijtihad harus mengikuti kaidah-kaidah yang diatur oleh para mujtahid tidak boleh bertentangan dengan isi Al-Qur’an dan Sunnah tersebut. Karena itu ijtihad dipandang sebagai salah satu sumber hukum Islam yang sangat dibutuhkan sepanjang masa setelah Rasulullah wafat. Sasaran ijtihad
35
ialah segala sesuatu yang diperlukan dalam kehidupan, yang senantiasa berkembang. Ijtihad bidang pendidikan sajalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, terasa urgen dan mendesak, tidak saja di bidang materi atau isi, malainkan juga di bidang sistem dalam artinya yang luas (Daradjat, 1992: 21).
Ijtihad dalam pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah yang diolah oleh akal yang sehat dari para ahli pendidikan Islam. Ijtihad tersebut haruslah dalam hal-hal yang berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup di suatu tempat pada kondisi dan situasi tertentu. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup (Daradjat, 1992: 22).
Ijtihad di bidang pendidikan ternyata semakin perlu sebab ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Sunnah bersifat pokok-pokok dan prinsip-prinsipnya saja. Bila ternyata ada yang agak terperinci, maka perincian itu adalah sekedar contoh dalam menerapkan prinsip itu. Sejak diturunkan sampai Nabi Muhammad Saw. wafat, ajaran Islam telah tumbuh, dan berkembang melalui ijtihad yang dituntut oleh perubahan situasi dan kondisi sosial yang tumbuh dan berkembang pula. Sebaliknya ajaran Islam sendiri telah berperan mengubah kehidupan manusia menjadi kepribadian muslim (Daradjat, 1992: 22).
36
Jadi dapat disimpulkan bahwa dasar atau pundamen pendidikan Islam secara umum ada tiga yaitu bersumber dari Al-Qur’an, Sunnah dan ijtihad yang disesuaikan dengan perubahan zaman yang mengalami perubahan dan perkembangan.