• Tidak ada hasil yang ditemukan

DASAR TEORI

Dalam dokumen Skripsi-Ahmad Nurjihan 111070038 (Halaman 26-58)

3.1. Genesa Batubara

Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam SNI (1997), batubara adalah endapan yang mengandung hasil akumulasi material organik yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan yang telah melalui proses lithifikasi untuk membentuk lapisan batubara, material tersebut telah mengalami kompaksi, ubahan kimia dan proses metamorfosis oleh peningkatan panas dan tekanan selama periode geologi. Bahan-bahan organik yang terkandung dalam lapisan batubara mempunyai berat > 50% volume bahan organik.

Batubara berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembentukan batubara yang terdiri dari dua tahap, yaitu tahap biokimia (penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan). Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa tumbuhan yang terakumulasi tersimpan dalam kondisi reduksi (gambut) di daerah rawa dengan sistem pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5  – 10 m. Material tumbuhan yang busuk ini melepaskan H, N, O, dan C dalam bentuk senyawa CO2, H2O, dan NH3 untuk menjadi humus. Selanjutnya oleh bakteri anaerobik dan fungi diubah menjadi gambut (Stach et al, 1982 ). Gambut merupakan tahap paling awal dari proses pembentukkan batubara. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam pembentukkan gambut :

Evolusi tumbuhan, hara merupakan unsur utama pembentuk batubara dan sebagai penentu terbentuknya berbagai tipe batubara. Metode yang digunakan untuk mengenal jenis tumbuhan pembentuk batubara yaitu paleobotani atau maseral.

Iklim, kelembaban memegang peranan penting dalam pembentukan gambut. Iklim tropis dapat membentuk gambut lebih cepat karena kecepatan tumbuh dari tumbuhan lebih besar, lebih banyak ragam tumbuhan, dalam waktu 7-9 tahun dapat mencapai ketinggian 30 m.

Sedangkan pada iklim sedang dapat mencapai ketinggian 5-6 m dalam  jangka waktu yang sama.

Paleografi dan Tektonik, syarat terbentuknya formasi batubara adalah kenaikan muka air tanah yang lambat, adanya perlindungan rawa terhadap pantai atau sungai dan terdapat energi yang relatif rendah.

Tahap selanjutnya yaitu tahap pambatubaraan (coalification) yang merupakan gabungan proses biologi, kimia, dan fisika yang terjadi karena pengaruh pembebanan dari sedimen yang menutupinya, temperatur, tekanan, dan waktu terhadap komponen organik dari gambut (Stach et al, 1982, dalam Susilawati, 1992). Pada tahap ini persentase karbon akan meningkat, sedangkan presentase hidrogen dan oksigen akan berkurang (Fischer, 1927, dalam Susilawati, 1992). Proses ini akan menghasilkan batubara dalam berbagai tingkat kematangan material organiknya mulai dari lignit, sub bituminus, bituminus, semi antrasit, antrasit, hingga meta antrasit (Tabel 3.1.). Meningkatnya peringkat batubara dari lignit hingga berubah menjadi subbitumin dan antrasit disebabkan oleh kombinasi antara proses fisika dan kimia serta aktifitas biologi (Teichmuller dan Teichmuller, 1968; Stach et al., 1975 dalam Galloway dan Hobday, 1983).

Tabel 3.1. Tahap – tahap perkembangan gambut menjadi meta-antrasit (Thomas, 2002) Tahap Pembatubaraan Kisaran peringkat batubara menurut ASTM

Proses yang dominan Perubahan fisika-kimia yang dominan

1. Penggambutan Gambut Maserasiasi, humifikasi,

 jelifikasi, fermentasi

Pembentukan zat humik, peningkatan pada aroma 2. Dehidrasi Lignit – subbituminus Dehidrasi, penghilangan

kompaksi

Pengurangan kandungan air dan rasio O/C,

peningkatan nilai panas, pertumbuhan cleat  3. Bituminisasi Subbituminus A –  bituminous A kaya volatile Pembentukan dan pengikatan hidrokarbon, depolimerisasi matriks, penambahan ikatan hydrogen Peningkatan vitrinit Ro, peningkatan fluorescence, pengurangan densitas, peningkatan kekuatan 4. Debituminisasi Bituminous A kaya volatile – bituminous A rendah volatile Coalescence, pelepasan hydrogen dan nitrogen

Pengurangan fluorescence, pengurangan berat molekul, pengurangan rasio H/C, pengurangan kekuatan, pertumbuhan cleat  5. Grafitisasi Semi-antrasit –  antrasit – meta-antrasit Pengurangan rasio H/C, anisotropic, kondensasi kekuatan cincin dan perbaikan cleat 

Genesa batubara berdasarkan tempat dibedakan menjadi dua (Sukandarrumidi, 1995, hal.17) yaitu :

a. Teori Insitu

Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terbentuk di tempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan itu mati, sebelum terjadi proses transportasi segera tertutup oleh lapisan sediment dan mengalami proses coalification. Batubara dengan proses ini penyebarannya luas, merata dan kualitasnya baik.

b. Teori Drift 

Bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadi di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang. Dengan demikian tumbuhan yang telah mati mengalami transportasi oleh media air dan terakumulasi di suatu tempat, tertutup oleh batuan sediment dan terjadi

proses coalification. Batubara dengan proses drift penyebarannya tidak luas tetapi banyak dan kualitasnya kurang baik.

3.2. Faktor Pembentuk Batubara

Menurut Bambang Kuncoro, 1996 ada 10 faktor yang mempengaruhi pembentukan batubara, faktor-faktor tersebut adalah:

a. Posisi Geoteknik 

Yaitu suatu keadaan batubara yang keberadaannya dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik dengan adanya pengaruh dari gaya-gaya tersebut akan mempengaruhi iklim lokal dan morfologi cekungan lingkungan pengendapan batubara maupun kecepatan penurunannya.

b. Topografi

Topografi dari cekungan pada saat pembentukan gambut sangat penting karena menentukan penyebaran rawa-rawa dimana batubara tersebut terbentuk. Topografi mungkin mempunyai efek yang terbatas terhadap iklim dan keberadaanya bergantung pada posisi geoteknik. Bentuk muka bumi yamg berupa cekungan akan sangat berpengaruh dan dapat menentukan arah penyebaran batubara.

c. Iklim

Keberadaan memegang peranan penting dalam pembentukan batubara dan merupakan faktor pengontrol pertumbuhan flora dan kondisis yang sesuai. Iklim tergantung pada posisi geografi dan lebih luas lagi dipengaruhi oleh posisi geoteknik. Temperatur yang lembab pada iklim tropi sdan subtropis pada umumnya sesuai untuk pertumbuhan flora dibandingkan wilayah yang lebih dingin. Pada iklim tropis atau subtropis umumnya akan membentuk batubara yang mengkilap, sedangkan pada daerah yang lebih dingin batubara terbentuk lebih kusam.

d. Tumbuhan (Flora)

Flora merupakan unsur utama pembentuk batubara yang tumbuh pada masa Karbon dan Tersier terdiri berbagai jenis tumbuhan. Pertumbuhan dari flora terakumulasi pada suatu lingkungan dan zona fisiografi dengan iklim dan topografi tertentu.

e.

e. DekomposisiDekomposisi

Dekomposisi flora merupakan transformasi biokimia dari organik yang merupakan Dekomposisi flora merupakan transformasi biokimia dari organik yang merupakan titik awal untuk seluruh altersi, bila tumbuhan tertutup air dengan capat maka titik awal untuk seluruh altersi, bila tumbuhan tertutup air dengan capat maka pembusukan tidak akan terjadi tetapi akan di integrasiatau penguraian hewan pembusukan tidak akan terjadi tetapi akan di integrasiatau penguraian hewan mikrobiologi, bila tumbuhan yang mati berada di udara terbuka maka kecepatan mikrobiologi, bila tumbuhan yang mati berada di udara terbuka maka kecepatan pembentukan gambut akan berkurang sehingga bagian keras saja yang tertinggal. pembentukan gambut akan berkurang sehingga bagian keras saja yang tertinggal. f.

f. Penurunan CekunganPenurunan Cekungan

Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, jika penurunan Penurunan cekungan batubara dipengaruhi oleh gaya-gaya tektonik, jika penurunan dan pengendapan gambut seimbang maka akan menghasilkan lapisan batubara yang dan pengendapan gambut seimbang maka akan menghasilkan lapisan batubara yang tebal. Pergantian transgresi dan regresi akan mempengaruhi pertumbuhan flora dan tebal. Pergantian transgresi dan regresi akan mempengaruhi pertumbuhan flora dan pengendapannya yang menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineralnya, hal pengendapannya yang menyebabkan adanya infiltrasi material dan mineralnya, hal ini mempengaruhi kualitas batubara yang terbentuk.

ini mempengaruhi kualitas batubara yang terbentuk. g.

g. Umur geologiUmur geologi

Merupakan umur formasi pembawa lapisan batubara. Proses geologi menentukan Merupakan umur formasi pembawa lapisan batubara. Proses geologi menentukan berkembangnya evoluasi kehidupan berbagai macam tumbuhan, berpengaruh pada berkembangnya evoluasi kehidupan berbagai macam tumbuhan, berpengaruh pada sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Dimana makin tua umur sejarah pengendapan batubara dan metamorfosa organik. Dimana makin tua umur pembawa lapisan batubara maka akan semakin tinggi nilai kalorinya.

pembawa lapisan batubara maka akan semakin tinggi nilai kalorinya. h.

h. Sejarah Setelah PengendapanSejarah Setelah Pengendapan

Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geoteknik yang Sejarah cekungan batubara secara luas bergantung pada posisi geoteknik yang mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat mempengaruhi perkembangan batubara dan cekungan batubara. Secara singkat terjadi proses biokimia dan metamorfosa organik sesudah pengendapan gambut, terjadi proses biokimia dan metamorfosa organik sesudah pengendapan gambut, secara geologi intrusi menyebabkan terbentuknya struktur cekungan batubara berupa secara geologi intrusi menyebabkan terbentuknya struktur cekungan batubara berupa perlipatan, sesar, intrusi. Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya perlipatan, sesar, intrusi. Terbentuknya batubara pada cekungan batubara umumnya mengalami defornasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara mengalami defornasi oleh gaya tektonik, yang akan menghasilkan lapisan batubara dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif  dengan bentuk-bentuk tertentu. Disamping itu adanya erosi yang intensif  menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus.

menyebabkan bentuk lapisan batubara tidak menerus. i.

i. Metamorfosa organik Metamorfosa organik 

Pada tingkat penimbunan oleh sedimen baru, proses degradasi biokimia tidak  Pada tingkat penimbunan oleh sedimen baru, proses degradasi biokimia tidak  berperan lagi tidak di dominasi oleh proses dinamokimia yang menyebabkan berperan lagi tidak di dominasi oleh proses dinamokimia yang menyebabkan

perubahan gambut menjadi batubara dan menjadi berbagai macam. Selama Prosesini perubahan gambut menjadi batubara dan menjadi berbagai macam. Selama Prosesini terjadi pengurangan air lembab, oksigen, zat terbang, serta bertambahnya prosentase terjadi pengurangan air lembab, oksigen, zat terbang, serta bertambahnya prosentase karbon padat, belerang dan kandungan abu.

karbon padat, belerang dan kandungan abu.

3.3. Petrografi Batubara 3.3. Petrografi Batubara

(Dalam Ediyanto dan Basuki Rahmad, 2008 : Petrografi Bartubara)

(Dalam Ediyanto dan Basuki Rahmad, 2008 : Petrografi Bartubara) SecaraSecara mikroskopis bahan-bahan organik pembentuk batubara disebut maseral (

mikroskopis bahan-bahan organik pembentuk batubara disebut maseral ( maceralmaceral),), analog dengan mineral dalam batuan. Istilah ini pada awalnya diperkenalkan oleh analog dengan mineral dalam batuan. Istilah ini pada awalnya diperkenalkan oleh Stopes, 1935 (dalam buku Stach, dkk. (1982) untuk menunjukkan material terkecil Stopes, 1935 (dalam buku Stach, dkk. (1982) untuk menunjukkan material terkecil penyusun batubara yang hanya dapat diamati di bawah mikroskop sinar pantul.

penyusun batubara yang hanya dapat diamati di bawah mikroskop sinar pantul.

Petrologi batubara adalah ilmu yang mempelajari komponen organik dan bukan Petrologi batubara adalah ilmu yang mempelajari komponen organik dan bukan organik pembentuk batubara. Untuk mempelajari petrologi batubara umumnya ditinjau organik pembentuk batubara. Untuk mempelajari petrologi batubara umumnya ditinjau dalam 2 aspek yaitu jenis (

dalam 2 aspek yaitu jenis (coal typecoal type) dan peringkat batubara () dan peringkat batubara (coal rank coal rank ).). Coal typeCoal type berhubungan dengan jenis tumbuhan pembentuk batubara, dan perkembangannya berhubungan dengan jenis tumbuhan pembentuk batubara, dan perkembangannya dipenagaruhi oleh proses biokimia selama penggambutan. Dengan demikian batubara dipenagaruhi oleh proses biokimia selama penggambutan. Dengan demikian batubara bukan benda homogen, melainkan terdiri dari bermacam-macam komponen dasar. bukan benda homogen, melainkan terdiri dari bermacam-macam komponen dasar. Asosiasi yang berkaitan dengan maseral adalah litotipe (lapisan-lapisan tipis pada Asosiasi yang berkaitan dengan maseral adalah litotipe (lapisan-lapisan tipis pada singkapan batubara) seperti : vitrain (berbentuk lapisan atau lensa, tebal 3

singkapan batubara) seperti : vitrain (berbentuk lapisan atau lensa, tebal 3  –  –  5 mm,5 mm, pecahan kubik, kaya vitrinite); clarain (lapisan tipis cemerlang dan buram, kaya vitrinite pecahan kubik, kaya vitrinite); clarain (lapisan tipis cemerlang dan buram, kaya vitrinite dan liptinite); fusain (hitam, kilap sutera, musah diremas, kaya akan fusinite); durain dan liptinite); fusain (hitam, kilap sutera, musah diremas, kaya akan fusinite); durain (kilap berminyak, kaya liptinite dan inertinite).

(kilap berminyak, kaya liptinite dan inertinite).

Maseral dalam batubara dapat dikelompokkan dalam 3 grup (kelompok) utama Maseral dalam batubara dapat dikelompokkan dalam 3 grup (kelompok) utama yaitu grup (kelompok) vitrinit, liptinit dan inertinit. Pengelompokan ini didasarkan pada yaitu grup (kelompok) vitrinit, liptinit dan inertinit. Pengelompokan ini didasarkan pada bentuk morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia, warna pantulan, bentuk morfologi, ukuran, relief, struktur dalam, komposisi kimia, warna pantulan, intensitas refleksi dan tingkat pembatubaraannya (dalam “Coal Petrology”, oleh Stach, intensitas refleksi dan tingkat pembatubaraannya (dalam “Coal Petrology”, oleh Stach, dkk. 1982). Dalam hal ini pembagiannya mulai dari grup (kelompok) maseral,

dkk. 1982). Dalam hal ini pembagiannya mulai dari grup (kelompok) maseral, subsub-grup-grup maseral dan jenis maseral yang mengacu pada

maseral dan jenis maseral yang mengacu pada  Australian Standard:  Australian Standard: AS2856 AS2856 (1986)(1986) (Tabel

(Tabel 3.2). Kelebihan 3.2). Kelebihan sistem Australian sistem Australian Standart ini Standart ini adalah adalah pembagian komposisipembagian komposisi maseralnya berlaku untuk semua peringkat batubara, baik untuk batubara

maupun

maupun brown coalbrown coal, dan sistem ini cukup sederhana. Sedangkan sistem standart yang, dan sistem ini cukup sederhana. Sedangkan sistem standart yang lain biasanya dibedakan antara

lain biasanya dibedakan antara hard coalhard coaldandanbrown coal.brown coal. Grup vitrinit

Grup vitrinit berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat kayuberasal dari tumbuh-tumbuhan yang mengandung serat kayu ((woody tissuewoody tissue) seperti batang kayu, akar, dahan dan serat daun. Vitrinite umumnya) seperti batang kayu, akar, dahan dan serat daun. Vitrinite umumnya merupakan bahan penyusun utama batubara (>50%). Melalui pengamatan mikroskop merupakan bahan penyusun utama batubara (>50%). Melalui pengamatan mikroskop refraksi, grup vitrinit memperlihatkan warna coklat kemerahan sampai gelap, tergantung refraksi, grup vitrinit memperlihatkan warna coklat kemerahan sampai gelap, tergantung dari tingkat ubahan batubara, semakin tinggi peringkat batubara semakin gelap warna dari tingkat ubahan batubara, semakin tinggi peringkat batubara semakin gelap warna maseralnya, demikian pula sebaliknya. Melalui pengamatan miskroskop refleksi, grup maseralnya, demikian pula sebaliknya. Melalui pengamatan miskroskop refleksi, grup vitrinit memperlihatkan warna pantul lebih terang, mulai dari abu tua sampai vitrinit memperlihatkan warna pantul lebih terang, mulai dari abu tua sampai abu-abu terang tergantung dari peringkat batubara, semakin tinggi peringkat batubara abu terang tergantung dari peringkat batubara, semakin tinggi peringkat batubara semakin terang warna pantul yang dihasilkan. Berdasarkan morfologinya grup vitrinit semakin terang warna pantul yang dihasilkan. Berdasarkan morfologinya grup vitrinit dibagi menjadi 3 sub grup maseral (Tabel 3.2)

dibagi menjadi 3 sub grup maseral (Tabel 3.2) Grup liptinit

Grup liptinit berasal dari organ tumbuhan (ganggang/algae, spora, kotak spora,berasal dari organ tumbuhan (ganggang/algae, spora, kotak spora, kulit luar (kutikula), getah tanaman (resin) dan serbuk sari /pollen). Grup liptinit kulit luar (kutikula), getah tanaman (resin) dan serbuk sari /pollen). Grup liptinit memiliki kandungan hidrogen paling banyak dan kandungan karbon paling sedikit bila memiliki kandungan hidrogen paling banyak dan kandungan karbon paling sedikit bila dibandingkan dengan grup maseral lainnya. Di bawah miskroskop refleksi menunjukkan dibandingkan dengan grup maseral lainnya. Di bawah miskroskop refleksi menunjukkan pantulan

pantulan berwarna berwarna abu-abu abu-abu sampai sampai gelap, gelap, mempunyai mempunyai reflektivitas reflektivitas rendah rendah dandan flouresens tinggi (Teichmueller, 1989). Berdasarkan morfologi dan sumber asalnya, flouresens tinggi (Teichmueller, 1989). Berdasarkan morfologi dan sumber asalnya, grup liptinit dapat dibedakan seperti : sporinit (berasal dari spora, serbuk sari); cutinit grup liptinit dapat dibedakan seperti : sporinit (berasal dari spora, serbuk sari); cutinit (berasal dari kulit ari, daun,tangkai, akar); suberinit (berasal dari kulit kayu); resinit (berasal dari kulit ari, daun,tangkai, akar); suberinit (berasal dari kulit kayu); resinit (resin, lemak,parafin); liptodetrinit (berasal dari pecahan liptinite); exsudatinit (minyak, (resin, lemak,parafin); liptodetrinit (berasal dari pecahan liptinite); exsudatinit (minyak, dimana bitumen yang keluar selama proses pembatubaraan), flourinit (berasal dari dimana bitumen yang keluar selama proses pembatubaraan), flourinit (berasal dari lipids, minyak); alginit (berasal dari sisa-sisa ganggang); dan bituminite (Tabel 3.2). lipids, minyak); alginit (berasal dari sisa-sisa ganggang); dan bituminite (Tabel 3.2).

Grup inertinit

Grup inertinit diperkirakan berasal dari tumbuhan yang sudah terbakardiperkirakan berasal dari tumbuhan yang sudah terbakar ((charcoalcharcoal) dan sebagian lagi diperkirakan akibat proses oksidasi dari maseral lainnya) dan sebagian lagi diperkirakan akibat proses oksidasi dari maseral lainnya atau proses

atau proses decarboxylationdecarboxylation yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia)yang disebabkan oleh jamur atau bakteri (proses biokimia) atau hasil ubahan (biokimia) dari kayu dan serat-serat kayu selama penggambutan. atau hasil ubahan (biokimia) dari kayu dan serat-serat kayu selama penggambutan. Dengan adanya proses tersebut kelompok inertinit memiliki kandungan oksigen relatif  Dengan adanya proses tersebut kelompok inertinit memiliki kandungan oksigen relatif  tinggi, kandungan hidrogen rendah, dan ratio O/C lebih tinggi dari pada grup vitrinit dan tinggi, kandungan hidrogen rendah, dan ratio O/C lebih tinggi dari pada grup vitrinit dan

liptinit. Grup inertinit memiliki nilai reflektensi tertinggi diantara grup maseral lainnya. Dibawah miskroskop refleksi , inertinit memperlihatkan warna abu-abu hingga abu-abu kehijauan, tetapi pada sinar ultra violet tidak menunjukan flouresens. Berdasarkan struktur dalam, tingkat pengawetan dan intensitas pembakaran, grup inertinit dibedakan menjadi beberapa maseral, yaitu fusinit, semifusinit, sclerotinit, icrinit, inertodetrinit dan macrinit (Tabel 3.2).

Cook (1982), menjelaskan bahwa jenis batubara (coal type) berhubungan dengan  jenis tumbuhan pembentuk batubara dimana dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh

diagenesa tingkat awal. Parks dan Donnel (dalam Cook, 1982), menjelaskan bahwa batasan jenis batubara (coal type) dipergunakan untuk mengklasifikasi berbagai jenis pembentuk batubara, sedangkan menurut Shierly (dalam Cook, 1982) menjelaskan bahwa jenis batubara (coal type) merupakan dasar klasifikasi petrografi batubara yang terdiri dari berbagai macam unsur tumbuhan sebagai penyusun batubara dengan kejadian yang berbeda-beda. Petrologi batubara memberikan dasar untuk pemahaman genesa , sifat-sifat dan arti penting unsur organik di dalam batubara. Material organik berasal dari berbagai macam tumbuhan dan sebagian bercampur dengan sedimen anorganik selama tahap pembentukan gambut, oleh karena itu jenis batubara (coal type) ditentukan pada tahap biokimia yang dapat dipergunakan untuk mengetahui lingkungan pengendapan batubara, terutama berdasarkan material organiknya. Penentuan jenis batubara ( coal type) dapat secara mikroskopis dan makroskopis yang didasarkan pada konsep maseral, microlitotype dan litotype.

Pada tahap pembentukan batubara merupakan tahap pembentukan dari gambut menjadi batubara yang lebih tinggi derajatnya (coal rank ) yaitu mulai dari lignit, subbituminous, bituminous dan antrasit, yang merupakan akibat dari kenaikan temperatur yang berlangsung pada waktu dan tekanan tertentu (Cook, 1982). Tahap pembatubaraan merupakan perubahan dari rombakan sisa-sisa tumbuhan dari kondisi reduksi, dimana prosentase karbon semakin besar, sedangkan prosentase oksigen dan hidrogen semakin berkurang. Cook (1982), menjelaskan bahwa tahap pembatubaraan terdiri dari derajat dan pematangan bahan organik pada fase metamorfosa tingkat

rendah. Material organik lebih peka terhadap metamorfosa tingkat rendah dari pada rendah. Material organik lebih peka terhadap metamorfosa tingkat rendah dari pada mineral anorganik.

mineral anorganik.

Tabel

Tabel 3.2. Klasifikasi 3.2. Klasifikasi Maseral Maseral Batubara Batubara (AS (AS 2856, 1986)2856, 1986)

3.4. Peringkat Batubara (

3.4. Peringkat Batubara (Coal RankCoal Rank)) Coal rank 

Coal rank  atau peringkat batubara merupakan suatu urutan dari tingkatan-atau peringkat batubara merupakan suatu urutan dari tingkatan-tingkatan kematangan material organik pada batubara yang didasarkan pada material tingkatan kematangan material organik pada batubara yang didasarkan pada material vegetasi yang terubah yang disebut maseral.

mengetahui jumlah kandungan kimia batubara antara lain

mengetahui jumlah kandungan kimia batubara antara lain total moisture, ash, volatiletotal moisture, ash, volatile matter, fix carbon, calori value, dan total sulfur 

matter, fix carbon, calori value, dan total sulfur ..

Material organic yang terubah menjadi batubara melalui tingkatan sikuen. Material organic yang terubah menjadi batubara melalui tingkatan sikuen. Perubahan fisika dan kimia dapat diamati. Perubahan fisik dan kimia sejalan dengan Perubahan fisika dan kimia dapat diamati. Perubahan fisik dan kimia sejalan dengan meningkatnya tingkat kematangan yang terlihat pada batuan induk 

meningkatnya tingkat kematangan yang terlihat pada batuan induk  marine kerogen-marine kerogen-bearing

bearing, dan dapat digunakan pada penunjuk yang serupa untuk mengevaluasi potensi, dan dapat digunakan pada penunjuk yang serupa untuk mengevaluasi potensi coalbed methane

coalbed methane dari areadari area coal-bearing.coal-bearing. Perubahan tersebut paling sering digunakanPerubahan tersebut paling sering digunakan sebagai indicator dari kematangan material organic yaitu nilai kalori, kandungan sebagai indicator dari kematangan material organic yaitu nilai kalori, kandungan kelembaban atau kapasitas mempertahankan kelembaban, prosentase zat

kelembaban atau kapasitas mempertahankan kelembaban, prosentase zat volatile,volatile, vitrinite reflectance

vitrinite reflectance, , dan dan kandungan kandungan karbon. karbon. Beberapa Beberapa perubahan perubahan kimiakimia mengindikasikan tingkat kematangan lebih sesuai pada tahap-tahap tertentu. Sebagai mengindikasikan tingkat kematangan lebih sesuai pada tahap-tahap tertentu. Sebagai contoh, kelembaban lapisan

contoh, kelembaban lapisan (ash-free)(ash-free) dan nilai kaloridan nilai kalori (moist; ash-free)(moist; ash-free) banyak terdapatbanyak terdapat pada peat sampai medium-volatile bitumonuos. Perubahan unsur diatas terukur dan pada peat sampai medium-volatile bitumonuos. Perubahan unsur diatas terukur dan terprediksikan oleh meningkatnya suhu diikuti meningkatnya kedalaman penimbunan. terprediksikan oleh meningkatnya suhu diikuti meningkatnya kedalaman penimbunan.

Gambar 3.1. Proses kematangan batubara (

Gambar 3.1. Proses kematangan batubara ( Evaluation of Coalbed Methane Evaluation of Coalbed Methane  Reservoirs,

 Reservoirs,prepared for University Of Oviedo, Spain, prepared byprepared for University Of Oviedo, Spain, prepared by Holditch-Reservoirs Technologies Consulting Services, Pittsburg, Holditch-Reservoirs Technologies Consulting Services, Pittsburg,

Pennsylvania, May 24-25, 2001,

Pennsylvania, May 24-25, 2001, Schlumberger Schlumberger ))

Petrografi batubara dapat digunakan untuk menentukan peringkat batubara ( Petrografi batubara dapat digunakan untuk menentukan peringkat batubara (coalcoal rank 

dengan melihat besarnya nilai pemantulan vitrinit atau

dengan melihat besarnya nilai pemantulan vitrinit atau vitrinite reflectancevitrinite reflectance (Ro) dalam(Ro) dalam bentuk persen (%)

bentuk persen (%).. Penentuan peringkat batubara dengan metode analisis reflektansiPenentuan peringkat batubara dengan metode analisis reflektansi maseral (vitrinit) didasarkan pada konsep bahwa pertambahan tingkat kematangan maseral (vitrinit) didasarkan pada konsep bahwa pertambahan tingkat kematangan (peringkat) suatu lapisan batubara akan diikuti oleh peningkatan reflektansi maseralnya, (peringkat) suatu lapisan batubara akan diikuti oleh peningkatan reflektansi maseralnya, sehingga analisis reflektansi maseral (vitrinit) dapat digunakan untuk menentukan sehingga analisis reflektansi maseral (vitrinit) dapat digunakan untuk menentukan peringkat batubara (Tabel 3.3).

peringkat batubara (Tabel 3.3).

Tabel. 3.3 Tabel. 3.3 Coal Rank Classifications

Coal Rank Classifications (ASTM Standard, 1983)(ASTM Standard, 1983) And Relation to And Relation to

Dalam dokumen Skripsi-Ahmad Nurjihan 111070038 (Halaman 26-58)

Dokumen terkait