• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO (ADARO RESOURCES REPORT, 1999)

Dalam dokumen Skripsi-Ahmad Nurjihan 111070038 (Halaman 58-104)

STRATIGRAFI CEKUNGAN BARITO

(ADARO RESOURCES REPORT, 1999)

UMUR STRATIGRAFI KOLOM LITOLOGI

STRATIGRAFI TEBAL (m) KUARTER PLIOSEN  ATAS  ALLUVIUM FORMASI DAHOR  ATAS TENGAH FORMASI WARUKIN TENGAH BAWAH  ANGGOTA BATUBARA  ANGGOTA PASIR  ATAS  ANGGOTA PASIR BAWAH  ANGGOTA LEMPUNG  ANGGOTA MARL  ATAS  ANGGOTA BATUGAMPING  ANGGOTA MARL BAWAH  ATAS BAWAH BASEMENT PRATERSIER EOSEN FORMASI TANJUNG OLIGOSEN FORMASI BERAI BAWAH MIOSEN

Deposit sungai dan rawa

Batuan klastik, konglomerat, batupasir, batulanau dan batulempung.

Seam batubara berketebalan 30 - 40 m, interbedded dari batulempung calcareous dan pasir halus.

Lapisan tebal dari sangat halus hingga kasar, batulanau, batulempung dan beberapa seam batubara, konglomerat sebagai dasar.

Interkalasi dan pasir halus, batulanau, batulempung dan beberapa seam batubara tipis.

Serpih, kadang-kadang calcareous, pasir halus dan marl.

Marl, lempung, lanau dan interbedded dari lapisan batugamping tipis, berisi pita-pita batubara.

Batugamping kristalin, interbedded lapisan tipis marl.

Marl, batugamping, serpih, lanau dan beberapa interbedded seam batubara. Interkalasi dari serpih dan pasir dengan beberapa seam batubara tipis. Serpih, pasir dan konglomerat

Serpih, kuarsit dan batuan beku

900 250 600 225 450 600 500 850 lebih dari 840 FASIES UPPER DELTA PLAIN LOWER DELTA PLAIN DELTA FRONT PRODELTA DELTA FRONT MARINE LOWER DELTA PLAIN LOWER DELTA PLAIN PRODELTA PRODELTA PRATERSIER

Tabel 4.2

4.4. Struktur Geologi Regional

Pola struktur yang berkembang di pulau Kalimantan berarah Meratus (Timur laut-Barat daya). Pola ini tidak hanya terjadi pada struktur-struktur sesar tetapi juga pada arah sumbu lipatan.

Perbukitan Tutupan yang berarah timur laut-barat daya dengan panjang sekitar 20 km terbentuk akibat pergerakan dua patahan anjakan yang searah. Salah satunya dikenal dengan nama  Dahai Thrust Fault yang memanjang pada kaki bagian barat perbukitan Tutupan. Patahan lain bernama Tanah Abang-Tepian Timur Thrust Fault  yang memanjang pada kaki bagian timur perbukitan Tutupan. Keberadaan patahan ini diketahui berdasarkan data seismik dan pemboran sumur minyak ( Asminco,1996 ). Patahan lain yang tidak berhubungan dengan perbukitan Tutupan dan berarah timurlaut-baratdaya terdapat di daerah Wara dengan nama Maridu Thrust Fault . Patahan-patahan yang terjadi pada umumnya searah dengan bidang perlapisan sehingga tidak  mengganggu penyebaran batubara.

Pada kaki bagian timur perbukitan Tutupan juga terdapat struktur antiklin yang diberi nama Antiklin Tanah Abang-Tepian Timur . Sumbu antiklin berarah utara-selatan dan searah dengan Tanah Abang-Tepian Timur Thrust Fault . Antiklin-antiklin umumnya memiliki sumbu berarah timurlaut-baratdaya seperti antiklin Tanjung, antiklin Warukin dan antiklin Paringin. Sedangkan struktur sinklin yang terdapat di daerah Tutupan dan Wara dinamakan Sinklin Bilas.

Struktur geologi yang terdapat di daerah Paringin berupa antiklin yang dikenal dengan nama antiklin Paringin.  Antiklin Paringin yang bentuknya tidak simetri memanjang sekitar 18 km searah timurlaut-baratdaya. Di bagian barat kemiringan lapisan batuan hampir vertikal.

Gambar 4.5

Model Struktur Regional (PT. Adaro Indonesia)

Gambar 4.6

Tatanan Tektonik Cekungan Barito (After Satyana and Silitonga, 1993)

BAB V

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.1. Geomorfologi Daerah Telitian

Pembagian geomorfologi daerah telitian memakai konsep atau model untuk  membagi satuan geomorfologi yang mengacu pada klasifikasi Verstappen (1985), Brahmantyo dan Bandono (1992) yang mengkaitkan antara struktur geologi dan proses secara bersama dalam pembentukan bentuk lahan disertai keterangan tentang morfometri, morfografi, dan morfogenesa.

Pembagian bentuk lahan, secara umum dibagi menjadi dua, yaitu morfologi dan morfogenesa.

1. Morfologi (bentuk), yaitu mempelajari mengenai relief secara umum yang meliputi aspek:

a. Morfografi merupakan aspek yang bersifat pemerian pada suatu daerah, antara lain bukit, punggungan, lembah dan dataran.

b. Morfometri merupakan aspek kuantitatif suatu daerah, terdiri dari kemiringan lereng, bentuk lembah (menggunakan klasifikasi Van Zuidam & Cancelado, 1979).

2. Morfogenesa, yaitu studi mengenai proses geomorfologi yaitu proses yang mengakibatkan perubahan dan terjadinya bentuklahan yang mencakup aspek:

a. Morfostruktur : aktif gaya – gaya endogen, yaitu struktur geologi b. Morfostruktur pasif : aspek material penyusunnya, yaitu litologi

c. Morfostruktur dinamik : gaya-gaya eksogen, yaitu proses denudasional

Daerah penelitian merupakan daerah yang terdiri dari perbukitan dan lembah-lembah hasil kegiatan penambangan. Ketinggian terendah daerah penelitian adalah -10 meter di bawah muka air laut yang merupakan kolam penampungan air tambang maupun air hujan. Titik tertinggi adalah 128 meter di atas permukaan laut yang berupa puncak bukit yang terletak di sebelah tenggara daerah telitian . Dengan melihat arah

kedudukan batuan disekitar lokasi tambang, maka secara umum daerah telitian merupakan daerah homoklin yang ditandai oleh arah kedudukan lapisan batuan yang searah ke arah tenggara (Foto 5.1)

Satuan geomorfik pada daerah terlitian di sebelah tenggara berupa perbukitan homoklin berlereng miring dan di sekeliling area tambang di sebelah barat daya sampai utara berupa perbukitan homoklin berlereng landai yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas penambangan diklasifikasikan ke dalam bentuk lahan bentukan asal struktural. Sedangkan satuan geomorfik daerah telitian pada lokasi tambang dibagi berdasarkan terminologi tambang terbuka/ open pit (Imam Sancoko, 2010) dan tingkat kemiringan lereng (Zuidam, 1979) yang didasarkan pada aspek morfometri yakni ; aspek kuantitatif  suatu daerah yang berupa kelerengan (Tabel 5.1.) yang sudah berubah dari betuk aslinya karena dipengaruhi oleh aktivitas penambangan, maka diklasifikasikan ke dalam bentukan asal aspek manusia.

Tabel 5.1 Klasifikasi Kemiringan Lereng (Zuidam & Cancelado, 1979)

No Klasifikasi Kemiringan Lerang

Satuan Lahan Prosentase kelerengan %

1 Datar – hampir datar 0 – 2 2 Landai 2 – 7 3 Miring 7 – 15 4 Agak Curam 15 – 30 5 Curam 30 – 70 6 Sangat Curam 70 – 140 7 Tegak > 140

Foto 5.1. Kenampakan arah kemiringan lapisan batuan pada daerah telitian. Kemiringan lapisan batuan secara umum ke arah tenggara.

Arah kamera N 400E

5.1.1.1 Bentuk Asal Struktural

1. Perbukitan homoklin berlereng miring

Satuan geomorfologi ini menempati 10% dari luas daerah telitian, morfologi berupa bukit dengan kelerengan berkisar antara 8% hingga 13% dengan ketinggian 65 sampai 128 mdpl. Litologi yang menyusun berupa satuan batulempung yang terdiri dari batulempung, batupasir, batulanau dan batubara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa sesar mendatar Tutupan dan struktur homoklin dengan kemiringan ke arah tenggara. Vegetasi berupa pohon karet, dan semak. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili dengan warna ungu tua dan simbol S1.

Satuan geomorfologi ini menempati 20% dari luas daerah telitian, morfologi berupa perbukitan lemah dengan kelerengan berkisar antara 3% hingga 7% dengan ketinggian 60 sampai 80 mdpl. Pola pengaliran yang berkembang. Litologi penyusun satuan geomorfologi ini sebagian besar berupa satuan batupasir dengan litologi terdiri dari batupasir, sisipan batulempung dan batubara, dan pada bagian tenggara tersusun dari satuan batulempung yang terdiri dari batulempung, dengan sisipan batupasir, batulanau dan batubara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa struktur homoklin dengan kemiringan ke arah tenggara dan sesar naik Hill 11 diperkirakan. Vegetasi berupa pohon karet, dan semak. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili dengan warna ungu muda dengan simbol S2.

Foto 5.2. Kenampakan satuan Geomorfologi bukit homoklin berlereng miring (S1) dan perbukitan lemah homoklin berlereng landai (S2)

di bagian tenggara daerah telitian.

5.1.1.2 Bentukan Asal Aspek Manusia

1. Kolam Penampungan Air (Sump) Hasil Penambangan

Satuan ini menempati 6% dari luas daerah telitian, morfologi berupa tempat paling rendah sebagai kolam penampungan air hasil aktivitas penambangan dengan kelerengan berkisar antara 0% hingga 2% dan ketinggian antara 0 - -10 mdpl (foto 5.4 & 5.5). Litologi penyusun berupa endapan-endapan material lepas yang terbawa air yang masuk ke kolam penampungan ini. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa struktur homoklin dan sesar mendatar Tutupan. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili oleh warna abu-abu dengan simbol H1.

Foto 5.3. Kenampakan satuan kolam penampungan (sump) di daerah telitian.

Arah kamera N 470 E

2. Lereng Curam High Wall Hasil Penambangan

Satuan ini menempati 9% dari luas daerah telitian, morfologi berupa dinding tambang pada sisi kemiringan batubara terdalam yang terdiri dari slopedanbenchdengan lereng curam berkisar antara 30% hingga 70% hasil

aktivitas penambangan dengan tinggi jenjang antara 8-16 m (foto 5.5). Litologi terdiri dari satuan batulempung yang terdiri dari batulempung, dengan sisipan batupasir kuarsa, batulanau dan batubara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa struktur homoklin dan sesar mendatar Tutupan. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili oleh warna coklat dengan simbol H2.

3. Lereng Curam Low Wall Hasil Penambangan

Satuan ini menempati 9% dari luas daerah telitian, morfologi berupa dinding tambang pada sisi kemiringan batubara terdangkal atau terendah yang terdiri dari slope dan bench dengan lereng curam berkisar antara 30% hingga 70% hasil aktivitas penambangan dengan tinggi jenjang antara 8-16 m (foto 5.5). Litologi terdiri dari satuan batupasir kuarsa yang terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, batulempung karbonan, batulanau dan batubara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa struktur homoklin, sesar mendatar Tutupan dan sesar naik Hill 11. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili oleh warna hijau dengan simbol H3.

4. Lereng Curam End Wall Hasil Penambangan

Satuan ini menempati 6% dari luas daerah telitian, morfologi berupa dinding atau batas akhir dari penambangan, biasanya terdapat diujung daerah penambangan (melintang jurus lapisan batuan) yang terdiri dari slope dan bench dengan lereng curam berkisar antara 30% hingga 70% hasil aktivitas penambangan dengan tinggi jenjang antara 8-16 m (foto 5.5). Litologi terdiri dari satuan batupasir kuarsa yang terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, batulempung karbonan, batulanau dan batubara pada bagian barat laut serta satuan batulempung dengan sisipan batupasir kuarsa, batulempung karbonan, batulanau dan batubara pada bagian tenggara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa

struktur homoklin. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili oleh warna kuning dengan simbol H4.

5. Dataran Berlereng Landai Hasil Penambangan

Satuan ini menempati 40% dari luas daerah telitian, morfologi berupa dataran berlereng landai hasil aktivitas penambangan dengan kelerengan berkisar antara 3% hingga 7% (foto 5.5). Litologi terdiri dari satuan batupasir kuarsa yang terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, batulempung karbonan, dan batubara serta satuan batulempung yang terdiri dari batulempung, batupasir kuarsa, batulanau, batulempung karbonan dan batubara. Satuan ini dipengaruhi oleh struktur geologi berupa struktur homoklin, sesar mendatar Tutupan dan sesar mendatar Hill 11. Pada peta geomorfologi (lampiran 3) satuan ini diwakili dengan warna jingga dengan simbol H5.

Foto 5.4. Kenampakan satuan geomorfik aspek manusia pada daerah telitian.

57

Tabel 5.2 Klasifikasi satuan geomorfik daerah telitian

5.2. Stratigrafi Daerah Telitian

Urutan stratigrafi yang tersingkap di daerah telitian yaitu Formasi Warukin bagian atas yang dicirikan dengan hadirnya batubara yang tebal dan sedimen klastik  berukuran lempung sampai pasir sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan (ciri litologi) dan umur geologi, maka pada daerah telitian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan litostratigrafi tidak resmi. Urutan litostratigrafi dari yang tertua hingga yang termuda pada daerah telitian adalah sebagai berikut :

5.2.2.1. Satuan batupasir kuarsa Warukin a. Ciri Litologi

Penamaan satuan litostratigrafi ini berdasarkan pada litologi yang dominan. Secara umum litologi penyusun satuan lithostratigrafi ini secara dominan berupa

5.2. Stratigrafi Daerah Telitian

Urutan stratigrafi yang tersingkap di daerah telitian yaitu Formasi Warukin bagian atas yang dicirikan dengan hadirnya batubara yang tebal dan sedimen klastik  berukuran lempung sampai pasir sedang.

Berdasarkan hasil pengamatan (ciri litologi) dan umur geologi, maka pada daerah telitian dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) satuan litostratigrafi tidak resmi. Urutan litostratigrafi dari yang tertua hingga yang termuda pada daerah telitian adalah sebagai berikut :

5.2.2.1. Satuan batupasir kuarsa Warukin a. Ciri Litologi

Penamaan satuan litostratigrafi ini berdasarkan pada litologi yang dominan. Secara umum litologi penyusun satuan lithostratigrafi ini secara dominan berupa batupasir kuarsa yang secara petrografi adalah Quartz Arenite menurut klasifikasi Pettijohn, 1972 dan Gilbert, 1982 pada analisis petrografi (lampiran 7). Setempat-setempat ditemukan perselingan batulempung dan batubara dengan tebal mencapai 28 m dengan floor dan roof umumnya berupa batulempung karbonan. Pada satuan ini cukup banyak dijumpai kenampakkan woody structure (struktur kayu) pada beberapa lokasi pengamatan (Foto 5.6).

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyusun satuan batupasir kuarsa Warukin ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Batupasir kuarsa, umumnya terdiri dari mineral kuarsa; matriks pecahan batubara; semen silika; warna; putih kekuningan sampai keabu-abuan; ukuran butir sangat halus sampai sedang (1/16  –  1/2 mm); struktur sedimen yang dijumpai : laminasi sejajar, laminasi bergelombang , cross beddingdanmasif (foto 5.7).

Foto 5.5. Kenampakan woody structur (struktur kayu) pada LP 109

Arah kamera N 3100E

b

a

Foto 5.6. Litologi batupasir kuarsa daerah telitian pada LP 2

(a). Kontak roof batubara dengan batupasir kuarsa N440E/490, arah kamera N 40E (b). Batupasir kuasra mengandung cerat karbon dengan struktur laminasi

Batulempung, warna abu  –  abu kecoklatan, ukuran butir lempung (<1/256); mineral lempung; struktur sedimen yang dijumpai masif.

a

b

Foto 5.7.

a. Litologi batulempung dengan sisipan batubara tipis N370E/560pada LP 82

Arah kamera N 3100E

.b. Lithologi batulempung karbonan dengan struktur menyerpih pada LP 90

Batubara, warna hitam; gores hitam kecoklatan; pecahan Sub-conchoidal; kilap hitam kusam; kekerasan brittle-hard , terdapat cleat dengan face cleat relatif berarah barat laut-tenggara dan sebagian terdapat resin/amber (getah damar). Ketebalan batubara pada satuan batuan ini secara umum tebal mencapai 28 m dan beberapa seam batubara minor  (lampiran 5 & 6 penampang stratigrafi terukur).

Foto 5.8. Litologi batubara T110 bagian floor N430E/350pada LP 163 lintasan MS end wall timur laut, arah kamera N 470 E

(b)

(a)

Foto 5.9. a Cleat pada batubara seam T110 pada LP 164, arah kamera foto N3200E b. Kenampakan resin/amber pada seam batubara T110 pada end wall timut laut,

arah kamera N3050E

b. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati 40% luas dari daerah telitian dengan arah penyebaran timur laut-barat daya dan miring ke arah tenggara. Satuan ini mengalami pergeseran (offset)akibat sesar mendatar kanan Tutupan.

Ketebalan Satuan batupasir kuarsa Warukin ini berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi terukur adalah lebih dari 119,7 m.

c. Lingkungan Pengendapan dan Umur

Berdasarkan hasil dari pengukuran profil dan penampang stratigrafi terukur, maka dapat diketahui sub – lingkungan pengendapan dan lingkungan pengendapan di daerah telitian. Penentuannya didasarkan pada aspek fisik dengan melihat ciri  –  ciri litologi, struktur sedimen, variasi litologi dan ketebalan batubara (lampiran 5 dan 6), aspek kimia dengan melihat kehadiran mineral sedikit serta aspek biologi dengan

melihat kehadiran fosil. Dan juga mengacu pada stratigrafi regional daerah telitian (Tabel 4.1). Satuan batuan ini didominasi oleh batupasir kuarsa dengan ukuran butir halus-sedang dan struktur sedimen antara lain masif, laminasi sejajar, laminasi bergelombang, gradded beding dan silang siur. Juga dijumpai batulempung, batulempung karbonan, batulanau dan lapisan-lapisan batubara dengan tebal ada yang mencapai 28 m. Lapisan batubara satuan batuan ini banyak mengalami splitting pada bagian barat daya. Kehadiran mineral sedikit pada satuan batuan seperti pirit dan fosil sangat jarang bahkan tidak ada serta dari uji kandungan sulfur pada sampel batubara yang diambil dari satuan ini menunjukkan kandungan sulfur yang rendah ( <1 ).

Maka Dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa sub-lingkungan pengendapan pada satuan batupasir kuarsa ini berupa Swamp, Leeve,Channe, Creavasse dan Flood Plain serta lingkungan pengendapannya adalah Upper Delta Plain (Horne, 1979).

Berdasarkan analisis sampel paleontologi pada satuan batuan ini tidak ditemukan kehadiran fosil foraminifera baik berupa bentos maupun. Oleh karena itu, penentuan umur satuan batuan ini dilakukan dengan cara melakukan kesebandingan berdasarkan ciri-ciri litologi dari satuan ini dengan stratigrafi regional yang mengacu pada stratigrafi cekungan barito (Tabel 4.1). Selain itu, juga ditentukan berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994 dimana pada satuan ini ditemukan fosil foraminifera dalam batulempung pasiran antara lain  Ammonia indica (Le Roy), Cellanthus sp.,  Amphistegina sp., Florilus sp., Lepidocyclina sp. dan  Austrotrillina howchini yang mengindikasikan berumur Miosen Awal – Miosen Tengah (Heryanto, R, 1994). Berdasarkan stratigrafi regional dan peneliti terdahulu, maka satuan batupasir kuarsa ini masuk kedalam Formasi Warukin bagian atas yang berumur Miosen Tengah.

d. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi antara satuan batupasir kuarsa Warukin dengan satuan batulempung Warukin yang berada di atasnya adalah selaras. Hal ini terlihat jelas di

lapangan dan juga terlihat dari kedudukan kedua satuan batuan ini yang memiliki jurus dan kemiringan yang relatif sama (foto 5.11).

Foto 5.10.

Kontak satuan batuan (garis merah) pada end wall timur laut daerah telitian dengan kedudukan N550E/340, arah foto N 850 E

5.2.2.2. Satuan batulempung Warukin a. Ciri Litologi

Penamaan satuan batuan ini didasarkan pada litologi dominan pada daerah telitian. Secara umum litologi penyusun satuan lithostratigrafi ini berupa batulempung dengan struktu masif dan setempat-setempat ditemukan perselingan antara batupasir kuarsa, batulanau dan beberapa seam minor batubara.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, penyusun satuan batulempung Warukin ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

Batulempung, berwarna abu-abu sampai putih kekuningan; ukuran butir lempung (<1/256 mm) komposisi berupa mineral lempung, semen silika, kadang terdapat pecahan

batubara, struktur sedimen yang dijumpai secara umum masif dan beberapa dijumpai struktur laminasi.

Foto 5.11. Litologi batulempung dengan struktur masif pada LP 101

Arah kamera N 1530 E

Batupasir kuarsa, umumnya terdiri dari mineral kuarsa; matriks pecahan batubara; semen silika; warna; putih ke abu-abuan-kekuningan; ukuran butir pasir sangat halus sampai halus (1/16  –  1/4 mm); struktur sedimen yang dijumpai : laminasi sejajar, laminasi bergelombang dan silang siur.

Foto 5.12. Litologi batupasir kuarsa dengan struktur silang siur pada LP 10

Batulanau, berwarna abu-abu terang sampai putih kekuningan; ukuran butir lanau (1/16) komposisi berupa mineral lempung- lanau, silika, kadang terdapat pecahan batubara, Struktur sedimen pada yang dijumpai masif serta dibeberapa singkapan dijumpai struktur plant remainberupa fosil cetakan daun.

Foto 5.13. Litologi batulanau dengan fosil cetakan daun ( plant remain) LP 102

Arah kamera N 220 E

Batubara, warna hitam; gores hitam kecoklatan; pecahan sub-conchoidal; kilap hitam kusam; kekerasan brittle-hard , terdapat cleat  dan sebagian terdapat resin/amber (getah damar), ketebalan batubara pada satuan ini lebih tipis berkisar antara 50 cm sampai 10 m dan lebih sedikit dijumpai seam batubara dibandingkan pada satuan batupasir kuarsa Warukin (lampiran penampang stratigrafi terukur).

b. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan batulempung Warukin ini menempati 45% luas dari daerah telitian dengan arah penyebaran timur laut-barat daya dan miring ke arah tenggara. Satuan ini mengalami pergeseran (offset) akibat sesar mendatar kanan Tutupan. Ketebalan satuan batuan ini berdasarkan pengukuran penampang stratigrafi terukur lebih dari 122, 2 m.

c. Lingkungan Pengendapan dan Umur

Berdasarkan hasil dari pengukuran profil dan penampang stratigrafi terukur, maka dapat diketahui sub – lingkungan pengendapan dan lingkungan pengendapan di daerah telitian. Penentuannya didasarkan pada aspek fisik dengan melihat ciri  –  ciri litologi, struktur sedimen, variasi litologi dan ketebalan batubara (lampiran 6), aspek  kimia dengan melihat kehadiran mineral sedikit serta aspek biologi dengan melihat kehadiran fosil. Dan juga mengacu pada stratigrafi regional daerah telitian (Tabel 4.1). Satuan batuan ini didominasi oleh litologi berukuran halus yaitu batulempung dengan struktur sedimen masif dan laminasi sejajar. Juga dijumpai batulempung karbonan, batulanau, batupasir kuarsa dan lapisan batubara dengan yang sedikit dan lebih tipis dengan ketebalan antara 50 cm  –  10 m. Splitting pada satuan batuan ini tidak  berkembang seperti pada satuan batupasir kuarsa. Kehadiran mineral pirit dan fosil pada satuan batuan ini juga tidak serta kandungan sulfur pada lapisan batubara yang diambil dari satuan ini menunjukkan kandungan sulfur yang rendah ( <1 ).

Maka Dari aspek-aspek tersebut dapat disimpulkan bahwa sub-lingkungan pengendapan pada satuan batupasir kuarsa ini berupa Crevasse, Interdistributary bay dan Swamp serta lingkungan pengendapannya adalah Transitional Lower Delta Plain (Horne, 1978).

Berdasarkan analisis sampel paleontologi pada satuan batuan ini tidak ditemukan kehadiran fosil foraminifera baik berupa bentos maupun. Oleh karena itu, penentuan umur satuan batuan ini dilakukan dengan cara melakukan kesebandingan berdasarkan ciri-ciri litologi dari satuan ini dengan stratigrafi regional yang mengacu pada stratigrafi cekungan barito (Tabel 4.1). Selain itu, juga ditentukan berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh N. Sikumbang dan R. Heryanto, 1994 dimana pada satuan ini ditemukan fosil foraminifera dalam batulempung pasiran antara lain  Ammonia indica (Le Roy), Cellanthus sp.,  Amphistegina sp., Florilus sp., Lepidocyclina sp. dan  Austrotrillina howchini yang mengindikasikan berumur Miosen Awal – Miosen Tengah (Heryanto, R,

1994). Berdasarkan stratigrafi regional dan peneliti terdahulu, maka satuan batupasir kuarsa ini masuk kedalam Formasi Warukin bagian atas yang berumur Miosen Tengah

d. Hubungan Stratigrafi

Hubungan stratigrafi antara satuan batulempung Warukin dengan satuan batupasir kuarsa Warukin yang berada di bawahnya adalah kontak selaras. Hal ini terlihat jelas di lapangan dan juga terlihat dari kedudukan kedua satuan batuan ini yang memiliki jurus dan kemiringan yang relatif sama (Foto 5.11).

Sedangkan hubungan satuan ini dengan endapan alluvial di atasnya adalah tidak  selaras. Dibuktikan dengan perbedaan kedudukan dari satuan batulempung dengan endapan alluvial dan perbedaan umur yang menyolok atau dengan kata lain terdapat tahap dimana proses sedimentasi terhenti dan satuan yang lebih tua mengalami pengerosian (tabel 4.1).

5.2.2.3. Satuan Endapan Alluvial a. Ciri Litologi

Endapan alluvial tersusun oleh material lepas hasil rombakan dari batuan asal yang lebih tua dan berupa endapan yang belum mengalami kompaksi yang tertransportasi oleh media air serta didominasi oleh tekstur berukuran lempung dan lumpur. Tidak dijumpai adanya perlapisan atau struktur luar sedimen, sehingga dalam penentuan hubungan stratigrafi dengan satuan batuan di bawahnya merupakan bidang erosi.

b. Penyebaran dan Ketebalan

Satuan ini menempati 15% dari luas daerah telitian dan terletak pada bagian tengah daerah telitian dengan bentukan berupa kolam penampungan air/ sump (foto

Dalam dokumen Skripsi-Ahmad Nurjihan 111070038 (Halaman 58-104)

Dokumen terkait