Analisis produk dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data produk ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis produk terbagi dalam 2 (dua) komponen yaitu, pencapaian tujuan dan parameter keberhasilan.
a. Pencapaian Tujuan
Penilaian terhadap pencapaian tujuan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi terkait dengan pencapaian tujuan dari Bisma Sehat:
“Kalau masyarakat sudah mengenal dan membudayakan mengkonsumsi jamu Bisma Sehat secara merata di berbagai daerah terutama Sukoharjo.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Sedangkan Rizky Yanuar memberikan jawaban yang lain, sebagai tambahan informasi dari jawaban H. Mulyadi:
“Pencapaian tujuannya agar dapat dikenal masyarakat, kalau memang ada jamu bernama Bisma Sehat, mempunyai banyak varian dengan macam-macam khasiatnya.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto juga sependapat dengan pernyataan dari Rizky Yanuar dan H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan dari program yang dilaksanakan PJ. Bisma Sehat ini adalah apabila masyarakat kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya sudah mengetahui akan adanya produk jamu Bisma Sehat. Jamu Bisma Sehat bisa familiar di telinga masyarakat. Jamu Bisma Sehat bisa sejajar dengan merek jamu lainnya yang sudah lebih dulu muncul dan punya nama besar.
Selain itu pencapaian tujuan dari PJ. Bisma Sehat adalah apabila masyarakat membiasakan mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesegaran dan stamina tubuh. Masyarakat juga mengkonsumsi
varian jamu Bisma Sehat dan merasakan khasiat dari produk jamu tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, permasalahan ini sesuai dengan teori pada buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh PJ. Bisma Sehat, komunikasi pemasarannya harus diperbaiki lagi, mulai dari tenaga marketing yang memadai, pengetahuan pihak PJ. Bisma Sehat dan pelanggan, menambah alat promosi pemasaran, dan kemampuan komunikasinya dalam menarik konsumen untuk mengkonsumsi jamu Bisma Sehat.
Karena tanpa adanya komunikasi yang intensif antara pihak PJ.
Bisma Sehat dengan pelanggan (pemilik depot jamu), dan antara pelanggan dengan konsumen jamu, maka pesan komunikasi pada program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat tidak akan sampai ke komunikan.
b. Parameter Keberhasilan
Penilaian terhadap parameter keberhasilan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi:
“Program ini mendapat antusiasme yang tinggi dari para pelanggan. Untuk pemberian neon box di depot-depot jamu yang tadinya target hanya 10 neon box setiap bulan, bisa melebihi target karena jumlah permintaan pelanggan sangat banyak. Jika masyarakat mengenal adanya jamu Bisma Sehat, banyak peminat, dan dampaknya permintaan jumlah produk mengalami peningkatan.” (wawancara langsung di kantor PJ.
Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Jawaban serupa juga diungkapkan oleh Agus Ritanto dan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa program pemberian neon box yang dilaksanakan oleh PJ.
Bisma Sehat sudah memenuhi target. Bahkan melebihi target yang ditentukan oleh PJ. Bisma Sehat. Target dari PJ. Bisma Sehat setiap bulannya adalah pemberian 10 neon box pada depot jamu. Namun diluar dugaan, para pelanggan sangat antusias dan jumlah permintaan neon box pun semakin banyak.
Tabel 3.4.
Data Pelanggan Pemberian Neon box (Agustus 2015-Februari 2016)
No. Nama Konsumen Tagihan
1. Sa’ad, Makam Haji
2. Romy, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo
3. Depot Jamu Anas, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo 4. Ildo, JL. Slamet Riyadi, Ngadirejo
5. Ari (grosir), Celep
6. Baki Sehat, Purbayan 7. Hanik, Cemani 8. Ibu Rini, Cemani
9. Depot Jamu Rizky, Bekonang 10. Bpk. Kristian, Kartasura 11. Bima Sehat, Cemani 12. Seger Waras, Banmati 13. Ibu Igor (Rian), Cemani 14. Jiwa Sehat, Kajuapak 15. Sugeng, Godok
16. Depot Jamu Erlin, Polokarto
17. Depot Jamu Dua Putri Sehat, Klodran 18. Depot Jamu Kris, Banyu Agung 19. Sabdo Sehat, Sumber
20. Sinar Gugah, Banyu Agung 21. Aliya, Nusukan
22. Dewi Sri (grosir), Gayam 23. Depot Jamu Candra, Bakalan 24. Raka Sehat, Bekonang 25. Putra Ranah II, Krajan 26. Mutiara Sehat, Ps. Pedan 27. Depot Jamu Kunden, Pedan 28. Toko Arliyah, Ps. Mangu 29. Extra Sehat, Delanggu 30. Ibu Wiji, Donohudan 31. Tarno Sehat, Jumapolo 32. Mutiara Sehat, Sukoharjo
33. Akri Sehat, Donohudan 34. Fajirin, Jaten
35. Bpk. Purnomo, Ps. Mangu 36. Jamu Jago, Tugu Wangkis 37. Gagan Jamu, Donohudan 38. M. Kristiawan, Dibal 39. Bpk. Bayan, Kadirejo 40. Bpk. Warsono, Jetis 41. Hamuja Wirun, Bekonang 42. Samono, Jombor Baru 43. Sularto, Mancasan 44. Toko Pari, Jebres 45. Aliya Sehat, Gemolong 46. Jamoko, Gondang 47. Kraguman Jaya, Klaten 48. Adi (Dhea), Manisharjo 49. Akri Sehat, Ps. Imogiri 50. Niko (Dhea Sehat), Imogiri 51. Ronaldi (grosir), Godean
52. Andri, JL. Indrayanti Barat Km.7 53. Narifa Jaya, Bakalan
54. Dhea, Ps. Bantul
55. Jamu Pengging, Boyolali
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Dari data dokumentasi pelanggan yang mendapatkan neon box, warna kuning adalah pelanggan yang berlokasi di area
kabupaten Sukoharjo. Menurut hasil observasi, program tersebut tidak hanya terfokus di area wilayah kabupaten Sukoharjo saja, melainkan mencakup wilayah lain seperti Surakarta, Boyolali, Sragen, Klaten, Karanganyar, Wonogiri, dan Sleman. Hal ini akan semakin memperlambat penyebaran pemberian neon box di area wilayah kabupaten Sukoharjo. Walaupun di sisi lain dengan adanya program ini, akan membantu penjualan jamu Bisma Sehat di depot jamu milik pelanggan, sehingga berdampak pada jumlah peningkatan permintaan produk jamu Bisma Sehat. Maka dari itu, program ini sudah sesuai dan memenuhi target, namun perlu adanya pemilahan agar kabupaten Sukoharjo lebih difokuskan penyebarannya terlebih dahulu.
Namun berdasarkan data dokumentasi yang diperoleh, pendapatan/omset penjualan bersih produk jamu Bisma Sehat sebelum adanya program dengan sesudah adanya program, tidak ada kenaikan dari pendapatannya. Sebaliknya sebelum adanya program, pada awal tahun, terdapat kenaikan pendapatan bersih.
Gambar 3.9.
Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2014)
0
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 28 April 2016
Grafik Pendapatan (Januari-Desember 2015)
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Dengan dilaksanakannya program pemberian alat promosi pada depot jamu pelanggan tersebut, dapat disimpulkan bahwa memang sudah memenuhi target untuk jumlah permintaan pelanggan terhadap pemberian neon box di depot jamunya. Namun, untuk pendapatan setelah dipasangnya neon box, belum ada kenaikan yang signifikan. Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan buku “Perencanaan dan Strategi Komunikasi”, bahwa dalam
menjalankan strategi komunikasi, seorang komunikator yang mana adalah pabrik jamu Bisma Sehat harus menjaga apa yang akan dikomunikasikan, pesan atau informasi apa yang akan disampaikan didalamnya, dikemas secara runtut agar yang menjadi tujuan dari Bisma Sehat dalam strategi komunikasi tersebut dapat tercapai.
Pemilihan strategi memerlukan penanganan secara hati-hati dalam perencanaan komunikasi, sebab jika pemilihan strategi salah atau keliru, maka hasil yang diperoleh bisa fatal, terutama kerugian dari segi waktu, materi, dan tenaga (Hafied Cangara, 2014: 65).
Oleh karena itu, pihak PJ. Bisma Sehat harus senantiasa melakukan evaluasi untuk semua program yang mereka jalankan, agar tidak salah dalam menjalankan program tersebut. Dan akan berimbas kerugian dari segi banyaknya waktu yang terbuang sia-sia, materi yang dikeluarkan namun tidak ada perubahan peningkatan keuntungan seperti yang diharapkan, dan juga tenaga yang terbuang sia-sia untuk program yang kurang efektif. Seperti teori pada buku “Evaluasi Kinerja; Suatu Pengantar”, evaluasi kerja sangat penting untuk dilaksanakan dalam sebuah perusahaan atau organisasi dalam memberikan informasi mengenai beberapa hal, antara lain untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan telah tercapai, untuk membantu dalam membuat tujuan-tujuan baru, untuk membantu mengetahui tingkat efisiensi setiap pribadi, untuk menemukan kelemahan-kelemahan, untuk menemukan kelebihan,
dan untuk menstimulasi perkembangan dan kemajuan (Zaini Rohmad, 2014: 3).
Selain itu yang menjadi parameter keberhasilannya menurut Rizky Yanuar adalah:
“Yang jadi parameter kami kalau masyarakat terbiasa mengkonsumsi produk jamu dari Bisma Sehat, nama Bisma Sehat familiar di telinga masyarakat, dan permintaan selalu meningkat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Jadi, PJ. Bisma Sehat berkeinginan untuk mengembangkan usahanya di industri jamu secara meluas, agar dapat dikenal oleh masyarakat luas. Selain itu meracik jamu merupakan keahlian yang dimiliki nenek moyang secara turun-menurun, Bisma Sehat salah satunya merupakan pabrik jamu yang melestarikan dan ingin mengembangkan jamu agar tidak terabaikan dengan senantiasa mengemas dan menciptakan varian-varian baru pada racikan jamu yang diproduksinya.
Berdasarkan hasil analisis, sesuai dengan buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa strategi pemasaran adalah proses perencanaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan visi perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40). Apabila dikaitkan dengan teori tersebut, Rizky Yanuar mengarahkan jawabannya untuk membuat masyarakat terbiasa minum jamu tradisional, terutama produk jamu Bisma Sehat dan nama Bisma Sehat familiar di masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan salah satu
visi dan misi dari PJ. Bisma Sehat, yaitu menjadi industri jamu yang terkemuka di Indonesia, menghasilkan produk yang bermanfaat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang halal, aman serta bermutu sesuai dengan standar yang berlaku di Indonesia.
c. Pendapat Ahli Gizi
Penilaian terhadap produk jamu PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu ahli gizi internal dan ahli gizi eksternal. Mengenai kesesuaian angka kecukupan gizi pada produk jamu Bisma Sehat, Rahmawati selaku apoteker dari PJ. Bisma Sehat memberikan penjelasan, seperti berikut:
“Untuk angka kecukukupan gizi itu produk jamu itu kan bukan dinilai dari gizi tetapi dari khasiat secara empiris jadi dari e...pengetahuan dari nenek moyang. Jadi kalau untuk kandungan gizi kemarin sempet saya tanya sama anak siswa gizi itu dia juga belum ada penelitian mengenai itu, tapi untuk khasiat secara empirik turun-temurun misalnya meningkatkan nafsu makan dari temulawak itu kan ada zat curcuminnya itu yang berefek untuk meningkatkan nafsu makan, itu sudah banyak penelitiannya.” (wawancara langsung di Kantor PJ.
Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Sedangkan untuk kiat dalam meningkatkan minat konsumen akan produk jamu Bisma Sehat, berikut jawaban dari Rahmawati:
“Untuk minat konsumen akan produk jamu, itu kan kita pertama kualitas itu pasti, kita menjaga kualitas jadi setidaknya standar bersih, aman, dan berkhasiat. Itu adalah...corone opo ya emm...pakemnya seperti itu. Terus cita rasa alhamdulillah lumayan diterima sama konsumen, sedangkan varian produk kita setiap waktu selalu berinovasi mulai itu dari pihak kami misalnya kami membuat varian-varian baru atau bisa juga dari permintaan pasar seperti itu.
Untuk saat ini varian baru yang ada di kami adalah madu,
terus jamu dalam bentuk sirup dan serbuk, kalau serbuk instan sudah banyak ya tapi saat ini kami punya sirup juga.”
(wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Rahmawati juga memberikan penjelasan untuk meningkatkan kualitas produk, sehingga sesuai dengan selera konsumen, yaitu:
“Untuk meningkatkan kualitas, kualitas itu dari banyak faktor ya mbak ya dari bahan baku kami memilih bahan baku yang baik. Jadi kami juga punya supplier-supplier khusus yang bahan bakunya masuk kami tu harus sesuai standar kami, kalau misalnya nggak sesuai ya kita tolak kita kembalikan seperti itu. Terus sebelum kami mendaftarkan produk-produk kami pada BPOM itu kan harus ada uji, dan ujinya lumayan ribet mbak, lengkap. Mulai dari uji mikroba, uji makroskobik, uji kadar air, uji logam berat, itu kami mengujikan sebelum pendaftaran, kalau untuk selanjutnya kami menjaga kualitas agar produk yang kami produksi itu tetap memenuhi syarat yang ada dari BPOM misalnya bahwa kadar air tidak boleh lebih dari 10%, kemudian angka lempeng total tidak boleh lebih dari angka 104 seperti itu.”
(wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Apakah jamu Bisma Sehat sudah layak untuk disejajarkan/bahkan lebih unggul dibanding produk jamu di kawasan industri jamu Nguter dan apa sudah mampu bersaing dengan jamu yang sudah punya nama besar, berikut jawaban dari Rahmawati:
“Kemudian mengenai kelayakan Bisma Sehat untuk disejajarkan dengan industri-industri jamu yang sudah lumayan besar yang sudah berkualitas. Kalau untuk diwilayah Nguter, Bisma mungkin bisa dianggap ya setara atau ya bisa dianggap nomer 3 lah se-Nguter bersama dengan Gujati dan Sabdo Palon. Tapi kalau untuk yang sekelas Air Mancur, Sido Muncul, itu kualitas produknya kami kurang tahu, tetapi kalau untuk pengujiannya itu yang pasti kami belum bisa menguji mikroskobik untuk setiap kali release.
Kalau dari Sido Muncul, Air Mancur itu kan dia setiap kali release sudah menguji, dan kami menjaga kualitas agar sama
seperti yang kami ujikan sebelumnya tetapi kami belum bisa memberikan data laboratoriumnya.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Rahmawati juga memberikan penjelasan terkait dengan kendala dalam ketersediaan bahan baku produk, berikut penjelasannya:
“Kalau kendala mengenai bahan baku produk, ya karena yang namanya bahan baku jamu ya mbak ya itu kadang musiman seperti itu, harganya naik turun, sok ada sok enggak, ya wajarlah.” (wawancara langsung di Kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Berikutnya adalah saran yang diberikan oleh Rahmawati untuk kemajuan PJ. Bisma Sehat:
“Mengenai saran untuk Bisma Sehat, Bisma Sehat insyaallah akan selalu menjaga kualitas, dan meningkatkan kualitasnya, menjalin komunikasi dengan baik, membangun kerjasama dengan akademisi, sesama bisnisman, dan dari pihak pemerintah, seperti itu.” (wawancara langsung di Kantor PJ.
Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa PJ. Bisma Sehat selalu menjaga kualitas, keamanan, dan standar komposisi produk jamu. Walaupun begitu untuk masalah perijinan, Bisma Sehat masih belum bisa mengujikan semua produknya untuk sekali release, jadi hanya sampel awalnya saja yang diujikan, untuk yang selanjutnya hanya menjaga dan mempertahankan kualitas produk jamu berdasarkan sampel yang sudah diujikan di BPOM. Hal ini dikarenakan kemungkinan faktor biaya, dan juga banyaknya prosedur yang harus dilakukan. Untuk ketersediaan bahan baku, Bisma Sehat mempunyai kelemahan
karena belum menanam bahan bakunya sendiri, melainkan masih mengambil dari supplier-suppliernya. Yang belum bisa dipastikan apakah ketersediaan dan bahan bakunya berkualitas atau tidak.
Untuk varian jenis produk jamu, sudah ada inovasi berupa madu dan sirup.
Menurut hasil analisis wawancara dengan Rahmawati perihal kualitas produk jamu Bisma Sehat, berdasarkan teori dari buku
“Herbal Nusantara; 1001 Ramuan Tradisional Asli Indonesia”, bahwa jamu adalah ramuan turun-temurun dari leluhur, dimana bahan herbalnya diambil dari tumbuhan yang ada di Indonesia, baik itu dari akar, daun, buah, bunga, maupun kulit kayu (Ibunda Suparni dan Ari Wulandari, 2012: 3). Namun Rahmawati juga menegaskan bahwa kandungan pada jamu Bisma Sehat sudah aman dikonsumsi, karena sebelumnya sudah melakukan pengujian keamanan, seperti uji mikroba, uji makroskobik, uji kadar air, dan uji logam berat. Jawaban Rahmawati tersebut sesuai dengan teori pada buku “Ensiklopedi Obat Jawa; Ramuan dan Teknik Pengobatan Tradisional yang Disusun oleh Para Raja dan Pujangga Jawa”, bahwa keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak adanya efek samping yang menimbulkan penyakit lain, karena tidak mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien Widyawati, 2010: 131).
Berikut pendapat ahli gizi eksternal, Drs. Widardo selaku Dosen Gizi di fakultas Kedokteran UNS memberikan penjelasan mengenai obat tradisional jamu, menurut pendapat beliau:
“Jamu bukanlah obat, namun minuman tradisional yang diracik dengan rempah-rempah tanaman secara tradisional untuk menjaga stamina dan menyegarkan tubuh, dengan khasiat yang bertahap.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Terkait dengan jamu apakah bisa dikatakan alternatif pengobatan herbal, menurut beliau adalah:
“Nggak bisa mbak, pada dasarnya kalau sudah sakit, obat dari dokter maupun di apotek lebih efektif daripada jamu, jamu hanya diminum saat tubuh belum sakit, gunanya untuk menjaga stamina dan kesegaran tubuh. Di dalam kedokteran, dasar utama jamu belum ada. Sedangkan kalau obat, sudah diteliti sampai tingkat klinis. Penelitian sudah dilakukan berkali-kali, bahkan bertahun-tahun, uji cobanya juga melalui hewan terlebih dahulu, baru kemudian pengujian dilakukan kepada manusia. Lain dengan jamu, pengujian langsung dilakukan pada manusia, racikannya pun hanya berdasarkan pengalaman turun-temurun, khasiatnya masih berdasarkan sugesti dan pendapat-pendapat orang.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Drs. Widardo juga menjelaskan untuk khasiat dan efek samping dari mengkonsumsi jamu jangka pendek dan jangka panjang, yaitu:
“Konsumsi jamu itu nggak ada efek sampingnya baik jangka pendek maupun jangka panjang, asalkan jamu tersebut benar-benar sesuai takaran yang pas dan tidak ada tambahan bahan campuran lainnya. Karena apabila didalam jamu terdapat unsur bahan tambahan, apalagi melebihi dosis yang dianjurkan, dan pada kemasan tidak ditulis keseluruhan komposisi bahannya, maka akan berbahaya bagi tubuh pengkonsumsi terutama untuk ginjalnya. Saya sering menemui kasus jamu-jamu yang mengandung BKO, itu
sangat berbahaya mbak apabila dikonsumsi. Karena memang orang-orang apabila sakit lebih cenderung lari ke obat herbal, dan pilihannya pada jamu, maka dari itu ada oknum tertentu yang sengaja mencampur jamu dengan BKO agar terlihat manjur efeknya, padahal efeknya malah menyerang organ tubuh yang lain.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Untuk komposisi pada produk jamu Bisma Sehat, berikut penjelasan dari Drs. Widardo:
“Kalau menurut pengamatan saya, kelengkapan penulisan komposisi bahan-bahannya harus ada di label packaging kemasannya. Karena disini hanya ditulis bahan utamanya saja, tambahan yang lain, angka kecukupan gizi tidak ditulis.
Dan pada beberapa produknya, khasiat produk A dengan produk B sama, sama-sama menyegarkan tubuh, padahal dilihat dari komposisi bahan saja dan fungsi dari bahan tersebut sudah berbeda. Dan untuk ijin edar dari BPOM sudah ada, berarti sudah sesuai dengan prosedur keamanan.”
(wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB) Gizi dan vitamin yang dibutuhkan pada produk jamu Bisma Sehat apakah sudah memenuhi yang dibutuhkan oleh tubuh, berikut penjelasan dari Drs. Widardo:
“Berdasarkan pengamatan saya, bahan yang digunakan pada setiap produknya sudah sesuai dengan fungsi dan manfaat dari bahan tersebut untuk tubuh. Racikan dan takaran bahannya, dijaga secara konsisten sesuai dosis, jangan terlalu banyak. Untuk gizi dan vitamin, perlu diteliti lagi untuk uji keamanan mikrobia dan uji analisis kandungan.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Selanjutnya adalah saran yang diberikan oleh Pak Widardo selaku Dosen Gizi untuk pihak pabrik jamu Bisma Sehat terkait dengan produk jamu yang dijualnya dan perkembangan untuk perbaikan dan kemajuan jamu Bisma Sehat, sebagai berikut:
“Saran saya, untuk kelengkapan komposisi bahan-bahan yang digunakan dan khasiat dari jamu tersebut, harus ada di label packaging. Harus selalu mendaftarkan setiap produknya yang baru di BPOM sebelum diedarkan. Apabila menggunakan bahan tambahan, bahan tersebut harus jelas, tidak berbahaya, dan sesuai dosis, jangan meningkatkan dosisnya, karena akan berbahaya terutama untuk ginjal. Apabila kualitas bahan dan komposisinya dipertahankan dan dijaga, maka jamu Bisma Sehat akan berkembang menjadi besar sebagai minuman kesehatan tradisional.” (wawancara langsung di Laboratorium Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa secara umum jamu bukanlah obat alternatif untuk menyembuhkan suatu penyakit. Karena pada dasarnya apabila badan dalam keadaan sakit, harus diobati dengan resep dokter yang sudah teruji secara klinis obat-obatnya. Jamu hanya dikonsumsi sebagai minuman yang menyegarkan dan menjaga daya tahan tubuh saat tubuh dalam keadaan sehat. Singkat kata, jamu hanyalah minuman kesehatan, bukan obat. Dimana minuman tersebut adalah warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Selain itu perlu ada perbaikan lagi dalam penambahan komposisi dan khasiat pada packaging produk, agar konsumen tahu kandungan gizi dan vitamin yang terdapat didalam produk jamu Bisma Sehat.
sedangkan dari pihak ahli gizi internal pun juga belum bisa menjelaskan secara spesifik mengenai angka kecukupan gizi dari produk jamu Bisma Sehat.
Menurut hasil analisis, ahli gizi kurang mendukung apabila
Menurut hasil analisis, ahli gizi kurang mendukung apabila