1 BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Data Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat 4 (empat) subyek penelitian, yaitu pihak PJ. Bisma Sehat, ahli gizi, pelanggan (pemilik depot jamu), dan konsumen di wilayah kabupaten Sukoharjo.
Data Subyek Penelitian Pihak PJ. Bisma Sehat:
1. H. Mulyadi (48 th; Pimpinan Perusahaan; Nguter RT/RW:01/07, Sukoharjo).
2. Agus Ritanto (40 th; Bendahara dan Kepala Divisi Gudang; Nguter RT/RW:03/04, Sukoharjo).
3. Rizky Yanuar (25 th; Marketing; Sragen).
Subyek penelitian diatas dipilih untuk menjadi informan karena ketiga informan tersebut memahami dan menguasai program-program dan alur kerja yang ada di PJ. Bisma Sehat.
Pimpinan atau pemilik perusahaan menjadi subyek penelitian karena dibutuhkan informasi mengenai susunan alur kerja dalam perusahaan dan pengelolaan dalam menjalankan strategi komunikasi pemasaran produk
jamunya. Baik itu pengelolaan pada produk jamu, pada karyawan, maupun pada pelanggannya.
Bendahara menjadi subyek penelitian guna mendapatkan informasi pengelolaan dana perusahaan dalam hal pemasaran produk jamu dan pemberian neon box bagi para pelanggan jamu Bisma Sehat.
Marketing pabrik jamu Bisma Sehat dipilih menjadi subyek penelitian karena peranan marketing berhubungan langsung dengan pelanggan, sehingga melalui marketing, keluhan, pelayanan, dan kepuasan pelanggan dapat diatasi secara langsung.
Data Subyek Penelitian Pihak Ahli Gizi:
1. Drs. Widardo M.Sc. (52 th; Dosen Laboratorium Gizi Kemasyarakatan Fakultas Kedokteran UNS; Daratan RT/RW: 01/05, Ds. Ngemplak, Kec. Kartasura).
2. Rahmawati S.Farm., Apt., (29 th; Apoteker Bisma Sehat; Ngabean RT/RW:02/01, Sukoharjo).
Ahli Gizi ataupun informan ahli dipilih untuk menjadi subyek penelitian agar dapat menjawab dan memberikan keterangan informasi mengenai jamu secara umum, dan kualitas jamu Bisma Sehat secara khusus, guna melengkapi dan memberikan penegasan data-data yang diperlukan.
Data Subyek Penelitian Pihak Pelanggan (Pemilik Depot Jamu):
1. Anas (29 th; Wiraswasta Jamu; JL. Slamet Riyadi Ngadijayan, Ngumpang RT/RW:04/03, Ngadirejo, Sukoharjo).
2. Rizky (30 th; Wiraswasta Jamu dan Sembako; JL. Pemuda Bekonang RT/RW:02/03, Baleharjo, Sukoharjo).
3. Candra (20 th; Wiraswasta Jamu; Bakalan RT/RW:01/02, Sukoharjo).
Pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian berjumlah 3 (tiga) informan yang terdiri dari latar belakang, jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 3 (tiga) informan tersebut merupakan pelanggan yang melakukan usaha penjualan produk Bisma Sehat atau pemilik depot jamu di wilayah Kabupaten Sukoharjo. Informan yang dipilih adalah informan yang berada di pinggiran kabupaten Sukoharjo, dikarenakan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat sasarannya adalah pinggiran kabupaten Sukoharjo terlebih dahulu baru kemudian menuju ke pusat kabupaten Sukoharjo.
Data Subyek Penelitian Pihak Konsumen Jamu:
1. Suprihatin (45 th; Karyawan Tyfountex; Soditan, Ngadirejo, Sukoharjo).
2. Budi (37 th; Wiraswasta; Boyolali).
3. Ikhsan (34 th; Karyawan Pusdiklat UNS; Mayang, Kartasura, Sukoharjo).
4. Dwi Prayoga (20 th; Karyawan Swasta; Telukan, Sukoharjo).
5. Danang (42 th; Sopir; Bekonang, Sukoharjo).
6. Hendro (44 th; Karyawan Swasta; Cedakromo, Kartasura).
Konsumen para pelanggan jamu Bisma Sehat yang menjadi subyek penelitian ini berjumlah 6 (enam) informan yang terdiri dari latar belakang,
jenis kelamin, usia, dan pekerjaan, dimana 6 (enam) informan tersebut merupakan konsumen yang mengkonsumsi jamu di depot jamu milik para pelanggan jamu Bisma Sehat di wilayah Kabupaten Sukoharjo.
B. Data Wawancara, Observasi, dan Analisis
Dalam penelitian “STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN PRODUK JAMU BISMA SEHAT (Studi Evaluasi Efektivitas Strategi Komunikasi Pemasaran Produk Jamu Bisma Sehat oleh Pabrik Jamu Bisma Sehat di Kabupaten Sukoharjo)” ini, penulis menggunakan kerangka berpikir model CIPP.
CIPP yang terdiri dari Context, Input, Process, dan Product merupakan suatu bagian, keempatnya diteliti dan dianalisis untuk mengetahui dampak atau efek yang terjadi baik ke dalam perusahaan maupun ke luar perusahaan, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Secara keseluruhan semuanya diperhitungkan keterkaitan antar faktornya. Maka akan ditemukan solusi untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada saat pelaksanaan program. Kemudian akan disusun serangkaian saran dan rujukan untuk proses perbaikan dan pengembangan program untuk kedepannya.
Berdasarkan keterangan mengenai 4 (empat) faktor tersebut, penulis mencoba untuk menganalisis data yang didapat dari lapangan dengan melihat kesesuaian antar faktornya, sebagai berikut:
3.1. Data dan Analisis Context
Analisis konteks merupakan gambaran dan spesifikasi tentang lingkungan program, tujuan program, pelanggan dan konsumen yang dilayani, maupun pelayanan yang belum terpenuhi. Analisis konteks terbagi dalam 5 (lima) komponen yaitu, latar belakang pelaksanaan program, tujuan program, sasaran program, perencanaan program, dan kesesuaian antara program dengan visi misi perusahaan.
a. Latar Belakang Program
Penilaian terhadap latar belakang program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut H. Mulyadi selaku pimpinan perusahaan dari PJ. Bisma Sehat, cara beliau dalam mempertahankan eksistensi produk jamunya di pangsa pasar jamu Sukoharjo, adalah sebagai berikut:
“Selalu mengikuti seminar-seminar untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas dalam pembuatan, pengelolaan, dan pemasaran produk jamu. Selain itu selalu mengikuti alur perkembangan jamu dari waktu ke waktu, biar tahu mbak, dan nggak ketinggalan jaman. Pemberian spanduk di warung makan sama angkringan, masang neon box di depot-depot jamu, buka booth pas CFDan, jadi sponsorship event, ikut pameran, nyebar brosur, ngasih kalender, dan kita juga punya blog mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Jawaban serupa juga diungkapkan oleh Agus Ritanto, namun ada tambahan keterangan lagi, yaitu pada pernyataan beliau yang mengatakan:
“Kita juga melakukan kunjungan langsung ke pelanggan untuk menjaga hubungan komunikasi yang baik.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB)
Rizky Yanuar selaku marketing dari PJ. Bisma Sehat pun juga mengatakan seperti pernyataan dari H. Mulyadi dan Agus Ritanto, berikut penambahan informasi yang diberikan oleh Rizky:
“Kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik Bisma Sehat, menerima siswa-siswi atau mahasiswa-mahasiswi yang sedang magang. Dulu sih memang awal-awal pak Mulyadi merintis Bisma Sehat, kerjasamanya dengan ibu-ibu jamu gendong, tapi sekarang dari pihak kantor sendiri udah nggak kerjasama, tapi kita sudah ada rencana kerjasama lagi sama ibu-ibu jamu gendong. Tapi ibu-ibu jamu gendong itu dibawah bimbingan dari KOJAI juga lho mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB)
Dari hasil jawaban ketiga informan tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat ada berbagai macam. Menjadi sponsorship event, mengikuti pameran-pameran, membuka booth di CFD, mengikuti seminar, kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik jamu Bisma Sehat, menerima siswa-siswi atau mahasiswa- mahasiswi yang sedang magang, Bisma Sehat juga mempunyai blog, pembagian brosur, kalender, pemberian neon box, spanduk, dan stiker branding di depot-depot jamu pelanggan. Pemasangan spanduk di angkringan dan warung makan, kerjasama dengan ibu- ibu jamu gendong juga ada, tetapi tidak dari pihak Bisma Sehat melainkan dari agen distributor jamu Bisma Sehat.
Berdasarkan hasil analisis, model komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat ini sesuai dengan enam model utama bauran komunikasi pemasaran (Terence A. Shimp, 2003: 5- 6), berikut penjabarannya:
- Penjualan perorangan (personal selling) dilakukan oleh agen distributor, pemilik atau pelanggan depot jamu. Ibu-ibu jamu gendong juga melakukan kegiatan komunikasi pemasaran, namun mereka tidak bekerjasama secara langsung dengan PJ.
Bisma Sehat, tetapi dengan agen distributor jamu Bisma Sehat dan dibawah bimbingan KOJAI.
- Iklan (advertising), untuk iklan berbayar, Bisma Sehat tidak menggunakannya karena berdasarkan pertimbangan anggaran biaya promosi yang harus dikeluarkan. Bisma Sehat merupakan sebuah pabrik jamu yang sedang berkembang, oleh karena itu pada setiap pemilihan strategi pemasaran yang akan dilakukan, anggaran biaya selalu menjadi pertimbangannya.
Hal ini didapat dari pernyataan Rizky Yanuar, yaitu:
“Kami masih belum menggunakan iklan berbayar dikarenakan pertimbangan anggaran biayanya mbak.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Tetapi Bisma Sehat menggunakan blog sebagai media iklannya untuk memudahkan konsumen memperoleh informasi tentang Bisma Sehat dan melakukan pemesanan terhadap produk jamunya.
Gambar 3.1.
Blog Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
- Promosi penjualan (sales promotion), Bisma Sehat menggunakan marketing sebagai tenaga pemasarnya, belum ada SPG (Sales Promotion Girl) atau SPB (Sales Promotion Boy), ataupun kerjasama langsung dengan ibu-ibu jamu gendong. Kegiatan mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian produk jamu dalam waktu yang singkat biasanya pada saat mengikuti pameran atau event.
- Pemasaran (marketing), beberapa pemasaran sudah dilakukan oleh Bisma Sehat, yaitu:
Tabel 3.1.
Sponsorship PJ. Bisma Sehat
No. Event
1. Seminar Peningkatan Mutu Obat Tradisional dalam Menjawab Tantangan MEA, USB
2. PSG, Warto Cup (sepak bola), Begajah 3. Acara Seni Sekolah, Solo
4. Seminar Prospek Industri Jamu dalam Kondisi Perekonomian Saat Ini, GP Jamu Jateng 5. Display Produk dan Goody Bag
6. Gerakan Jumat Pintar oleh Gubernur Jawa Tengah dan Talk Show dengan Tema Generasi Sehat Berprestasi Tanpa Anemia, The Park Solo Baru
7. Pameran Potensi Daerah, Sukoharjo 8. Pagelaran Wayang, Telkom, Solo 9. Sepeda Santai, Majasto
10. Hari PMI, Car Free Day, Sukoharjo
11. Hari Gizi Nasional, Car Free Day, Sukoharjo 12. Karnaval HUT RI Ke-70, Sukoharjo
13. Program Buka Mata Trans 7, Liputan Kampung Jamu, Nguter
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
- Publisitas (publicity), komunikasi massa menggunakan media televisi dilakukan oleh Bisma Sehat, walaupun tidak meliput PJ. Bisma Sehat, namun Bisma Sehat menjadi sponsor dalam liputan tersebut. Berikut pernyataan yang disampaikan Rizky Yanuar:
“Kamis, tanggal 26 Mei 2016 kemarin juga ada liputan dari Trans 7 mbak untuk acara Buka Mata, dari pihak Trans 7 datang kemari untuk mencari berita. Liputannya
dari jam 11 pagi sampai jam 4 sore. Bisma Sehat jadi sponsornya, tapi pabrik jamu disini nggak ada yang diliput, soalnya liputannya Kampung Jamu, temanya jamu gendong. Memang Bisma Sehat belum bekerjasama langsung dengan ibu-ibu jamu gendong, tapi untuk liputan ini Bisma Sehat ditunjuk oleh KOJAI untuk bekerjasama dengan jamu gendong.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 28 Mei 2016, pukul 16.00 WIB)
Gambar 3.2.
Liputan dari Trans 7 dan Bisma Sehat menjadi Sponsornya
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat
- Komunikasi di tempat pembelian (point-of-purchase- communication) yang dilakukan oleh Bisma Sehat adalah dengan pemberian neon box kepada depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Selain pemberian neon box, juga ada spanduk, stiker branding, brosur, dan kalender.
Program yang saat ini sedang gencar dilakukan oleh PJ.
Bisma Sehat adalah pemberian neon box di depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Walaupun di sisi lain, ada beberapa model komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Rizky Yanuar:
“Kita lagi konsen sama pemberian neon box di depot-depot jamu milik pelanggan kita mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Pernyataan serupa juga disampaikan oleh H. Mulyadi dan Agus Ritanto. Rizky Yanuar juga menambahkan:
“Tapi kalau program yang lain pelaksanaannya maintance tergantung agenda event yang sudah disepakati dari beberapa pihak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB)
Sedangkan, latar belakang pelaksanaan program-program yang dipilih oleh Bisma Sehat dalam upaya memajukan nama Jamu Bisma Sehat di pasar jamu menurut hasil wawancara dengan H.
Mulyadi, adalah:
“Agar orang-orang yang belum tahu jadi tahu kalau ada jamu produksi Bisma Sehat lewat media promosi yang kita lakukan mbak, terutama neon box yang dipasang di depot-depot jamu, kalau pemberian neon box tersebut sudah jalan bulan Agustus 2015.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto memberikan jawaban yang berbeda dari yang disampaikan oleh H. Mulyadi, yaitu:
“Sebagai promosi jamu Bisma Sehat, selain Sido Muncul, Air Mancur, Gujati, karena kebanyakan orang-orang familiar dengan merek itu, program mulai Agustus 2015 mbak.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB)
Sedangkan, Rizky Yanuar memberikan pernyataan yang sama seperti jawaban yang diberikan oleh H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa latar belakang dilaksanakannya program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah pelanggan pemilik depot jamu dan juga untuk meningkatkan jumlah konsumen jamu Bisma Sehat.
Dengan adanya program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat melalui berbagai bauran promosi
yang dilakukannya, maka akan memudahkan orang-orang atau masyarakat untuk terbiasa mengenal dan mengetahui kalau ada merek jamu Bisma Sehat. Sehingga akan lebih menarik rasa keingintahuan konsumen untuk mencobanya.
Menurut hasil observasi, program-program yang dipilih sebagai strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ.
Bisma Sehat sudah tepat. Sewaktu melakukan wawancara dan proses mencari materi-materi yang dibutuhkan, pihak Bisma Sehat juga dengan ramah memberikannya.
Berdasarkan hasil analisis, latar belakang dilaksanakannya program tersebut cukup kuat karena didasari oleh keinginan untuk meningkatkan penjualan, jumlah pelanggan, dan konsumen jamu Bisma Sehat. Seperti yang ditulis Agus Hermawan pada bukunya yang berjudul “Komunikasi Pemasaran”, bahwa strategi pemasaran adalah proses perencanaan perusahaan untuk mewujudkan tujuan perusahaan yang sesuai dengan visi perusahaan, persaingan merupakan motivasi utama dalam strategi pemasaran (Agus Hermawan, 2012: 40). Oleh karena itu, PJ. Bisma Sehat memilih program pemasaran tersebut, namun juga memberikan pertimbangan mengenai anggaran biaya pemasaran yang sesuai sebagai strategi pemasaran produk jamunya.
b. Tujuan Program
Penilaian terhadap tujuan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut H. Mulyadi, tujuan program yang dipilih dalam pemasaran produk jamu Bisma Sehat, adalah:
“Tujuan memilih program ini untuk informasi dan promosi yang ditujukan kepada konsumen, pelanggan, dan masyarakat luas, agar mereka tahu adanya jamu dari Bisma Sehat.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga memberikan jawaban yang sama seperti H. Mulyadi, hanya saja Agus Ritanto memberikan tambahan pernyataan, yaitu:
“Agar jumlah konsumen, pelanggan, dan permintaan produk meningkat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari dilaksanakannya program tersebut adalah untuk meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat. Selain itu untuk memberikan informasi akan adanya jamu Bisma Sehat kepada khalayak. Strategi pemasaran mengacu pada rencana perusahaan dalam menempatkan sumber dayanya dengan memposisikan produk atau jasa dan menargetkan kelompok konsumen spesifik guna mendapatkan keuntungan.
Menurut hasil analisis, jika dikaitkan dari hasil temuan wawancara yang diperoleh pada latar belakang program, bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat adalah
strategi yang dilakukan dalam tujuannya untuk memperoleh peningkatan penjualan produk, pendapatan perusahaan, peningkatan jumlah pelanggan dan pengetahuan masyarakat luas akan produk jamu merek Bisma Sehat. Hal ini sesuai dalam buku
“Perencanaan dan Strategi Komunikasi”, bahwa strategi komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran (media), penerima sampai pada pengaruh (efek) untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal (Hafied Cangara, 2014: 64).
Gambar 3.3.
Pemberian neon box dan spanduk di depot jamu milik salah satu pelanggan Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi pribadi
Menurut hasil observasi, strategi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat guna sebagai informasi dan promosi tidak hanya dengan pemberian neon box saja, melainkan juga dengan pemberian spanduk, stiker yang ditempel pada etalase, MMT, kalender, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship, adanya mahasiswa-mahasiswi maupun siswa-siswi yang magang, blog, mengikuti seminar, dan kunjungan dari sekolah maupun instansi ke pabrik jamu Bisma Sehat.
Sedangkan, untuk pemberian display promosi sedemikian rupa di depot-depot jamu milik pelanggan, akan menarik perhatian konsumen pada produk jamu Bisma Sehat, dan tercapainya tujuan program pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat. Karena pada dasarnya pemasaran bersandar pada konsep inti, salah satunya adalah hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan,
pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan.
c. Sasaran Program
Penilaian terhadap sasaran program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Untuk segmentasi pasar dari Bisma Sehat, H. Mulyadi menjelaskan, bahwa:
“Untuk segmentasinya menengah kebawah mbak. Sasaran program ini untuk pelanggan sama konsumen jamu Bisma Sehat di wilayah Sukoharjo dan sekitarnya, karena di Sukoharjo tempat Kampung Jamu yang pasti persaingan dengan perusahaan jamu lainnya ketat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Rizky Yanuar sependapat dengan jawaban yang diberikan oleh H. Mulyadi. Agus Ritanto memberikan tambahan jawaban:
“Kita selalu membandrol harga yang terjangkau dan relatif murah, namun kualitas produk tetap terjamin.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB)
Untuk program pemberian neon box, ada biaya yang harus dikeluarkan pelanggan untuk mendapatkan seperangkat media promosi, yaitu dari pernyataan yang diberikan oleh Rizky Yanuar:
“Pemilik depot harus belanja aneka produk dari Bisma Sehat sebesar Rp 300.000,- biar dapet neon box mbak.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan dan dianalisis bahwa sasaran program ini adalah para pelanggan atau pemilik depot jamu di area wilayah Sukoharjo untuk mau
bekerjasama mengikuti program pemberian neon box yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat dengan pembelanjaan nominal tertentu. Sesuai pada buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication” yang membahas pada konsep inti dalam pemasaran, dituliskan bahwa pasar terdiri atas semua pelanggan potensial yang memiliki kebutuhan/keinginan tertentu yang sama dan mampu melaksanakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20).
Sasaran program ini sangat tepat karena dengan adanya kerjasama dan partisipasi dari pelanggan atau pemilik depot, maka akan memudahkan terealisasinya program ini. Sehingga pesan komunikasi yang ditujukan melalui media neon box ini bisa tersampaikan kepada khalayak atau masyarakat luas.
Berdasarkan hasil observasi, sasaran dari program ini adalah pelanggan yang mempunyai depot jamu Bisma Sehat. Namun belum difokuskan sasaran yang menjadi target sasarannya, sebaiknya pelanggan di area kabupaten Sukoharjo saja terlebih dahulu untuk menguatkan nama jamu Bisma Sehat di kabupaten Sukoharjo, yang mana adalah tempat berdirinya Bisma Sehat.
Untuk segmentasinya adalah menengah kebawah.
d. Perencanaan Program
Penilaian terhadap perencanaan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Pada perencanaan program komunikasi pemasaran jamu Bisma Sehat, untuk program yang sedang gencar dilakukan dan juga program penunjangnya, berikut pernyataan dari H. Mulyadi:
“Perencanaan program Agustus 2015 dalam jangka waktu yang nggak ditentukan, kalau untuk program yang lainnya kita lakukan maintance setiap tahunnya. Misinya untuk memberikan pengetahuan dan informasi kepada pelanggan, konsumen, sama masyarakat luas mbak kalau ada produk jamu buatan pabrik jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga memberikan pernyataan yang sama seperti H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa perencanaan program dilaksanakan pada bulan Agustus 2015. Program ini ditujukan kepada para pemilik depot jamu dan sekaligus pelanggan jamu Bisma Sehat. Untuk program komunikasi pemasaran yang lainnya tetap dilakukan secara berkala. Hal ini dimaksudkan untuk membangun dan menjadikan nama jamu Bisma Sehat familiar di masyarakat.
Perencanaan program ini dirasa perlu diberikan target tertentu sampai kapan program akan dilaksanakan di wilayah Sukoharjo.
Karena apabila hanya mengandalkan sampai benar-benar merata ke seluruh wilayah, maka dalam pelaksanaan dan perkembangan
program akan terkesan lambat. Menurut hasil analisis, suatu strategi komunikasi pemasaran dalam promosi, harus serentak dan gencar dilaksanakan, dengan acuan target tertentu. Dengan begitu tujuan dari program akan segera terealisasikan. Hal ini sesuai dengan jurnal internasional yang berjudul “Model of Marketing Communications Effectiveness in the Business-to-Business Markets”, disitu dikatakan bahwa perusahaan yang memiliki kemampuan komunikasi pemasaran yang baik dapat membuat program komunikasinya sukses dan memastikan kinerja pasar jangka panjang, ada dampak positif antara memiliki kemampuan komunikasi pemasaran yang kuat dan kinerja perusahaan (Damjana dan Bruno, 2015: 373).
e. Kesesuaian Program dengan Visi dan Misi PJ. Bisma Sehat Penilaian terhadap kesesuaian program dengan visi dan misi perusahaan yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program.
Mengenai kesesuaian program dengan visi dan misi dari PJ. Bisma Sehat, H. Mulyadi memberikan penjelasannya sebagai berikut:
“Dengan program ini produk Bisma Sehat menjadi dikenal di masyarakat luas, dan untuk kita bisa lebih mengembangkan industri jamu tradisional dengan kualitas terbaik. Ini sesuai dengan visi misi PJ. Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto dan Rizky Yanuar juga berpendapat sama dengan H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat
disimpulkan bahwa program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat sudah sesuai dengan visi dan misi dari perusahaan. Karena selain dampak yang ditimbulkan nantinya berupa banyaknya masyarakat yang mengetahui adanya produk jamu milik pabrik jamu Bisma Sehat, juga bisa mengembangkan industri jamu tradisional dengan kualitas terbaik.
Menurut hasil analisis, keberlangsungan komunikasi di dalam perusahaan atau komunikasi organisasi sangat berpengaruh bagi perkembangan suatu perusahaan tersebut. Seperti yang dituliskan dalam buku “Manajemen Perusahaan”, bahwa manfaat komunikasi, memberi pengaruh positif bagi kemajuan perusahaan, memperbesar semangat kerja, menambah pengetahuan, mempermudah penyelesaian masalah, menyamakan persepsi, bertukar ide untuk kemajuan organisasi (Kadar Nurzaman, 2014:
188). Untuk menjadikan program ini lebih berhasil lagi, perlu perbaikan dalam manajemen perusahaannya agar diatur lebih terstruktur sesuai pekerjaan masing-masing bidang, menambahkan personil marketing dan memaksimalkan kinerja dari masing- masing karyawan. Karena agar program dapat berjalan sesuai dengan visi dan misi perusahaan, diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi program yang dipilih oleh perusahaan.
3.2. Data dan Analisis Input
Analisis input dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Analisis input terbagi dalam 3 (tiga) komponen yaitu, pelaksana program (software), pembagian tugas dan persiapan, sarana dan prasarana.
a. Pelaksana Program (software)
Penilaian terhadap pelaksana program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Rizky Yanuar selaku marketing promosi dari PJ. Bisma Sehat menjelaskan mengenai siapa saja yang menjadi pelaksana program pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat, berikut penjelasannya:
“Pelaksana program semua anggota Bisma Sehat mbak, dalam pembagian tugas yang banyak berperan bagian marketing, dari luar perusahaan tidak ada yang membantu.
Persiapannya skill dari masing-masing peran struktural untuk bekerja maksimal. Tingkat pendidikan untuk marketing, keuangan, apoteker S1, kalau asisten apoteker D3, karyawan lainnya SMA atau sederajat. Pelaksananya nggak ditentukan dari berapa lama masa kerjanya, tapi gimana skillnya.
Pelatihannya dengan mengikuti seminar-seminar dan bimbingan dari KOJAI.” (wawancara langsung di kantor PJ.
Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksana program ini adalah dari pihak Bisma Sehat itu sendiri
tanpa adanya bantuan dari pihak di luar perusahaan untuk pelaksanaan programnya. Bagian marketing mempunyai peranan yang cukup banyak karena bertanggungjawab atas berjalannya program. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan salah satu bauran utama komunikasi pemasaran yang menjelaskan bahwa promosi penjualan (sales promotion) adalah kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh tenaga pemasar untuk merangsang dan mempengaruhi sikap pelanggan/konsumen melakukan pembelian suatu produk dalam waktu yang singkat (Terence A. Shimp, 2003:
5-6). Karena melalui marketing, peningkatan pelanggan dan konsumen dalam suatu perusahaan mengalami perkembangan. Jadi marketing mempunyai peranan yang besar dalam suatu perusahaan.
Dalam hasil temuan observasi dan wawancara dengan pihak PJ. Bisma Sehat, tidak hanya bagian marketing saja yang berperan dalam program ini, bagian struktural PJ. Bisma Sehat juga ikut membantu kelancaran program. H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga sependapat dengan pernyataan dari Rizky Yanuar.
Tabel 3.2.
Data Kualifikasi Pendidikan Karyawan PJ. Bisma Sehat No. Kualifikasi Pendidikan Jumlah
1. S2 Farmasi -
2. S2 Non Farmasi -
3. Apoteker 1 orang
4. Tenaga Teknis Kefarmasian (TTK):
- S1 Farmasi - D3 Farmasi
- 1 orang
5. S1 Non Farmasi 1 orang
6. D3 Non Farmasi 2 orang
7. SMA 6 orang
8. SMP 19 orang
9. SD -
Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 20 Januari 2016
Tidak hanya bagian marketing yang banyak berperan dalam program ini. Semua anggota dari PJ. Bisma Sehat juga ikut membantu dalam kelancaran program. Pelaksana program ini dinilai dari tingkat pendidikannya yaitu untuk marketing, keuangan, apoteker S1, asisten apoteker D3, dan karyawan lainnya SMA atau sederajat.
Tabel 3.3.
Seminar dan Pelatihan yang diikuti Karyawan PJ. Bisma Sehat
No. Pelatihan yang diikuti Lokasi dan Tanggal 1. Sosialisasi dan Bimbingan Teknis dalam
Rangka Memenuhi Persyaratan
Keamanan, Kemanfaatan, Mutu, Promosi, dan Potensi Pasar Obat Asli Indonesia
Sukoharjo, 29-30 Juli 2015
2. Seminar Prospek Industri Jamu dalam Kondisi Perekonomian Indonesia saat ini
Surakarta, 26 Agustus 2015 3. Peningkatan Daya Saing Industri atau
Usaha Obat Tradisional
Semarang, 7-8 September 2015 4. Pelatihan SDM Industri Obat Tradisional
Direktorat Jenderal Basis Industri
Semarang, 15-18 September 2015
Manufaktur
5. Bimbingan Teknis, Sosialisasi HAKI Sukoharjo, 17 September 2015 6. Workshop dan Sosialisasi HAKI,
Implementasi Kekayaan Intelektual dan Perspektif ABG di Dunia Usaha, UMS
Sukoharjo, 21 September 2015
7. Komunikasi Hasil Pengawasan Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan tahun 2015
Jakarta, 28 September 2015
8. Peningkatan Kapasitas Penanggungjawab Teknis Bidang Obat Tradisional
Semarang, 12-13 Oktober 2015 9. Pelayanan Prima dalam Rangka
Pendaftaran Obat Tradisional untuk UMKM di Daerah
Sukoharjo, 16-18 November 2015
10. Pertemuan Diseminasi Penerapan CPOTB bagi Industri dan Usaha Obat Tradisional
Semarang, 19 November 2015 11. Cerdas Cermat UMKM Obat Tradisional Jakarta, 7-8
Desember 2015 12. Studi Kelayakan Usaha bagi UMKM yang
meliputi Aspek Pasar, Aspek Produksi, Aspek Legal, dan Aspek Keuangan
Sukoharjo, 18-19 Januari 2016
13. Forum Advokasi dan Komunikasi tentang Implementasi E-Reg dan Tata Cara Pendaftaran Obat Tradisional untuk UMKM di Daerah
Semarang, 11-12 Februari 2016
14. Bimbingan dan Penerapan SNI Mutu Komoditi
Sukoharjo, 16-18 Februari 2016 Sumber: Kantor PJ. Bisma Sehat, data diperoleh tanggal 18 Maret 2016
Seminar dan pelatihan tersebut dilaksanakan untuk meningkatkan wawasan, kemampuan, dan menunjang karyawan serta pemilik PJ. Bisma Sehat dalam melakukan kegiatan produksi dan komunikasi pemasaran produk jamu Bisma Sehat. Menurut hasil analisis, hal ini sesuai dengan salah satu konsep inti dari
pemasaran yang menjelaskan, bahwa produk/jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan untuk memuaskan suatu kebutuhan dan keinginan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20). Oleh karena itu, seminar dan pelatihan tersebut merupakan upaya yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat untuk meningkatkan kualitas SDM karyawannya dan nantinya akan berdampak pada kualitas dan mutu yang baik pada produk jamu Bisma Sehat. Analisis ini ditegaskan oleh pernyataan yang dikemukakan oleh H. Mulyadi, sebagai berikut:
“Selalu meningkatkan kualitas jamu yang kita produksi mbak, jadi saya dan apoteker Bisma Sehat selalu berinovasi dalam meracik varian jamu baru maupun jamu lama untuk lebih ditingkatkan lagi racikannya agar rasanya mantab dan sesuai.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Gambar 3.4.
Salah satu seminar dan pelatihan bimbingan tehnik dan PKL yang diadakan oleh PT. Sido Muncul
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat, 2015
Gambar 3.5.
Seminar Musyawarah Nasional Ke-VII (Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia) di Istana Negara
Sumber: Dokumentasi PJ. Bisma Sehat, 2015
b. Pembagian Tugas dan Persiapan
Penilaian terhadap pembagian tugas dan persiapan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Terkait dengan pembagian tugas dan persiapan program yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, berikut jawaban dari Rizky Yanuar:
“Pada pelaksanaannya, bagian marketing dan keuangan yang berperan penuh sama program ini. Untuk persiapan programnya, semua anggota struktural Bisma Sehat terlibat didalamnya juga kok mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembagian tugas dan persiapan program, bagian marketing dan bagian keuangan/bendahara mempunyai tanggungjawab dan peranan penting didalamnya. Walaupun tidak menutup kemungkinan jika bagian-bagian struktural dalam Bisma Sehat juga terlibat didalamnya. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh H. Mulyadi dan Agus Ritanto.
Dalam pembagian tugas yang mempunyai peranan penting adalah marketing dan keuangan, namun dalam persiapannya semua anggota struktural ikut membantu kelancaran program. Kesesuaian pembagian kerja dan tanggungjawab dengan kerjasama antara bagian struktural inilah yang akan menunjang kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan program.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis, pembagian tugas dan persiapan ini belum dibuat tim khusus yang digerakkan untuk menjadi pelaksana program. Karena marketing sebagai pelaksana utama program masih mendapatkan bantuan dari beberapa bagian struktural dari PJ. Bisma Sehat. Di lain sisi, dengan adanya tim khusus pelaksana program, maka akan dapat menunjang kesuksesan dan kelancaran pelaksanaan program. Karena menurut
Freddy Rangkuti (2009: 19-20), dituliskan bahwa hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan, pemasok, dan penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan. Oleh karena itu, untuk menunjang kesuksesan dalam suatu program pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan, membutuhkan tim khusus dalam setiap pelaksanaan programnya.
c. Sarana dan Prasarana
Penilaian terhadap sarana dan prasarana program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut Rizky Yanuar, sarana dan prasarana yang digunakan dalam pelaksanaan program adalah:
“Sarananya, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor. Dana per bulan untuk program ini Rp 3.900.000,-, itu untuk membuat 10 neon box, tapi anggarannya itu bisa lebih karena jumlah banyaknya permintaan pelanggan, dana tersebut dari Bisma Sehat sendiri mbak, nggak ada bantuan dari luar, hanya partisipasi kerjasama dengan pelanggan kita.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Sabtu 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga memberikan jawaban yang sama dengan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan program ini adalah neon box, spanduk, MMT, stiker untuk ditempel di etalase, kendaraan operasionalnya mobil dan motor. Sedangkan alokasi anggaran dana
yang dikeluarkan setiap bulannya untuk program ini sebesar Rp 3.900.000,-. Namun anggaran tersebut masih bisa naik lagi tergantung jumlah permintaan pelanggan.
Untuk program yang sedang gencar dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat, sarana yang digunakan dalam kelancaran program berupa neon box karena adalah program yang diberikan oleh pihak Bisma Sehat dalam meningkatkan penjualan dan memberikan informasi akan adanya jamu Bisma Sehat di khalayak umum. Kendaraan operasional mobil dan motor sangat diperlukan untuk akses menuju depot-depot jamu milik pelanggan jamu Bisma Sehat. Sedangkan untuk program-program pemasaran yang lain seperti mengikuti pameran, menjadi sponsorship pada suatu acara, kunjungan dari instansi maupun sekolah, magang yang dilakukan oleh siswa atau mahasiswa, mengikuti seminar, itu dilakukan secara maintance.
Dan untuk iklan melalui media internet, Bisma Sehat menggunakan blog, karena pertimbangan anggaran biaya promosi yang dikeluarkan apabila menggunakan iklan berbayar.
Menurut hasil observasi, sarana dan fasilitas yang disediakan ini masih kurang memadai untuk pelaksanaan program. Karena berdasarkan pengamatan peneliti, kendaraan operasional yang tersedia hanya 2 mobil, 1 beroperasi di Jawa Timur, yang satunya beroperasi di karesidenan Surakarta, sedangkan motor yang digunakan adalah motor milik pribadi masing-masing karyawan.
Hal ini akan memperlambat penyebaran neon box di wilayah Sukoharjo. Perlu penambahan sarana kendaraan operasional untuk mempercepat tercapainya tujuan dari program.
Berdasarkan hasil analisis, PJ. Bisma Sehat membutuhkan beberapa perbaikan pada sarana dan prasarana dalam menunjang kelangsungan dari program. Seperti pada buku “Evaluasi Kinerja;
Suatu Pengantar”, dituliskan bahwa evaluasi adalah kegiatan yang berorientasi pada pengambilan keputusan, karena itu evaluasi harus membantu para pengambil keputusan dalam menetapkan keputusannya, misal untuk memperbaiki program dan memilih pendekatan yang lebih baik (Zaini Rohmad, 2014: 41-42). Maka dari itu, program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat perlu dilakukan evaluasi untuk memperbaiki dan mengoptimalkan kinerja dari program tersebut.
3.3. Data dan Analisis Process
Analisis proses dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Analisis proses terbagi dalam 7 (tujuh) komponen yaitu, bentuk kegiatan, fokus kegiatan, kelancaran pelaksanaan program, strategi, continuity dan consistency program, pendukung kelancaran program, dan hambatan program.
a. Bentuk Kegiatan
Penilaian terhadap bentuk kegiatan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program dan lebih spesifiknya dengan pihak marketing promosi yaitu Rizky Yanuar, jawabannya sebagai berikut:
“Kegiatan komunikasi langsung itu seperti penawaran produk kita mbak, terutama cara agar pelanggan mau membeli produk kita dengan nominal tertentu biar dapet neon box, bisa juga melalui kunjungan dari instansi atau sekolah kemari, saat kita mengikuti seminar, menjadi sponsor pada event, melalui agen-agen distributor dan pelanggan jamu kita.
Kegiatan komunikasi nggak langsungnya seperti lewat media brosur, kalender, neon box, spanduk, MMT, blog, stand pameran, sama stiker branding. Kita masih belum menggunakan iklan berbayar dikarenakan pertimbangan anggaran biayanya mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB) Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatannya dibedakan menjadi dua yaitu kegiatan dengan komunikasi langsung dan dengan komunikasi tidak langsung.
Kegiatan komunikasi langsung berupa komunikasi secara tatap muka dengan bertemu secara langsung antara pihak Bisma Sehat dengan pelanggan. Kemudian menjelaskan kepada pelanggannya atau komunikan tentang program yang sedang dilaksanakan beserta manfaatnya, dan mengajak secara persuasif kepada mereka untuk bersedia mengikuti program tersebut. Karena menggunakan komunikasi langsung akan jauh lebih efektif untuk membujuk seseorang untuk membeli produk yang kita tawarkan.
Gambar 3.6.
Salah satu kegiatan Komunikasi Langsung yang dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat kepada calon pelanggannya
Sumber: Dokumentasi pribadi
Kegiatan komunikasi tidak langsung menggunakan fasilitas dari media eksternal, seperti lewat media brosur, kalender, neon box, spanduk, MMT, blog, stand pameran, dan stiker branding.
Berdasarkan hasil observasi, media lini bawah yang digunakan sebagai alat promosi tersebut dipilih dengan mempertimbangkan anggaran dana yang disediakan untuk kegiatan komunikasi pemasaran. Pihak PJ. Bisma Sehat termasuk industri jamu yang sedang berkembang, oleh karena itu alokasi dana yang digunakan dalam promosi harus mempertimbangkan keefektifan dan efisiensinya.
Berdasarkan hasil analisis, Dalam proses komunikasi secara langsung, pengaruh seorang komunikator bisa sangat besar terhadap komunikannya, atau bisa sebaliknya (Burhan Bungin, 2013: 70). Apabila tingkat kepercayaan komunikan terhadap komunikatornya tinggi, maka kredibilitas dari komunikator tersebut
mendapat kesan positif dari komunikannya. Karena pesan yang disampaikan pada proses komunikasi secara langsung dapat sampai dan diterima dengan baik oleh komunikannya.
Gambar 3.7.
Salah satu kegiatan Komunikasi Tidak Langsung yang dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat dengan pemberian alat
promosi neon box kepada pelanggannya
Sumber: Dokumentasi pribadi
Bentuk kegiatan ini sudah sesuai untuk dilakukan dalam mendukung kelancaran program. Karena dengan adanya kegiatan dalam bentuk komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung, maka program yang dilaksanakan bisa berjalan sesuai dengan yang direncanakan.
b. Fokus Kegiatan
Penilaian terhadap fokus kegiatan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara
dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Fokus kegiatan pada program komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh PJ. Bisma Sehat menurut H. Mulyadi, adalah:
“Fokus kegiatan Bisma Sehat adalah komunikasi secara langsung dengan pelanggan, karena komunikasi tatap muka itu jauh lebih efektif, kalau media yang digunakan secara tidak langsung merupakan fokus selanjutnya setelah komunikasi langsung.” (wawancara langsung di kantor PJ.
Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB) Dalam pembahasan ini, Agus Ritanto memberikan jawaban yang sama dengan H. Mulyadi, sedangkan Rizky Yanuar memberikan tambahan pernyataannya, yaitu:
“Fokus kegiatan Bisma Sehat ya memberikan neon box pada depot-depot jamu. Kalau kegiatan penunjang yang lainnya seperti pemasangan spanduk, pemberian stiker branding, tenda pameran, brosur, blog, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship dalam suatu pameran, mengikuti beberapa seminar, pemberian kalender mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa fokus kegiatannya adalah pemberian neon box di depot- depot jamu pelanggan Bisma Sehat dengan komunikasi secara langsung. Pemasangan spanduk, pemberian stiker branding pada etalase depot jamu, tenda pameran, brosur, blog, mengikuti beberapa event, menjadi sponsorship, mengikuti beberapa seminar, dan pemberian kalender adalah fokus kegiatan selanjutnya setelah kegiatan komunikasi secara langsung dilakukan.
Menurut hasil analisis, komunikasi secara langsung sangat dibutuhkan agar nantinya pihak pelanggan juga bisa menawarkan
produk jamu Bisma Sehat kepada konsumennya. Ini sesuai pada buku “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran” yang menuliskan, bahwa salah satu peranan komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan adalah menyampaikan pesan yang kompleks kepada konsumen potensial mengenai kebijakan dan produk perusahaan (Sutisna, 2002: 311).
Jadi, antara pihak PJ. Bisma Sehat dengan pelanggan bisa saling bekerjasama untuk meningkatkan jumlah penjualan dan menarik konsumen untuk mengetahui akan produk jamu Bisma Sehat. Karena komunikasi yang melibatkan alat peraga seperti spanduk, stiker, MMT, dan neon box, didesain untuk mempengaruhi keputusan membeli di tempat pembelian yang sudah di display oleh perusahaan guna menarik perhatian konsumen, ini sesuai dengan salah satu fungsi model utama bauran komunikasi yaitu komunikasi di tempat pembelian (point-of- purchase communication) (Terence A. Shimp, 2003: 5-6).
Oleh karena itu, informasi dan pengarahan yang diberikan oleh pihak PJ. Bisma Sehat dengan pihak pelanggan (pemilik depot jamu) adalah dengan melakukan komunikasi secara langsung terlebih dahulu. Agar pihak pelanggan juga mampu mempresentasi/menawarkan produk jamu Bisma Sehat beserta khasiatnya kepada konsumennya.
c. Kelancaran Pelaksanaan Program
Penilaian terhadap kelancaran pelaksanaan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi:
“Pelaksanaan program ini berjalan lancar berkat dukungan dan partisipasi pelanggan, jadi berpengaruh terhadap jumlah permintaan akan produk jamu kami yang meningkat.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Jawaban yang sama juga diberikan oleh Agus Ritanto dan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program-program pemasaran yang dilakukan oleh Bisma Sehat berjalan lancar. Hal ini karena dukungan dan antusiasme dari pelanggan.
Menurut hasil analisis, pelanggan ikut berpartisipasi mendukung dan antusias dengan program yang diberikan oleh PJ.
Bisma Sehat. Pelanggan bersedia bekerjasama untuk membangun hubungan mitra bisnis dengan pihak PJ. Bisma Sehat. Hal ini sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak karena akan meningkatkan jumlah penjualan produk jamu Bisma Sehat. Hal ini sesuai dengan pengertian dari komunikasi pemasaran menurut buku
“Manajemen Pemasaran (Edisi Alih Bahasa Indonesia); Edisi 12 Jilid 2”, bahwa komunikasi pemasaran adalah sarana yang digunakan perusahaan dalam upaya untuk menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan konsumen secara langsung atau tidak langsung tentang produk dan merek yang mereka jual (Philip
Kotler, 2007: 204). Karena secara tidak langsung program-program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat telah membuat pelanggannya antusias dan berpartisipasi untuk mengikuti. Dan secara langsungnya adalah bentuk penyajian penawaran dan informasi yang dikemas secara menarik oleh pihak PJ. Bisma Sehat kepada pelanggan dan masyarakat luas.
Gambar 3.8.
Beberapa contoh partisipasi pelanggan dalam program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat
Sumber: Dokumentasi pribadi
d. Strategi
Penilaian terhadap strategi program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Cara yang dilakukan H. Mulyadi untuk meningkatkan penjualan dan jumlah pelanggan Bisma Sehat, adalah:
“Selalu meningkatkan kualitas jamu yang kita produksi mbak, jadi saya dan apoteker Bisma Sehat selalu berinovasi dalam meracik varian jamu baru maupun jamu lama untuk lebih ditingkatkan lagi racikannya agar rasanya mantab dan sesuai. Harga juga terjangkau untuk produk jamu kita mbak.
Untuk pelanggan-pelanggan, kita selalu memantau setiap pelanggan dengan intensitas komunikasi yang sering, itu marketing kita mbak tugasnya. Jadi langsung mendatangi satu-satu pelanggan, nanya tentang penjualan, lalu nanya juga masukan dari mereka, dan apa yang mereka mau dari kita.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 09.00 WIB)
Sedangkan menurut Agus Ritanto, adalah:
“Selalu berinovasi dan mereview produk-produk jamu kami.
Pelayanan terhadap pelanggan seperti apa ya mbak, emm...kayak kalau pelanggan ngasih masukan-masukan dan saran buat kita. Nanti kita evaluasi keluhan dan saran
tersebut, lalu kita mencoba memperbaikinya, hal ini agar pelanggan loyal dan puas bekerjasama dengan Bisma Sehat.
Sehingga imbasnya pada peningkatan angka penjualan produk jamu Bisma Sehat.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 11.00 WIB) Dari jawaban H. Mulyadi dan Agus Ritanto, dapat dianalisis ,bahwa cara Bisma Sehat dalam berinovasi dengan produk-produk jamunya dan meningkatkan kualitas produk jamu yang mereka produksi, sesuai dengan teori pada buku Ensiklopedi Obat Jawa;
Ramuan dan Teknik Pengobatan “Tradisional yang Disusun oleh Para Raja dan Pujangga Jawa”, tentang keuntungan obat tradisional jamu apabila digunakan adalah tidak adanya efek samping yang menimbulkan penyakit lain, karena tidak mengandung zat kimia, dan harus diteliti secara terus-menerus untuk meningkatkan kualitas jamu tradisional (Wiwien Widyawati, 2010: 131). Rizky Yanuar juga memiliki penjelasan yang berbeda, yaitu:
“Kalau untuk meningkatkan penjualan dan jumlah pelanggan, kita sering mengikuti event-event dan menjadi sponsorship, selain itu juga seminar pelatihan untuk meningkatkan SDM karyawan Bisma Sehat, kita juga punya blog, menyebar brosur, pasang MMT, spanduk, neon box, kalender, dan yang terutama pelayanan yang baik dan cepat terhadap pelanggan.”
(wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Selasa 3 Mei 2016, pukul 13.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa strategi yang dilakukan dalam program tersebut adalah selalu meningkatkan kualitas dan mutu produk yang diproduksinya.
Bisma Sehat berinovasi untuk meracik varian produk-produk jamu baru, dan juga mambandrol harga yang terjangkau pada produk
jamunya. Selain itu pihak marketing PJ. Bisma Sehat selalu memantau dan menjaga intensitas komunikasi dengan para pelanggan, agar para pelanggan merasa puas bekerjasama dengan Bisma Sehat.
Hal ini akan berdampak pada peningkatan jumlah ketersediaan produk jamu Bisma Sehat dan juga peningkatan pendapatan. Seminar pelatihan diikuti Bisma Sehat untuk meningkatkan SDM karyawannya agar dapat mengelola manajemen dan mengolah bahan baku dengan sebaik-baiknya.
Bisma Sehat juga sering mengikuti event-event dan menjadi sponsorship, mempunyai blog, penyebaran brosur, pemasangan MMT, spanduk, neon box, kalender, dan yang terutama pelayanan yang baik dan cepat terhadap pelanggan. Pemilihan media tersebut adalah below the line advertising (media lini bawah). Below the line advertising (media lini bawah) adalah suatu iklan yang dilakukan secara mandiri oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa bantuan dari biro iklan.
Berdasarkan hasil analisis, strategi ini sudah tepat untuk dipilih dan dilakukan oleh pihak PJ. Bisma Sehat. Strategi ini lebih efektif dan lebih memangkas budget. Walaupun dibutuhkan banyak tenaga marketing dan sedikit lambat penyebarannya namun lebih sedikit anggaran dana yang dikeluarkan daripada jika menggunakan juga media lini atas (above the line advertising).
Kesimpulannya, dalam melakukan komunikasi pemasaran diperlukan strategi dan taktik yang matang dalam efektivitas dan efisiensi. Komunikasi pemasaran bukanlah suatu proses sistem yang berjalan satu arah, sebaliknya malah dua arah (Ilham Prisgunanto, 2006: 14). Yang dimaksud disini adalah apabila sebuah perusahaan melakukan aktivitas strategi pemasaran dengan bagian pemasaran, perusahaan sudah berusaha memberikan informasi kepada pelanggan dalam keperluan untuk mendapatkan masukan akan produk mereka. Masukan dari pelanggan akan sangat berguna bagi perusahaan untuk meningkatkan kualitas produk dan pelayanan yang mereka miliki.
e. Continuity dan Consistency Program
Penilaian terhadap continuity dan consistency program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui observasi dari hasil wawancara dengan pihak yang bersangkutan yaitu PJ. Bisma Sehat.
Berdasarkan pengamatan peneliti, menurut pernyataan yang diberikan oleh H. Mulyadi,
“Perencanaan program Agustus 2015 dalam jangka waktu yang nggak ditentukan, kalau untuk program yang lainnya kita lakukan maintenance setiap tahunnya.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Kontinuitas pelaksanaan program perlu dilakukan secara bertahap, berkelanjutan, dan menetapkan target tertentu. Hal ini dimaksudkan agar program tersebut dapat tersebar secara cepat dan
merata di seluruh wilayah Sukoharjo. Dimana di kabupaten Sukoharjo merupakan sentral jamu, yang pastinya persaingan ketat berada di wilayah tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, program ini perlu menetapkan target tertentu dan penambahan target setiap bulannya, juga perekruitan tenaga marketing yang lebih banyak agar penyebarannya cepat dan masyarakat mengetahui tentang adanya produk jamu Bisma Sehat beserta khasiatnya. Sehingga nama jamu Bisma Sehat bisa disejajarkan dengan pabrik jamu yang terlebih dahulu sudah muncul dan punya nama besar. Hal ini sesuai dengan teori dari buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Seorang pemasar dituntut untuk berpikir kreatif dan selalu melakukan inovasi-inovasi yang baru bagi usahanya karena pemasaran adalah suatu seni dalam berdagang, pihak PJ. Bisma Sehat harus berani berspekulasi atas usahanya.
f. Pendukung Kelancaran Program
Penilaian terhadap pendukung kelancaran program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara
dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari Rizky Yanuar terkait dengan pendukung kelancaran program:
“Karena ini adalah program bisnis ke bisnis, faktor pendukungnya pihak-pihak yang berpartisipasi dan mendukung program kami, seperti para pelanggan jamu Bisma Sehat dan peningkatan jumlah konsumen jamu Bisma Sehat di depot pelanggan tersebut.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
H. Mulyadi dan Agus Ritanto juga mempunyai pernyataan yang sama dengan Rizky Yanuar. Berdasarkan pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung pelaksanaan program adalah pihak-pihak yang membantu pelaksanaan program, yaitu pihak pelanggan jamu Bisma Sehat, konsumen, dan juga pihak dari PJ. Bisma Sehat.
Berdasarkan hasil analisis, pihak-pihak pendukung seperti pihak pelanggan dan pihak PJ. Bisma Sehat saling berpartisipasi dalam pelaksanaan program yang berdampak pada peningkatan jumlah konsumen jamu Bisma Sehat. Faktor pendukung pelaksanaan program mampu mempermudah kelanjutan pelaksanaan program sehingga tujuan dari program tersebut akan mudah diterima oleh sasaran program. Hal ini sesuai dengan buku
“Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication” yang dituliskan, bahwa Hubungan dan jaringan, merupakan strategi yang dilakukan pihak perusahaan dengan pihak-pihak kunci seperti pelanggan, pemasok, dan
penyalur, guna mempertahankan referensi dan bisnis jangka panjang perusahaan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20).
Jadi, yang menjadi pendukung kelancaran program adalah anggota karyawan PJ. Bisma Sehat dan pihak pelanggan, baru kemudian berdampak juga dukungan dari konsumen yang cocok mengkonsumsi produk jamu Bisma Sehat.
g. Hambatan Program
Penilaian terhadap hambatan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Menurut Agus Ritanto, hambatan dari program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat, adalah:
“Yang jadi hambatannya itu kita kurang personil di bidang marketing dalam penyebaran program, jadi berjalannya hanya sesuai kemampuan saja, dan juga maraknya jamu-jamu yang mengandung BKO. Logistik bahan kemasannya juga masih perlu perbaikan lagi, kita juga belum ada kerjasama dengan petani, untuk mencari bahan baku masih lewat pengepul, tapi tetap disortasi dulu mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 11.00 WIB)
Rizky Yanuar sependapat dengan Agus Ritanto, sedangkan H. Mulyadi mempunyai jawaban yang lain, yaitu:
“Kalau faktor penghambat buat kami nggak dijadiin hambatan tapi malah jadi acuan mbak.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi hambatan dari program ini adalah kurangnya tenaga marketing dalam menyebarkan dan melakukan kunjungan
ke setiap depot jamu di wilayah kabupaten Sukoharjo, sehingga program tersebut penyebarannya berjalan lambat karena hanya memanfaatkan tenaga marketing seadanya saja.
Logistik bahan kemasan juga berpengaruh terhadap minat pelanggan dalam membeli dan menerima produk jamu Bisma Sehat, oleh karena itu masih perlu perbaikan lagi. Logistik bahan kemasan masih sering menunggu bahan kemasan, ketebalan, dan kerapatan kemasan masih perlu perbaikan. Selain itu untuk masalah ketersediaan bahan baku, Rahmawati selaku apoteker PJ. Bisma Sehat memberikan pernyataannya, yaitu:
“Kalau kendala mengenai bahan baku produk, ya karena yang namanya bahan baku jamu ya mbak ya itu kadang musiman seperti itu, harganya naik turun, sok ada sok enggak, ya wajarlah.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Kamis 19 Mei 2016, pukul 12.30 WIB)
Kerjasama dengan petani juga belum ada, sehingga bahan baku pembuatan jamu masih lewat pengepul. Hal ini akan memperlambat produksi jamu yang nantinya akan disetorkan ke pelanggan-pelanggan, karena bahan baku dari pengepul harus melalui proses disortasi terlebih dahulu yang pastinya memakan waktu.
Belum lagi maraknya jamu-jamu yang mengandung BKO (bahan kimia obat), hal ini sangat merugikan pihak PJ. Bisma Sehat karena mereka harus mengupayakan memberikan penjelasan, pengarahan, komunikasi secara intensif kepada pelanggan untuk
memastikan bahwa produk jamu Bisma Sehat tidak mengandung BKO.
Berdasarkan hasil analisis, hambatan yang muncul dari pelaksanaan program ini adalah kurangnya tenaga marketing dalam penyebaran program, perlu perbaikan logistik bahan baku agar produk jamu dikemas dengan bahan yang tebal. Kerjasama dengan petani belum ada sehingga memakan banyak waktu dalam proses disortasi bahan baku jamu karena membeli dari pengepul. Dan maraknya jamu mengandung BKO yang beredar, sehingga meresahkan pelanggan jamu. Mereka takut dan ragu untuk membeli produk jamu karena kekhawatiran mereka akan efek samping dari jamu yang mengandung BKO. Perlu adanya komunikasi secara intensif, pengarahan, penjelasan mengenai produk jamu Bisma Sehat. Hal ini sesuai dengan buku “Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus Integrated Marketing Communication”, bahwa pemasaran bersandar pada konsep inti, salah satu konsep inti tersebut adalah nilai dan kepuasan, merupakan konsep penuntun dalam memilih produk mana yang dapat memuaskan dan mempunyai kapasitas berbeda sebagai perangkat tujuan (Freddy Rangkuti, 2009: 19-20).
Temuan hasil wawancara ini pun diperkuat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Drs. Widardo M.Sc selaku informan ahli, yaitu:
“Saya sering menemui kasus jamu-jamu yang mengandung BKO, itu sangat berbahaya mbak apabila dikonsumsi. Karena memang orang-orang apabila sakit lebih cenderung lari ke obat herbal, dan pilihannya pada jamu, maka dari itu ada oknum tertentu yang sengaja mencampur jamu dengan BKO agar terlihat manjur efeknya, padahal efeknya malah menyerang organ tubuh yang lain.” (wawancara langsung di Lab. Gizi Fakultas Kedokteran UNS, Senin 25 Januari 2016, pukul 09.00 WIB)
Dari pernyataan tersebut, pihak PJ. Bisma Sehat terutama bagian marketing mempunyai peran penting dalam melakukan komunikasi secara tatap muka dengan pihak pelanggan. Dengan tujuan menginformasikan tentang bahaya jamu yang mengandung BKO dan bagaimana cara membedakan jamu yang mengandung BKO dengan jamu herbal. Hal ini sesuai dengan buku “Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran”, bahwa peran komunikasi tatap muka dalam strategi pemasaran perusahaan adalah membujuk konsumen bahwa produk atau jasa perusahaan lebih baik atau setidak-tidaknya mempunyai sisi-sisi positif yang lebih dibandingkan dengan produk pesaing (Sutisna, 2002: 311).
3.4. Data dan Analisis Product
Analisis produk dilakukan terhadap hal-hal yang terlibat dalam pelaksanaan program. Data produk ini diperoleh dari hasil jawaban informan dan dokumentasi yang berhubungan dengan masalah penelitian. Analisis produk terbagi dalam 2 (dua) komponen yaitu, pencapaian tujuan dan parameter keberhasilan.
a. Pencapaian Tujuan
Penilaian terhadap pencapaian tujuan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi terkait dengan pencapaian tujuan dari Bisma Sehat:
“Kalau masyarakat sudah mengenal dan membudayakan mengkonsumsi jamu Bisma Sehat secara merata di berbagai daerah terutama Sukoharjo.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 14 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Sedangkan Rizky Yanuar memberikan jawaban yang lain, sebagai tambahan informasi dari jawaban H. Mulyadi:
“Pencapaian tujuannya agar dapat dikenal masyarakat, kalau memang ada jamu bernama Bisma Sehat, mempunyai banyak varian dengan macam-macam khasiatnya.” (wawancara langsung di kantor PJ. Bisma Sehat, Senin 19 Desember 2015, pukul 09.00 WIB)
Agus Ritanto juga sependapat dengan pernyataan dari Rizky Yanuar dan H. Mulyadi. Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa pencapaian tujuan dari program yang dilaksanakan PJ. Bisma Sehat ini adalah apabila masyarakat kabupaten Sukoharjo dan sekitarnya sudah mengetahui akan adanya produk jamu Bisma Sehat. Jamu Bisma Sehat bisa familiar di telinga masyarakat. Jamu Bisma Sehat bisa sejajar dengan merek jamu lainnya yang sudah lebih dulu muncul dan punya nama besar.
Selain itu pencapaian tujuan dari PJ. Bisma Sehat adalah apabila masyarakat membiasakan mengkonsumsi jamu untuk menjaga kesegaran dan stamina tubuh. Masyarakat juga mengkonsumsi
varian jamu Bisma Sehat dan merasakan khasiat dari produk jamu tersebut.
Berdasarkan hasil analisis, permasalahan ini sesuai dengan teori pada buku “Komunikasi Pemasaran”, bahwa pemasar sebaiknya memiliki pengetahuan dalam konsep dan prinsip pemasaran agar kegiatan pemasaran dapat tercapai sesuai dengan kebutuhan dan keinginan manusia, terutama pihak konsumen yang dituju (Agus Hermawan, 2012: 28). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh PJ. Bisma Sehat, komunikasi pemasarannya harus diperbaiki lagi, mulai dari tenaga marketing yang memadai, pengetahuan pihak PJ. Bisma Sehat dan pelanggan, menambah alat promosi pemasaran, dan kemampuan komunikasinya dalam menarik konsumen untuk mengkonsumsi jamu Bisma Sehat.
Karena tanpa adanya komunikasi yang intensif antara pihak PJ.
Bisma Sehat dengan pelanggan (pemilik depot jamu), dan antara pelanggan dengan konsumen jamu, maka pesan komunikasi pada program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat tidak akan sampai ke komunikan.
b. Parameter Keberhasilan
Penilaian terhadap parameter keberhasilan program yang dilaksanakan oleh PJ. Bisma Sehat diperoleh melalui wawancara dengan pihak terkait yaitu pelaksana program. Berikut jawaban dari H. Mulyadi: