• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Sejarah dan Perkembangan Ergonomi

3.2.2. Data Antrhopometri dan Cara Pengukurannya

Manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam hal bentuk dan dimensi tubuhnya. Disini ada beberapa factor yang akan mempengaruhi ukuran tubuh

11

 Sritomo, Ergonomi Studi Gerak dan waktu, (Surabaya,2004). Hal 60 

12

 Ibid). Hal 61 

manusia, sehingga sudah semestinya seseorang perancang produk harus memperhatikan faktor tersebut yang antara lain adalah:

1. Umur

Ssecara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur.

2. Jenis Kelamin

Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya lebih bessar dari pada wanita, terkecuali bagian tertentu seperti pinggul,dsb.

3. Suku/Bangsa

Setia suku bangsa memiliki karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.

4. Posisi tubuh

Sikap atau posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survey pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran yaitu:

a. Pengukuran dimensi struktur tubuh b. Pengukuran dimensi fungsional tubuh

Berdasarkan perbedaan pada tubuh manusia secara global maka dikenal tiga prinsip dalam perancangan, pengukuran dan perbaikan sistem kerja, yaitu13 :

1. Perancangan berdasarkan individu ekstrim

13

 Sutalaksana. Teknik Tata Cara Kerja, (Bandung1979). Hal 80 

Prinsip ini digunakan apabila kita mengharapkan agar fasilitas yang dirancang tersebut dapat dipakai dengan enak dan nyaman oleh sebagian besar orang-orang yang memakainya (biasanya minimal 95 % pemakai). 2. Perancangan fasilitas yang disesuaikan

Prinsip ini digunakan untuk merancang suatu fasilitas agar fasilitas tersebut bisa dipakai atau bisa menampung dengan enak dan nyaman oleh semua orang yang mungkin memerlukannya.

3. Perancangan fasilitas berdasarkan harga rata-rata para pemakainya

Prinsip ini digunakan apabila perancangan berdasarkan harga ekstrim tidak mungkin dilaksanakan dan jika menggunakan prinsip perancangan fasilitas bisa disesuaikan dianggap tidak layak.

Lingkungan fisik juga dapat mempengaruhi para pekerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja.

Secara umum lingkungan fisik terbagi dalam dua kategori, yaitu :

a) Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerja tersebut. Contoh: stasiun kerja, kursi, meja dan sebagainya.

b) Lingkungan perantara atau lingkungan umum. Contoh: temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau- bauan, warna, dan lain-lain.

Untuk bisa meminimumkan pengaruh lingkungan fisik terhadap para pekerja, maka yang harus kita lakukan adalah mempelajari manusia baik

mengenai sifat dan lingkungan yang langsung berhubungan dengan pekerjaan, kita perlu mempelajari antropometri.

Antropometri adalah ilmu yang menyelidiki manusia dari segi keadaan dan ciri-ciri fisiknya seperi dimensi linier, volume dan berat. Antropometri terbagi atas dua cara pengukuran yaitu:

1. Antropometri statis

Antropometri statis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri fisik manusia dalam keadaan diam. Dimensi yang diukur diambil secara linier dan dilakukan pada permukaan tubuh. Agar hasil pengukuran representatif, maka pengukuran harus dilakukan dengan metode tertentu terhadap berbagai individu dan tubuh harus dalam keadaan diam.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya : a. Umur b. Jenis kelamin c. Suku bangsa d. Pekerjaan 2. Antropometri dinamis

Antropometri dinamis berhubungan dengan pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam keadaan bergerak atau memperhatikan gerakan-gerakan yang mungkin terjadi saat pekerjaan tersebut melaksanakan kegiataannya. Terdapat tiga kelas pengukuran dinamis yaitu:

a. Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas

b. Pengukuran jangkauan ruangan yang dibutuhkan saat kerja c. Pengukuran variabilitas kerja

Pengukuran Antropometri bertujuan untuk mengetahui bentuk dimensi tubuh manusia, agar peralatan yang dirancang lebih sesuai dan dapat memberikan rasa nyaman serta menyenangkan.

Bila kita akan mengukur tingkat kenyamanan suatu kursi, maka untuk menentukan terjadinya sensasi, terdapat 9 titik terpenting pertemuan antara badan dengan kursi yang menentukan kenyamanan yaitu:

a. Daun pundak (bagian yang paling menonjol dari tulang belikat) b. Dasar pundak

c. Daerah punggung yang melengkung d. Daerah lengkungan pinggang

e. Pantat

f. Pantat paling bawah g. Pangkal paha h. Pertengahan paha i. Ujung paha

Contoh-contoh dari aplikasi data antropometri misalnya : kaus kaki, kursi, helm, sepeda, meja dapur, perkakas tangan, tempat tidur, meja, interior mobil, mesin produksi, dan sebagainya. Seorang desainer seharusnya memperhatikan aspek dimensi tubuh dari populasi yang akan menggunakan peralatan hasil

rancangannya tersebut. Dalam hal ini, harus ada semacam target, misalnya sedikitnya 90 sampai 95 % dari populasi harus dapat menggunakan hasil desainnya tersebut.

Hal ini sangat diharapkan di banyak situasi dan kondisi di mana mesin atau peralatan yang dioperasikan membutuhkan human interchangeability, di mana hal tersebut dapat dicapai dengan membuat rancangan yang dapat disesuaikan (adjustable design). Contoh kasus adalah pada kursi mobil untuk pengemudi, di mana kursi seharusnya dapat disesuaikan di berbagai variasi gerakan dan kedudukan pada waktu mengemudi supaya si pengemudi merasa nyaman. Orang yang bertubuh pendek mungkin tidak akan bisa menjangkau kontrol yang dilakukan dengan kaki, yaitu pedal gas, pedal rem dan pedal klos tanpa kursi yang bisa disesuaikan dengan cara digerakkan maju/mundur.

Selain itu, penyesuaian juga mutlak diperlukan jika merancang sesuatu yang akan digunakan oleh populasi yang luas, misalnya untuk produk-produk yang diekspor, dimana pemakai adalah populasi di seluruh dunia yang berbeda- beda dimensi dan ukuran tubuhnya.

Secara garis besar pedoman pengukuran pada data antropometri antara lain, yaitu : 1. Posisi duduk samping

a) Tinggi Duduk Tegak (TDT), cara pengukuran yaitu dengan mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung atas kepala. Subjek duduk tegak dengan mata memandang lurus ke depan dan lutut membentuk sudut siku-siku.

b) Tinggi Bahu Duduk (TDT), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung tulang bahu yang menonjol pada saat subjek duduk tegak.

c) Tinggi Mata Duduk (TMD), csrs pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung mata bagian dalam. Subjek duduk tagak dan memandang lurus ke depan.

d) Tinggi Siku Duduk (TSD), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal dari permukaan alas duduk samping ujung bawah siku kanan. Subjek duduk tegak dengan lengan atas vertikal di sisi badan dan lengan bawah membentuk sudut siku-siku dengan lengan bawah.

e) Tebal Paha (TP), cara pengukuran yaitu mengukur sybjek duduk tegak, ukur jarak dari permukaan alas duduk samping ke permukaan atas paha. f) Tinggi Popliteal (TPO), cara pengukuran yaitu mengukur jarak vertikal

dari lantai sampai bagian bawah paha.

g) Pantat Popliteal (PP), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk tegak dan ukur jarak horizontal dari bagian terluar pantat sampai lekukan lutut sebelah dalam (popliteal). Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

h) Pantat Ke Lutut (PKL), cara pengukuran yaitu mengukur subjek duduk dan ukur horisontal dari bagian terluar pantat sampai ke lutut. Paha dan kaki bagian bawah membentuk sudut siku-siku.

Dokumen terkait