TEKTUR ERTANIA
DAFTAR GAMBAR
2. Data dan Analisis 1. Lanskap Sekitar Tapak
Tapak yang dimaksud adalah sekolah dengan lingkungan tetangganya, yaitu pada sisi depan, belakang, kanan serta kiri dari lokasi sekolah. Dari hasil survey dapat dilihat semua sekolah berada di tepi jalan yang dapat dilalui kendaraan baik roda dua maupun roda empat.
Sekolah lokasi studi memiliki kondisi lanskap sekitar yang beragam, pada sisi kanan sekolah didapati 14,29% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 42,86% sekolah bersebelahan dengan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan
dengan perkantoran, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar.
Pada sisi kiri sekolah, didapati 42,86% sekolah bersebelahan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah bersebelahan dengan komplek perumahan, dan 28,57% bersebelahan dengan komplek pertokoan. Pada sisi depan didapati 14,29% sekolah berhadapan dengan sekolah lain, 28,57% sekolah berhadapan dengan komplek perumahan, 57,14% sekolah berhadapan dengan pertokoan. Pada sisi belakang, 71,43% sekolah membelakangi deretan perumahan, 14,29% sekolah bersebelahan dengan lahan kosong dipenuhi semak, dan 14,29% sekolah bersebelahan dengan pasar. Jumlah sekolah dan persentase sekolah dengan batas-batasnya dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Lanskap Sekitar Tapak Sekolah Lanskap Bagian Keterangan Jumlah sekolah (n) Persentase (%) Kanan Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 3 42,86 Pertokoan - - Perkantoran 1 14,29 Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29 Kiri Sekolah lain 3 42,86 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan - - Perkantoran 2 28,57 Semak - - Pasar - - Depan Sekolah lain 1 14,29 Komplek perumahan 2 28,57 Pertokoan 4 57,14 Perkantoran - - Semak - - Pasar - - Belakang Sekolah lain - - Komplek perumahan 5 71,43 Pertokoan - - Perkantoran - - Semak 1 14,29 Pasar 1 14,29 Sumber: Survei, 2010
2.2. Penggunaan Ruang
Berdasarkan hasil survey, pengamatan, dan perolehan data yang dimiliki masing-masing sekolah, terdapat angka penggunaan ruang yang bervariasi. Luas total tanah yang ada mulai dari 2.351 m2 sampai dengan 15.354 m2, sehingga luasan rata-rata 7.921 m2. Luas total tanah yang paling kecil yaitu pada SMAN 12, sedangkan yang paling luas yaitu SMAN 113 yang merupakan SMA Negeri terluas kedua di DKI Jakarta. Ruang terbangun (RB) berisi bangunan yang berdiri di atas luasan tanah tersebut, luasan RB yang ada antara lain mulai dari 1.750 m2 sampai dengan 4.500 m2, di mana RB yang paling kecil terdapat pada SMAN 12 dan yang terluas ada pada SMAN 44, dengan luas rata-rata RB sebesar 3.351 m2. Ruang terbuka (RT) atau ruang yang tidak diisi oleh bangunan mulai dari 601 m2 sampai dengan 11.422 m2. Ruang inilah yang digunakan untuk bermacam-macam kegiatan pendidikan di luar kelas (Gambar 4-5).
Ruang Terbuka Hijau (RTH) merupakan salah satu bagian yang mengisi Ruang Terbuka (RT), luasan RTH yang dijumpai mulai dari 96 m2 sampai dengan 8.206 m2, RTH yang paling kecil ada pada SMAN 12 sedangkan sekolah dengan RTH yang paling luas yaitu SMAN 113. Rata-rata luasan RTH pada semua SMAN yaitu 2.501. Ruang Terbuka Hijau pada sekolah dapat berupa kebun, taman sekolah, jalur hijau, lapangan rumput, hutan sekolah, atau taman tanaman obat keluarga (TOGA). Ruang Terbuka Terbangun (RTB) merupakan ruang terbuka yang berisi elemen keras penunjang kegiatan outdoor. Elemen keras tersebut dapat berupa tempat parkir, shelter, area duduk-duduk, lapangan olah raga dengan bentuk dan ukuran tertentu beralaskan paving block, beton, asphalt, dan lain sebagainya. RTB yang dijumpai pada sekolah studi berkisar antara 505 m2 hingga 3.216 m2. Seperti yang terlihat pada Tabel 8, sekolah dengan luas RTB terkecil yaitu SMAN 12 sedangkan yang memiliki RTB terluas yaitu SMAN 113, dengan luasan rata-rata sebesar 2.069 m2.
Tabel 7. Luasan Ruang dalam Lingkungan Sekolah Sekolah Luas (m2) Ruang Terbangun (m2) Ruang Terbuka (m2) Ruang Terbuka Hijau (m2) Ruang Terbuka Terbangun (m2) Koefisien Dasar Bangunan (%) SMAN 12 2.351 1.750 601 96 505 74,4 SMAN 42 9.250 3.597 5653 3.629 2.024 38,9 SMAN 44 6.648 4.500 2148 380 1768 67,7 SMAN 48 5.703 3.124 2579 827 1.752 54,8 SMAN 53 7.684 3.250 4434 2.150 2.284 42,3 SMAN 81 8.460 3.302 5158 2.221 2.937 39,0 SMAN 113 15.354 3.932 11422 8.206 3.216 25,6 Rataan 7.921 3.351 4.571 2.501 2.069 49
Sumber: Survei dan Data Sekolah, 2010
Gambar 4. Ruang Terbuka Terbangun (RTB) Sekolah
2.3. Tata Letak/Layout Sekolah
Secara umum, tapak berbentuk segi empat (baik beraturan maupun tak beraturan), namun ada juga tapak yang berbentuk segi lima. Pintu masuk menghadap jalan utama, di mana pada pintu masuk juga terdapat pos keamanan.
Lapangan olahraga selain digunakan sebagai tempat berolah raga umumnya juga digunakan sebagai tempat berlangsungnya upacara bendera, terletak di tengah-tengah bangunan membentuk leter L atau leter U (Gambar 6). Posisi ini ditemukan hampir pada semua sekolah sampel studi, dimana semuanya (100%) beralaskan perkerasan atau paving.
Gambar 6. Layout Sekolah (a) Letter L, (b) Letter U
Ruangan kelas terletak berbaris bersebelahan memanjang dengan koridor terletak di sampingnya. Deretan kelas saling berhadapan dengan lapangan olahraga terletak di tengahnya. Ruang guru, ruang tata usaha, dan ruang kepala sekolah terpisah, umumnya ruang kepala sekolah berdekatan dengan ruang tata usaha. Selain ruang kelas, dalam deretan ini juga terdapat perpustakaan, laboratorium, klinik/UKS, ruang serba guna dan toilet. Letak mushalla dan kantin terpisah dari gedung utama. Dari semua sampel sekolah yang ada memiliki lima karakter layout yang hampir sama.
Lokasi parkir dekat dengan pintu masuk dan keluar, terdapat pemisahan antara parkir kendaraan roda dua dengan kendaraan roda empat. Umumnya sekolah tidak menyediakan tempat parkir untuk kendaraan roda empat, sehingga parkir untuk kendaraan roda empat ditempatkan di pinggir lapangan, itupun hanya untuk kendaraan kepala sekolah, guru, atau staff yang lain. Sedangkan untuk kendaraan roda empat siswa tidak difasilitasi.
Pada bagian depan koridor kelas biasanya di buat planter box atau bak tanaman yang umumnya berukuran dengan lebar 1-1,5 m dan memanjang mengelilingi pinggir lapangan (Gambar 7). Bak tanaman tersebut diisi oleh tanaman hias seperti pohon peneduh, perdu, maupun groundcover. Pada semua sampel sekolah juga menggunakan tanaman dalam pot ataupun pot gantung untuk memberikan suasana hijau dan indah karena terbatasnya lahan.
Gambar 7. (a) Planter Box, (b) Tanaman Dalam Pot
2.4. Sosial
Pengguna/user terdiri atas siswa, guru, staff tata usaha dan staff lainnya. Jumlah siswa rata-rata 836, yang terdiri dari kelas X, XI, dan XII. Pengguna terbanyak dari tapak sekolah adalah remaja yang berusia sekitar 15 tahun hingga 19 tahun. Sedangkan jumlah guru yang tersedia rata-rata 64 orang, karyawan tata usaha 16 orang, karyawan kebersihan 6 orang.
Proses kegiatan belajar mengajar berlangsung selama 5 hari dalam seminggu, mulai hari senin sampai dengan jum’at. Semua sekolah sampel hanya mengadakan 1 shift rombongan belajar, yaitu pagi dari pukul 06.45 hingga pukul 14.45. Sedangkan pada hari Sabtu digunakan untuk kegiatan ekstrakurikuler.
Kegiatan belajar mengajar biasa berlangsung di dalam ruang kelas atau di laboratorium, kecuali mata pelajaran olahraga. Kegiatan pelajaran olahraga dipusatkan di lapangan olahraga atau menggunakan track di luar sekolah, misalnya di jalan sekitar sekolah ketika olahraga lari. Selain itu, untuk mata pelajaran seperti fisika dan biologi kadang-kadang menggunakan ruangan di luar laboratorium ketika praktikum, seperti di kebun, halaman, atau taman toga.
Pada hari Sabtu beberapa sekolah mengadakan kegiatan ekstrakurikuler, kegiatan biasanya berpusat di lapangan olahraga (Gambar 15). Kegiatan ekstrakurikuler yang memanfaatkan ruang terbuka untuk melakukan kegiatannya antara lain Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), kelompok pecinta alam, dan berbagai ekstrakurikuler bidang olahraga, seperti basket, voli, bulu tangkis, sepak bola, futsal, dan lain-lain. Kegiatan ekstrakurikuler ini terkait dengan keberadaan fasilitas yang ada di sekolah. Keberadaan fasilitas sekolah yang baik dan sesuai dapat memberi kontribusi terhadap prestasi yang diperoleh.
Lapangan basket dimiliki semua sekolah (100%), lapangan voli dimiliki 86% sekolah. Lapangan bulutangkis dimiliki oleh 14% sekolah, lintasan lompat jauh dimiliki 29% sekolah, tenis lapangan dimiliki 14% sekolah, lapangan futsal dimiliki 100% sekolah (Tabel 8). Keseluruhan fasilitas olahraga ini umumnya dalam kondisi yang baik dan layak untuk digunakan, kecuali beberapa sekolah memiliki lapangan yang garis batasnya sudah tidak jelas. Fasilitas olahraga lapangan basket dan lapangan futsal ini terdapat dalam satu lapangan dimana
dalam satu lapangan tersebut terdapat dua fungsi yang berbeda, dapat digunakan sebagai lapangan basket ataupun lapangan futsal. Biasanya lapangan basket atau lapangan futsal ini juga digunakan sebagai lapangan utama untuk mengadakan upacara bendera.
Tabel 8. Fasilitas Lapangan Olahraga
SMA Basket Voli Bulutangkis Lompat jauh Tenis lapangan Futsal 12 X X 42 X X X X 44 X X X X 48 X X X 53 X X X 81 X X X X 113 X X X X X % 100% 86% 29% 29% 14% 100% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada
Berdasarkan penggunaan fasilitas olahraga yang ada disekolah, kegiatan ekstrakurikuler (ekskul) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu ekskul olahraga dan non olahraga. Ekskul olahraga diantaranya basket, voli, bulutangkis, sepak bola dan futsal, dan beladiri. Ekskul basket diselenggarakan oleh 100% sekolah, demikian juga dengan futsal.
Untuk ekskul non olahraga yang melangsungkan kegiatannya di ruang terbuka diantaranya Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra), Palang Merah Remaja (PMR), Praja Muda Karana (Pramuka), Kelompok Ilmiah Remaja (KIR), dan teater. Paskibra diselenggarakan oleh 100% sekolah, PMR diselenggarakan oleh
Gambar 15. Lapangan Futsal (a), Lapangan Basket (b)
100% sekolah, Pramuka diselenggarakan oleh 86% sekolah, KIR diselenggarakan oleh 100% sekolah, dan teater diselenggarakan oleh 86% sekolah (Tabel 9). Semua sekolah mewajibkan setiap siswanya untuk memilih minimal satu jenis ekskul untuk diikuti dan termasuk komponen penilaian dalam rapot.
Tabel 9 . Kegiatan Ekstrakurikuler yang Menggunakan Ruang Terbuka
Ekskul Sekolah Sampel Persentase (%)
12 42 44 48 53 81 113 Basket X X X X X X X 100% Voli X X X X X X 86% Bulutangkis X X 29% Futsal X X X X X X X 100% Bela diri X X X X X 71% Paskibra X X X X X X X 100% PMR X X X X X X X 100% Pramuka X X X X X X 86% KIR X X X X X X X 100% Teater X X X X X X 86% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada 2.5. Aktivitas
Fungsi ruang mengikuti aktivitas yang ada di dalamnya. Fungsi ruang dalam lingkungan sekolah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi edukatif dan fungsi non edukatif. Ruang edukatif adalah ruang yang digunakan oleh civitas academica untuk kegiatan belajar mengajar seperti praktikum dan membaca. sedangkan ruang non edukatif adalah ruang yang digunakan untuk menunjang kegiatan selain kegiatan belajar mengajar (Tabel 10).
Ruang dengan fungsi edukatif dapat berupa ruang kelas, ruang laboratorium, dan perpustakaan. Sedangkan ruang dengan fungsi non edukatif dibagi menjadi beberapa sub fungsi, antara lain fungsi peribadatan. Sub fungsi peribadatan yaitu berupa mushalla yang dapat ditemui pada semua sekolah sampel (100%), dengan aktivitas yang dapat dilakukan antara lain ibadah ritual seperti solat, mengaji, dan mengambil air wudhu, kadang juga digunakan oleh siswa sebagai tempat untuk diskusi dan rapat. Sub fungsi selanjutnya adalah fungsi himpunan siswa yang dimiliki oleh semua sampel sekolah. Ruang sub fungsi himpunan siswa adalah ruangan yang digunakan siswa sebagai tempat berkumpul dan melakukan kreativitas di dalamnya, seperti yang terhimpun dalam kegiatan
ekstrakurikuler atau organisasi kesiswaan lainnya. Ruang dengan fungsi ini dapat berupa ruang Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS), sekretariat ekskul, koperasi siswa, dan ruang serbaguna.
Ruang dengan sub fungsi rekreasi didapati pada kantin (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), koperasi (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), taman sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel), dan lapangan olahraga (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual-beli, mengadakan pertunjukan teater atau drama, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul lainnya. Ruang dengan sub fungsi sirkulasi terdapat pada area parkir (dimiliki oleh 100% sekolah sampel) dan jalan di dalam sekolah (dimiliki oleh 100% sekolah sampel). Sedangkan ruang dengan sub fungsi penyangga dapat berupa area penghijauan seperti kebun yang biasa terletak pada bagian belakang sekolah atau jalur hijau yang diisi dengan tanaman penahan angin, peredam bising, sekaligus peneduh yang juga ditemui pada lingkar luar lokasi sekolah.
Tabel 10 . Penggunaan Ruang dan Fasilitas
No Fungsi Aktivitas Fasilitas
1 Edukatif Belajar mengajar, praktikum, membaca, olahraga, rapat, upacara bendera
Kelas, laboratorium, perpustakaan, lapangan olahraga, ruang guru, ruang kepala sekolah 2 Non edukatif • Peribadatan • Himpunan siswa • Kesehatan • Rekreasi • Sirkulasi • Penyangga Ritual ibadah Rapat, diskusi Berobat, istirahat Berjalan, duduk-duduk, melihat pemandangan, mengobrol, makan, minum, transaksi jual beli, olahraga, menonton pertandingan, kegiatan ekskul Berjalan, berkendara Pasif Mushalla
Ruang OSIS, sekretariat ekskul
Klinik, UKS
Taman sekolah, plaza, kantin, koperasi, lapangan olahraga
Parkir, jalan di dalam sekolah
Area penghijauan Sumber: Survei, 2010
Dari hasil survey dan pengamatan, dijumpai sekitar 15 spesies pohon hingga 37 spesies pohon di setiap sekolah sampel, dan terindikasi sekitar 74 spesies pohon. Masing-masing sekolah memiliki semak mulai dari 4 spesies hingga 48 spesies, dan terindikasi sekitar 63 spesies semak. Masing-masing sekolah memiliki tanaman penutup tanah (groundcover) mulai dari 6 spesies hingga 13 spesies, dan terindikasi sekitar 28 spesies tanaman penutup tanah (groundcover). Tanaman merambat hanya dimiliki oleh lima sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman merambat mulai dari 1 spesies hingga 6 spesies, dan terindikasi sekitar 11 spesies tanaman merambat. Tanaman air hanya dimiliki oleh tiga sekolah, dimana masing-masing sekolah memiliki tanaman air mulai dari 1 spesies hingga 3 spesies, dan terindikasi sekitar 4 spesies tanaman air.
2.6.1. Fungsi Kontrol Visual
Tanaman yang ada di lingkungan sekolah sampel terdiri dari pohon, semak atau perdu, penutup tanah, tanaman merambat, serta tanaman air. Fungsi visual dari tanaman lanskap ini antara lain sebagai pembentuk estetika, peneduh, pengarah, screen, dan sebagai alas. Sedangkan dari segi biofisik, tanaman lanskap sekolah sampel ini memiliki fungsi antara lain kontrol angin, filter radiasi matahari, pencegah banjir, peredam bising, dan penyerap polutan. Dari segi sosial, tanaman ini dapat digunakan oleh user sebagai obyek ilmu pengetahuan atau bisa juga sebagai komoditas ekonomi dalam skala kecil.
Pohon
Dari jumlah pohon yang ada, masing-masing memiliki fungsi tertentu pada masing-masing sekolah. Untuk fungsi peneduh didapat dari pengamatan bentuk kanopi, posisi, dan ketinggian. Diperoleh nilai rataan dari penggunaan pohon sebagai peneduh adalah 34,75% dari jumlah total pohon yang ada. Penggunaan pohon untuk fungsi estetik rata-rata yaitu 30,07%. Penggunaan pohon dengan fungsi sebagai pengarah rata-rata 21,35%, sebagai penghalang pandangan / screen rata-rata sebanyak 13,83% (Gambar 16).
Semak
Pada semak teridentifikasi empat fungsi utama, yaitu fungsi estetik, fungsi pengarah, fungsi screen, dan fungsi pembatas. Semak dengan fungsi estetika dimiliki oleh semua sekolah dengan rata-rata penggunaan tertinggi yaitu 55,25%. Semak sebagai pengarah memiliki nilai rataan penggunaan sebesar 10,58%. Semak sebagai screen rata-rata sebanyak 8,34%, biasanya semak ini digunakan untuk menutupi pemandangan yang kurang baik. Semak dengan fungsi sebagai pembatas atau border rata-rata sebanyak 25,83%, semak jenis ini penggunaan paling banyak untuk pinggiran taman di halaman sekolah (Gambar 17).
Gambar 16. Grafik Persentase Fungsi Pohon
Gambar 17. Grafik Persentase Fungsi Semak
34,75 30,07 21,35 13,83 0 5 10 15 20 25 30 35 40
Fungsi Peneduh Fungsi Estetika Fungsi Pengarah Fungsi Screen
Persentase (% ) Fungsi 55,25 10,58 8,34 25,83 0 10 20 30 40 50 60
Fungsi Estetik Fungsi Pengarah Fungsi Screen Fungsi Pembatas
Persentase
(%
)
Penutup Tanah
Penutup tanah atau ground cover juga didapati pada semua sekolah. Fungsi dari penutup tanah ini dapat dibagi menjadi tiga fungsi. yaitu pembentuk estetika, pembatas atau border, dan alas. Fungsi pembentuk estetika sebesar 29,35%. Fungsi pembatas atau border sebesar 64,70%. Sedangkan sebagai fungsi alas sebesar 5,95% (Gambar 18).
Tanaman Merambat
Tanaman merambat atau climbing plant didapati pada semua sekolah, tetapi keragaman jenisnya sangat rendah. Adapun fungsi yang terdapat pada tanaman merambat ini dibagi menjadi dua fungsi, yaitu fungsi estetika dan fungsi penanung (dibuat semacam shelter). Fungsi estetika pada tanaman merambat sebesar 99,79%, sedangkan fungsi penanung sebesar 0,21% (Gambar 19).
Gambar 18. Grafik Persentase Fungsi Penutup Tanah
29,35 64,7 5,95 0 10 20 30 40 50 60 70
Fungsi Estetika Fungsi Pembatas Fungsi Alas
Persentase
(%
)
Tanaman Air
Tanaman air atau water plant hanya didapati pada tiga sekolah dengan keragaman jenis yang sangat rendah. Adapun fungsinya hanya sebagai penambah kesan estetika saja.
2.6.2. Frekuensi Relatif
Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan
FR =
%
Pohon
Urutan pohon dengan frekuensi relatif lima teratas adalah glodogan tiang (Polyalthia longifolia) menempati urutan pertama dari daftar pohon yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan FR 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 71,43% dari semua sekolah sampel. Artinya 71,49% dari tujuh sekolah sampel menanam pohon ini dan jumlah spesies pohon ini sebesar 14,73% dari keseluruhan spesies pohon yang
Gambar 19. Grafik Persentase Fungsi Semak
99,79 0,21 0 20 40 60 80 100
Fungsi Estetika Fungsi Penaung
Persentase
(%
)
ditemukan di seluruh sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 7,08%, keberadaannya di 85,71% dari semua sekolah sampel adalah palem raja (Roystonea regia). Urutan berikutnya adalah pohon mangga (Mangifera indica) dengan nilai FR sebesar 6,90% dan keberadaannya paling sering ditemui , yaitu di semua (100%) sekolah sampel. Selanjutnya palem putri (Veitchiia merilii) dengan nilai FR 5,96% dan terdapat di 57,14% sekolah sampel.
Urutan pohon dengan frekuensi lima terbawah adalah mahoni (Switenia mahogani), jamblang (Syzygium cumini), jambu mawar (Syzygium jambos), asem (Tamarindus indica), dan ginje (Thevetia peruviana). Dengan nilai FR sebesar 0,11% dan keberadaannya masing-masing 14,29%. Daftar pohon beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 1.
Semak/Perdu
Urutan psemak/perdu dengan frekuensi relatif lima teratas adalah teh-tehan (Acalipha macrophyla) menempati urutan pertama dari daftar semak/perdu yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan mendominasi 12,42% dari keseluruhan spesies semak/perdu yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 9,95% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah soka (Ixora sp.). Selanjutnya dracaena (Dracaena sp.) dengan nilai FR sebesar 9,65% dan keberadaanya 86,71% dari sekolah sampel. Adenium (Adenium sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,60% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,15% dan keberadaannya 85,71% dari sekolah sampel adalah bougenvil (Bougenvillea sp.).
Urutan semak/perdu dengan frekuensi relatif lima terbawah adalah bunga kancing (Gomphrena globosa), kemuning (Murayya paniculata), tebu (Saccarhum officinarum), sangitan (Sambucus javanica), legundi (Vitex trifolia), dan daun enok dengan nilai FR sebesar 0,04% dengan keberadaannya sebesar 14,29% dari jumlah sekolah sampel. Daftar semak/perdu beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 2.
Penutup tanah
Urutan penutup tanah dengan frekuensi relatif lima teratas adalah lili paris (Clorophytum sp.) menempati urutan pertama dari penutup tanah yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 28,43% dari keseluruhan spesies penutup tanah yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 57,14% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 22,06% dan keberadaannya di 85,71% dari sekolah sampel adalah Sansiveira (Sansiviera sp.) Selanjutnya adam hawa (Rhoeo discolor) dengan nilai FR sebesar 8,91% dan keberadaanya 42,86% dari sekolah sampel. Pakis (Cycas rumphii) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,68% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 6,46% dan keberadaannya 42,86% dari sekolah sampel adalah kucai variegata (Carex morowii 'variegata').
Urutan penutup tanah dengan frekuensi lima terbawah adalah krokot (althernantera sp.) dan paku sarang burung (Asplenium nidus) dengan nilai FR sebesar 0,13% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Selanjutnya dengan nilai FR 0,04% dan keberadaannya 14,29% dari sekolah sampel adalah begonia (Begonia sp.), taiwan beauty (Cuphea hyssopifolia), dan sutra bombay (Portulaca sp.). Daftar penutup tanah beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tanaman Merambat
Urutan tanaman merambat dengan frekuensi relatif lima teratas adalah sirih belanda (Epipremnum sp.) menempati urutan pertama dari tanaman merambat yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 49,15% dari keseluruhan spesies tanaman merambat yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 85,71% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 20,15% dan keberadaannya di 57,14% dari sekolah sampel adalah anggrek (Dendrobium sp.). Selanjutnya sirih gading (Raphidophora aurea) dengan nilai FR sebesar 12,99% dan keberadaanya 28,57% dari sekolah sampel. Philodendron (Philodendron sp.) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 6,03% dengan keberadaannya 57,14% dari sampel sekolah. Selanjutnya dengan nilai FR 4,52% dan keberadaannya 14,29% dari
sekolah sampel adalah tanduk rusa (Platycerium bifurcatum). Daftar tanaman merambat beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 4.
Tanaman Air
Melati air (Echinodorus sp.) menempati urutan pertama dari tanaman air yang paling banyak didapatkan di tujuh sekolah sampel, dengan nilai FR 52,63% dari keseluruhan spesies tanaman air yang ditemukan. Keberadaannya sebesar 28,57% dari semua sekolah sampel. Pada urutan ke-dua dengan nilai FR sebesar 31,58% dan keberadaannya di 14,29% dari sekolah sampel adalah paku ekor kuda (Equisetum hymale). Selanjutnya papyrus (Cyperus papyrus) dengan nilai FR sebesar 10,53% dan keberadaanya 14,29% dari sekolah sampel. Apu-apu (Pistia startiotes) ada pada urutan berikutnya dengan nilai FR sebesar 5,26% dengan keberadaannya 14,29% dari sampel sekolah. Daftar tanaman air beserta nilai frekuensi dari masing-masing sekolah sampel dapat dilihat pada Lampiran 5.
2.7. Desain Taman
Pada umunya sekolah memiliki desain formal pada tamannya. Kurang lebih 61,86% taman pada halaman sekolah memiliki pola formal, hal ini dilihat dari bentukan dan pola penanaman (Tabel 11). Pada halaman sekolah juga ditemukan elemen-elemen keras (hardscape) bernilai estetik yang sengaja diadakan untuk menunjang kegiatan outdoor siswa dan untuk menambah estetika halaman sekolah (Tabel 12). Elemen keras yang dapat dilihat pada mayoritas sekolah sampel antara lain podium upacara, bangku taman, tempat sampah, pot gantung, pot duduk, serta wastafel outdoor. Sedangkan elemen keras lainnya yang minoritas sekolah memilikinya antara lain kolam ikan, shelter, dan pergola.
Tabel 11. Persentase Desain Taman
Sekolah Desain Taman (%)
Formal Informal 12 80 20 42 62 38 44 67 33 48 54 46 53 60 40 81 65 35 113 45 55 Rataan 61,86 38,14 Sumber: Survei, 2010
Tabel 12. Elemen Keras
Sekolah Elemen Keras Podium Bangku Taman Tempat Sampah Pot
Gantung Pot Duduk 12 X X X X 42 X X X X X 44 X X X X X 48 X X X X X 53 X X X X X 81 X X X X X 113 X X X X Persentase 100% 71% 100% 100% 100% Sumber: Survei, 2010 Ket: X= ada 2.8. Pemeliharaan
Pemeliharaan (maintanence) lingkungan sekolah dari sekolah yang diteliti dilakukan oleh penjaga sekolah dan/atau tukang kebun khusus di bawah koordinasi dari Wakil Kepala Sekolah bidang sarana dan prasarana (sapras) sekolah masing-masing. Dalam pelaksanaannya didapati berbagai kendala dan keterbatasan, diantaranya kurang pedulinya sekolah terhadap kebersihan dan
kenyamanan lingkungan sekolah. Keterbatasan tenaga sumber daya manusia juga menjadi kendala yang cukup berarti, karena pemeliharaan seluruh sekolah dibebankan hanya pada beberapa user, dalam hal ini adalah penjaga sekolah atau tukang kebun. Dibeberapa sekolah seorang penjaga sekolah atau tukang kebun