• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKTUR ERTANIA

DAFTAR GAMBAR

2. Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces) suatu wilayah yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi (endemik, introduksi) guna mendukung manfaat langsung dan/atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan tersebut. Ruang terbuka hijau memiliki kekuatan untuk membentuk karakter kota dan menjaga kelangsungan hidupnya. Tanpa keberadaan ruang terbuka hijau di kota akan mengakibatkan ketegangan mental bagi manusia yang tinggal di dalamnya. Oleh karena itu, perencanaan ruang terbuka hijau harus dapat memenuhi keselarasan harmoni antara struktural kota dan alamnya, bentuknya bukan sekedar taman, lahan kosong

untuk rekreasi atau lahan penuh tumbuhan yang tidak dapat dimanfaatkan penduduk kota (Simond, 1983).

Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri No.14 Tahun 1988, ruang terbuka hijau adalah bagian dari ruang terbuka kota yang didefinisikan sebagai ruang terbuka yang pemanfaatannya lebih bersifat pada penghijauan tanaman atau tumbuhan secara alamiah maupun buatan (budidaya tanaman) seperti lahan pertanian, pertamanan, perkebunan, dan lainnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan dikatakan bahwa Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika.

Berdasarkan bobot kealamiannya, bentuk RTH dapat diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH alami (habitat liar/alami, kawasan lindung) dan (b) bentuk RTH non alami atau RTH binaan (pertanian kota, pertamanan kota, lapangan olah raga, pemakaman). Berdasarkan sifat dan karakter ekologisnya diklasifikasi menjadi (a) bentuk RTH kawasan (areal, non linear), dan (b) bentuk RTH jalur (koridor, linear). Berdasarkan penggunaan lahan atau kawasan fungsionalnya diklasifikasi menjadi (a) RTH kawasan perdagangan, (b) RTH kawasan perindustrian, (c) RTH kawasan permukiman, (d) RTH kawasan pertanian, dan (e) RTH kawasan-kawasan khusus, seperti pemakaman, hankam, olah raga, alamiah. Status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (taman lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial, taman hutan raya, hutan kota) dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan milik privat (taman rumah tinggal).

Jenis-jenis RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 tahun 2007 adalah :

1. Taman kota

2. Taman wisata alam 3. Taman rekreasi

4. Taman lingkungan perumahan dan permukiman 5. Taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial 6. Taman hutan raya

7. Hutan kota 8. Hutan lindung

9. Bentang alam, seperti gunung, bukit, lereng dan lembah 10.Cagar alam

11.Kebun raya 12.Kebun binatang 13.Pemakaman umum 14.Lapangan olah raga 15.Lapangan upacara 16.Parkir terbuka

17.Lahan pertanian perkotaan

18.Jalur di bawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET) 19.Sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa

20.Jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian 21.Kawasan dan jalur hijau

22.Daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara 23.Taman atap (roof garden)

Tujuan dibentuk atau disediakannya ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan, antara lain untuk meningkatkan mutu lingkungan hidup dan sebagai pengaman sarana lingkungan perkotaan dan menciptakan keserasian lingkungan alam dan lingkungan binaan yang berguna bagi kepentingan manusia (INMENDAGRI No. 14 Tahun 1988). Maksud diselenggarakannya RTH menurut Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 adalah untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya dengan luasan yang harus direncanakan sebesar lebih kurang 25 % dari luas wilayah. Menurut Purnomohadi (2006), RTH memiliki fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi bio-ekologis dan fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu fungsi arsitektural, sosial dan ekonomi. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam

lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi

RTH dibangun dari kumpulan tanaman atau vegetasi yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan rancangan peruntukkannya. Lokasi yang berbeda (seperti pesisir, pusat kota, kawasan industri, sempadan badan-badan air, dll) akan memiliki permasalahan yang juga berbeda yang selanjutnya berkonsekuensi pada rencana dan rancangan RTH yang berbeda. Jenis tanaman endemik atau jenis tanaman lokal yang memiliki keunggulan tertentu (ekologis, sosial budaya, ekonomi, arsitektural) dalam wilayah kota tersebut menjadi bahan tanaman utama penciri RTH kota tersebut, yang selanjutnya akan dikembangkan guna mempertahankan keanekaragaman hayati wilayahnya dan juga nasional.

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mewujudkan rancangan, penanaman dan kelestarian RTH maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan hortikultural tanaman penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan dalam menyeleksi jenis-jenis tanaman yang akan ditanam. Beberapa kriteria umum tanaman untuk ditanam di wilayah perkotaan antara lain:

1. disenangi dan tidak berbahaya bagi warga kota

2. mampu tumbuh pada lingkungan yang marjinal (tanah tidak subur, udara dan air yang tercemar)

3. tahan terhadap gangguan fisik (vandalisme) 4. perakaran dalam sehingga tidak mudah tumbang

5. tidak gugur daun, cepat tumbuh, bernilai hias dan arsitektural 6. dapat menghasilkan O2dan meningkatkan kualitas lingkungan kota 7. bibit/benih mudah didapatkan dengan harga yang murah/terjangkau oleh

masyarakat

8. prioritas menggunakan vegetasi endemik/lokal 9. keanekaragaman hayati

3. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau

Ruang Terbuka Hijau (RTH) mempunyai banyak manfaat, diantaranya manfaat estetis, orologis, hidrologis, klimatologis, edaphis, ekologis, protektif, higienis, dan edukatif (Nazaruddin 1994 dan Eckbo 1964 dalam Yuliasari 2008). Adapun secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Manfaat estetis

Manfaat estetis atau keindahan dapat diperoleh dari tanaman yang sengaja ditata sehingga tampak menonjol keindahannya, serta dapat menciptakan pemandangan yang menyejukkan.

b. Manfaat orologis

Manfaat ini penting untuk mengurangi tingkat kerusakan tanah terutama longsor serta menjaga kestabilan tanah.

c. Manfaat hidrologis

Daerah hijau sangat penting sebagai daerah persediaan air tanah. Struktur akar tanaman mampu menyerap kelebihan air apabila turun hujan, sehingga air tidak mengalir di atas tanah (run off) melainkan dapat terserap oleh tanah. Hal ini sangat mendukung proses daur alami air tanah, sehingga dapat menguntungkan kehidupan manusia.

d. Manfaat klimatologis

Faktor-faktor iklim seperti kelembaban, curah hujan, ketinggian tempat, dan sinar matahari akan membentuk suhu harian maupun bulanan yang sangat besar pengaruhnya terhadap manusia. Keberadaan vegetasi dapat menunjang faktor-faktor iklim tersebut. Efek rumah kaca akan dikurangi oleh banyaknya vegetasi dalam suatu daerah, bahkan adanya vegetasi dapat menambah kenyamanan dan kesejukan lingkungan.

e. Manfaat edaphis

Manfaat ini berhubungan erat dengan lingkungan hidup satwa diperkotaan yang semakin terdesak lingkungannya dan semakin berkurang tempat huniannya. Lingkungan hijau akan memberi tempat yang nyaman bagi satwa.

f. Manfaat ekologis

Kehidupan makhluk hidup di alam ini memiliki ketergantungan satu sama lain dan dapat hidup nyaman apabila ada kesatuan. Apabila salah satunya musnah maka makhluk hidup lainnya akan terganggu hidupnya.

g. Manfaat protektif

Vegetasi dapat menjadi pelindung bagi manusia dari teriknya sinar matahari, terpaan angin kencang, maupun kebisingan.

h. Manfaat higienis

Vegetasi bermanfaat dalam mengurangi bahaya polusi udara, karena dedaunan tanaman mampu menyaring debu dan mengisap kotoran di udara. Selain itu vegetasi juga mampu menghasilkan oksigen yang dibutuhkan manusia.

i. Manfaat edukatif

Adanya koleksi tanaman dapat bermanfaat sebagai laboratorium alam seperti kebun raya dan taman bunga dapat menambah pengetahuanbagi generasi mendatang.

Manfaat RTH menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No.01 Tahun 2007 adalah (a) sarana untuk mencerminkan identitas daerah; (b) sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; (c) sarana rekreasi aktif dan pasif serta interaksi sosial; (d) meningkatkan nilai ekonomi lahan perkotaan; (e) menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; (f) sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula; (g) sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; (h) memperbaiki iklim mikro; dan (i) meningkatkan cadangan oksigen di perkotaan.

RTH berfungsi ekologis, yang menjamin keberlanjutan suatu wilayah kota secara fisik, harus merupakan satu bentuk RTH yang berlokasi, berukuran, dan berbentuk pasti dalam suatu wilayah kota, seperti RTH untuk perlindungan sumberdaya penyangga kehidupan manusia dan untuk membangun jejaring habitat kehidupan liar. RTH untuk fungsi-fungsi lainnya (sosial, ekonomi, arsitektural) merupakan RTH pendukung dan penambah nilai kualitas lingkungan dan budaya kota tersebut, sehingga dapat berlokasi dan berbentuk sesuai dengan

kebutuhan dan kepentingannya, seperti untuk keindahan, rekreasi, dan pendukung arsitektur kota.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible) seperti mendapatkan bahan-bahan untuk dijual (kayu, daun, bunga), kenyamanan fisik (teduh, segar), keinginan dan manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible) seperti perlindungan tata air dan konservasi hayati atau keanekaragaman hayati.

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta Timur, Kota Jakarta, Propinsi DKI Jakarta dengan sampel tujuh Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) dan lokasi tercantum pada Tabel 1. Gambar 1 menunjukkan letak lokasi dari sekolah sampel. Gambar 3 menunjukkan penampilan dari sekolah sampel.

Gambar 1. Peta Orientasi Lokasi

Tabel 1. Daftar Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang Diteliti

No. Sekolah Alamat

1 SMAN 12 Jl. Pertanian 2 SMAN 42 Jl. Rajawali

3 SMAN 44 Jl. Delima IV Perumnas Klender 4 SMAN 48 Jl. Pinangranti II Taman Mini 5 SMAN 53 Jl. Cipinang Jaya 2 B

6 SMAN 81 Jl. Kompleks KODAM/Kartika Ekapaksi 7 SMAN 113 Jl. Albaido 1

2. Batasan dan Pendekatan Penelitian

Penelitian dibatasi pada penampilan kondisi fisik sekolah secara umum, penataan halaman dari bangunan sekolah, keberadaan sarana outdoor sebagai fasilitas penunjang kegiatan, persepsi dan preferensi pengguna terhadap elemen yang ada pada lanskap sekolah dan pemanfaatannya.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observatif yang dilakukan pada 7 sampel Sekolah Menengah Atas Negeri di Jakarta Timur. Studi bersifat deskriptif dan dilakukan dengan metode survei. Adapun tahapan studi yang dilakukan :

3.1.Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penetapan tujuan studi, pembuatan usulan studi, serta penentuan lokasi sekolah yang akan dipilih. Selain itu dilakukan kegiatan persiapan sebelum survei ke lapang, diantaranya permohonan izin mengadakan penelitian, pembuatan daftar isian data biofisik dan sosial, daftar pertanyaan dalam kuisioner, daftar lokasi, daftar peta, daftar peralatan yang dibutuhkan, petunjuk pelaksanaan dan penyusunan jadwal survei.

3.2.Tahap Survei

Pelaksanaan survei dilakukan pada sampel sekolah secara visual dan pengukuran fisik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk menginventarisasi kondisi fisik, biofisik, dan sosial pada lanskap sekolah. Sementara untuk mengetahui persepsi dan preferensi pengguna terhadap ruang terbuka hijau (RTH) dilakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Wawancara dilakukan terhadap pihak pengelola, sedangkan kuisioner dibagikan pada sebagian siswa, guru, dan pegawai sekolah. Pencarian data sekunder diperoleh dari sekolah yang bersangkutan melalui kantor tata usaha, kantor kewilayahan seperti dinas-dinas yang terkait, dan dari penelusuran pustaka. Daftar data yang dikumpulkan dirangkum dalam Tabel 2.

3.3.Tahap Analisis dan Sintesis

Pada tahap ini dilakukan penyeleksian data, penyusunan data secara sistematis dalam bentuk tabel, diagram, grafis, serta peta, yang kemudian dilakukan penilaian dan analisis sintesis. Data sekunder dan primer dianalisa secara kuantitatif dan kualitatif untuk mengetahui permasalahan yang ada lalu ditemukan alternatif-alternatif pemecahannya. Analisis yang dilakukan meliputi:

1. Analisis kondisi fisik

Analisis kondisi fisik adalah menganalisis hasil inventarisasi secara deskriptif. Data yang dianalisis mencakup data mengenai kondisi fisik sekolah, lanskap sekitar tapak, penggunaan ruang, tata letak/layout.

2. Analisis Ruang Terbuka Hijau

Analisis terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah menggunakan 2 metode, yaitu analisis fungsi vegetasi dan nilai dominansi. Analisis fungsi vegetasi digunakan untuk mengetahui fungsi dari masing-masing vegetasi yang ada pada RTH sekolah, sehingga didapatkan persentase dari masing-masing fungsinya. Frekuensi relatif (FR) merupakan nilai yang menunjukkan tingkatan dominan suatu tanaman diantara semua tanaman yang ditemukan di tujuh sekolah sampel. Masing-masing spesies tanaman memiliki nilai yang menunjukkan seberapa banyak jumlah tanaman tersebut ditemukan di antara tanaman spesies lain di tujuh sekolah sampel dengan menggunakan rumus penghitungan

FR =

       

 

  %

3. Analisis persepsi dan preferensi pengguna

Analisis terhadap persepsi dan preferensi pengguna menggunakan metode wawancara dan menyebar kuisioner. Jumlah responden masing-masing sekolah terdiri dari 20 siswa dan 5 guru. Wawancara dilakukan pada Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana, Kasudin Dikmen Jakarta Timur dan Staf Ahli KNLH.

4. Analisis daya dukung

Analisis daya dukung pada Ruang Terbuka Hijau (RTH) sekolah dihitung dengan menggunakan rumus pendugaan daya dukung. Menurut Boulon (1992)

dalam Nurisjah (2003), menyatakan bahwa secara umum rumus untuk menghitung daya dukung adalah sebagai berikut:

DD = S A Dimana, DD = Daya dukung A = Luas area (m2)

S = Standar rata-rata individu (orang/m2) 5. Analisis kenyamanan

Analisis kenyamanan dilakukan dengan metode penghitungan Temperature Humidity Index (THI). THI adalah indeks yang menunjukkan tingkat kenyamanan suatu area secara kuantitatif berdasarkan nilai suhu dan kelembaban udara relatif. Dalam studi ini sampel suhu di ambil pada waktu pagi, siang, dan sore hari, masing-masing di tiga tempat berbeda, di bawah naungan pohon, di lapangan (tanpa naungan) dan di dalam ruang kelas. Dengan menggunakan THI dapat diketahui kenyamanan dari sekolah sampel, bila nilai THI lebih dari 27 maka dikatakan tidak nyaman. Menurut Fandeli (2009) THI dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

THI = 0,8T + 500

*T RH

THI = Temperature Humidity Index T = Suhu udara rata-rata (°C) RH = Relative Humidity rata-rata (%)

Nilai rata-rata suhu udara (T) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

T =

( )

4

2 Tsiang Tsore

Tpagix + +

Sedangkan nilai rata-rata kelembaban relatif (RH) harian dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

RH =

( )

3

RHsore RHsiang

3.4.Tahap Pembuatan Rekomendasi

Penyusunan rekomendasi pemanfaatan RTH dilakukan berdasarkan proses analisis sintesis dari data yang ada, baik data primer maupun sekunder. Penyusunan rekomendasi mempertimbangkan karakter umum dari sampel sekolah yang ada. Rekomendasi disusun sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang terkait. Bagan alur pelaksanaan studi dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Bagan Alur Pelaksanaan studi

4. Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui survei, kuisioner, pengamatan langsung, wawancara, dan studi literatur. Analisis terhadap data hasil kerja dilakukan secara deskriptif, kuantitatif maupun kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapang, pengisian kuisioner dan wawancara dengan user (warga sekolah). Sedangkan data yang diperoleh dari studi literatur yang berasal dari buku-buku, internet, brosur, skripsi, serta sumber pustaka lainnya. Kelompok, jenis, bentuk, dan cara pengambilan data pada kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tujuan Studi Permasalahan Potensi Pengembangan

Penggunaan Ruang Terbuka Elemen RTH

Persepsi dan preferansi pengguna

Usulan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau Sekolah Analisis Tujuan lanskap sekolah Kriteria, peraturan dan persyaratan Inventarisasi

data fisik dan biofisik

Survei

Karakter sekolah

Tabel 2. Jenis, Bentuk dan Cara Pengambilan Data

Kelompok Data Jenis Data Bentuk Data Cara Pengambilan

Umum

Lokasi dan aksesibilitas

Kondisi fisik wilayah studi

(iklim, titik banjir, topografi, dll)

Kondisi sosial

Pengukuran suhu, RH, dan

THI Primer, sekunder Sekunder Sekunder Primer Survei, URL Studi pustaka Studi pustaka Survei Ruang dan Penggunaannya Luas lahan Luas bangunan Luas RTH Luas RTB

Penggunaan ruang terbuka

Penggunaan ruang terbangun

Lanskap sekitar tapak

Layout/tata letak sekolah

Primer, sekunder Sekunder Primer, sekunder Primer, sekunder Primer Primer Primer Primer

Survei, Studi pustaka Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei, Studi pustaka Survei Survei Survei Survei Vegetasi Fungsi Spesies Posisi

Jumlah dan komposisi

Primer Primer Primer Primer Survei Survei, wawancara Survei Survei

Desain RTH Gaya taman

Persentase penggunaan Primer Primer Survei Survei Elemen Keras Jenis Fungsi Posisi Primer Primer Primer Survei Survei Survei Sosial Aktifitas

Jumlah jam belajar

Prestasi Persepsi Keinginan user Primer Primer Primer Primer Primer Survei Survei, wawancara Wawancara Kuisioner Kuisioner Pemeliharaan Penyapuan Penyiraman Pembuangan sampah Pemangkasan Penyiangan Pemupukan Penyulaman Primer Primer Primer Primer Primer Primer Primer Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara Survei, wawancara

Sekolah Nomor 1 (SMAN 12) Sekolah Nomor 2 (SMAN 42)

Sekolah Nomor 3 (SMAN 44) Sekolah Nomor 4 (SMAN 48)

Sekolah Nomor 5 (SMAN 53) Sekolah Nomor 6 (SMAN 81)

Sekolah Nomor 7 (SMAN 113)

Gambar 3. Tujuh Sekolah Sampel Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2010

1. Kondisi Umum Jakarta Timur

Dokumen terkait