• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Analisis Data Statistik II

2. Data Deskriptif

Data deskriptif dari penelitian menggunakan skala an se item ini adalah sebagai berikut.

Descriptive Statistics

N Maximum Mean

Deviation blue-print yang telah disusun di awal pembuatan skala. Validitas logis skala ini jadi tidak tercapai

s

ah (r = 0,026 lasi ini jauh ebih rendah a korelasi yang di kala den a puluh yang ter pada sk ilan item, sehingg t mewak an skala

Peneliti kemudian m ukan uji msi dan n kesem

tesis ini, jumlah subjek h 85 ana enguranga

stn na tidak ada jawaban “ ama sek edua sub

deng mbilan Minimum Std. MEANPRE ME Val 85 3,945 9,000 9,000 7 58 74 ANPOST 85 id N (listwise) 85 2,250 ,59897 7,65240 1,6487 1,5152

Perban

test ada

Report KE

dingan nilai mean skor per kelompok antara mean pre-test dan post-

lah sebagai berikut.

LOMPOK MEANPRE MEANPOST

Ak N Std. Deviation 7,62632 30 1,396685 7,41562 30 1,380498 tif Mean Pa N Std. Deviation 7,79329 26 1,38201 7,63427 26 1,664044 sif Mean 4 Kontrol Mean N Std. Deviation 29 2,085939 29 1,515274 7,39645 7,91360 Tot 7 85 8758 7,6524 1,515274 al Mean 7,5989 N Std. Deviation 1,64 0 85 3. Uji Asumsi a. U

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PRE

ji Normalitas

Kelompok bermain aktif

POST N

Std. Deviation

Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

1,396685 ,182 -,304 1,665 ,008 1,380498 ,157 -,241 1,321 ,061 Normal Parameters a, b Mean

Most Extreme Absolute Differences Positive 30 7,626633 ,304 30 7,41562 ,241

a. Test distribution is Normal

Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test memiliki enyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang

berada di bawah Namun, data-data

post-test memiliki penyebaran yang normal (Asymp tailed) = 0

K

ample Kolmogorov-Smirnov Te

PRE POST

p

0,05 (Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,008).

. Sig. (2- ,061).

elompok bermain pasif

One-S st

N

Normal Parameters a, b Mean Std. D Most Extreme Negative 26 7,79329 -,347 ,004 26 7,63427 -,333 ,006 eviation Absolute Differences Positive Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)

1,382014 ,347 ,191 1,770 1,664044 ,333 ,206 1,696

a. Test distribution is Normal b. Cal d from data

Dar ta-data dari pre-test maupun

post-test m penye ran yang dak norma Hal ini terlihat dari nilai s kansi y rada di b ah 0,05 e-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,004; post-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,006).

culate

i tabel di atas diketahui bahwa da

emiliki ba ti l.

Kelompok kontrol

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PRE POST

N

Normal Parameters a, b Mean td. Deviation

Most Extreme Absolute

ve Kolmogorov-Smirnov

Asymp. Sig. (2-tailed)

29 7,39645 ,085 ,22 -,3 1,781 ,00 29 7,91360 1,520 1,878 S Differences Positive Negati Z 2 939 ,331 1 31 4 173 ,349 ,237 -,349 ,002 a. Test dis n is Normal

. Calculated from data

Dari tabel di atas diketahui bahwa data-data dari pre-test maupun

post-test memiliki penyebaran yang tidak normal. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yang berada di bawah 0,05 (pre-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,004; post-test—Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,002).

b. Uji Homogenitas Varians

Test of H Levene istic df1 df2 S tributio b omegeneity of Variances Stat ig. PRE POST 4,274 1,217 8 8 2 2 2 2 ,017 ,301

Dilihat dari nilai siny dapat disimpulkan bahwa data- ompok ketika t me iki varians yang tidak homogen

signifikan a, data antarkel pre-tes mil

(Sig. = 0,017). Sebalik -test dinilai memiliki varians yang homogen (Sig. = 0,301).

as NOVA Tab of are M Sq F

nya, data-data saat post

c. Uji Linearit A le Sum Squ s df ean uare Sig.

POST*PRE Between (Combined) Groups Linearity 89,317 38,039 19 1 4,701 38,039 2,951 23,877 Deviation from Linearity Total 51,278 192,869 18 84 2,849 1,788 ,001 ,000 ,046 Within Groups 103,551 65 1,593

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa data-data pre-test dan

4. Uji Hip

Type III Sum of df

Mean

Square F Sig. post-test memiliki hubungan yang linear (Sig. = 0,000).

otesis

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: POST

Source Squares Corrected Model Intercept KELOMPOK Er Total 43,592 74,310 39,923 5,553 5170,400 3 1 1 2 85 14,531 74,310 39,923 2,776 7,885 40,322 21,663 1,506 ,000 ,000 ,000 ,228 PRE ror Corrected Total 149,277 192,869 81 84 1,843

Pairwise Comparisons

95% Confidence Interval for Difference Dependent Variable: MEANPOST

a (I) (J) Mean Std.

a Lower Upper KELOMPOK KELOMPOK Difference (I-J) Error Sig. Bound Bound Aktif pasif -,148 ,364 ,684 -,873 ,576 kontrol -,595 ,354 ,097 -1,299 ,110 Pasif aktif kontrol ,148 -,446 ,364 ,368 ,684 ,229 -,576 -1,179 ,873 ,287 Kontrol aktif pasif ,595 ,446 ,354 ,368 ,097 ,229 -,110 -,287 1,299 1,179 Based on estimated marginal means

a

Adjustment for multiple comparisons: Least Significant Difference (equivalent to no adjustments).

Das

ests of between-subjects effects)

• Terima H0 bila signifikansi > 0,05 (tests of between-subjects effects)

bermain aktif lebih besar secara signifikan

Angka signifikansi yang didapat dari perhitungan dengan metode anakova terhadap data-data penelitian, baik yang menggunakan 20 item maupun 9 item, menunjukkan bahwa hipotesis penelitian ini tidak terbukti. Tidak terdapat

ar pengambilan keputusan uji hipotesis ini adalah sebagai berikut.

• Tolak H0 bila signifikansi < 0,05 (t

• Terima H2 bila mean kelompok

dari kelompok bermain pasif (pairwise comparisons)

Dilihat dari hasil perhitungan di atas dapat diambil keputusan bahwa H0 diterima (Sig. = 0,228), sedangkan H1 dan H2 ditolak. Artinya, tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian setelah pemberian perlakuan. Selain itu juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok bermain aktif dan pasif.

perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian setelah pemberian perlakuan (20 item: Sig. = 0,071; 9 item: Sig. = 0,228). Hal ini berarti bahwa pemberian perlakuan bermain aktif maupun pasif tidak efektif dalam menumbuhkan sikap sosial yang lebih positif pada anak usia sekolah. Bahkan, pada skala dengan 20 item, kelompok kontrol memperoleh skor yang secara signifikan lebih besar dari kelompok bermain pasif (Sig.a = 0,025). Selain itu, bermain aktif juga terbukti tidak lebih efektif dalam menumbuhkan sikap sosial tersebut.

Tidak terbuktinya hipotesis penelitian ini dapat disebabkan oleh beberapa ini.

hal seperti yang akan dibahas berikut

1. Kurangnya proses pembelajaran

Hasil analisis yang telah dilakukan di atas menunjukkan kesesuaian dengan hasil penelitian Lunardi (Lunardi, 2004). Lunardi meneliti pengaruh dongeng terhadap perilaku berbagi anak usia sekolah, khususnya kelas 3 SD. Hasil analisis Lunardi menunjukkan bahwa pemberian dongeng tidak memunculkan perilaku berbagi pada anak. Penelitian Lunardi ini dapat disejajarkan dengan perlakuan bermain pasif yang diberikan oleh peneliti, khususnya membaca buku. Dalam pembahasannya, Lunardi antara lain mengemukakan bahwa tidak adanya pengaruh dongeng terhadap perilaku berbagi anak mungkin disebabkan oleh tidak adanya perhatian khusus anak untuk melakukan pembelajaran sosial terhadap dongeng yang diberikan. Artinya, anak sekadar menikmati isi cerita tanpa kesadaran atau keinginan khusus untuk

mengambil pelajaran tertentu dari cerita tersebut. Peneliti sudah berusaha mengatasi kesulitan ini dengan memberikan pokok-pokok pembahasan yang dapat membantu anak melakukan proses pembelajaran terhadap kegiatan yang telah mereka

n yang diharapkan terjadi kurang berjalan dengan baik.

perubahan serta ebutuhan akan kerja sama dari pihak orang tua. Manger, dkk (2003) mengungkapkan kemungkinan bahwa keterampilan sosial yang mereka teliti

lakukan. Namun, ternyata hal ini tetap tidak dapat memunculkan sikap sosial yang lebih positif pada anak. Umumnya anak lebih terfokus pada kegiatan bermain yang dilakukan dan kurang memberikan perhatian pada pembahasan yang diberikan setelah kegiatan tersebut berlangsung. Akibatnya, proses pembelajara

2. Resistensi terhadap perubahan

Hasil serupa juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Manger, Eikeland, dan Asbjornsen (2003). Meskipun menggunakan subjek-subjek dari rentang usia yang berbeda, hasil penelitian mereka dapat memberikan masukan yang cukup berarti bagi penelitian yang dilakukan peneliti sendiri. Manger, dkk (2003) memberikan pelatihan keterampilan sosial, yaitu khususnya di bidang kerja sama, kontrol diri, dan asertivitas, terhadap siswa-siswi usia empat belas sampai lima belas tahun. Pelatihan yang mereka laksanakan selama satu tahun itu ternyata tidak berhasil meningkatkan keterampilan sosial para subjek. Dalam pembahasan hasil penelitian, mereka mengungkapkan beberapa hal yang mungkin juga merupakan faktor yang menentukan dalam penelitian peneliti sendiri. Beberapa hal ini antara lain masalah resistensi terhadap

resisten terhadap perubahan sehingga pelatihan yang mereka berikan tidak dapat mening

hi pula oleh begitu banyak hal lain, misalnya pengalaman masa lalu dan epribadian, sehingga sulit untuk diubah, khususnya dalam waktu yang relatif

rmrod (2004) mengungkapkan bahwa

i luar diri anak.

katkan keterampilan sosial tersebut, padahal pelatihan ini sudah berusaha memberikan situasi yang spesifik.

Masalah yang diungkapkan oleh Manger, Eikeland, dan Asbjornsen (2003) di atas juga terjadi dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan Manger, dkk di atas, yaitu dalam hal mengusahakan pembentukan aspek sosial tertentu dalam diri subjek melalui pemberian perlakuan.

Seperti halnya pada penelitian Manger, dkk (2003), penelitian ini mungkin juga menghadapi masalah resistensi, yaitu resistensi sikap sosial. Secara umum, sikap memang merupakan sesuatu yang dapat diubah, tetapi mungkin sikap sosial dipengaru

k

singkat. Secara lebih khusus, McDevitt dan O

perilaku prososial dan agresif, yaitu perilaku-perilaku yang terkait erat dengan sikap sosial, memiliki sifat bawaan, meskipun pengaruh dari lingkungan juga tetap ada. Mereka juga menyatakan bahwa kecenderungan anak untuk lebih senang berada di antara orang lain atau sendirian—sesuatu yang terkait dengan sikap sosial pula—dipengaruhi oleh temperamen anak, yaitu sesuatu yang bersifat bawaan pula. Pengaruh sifat-sifat bawaan ini membuat sikap sosial jadi relatif sulit untuk diubah atau dipengaruhi oleh faktor d

3. Kurangnya kedekatan dengan subjek

Permasalahan lain yang mungkin turut menyebabkan tidak meningkatnya sikap sosial subjek adalah kurangnya kedekatan antara peneliti dengan subjek. Peneliti termasuk orang yang asing bagi para subjek penelitian. Akibatnya, hal-hal yang ingin disampaikan peneliti kepada subjek kurang mendapat tanggapan yang berarti dari subjek. Atau, bila dikaitkan dengan salah satu permasalahan yang dikemukakan di paragraf sebelumnya, peneliti memiliki pengaruh yang relatif kecil terhadap subjek, lain halnya dengan pengaruh yang bisa diberikan oleh orang tua, teman, serta guru. Hal ini terlihat dari kurangnya perhatian yang dicurahkan subjek terhadap peneliti selama penelitian. Sebaliknya, anak memberikan perhatian dan tanggapan yang relatif lebih berarti terhadap guru mereka.

4. Control deficiency dan utilization deficiency

Mungkin metode pemberian perlakuan seperti dalam penelitian ini memang kurang cocok bagi subjek yang duduk di kelas 2 SD. Penggunaan pokok- pokok pembahasan (learning point) mungkin tidak terlalu sesuai bagi anak kelas 2 SD, khususnya dalam membentuk perilaku nyata mereka. Hal ini disebabkan oleh tahap perkembangan anak yang belum memadai. Anak usia sekolah sering kali masih menunjukkan control dan utilization deficiency dalam mengingat suatu hal dan mewujudkannya secara nyata (Berk, 2006).

Control deficiency berarti bahwa anak sebenarnya sudah memahami suatu hal dan bahkan sudah dapat mengembangkan suatu strategi untuk mengatasi

permasalahan tertentu, namun ia tidak selalu dapat mengontrol atau mewujudkan pemaha

bila disertai petunjuk atau tanda yang ipahaminya. Kedua hal ini menyebabkan anak kurang dapat melakukan

kan sesuatu dalam memori mereka serta kurang dapat mewujudkan apa yang telah mereka pahami secara nyata. Implikasi hal-hal di atas bagi penelitian ini adalah bahwa anak mungkin memang sudah dapat memahami pokok-pokok pembahasan yang disampaikan dengan baik, namun mereka belum dapat mewujudkannya secara optimal dalam perilaku nyata mereka. Hal ini juga tampak dalam perilaku anak selama penelitian. Secara keseluruhan, para subjek dapat memahami penjelasan peneliti serta menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa mereka dapat memahami pokok-pokok pembahasan dengan baik. Bila dilihat dari skor yang diperoleh pada skala sikap sosial, sebenarnya para subjek juga memiliki sikap sosial yang cukup baik. Hal ini terlihat dari skor subjek yang umumnya berkisar antara tujuh atau delapan, bahkan lebih (dengan rentang skor satu sampai sebelas). Namun, bila dilihat dari perilaku nyata yang dapat diamati oleh peneliti, subjek memang belum menunjukkan perbaikan dalam sikap sosial mereka. Hal ini terlihat antara lain pada sesi terakhir pemberian perlakuan, baik pada kelas bermain aktif maupun pasif. Pada kedua kelas eksperimen ini terdapat beberapa subjek yang mengeluhkan perilaku temannya, yaitu antara lain memukul, menendang (pada kelas bermain aktif), dan mengusir (kelas bermain pasif).

man dan strategi tersebut secara nyata dan konsisten. Utilization deficiency berarti bahwa anak sudah dapat menerapkan suatu pemahaman atau strategi secara konsisten, namun hanya

d

Hal-hal lain yang mempengaruhi hasil penelitian ini terkait dengan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini. Berbagai keterbatasan ini akan dibahas dalam sub bab selanjutnya.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian sehingga hipotesis penelitian tidak terbukti. Keterbatasan- keterbatasan tersebut akan dibahas satu per satu di bawah ini.

1. Skala kurang memadai

Skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini sebenarnya kurang memadai. Hal ini terlihat dalam beberapa hal. Pertama, ternyata peneliti melakukan suatu kesalahan dalam menyusun skala sikap sosial yang digunakan dalam penelitian ini. Ketika melakukan seleksi item, peneliti seharusnya melakukannya berdasarkan nilai korelasi item-meannya, sebab skor subjek dalam skala ini dilihat dari nilai meannya. Namun, ketika menyusun skala, peneliti justru menyeleksi item berdasarkan nilai korelasi item-totalnya. Kesalahan ini menyebabkan item-item skala memiliki validitas yang rendah. Kemudian, dengan mengesampingkan kesalahan dalam menyusun skala, skala yang digunakan dalam penelitian ini memiliki validitas yang kurang baik. Hal ini terlihat baik dari validitas isi maupun validitas logis. Artinya, skala ini mungkin tidak tepat dalam mengukur sikap sosial anak. Selain itu, angka reliabilitas yang tidak terlalu tinggi

juga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan skala ini kurang memadai untuk

penelitian ini kurang tepat untuk engukur sikap sosial anak.

2. Keti

lakuan ini mungkin menyebabkan tidak adanya perubahan yang signifikan pada sikap sosial subjek yang terukur melalui skala.

digunakan sebagai alat ukur. Item-item dalam skala ini juga memiliki tingkat social desirability yang relatif tinggi sehingga para subjek mungkin menjawab item-item ini berdasarkan apa yang dianggap baik, bukan berdasarkan keadaan mereka yang sebenarnya. Hal ini terlihat secara nyata ketika seorang subjek bertanya pada peneliti tentang jawaban mana yang baik. Tampaknya mereka ingin dianggap baik ketika mengisi skala ini, namun tidak demikian dalam perilaku mereka yang sebenarnya. Maksudnya, peneliti mengamati bahwa beberapa subjek berusaha memberikan jawaban yang baik pada skala, namun tidak berusaha terlihat baik pula dalam perilaku nyata mereka. Dari sini juga dapat terlihat bahwa skala yang digunakan dalam

m

daksesuaian item skala dengan pokok bahasan dalam eksperimen

Permasalahan selanjutnya terkait dengan skala yang digunakan. Meskipun peneliti sudah berusaha menyesuaikan item-item skala dengan pemberian perlakuan, tidak semua permasalahan yang muncul dalam item-item skala dapat terwakili dalam learning point yang diberikan selama pemberian perlakuan sehingga tidak semua permasalahan tersebut dapat dibahas. Ketidaksesuaian antara item-item skala dan per

3. Penggunaan skala kurang sesuai untuk anak

konkret, bukan abstrak. Anak belum mampu berpikir secara

iswanya memiliki latar belakang yang kurang lebih sama, perbedaan antarkelas l dengan randomisasi ini dapat mempe

Terlepas dari ketidaksesuaian antara skala dan perlakuan, mungkin pemberian skala juga kurang sesuai untuk para subjek yang duduk di kelas 2 SD ini. Hal ini terkait dengan perkembangan anak kelas 2 SD yang baru mencapai tahap operasional konkret. Artinya, anak dapat memahami sesuatu dengan baik, tetapi hanya dalam konteks

abstrak dengan baik, sedangkan skala cenderung bersifat abstrak, bukan konkret. Dalam mengisi skala, anak perlu berpikir secara abstrak dan membayangkan situasi yang digambarkan dalam item-item skala. Karena sifatnya yang abstrak inilah, pemberian skala mungkin memang tidak sesuai untuk mengukur sikap sosial pada anak kelas 2 SD.

4. Permasalahan randomisasi

Metode penelitian yang kurang tepat juga dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Penelitian ini tidak menggunakan sistem randomisasi dalam mengelompokkan subjek ke dalam kelompok-kelompok eksperimen. Meskipun peneliti sudah berusaha mengatasinya dengan mencari sekolah yang siswa- s

mungkin masih ada. Perbedaan yang tidak dikontro ngaruhi hasil penelitian.

5. Kurangnya partisipasi orang tua

Penelitian Manger, dkk (2003) mengungkapkan bahwa kesamaan nilai atau pandangan dan dukungan orang tua terhadap tujuan pelatihan dapat mempengaruhi hasil yang dicapai subjek. Kurangnya partisipasi orang tua dalam penelitian yang mereka lakukan dinilai dapat memperlambat peningkatan

eterampilan sosial subjek.

Manger, dkk (2003) di atas, penelitian ini juga tidak m

ek dalam waktu yang relatif pendek.

n prinsip belajar sosial

k

Serupa dengan penelitian

elibatkan partisipasi orang tua sehingga dukungan orang tua yang dibutuhkan dalam membentuk sikap sosial anak tidak diperoleh. Sebagai hasilnya, perlakuan yang diberikan peneliti tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap sosial para subjek. Bagaimanapun, orang tua memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap diri anak (Meyerhoff, 1994), termasuk dalam pembentukan sikap sosial mereka. Meyerhoff (1994) menilai bahwa pengaruh orang tua dan pengalaman di rumahlah yang memberikan pengaruh paling besar dalam pembentukan keterampilan sosial anak. Sekadar perlakuan dari peneliti rupanya memang tidak cukup memadai untuk membentuk sikap sosial yang lebih positif pada subj

6. Kurangnya penerapa

Hal lain yang mempengaruhi tidak terbuktinya hipotesis adalah bahwa peneliti kurang menerapkan cara-cara pembentukan sikap dalam memberikan perlakuan. Peneliti kurang menerapkan prinsip classical conditioning maupun

memang sudah berusaha menerapkan proses modeling dalam membentuk sikap sosial subjek, namun hal ini dilakukan khususnya di kelas bermain pasif, dan kurang dilakukan di kelas bermain aktif. Kurangnya penerapan prinsip-prinsip pembentukan sikap yang telah disebutkan di atas mungkin menyebabkan sikap sosial subjek kurang dapat terbentuk secara efektif.

7. Kurangnya situasi konkret

Jenis-jenis bermain yang digunakan dalam penelitian ini mungkin memang tidak sesuai untuk menumbuhkan sikap sosial pada anak, khususnya pada

elompok bermain aktif. Jenis-jenis permainan yang digunakan dalam kelompok in bersifat terlalu abstrak bagi anak. Artinya, permainan- permai

n sehingga ukuran kelas i cukup besar, yaitu sekitar tiga puluhan subjek per kelas. Hal ini menyebabkan peneliti kurang dapat memperhaitkan dan mengontrol perilaku tiap subjek. k

bermain aktif mungk

nan yang digunakan kurang dapat menghadirkan atau menggambarkan situasi sosial yang nyata dan konkret bagi anak. Akibatnya, anak kurang dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai yang diajarkannya ke dalam kehidupan nyata. Bermain aktif yang mungkin lebih efektif bagi anak adalah bermain peran, sebab bermain peran dapat menghadirkan situasi yang lebih konkret pada anak (Jordan, 1994).

8. Ukuran kelas besar

Ketika memberikan perlakuan, baik itu bermain aktif maupun pasif, tiap kelas digabung dan mendapat perlakuan secara bersamaa

Ukuran kelas yang cukup besar ini menyebabkan para subjek cenderung kurang fokus

ingga peneliti kurang dapat mengendalikan atau mengatur para subjek ketika mereka saling melempar, mendorong, atau menendang. Perilaku-perilaku tersebut ternyata memang dikeluhkan oleh cukup banyak subjek. Beberapa kejadian semacam ini bertentangan dengan tujuan penelitian dan dapat mempengaruhi penelitian sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

pada kegiatan yang sedang dilakukan. Hal ini terlihat baik pada kelas bermain aktif maupun pasif. Para subjek sering kali berbicara dengan temannya dan kurang memperhatikan peneliti. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, kurangnya perhatian subjek terhadap peneliti mungkin juga disebabkan oleh kurangnya kedekatan antara subjek dan peneliti sehingga peneliti kurang memiliki pengaruh terhadap subjek. Kurangnya perhatian subjek pada kegiatan yang sedang berlangsung ini menyebabkan perlakuan kurang mengenai sasaran sehingga tujuannya pun tidak tercapai.

9. Kejadian khusus

Selama penelitian berlangsung, terdapat beberapa kejadian khusus yang tidak dapat dikontrol oleh peneliti. Salah satunya adalah ketika sesi menonton The Tigger movie bagian II. Pada sesi ini seorang subjek menangis karena perlakuan salah seorang temannya. Contoh lain adalah ketika sesi bermain Selamatkan Raja dan Ratu. Sesi ini berjalan dengan kacau seh

10. Kurangnya per

Dalam penelitian ini, tiap kelom ok eksperimen diberi empat perlakuan yang dilakukan selama satu minggu. Jum ah perlakuan ini mungkin terlalu sedikit

alam jangka waktu yang terlalu singkat sehingga kurang emberikan efek bagi sikap sosial subjek. Perubahan sikap sosial ini mungkin membu

apat memunculkan perubahan perilaku atau keteram

reka saat pre-test

sehingg

lakuan dan singkatnya waktu penelitian

p l dan dilakukan d

m

tuhkan lebih banyak waktu dan perlakuan, apalagi, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, sikap sosial ini mungkin merupakan suatu unsur dalam diri individu yang cenderung sulit diubah. Bahkan, beberapa penelitian yang dilaksanakan dalam jangka waktu yang lebih lama pun, yaitu antara enam minggu sampai satu tahun, tidak d

pilan sosial yang signifikan secara statistik pada diri seseorang (Manger, Eikeland, & Asbjornsen, 2003, Johnson, 2000). Pemberian pre-test dan post-test

yang hanya berselang satu minggu juga mungkin menjadi faktor yang menyebabkan tidak adanya perubahan pada sikap sosial para subjek di kelompok eksperimen. Para subjek mungkin masih mengingat jawaban me

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

n untuk mengetahui efektivitas bermain aktif dan pasif dalam Hip dal efe per ber per men hal

seb kuan yang kurang sesuai untuk subjek, ukuran rlalu besar sehingga kurang dapat dikontrol atau dikendalik

pen jan mer

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujua

menumbuhkan sikap sosial yang positif pada anak usia sekolah. otesis penelitian ini adalah bahwa baik bermain aktif maupun pasif efektif am menumbuhkan sikap sosial yang positif, namun bermain aktif tetap lebih ktif daripada bermain pasif.

Hasil perhitungan dengan anakova ini menunjukkan bahwa tidak terdapat bedaan yang signifikan antara ketiga kelompok penelitian, yaitu kelompok

Dokumen terkait