• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI

C. Analisis Data

1. Data Hasil Kuesioner

Tabel 4.19

Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Pengajaran Bahasa Indonesia

No Pertanyaan

Pilihan Jawaban

SS S R TS STS

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml % 1.

Bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit saya

10 31,3 17 53,1 5 15,6 0 0 0 0

2.

Saya menyukai pelajaran Bahasa Indonesia pada materi tentang cerita anak terjemahan

6 18,8 21 65,6 3 9,4 2 6,2 0 0

3.

Metode pembelajaran ceramah membuat saya cenderung tidak semangat belajar dan bosan

4 12,5 18 56,2 7 21,9 3 9,4 0 0

4.

Penggunaan metode ceramah di kelas membuat pemahaman belajar saya rendah

3 9,4 18 56,2 10 31,3 1 3,1 0 0

5.

Saya menyukai penerapan teknik peta pikiran (Mind Map) dalam pembelajaran di kelas

10 31,3 19 59,4 3 9,4 0 0 0 0

6.

Teknik peta pikiran dapat meningkatkan

kemampuan saya dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan

12 37,5 19 59,4 1 3,1 0 0 0 0

7.

Penerapan teknik peta pikiran mempermudah saya mengingat dan memahami cerita anak terjemahan

10 31,3 21 65,6 1 3,1 0 0 0 0

8.

Dengan penerapan teknik peta pikiran saya

tertantang dan yakin bisa membuat peta pikiran dari sebuah cerita untuk membantu memahami cerita tersebut

10 31,3 22 68,7 0 0 0 0 0 0

9.

Suasana belajar di kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan penerapan teknik peta pikiran

10 31,3 18 56,2 4 12,5 0 0 0 0

72

10.

Penerapan teknik peta pikiran membuat saya lebih kreatif

14 43,8 17 53,1 1 3,1 0 0 0 0

Poin pertama, bahasa Indonesia adalah salah satu pelajaran favorit siswa mendapat respon 31,3% untuk siswa yang menjawab sangat setuju, 53,1% menjawab setuju, 15,6% menjawab ragu, 0% menjawab tidak setuju, dan 0% untuk jawaban sangat tidak setuju.

Poin kedua, siswa yang menyukai pelajaran Bahasa Indonesia pada materi tentang cerita anak terjemahan menjawab sangat setuju 18,8%, setuju 65,6%, ragu 9,4%, tidak setuju 6,2%, dan sangat tidak setuju 0%.

Poin ketiga, siswa yang merasa sangat setuju kalau metode pembelajaran ceramah membuat dirinya cenderung tidak semangat belajar dan bosan ada 12,5%, yang merasa setuju 56,2%, yang ragu 21,9%, tidak setuju 9,4%, sangat tidak setuju 0%.

Poin keempat, penggunaan metode ceramah di kelas membuat pemahaman belajar siswa rendah mendapat respon sangat setuju 9,4%, setuju 56,2%, ragu 31,3%, tidak setuju 3,1%, sangat tidak setuju 0%.

Poin kelima, siswa menyukai penerapan teknik peta pikiran (mind map) dalam pembelajaran di kelas mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 56,2%, ragu 9,4%, tidak setuju 3,1%, dan sangat tidak setuju 0%.

Poin keenam, teknik peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan mendapat respon sangat setuju 37,5%, setuju 59,4%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%.

Poin ketujuh, penerapan teknik peta pikiran mempermudah siswa mengingat dan memahami cerita anak terjemahan mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 65,6%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%.

Poin kedelapan, dengan penerapan teknik peta pikiran siswa tertantang dan yakin bisa membuat peta pikiran dari sebuah cerita untuk membantu memahami cerita tersebut mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 68,7%, ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju 0%.

Poin kesembilan, suasana belajar di kelas menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan penerapan teknik peta pikiran mendapat respon sangat setuju 31,3%, setuju 56,2%, ragu 12,5%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%.

Poin kesepuluh, penerapan teknik peta pikiran membuat siswa lebih kreatif mendapat repon sangat setuju 43,8%, setuju 53,1%, ragu 3,1%, tidak setuju dan sangat tidak setuju 0%.

Dari tabel kuesioner di atas, dapat diketahui bahwa hampir sebagian besar siswa menyukai pelajaran bahasa Indonesia dan materi cerita anak terjemahan. Sebagian besar siswa juga menyatakan setuju bahwa metode ceramah membuat tidak semangat belajar dan bosan, selain itu siswa juga menyatakan setuju jika metode ceramah dikatakan membuat pemahaman bacaan mereka rendah. Hampir sebagian besar siswa menyukai penerapan teknik peta pikiran di kelas, siswa juga menyatakan setuju bahwa teknik peta pikiran dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam menganalisis unsur-unsur cerita anak terjemahan, selain itu teknik peta pikiran juga membantu mereka dalam mengingat dan memahami cerita. Siswa juga merasa tertantang untuk membuat peta pikiran dari cerita. Menurut siswa, kondisi kelas juga menjadi lebih kondusif dan menyenangkan dengan diterapkannya peta pikiran, dan bagi siswa, peta pikiran membuat mereka lebih kreatif.

Tabel 4.20

Data Hasil Kuesioner Siswa Terhadap Peta Pikiran

No Pertanyaan Ya Kurang Tidak

Jml % Jml % Jml %

1. Apakah Anda menyukai teknik

pembelajaran peta pikiran (Mind Map)? 29 90,6 3 9,4 0 0 2.

Apakah teknik pembelajaran peta pikiran cocok diterapkan pada materi cerita anak terjemahan?

30 93,8 2 6,2 0 0 3. Apakah Anda merasa kesulitan belajar

dengan teknik peta pikiran? 1 3,1 1 3,1 30 93,8

4.

Apakah teknik pembelajaran peta pikiran ini membuat Anda semangat dalam mempelajari Bahasa Indonesia, khususnya materi tentang cerita anak terjemahan?

74

5. Apakah Anda merasa jenuh dengan

teknik pembelajaran peta pikiran ini? 1 3,1 1 3,1 30 93,8 6.

Apakah dengan teknik pembelajaran peta pikiran dapat membuat Anda bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari?

31 96,9 1 3,1 0 0

7. Apakah Anda aktif dalam mengikuti

tahapan pembelajaran peta pikiran? 29 90,6 3 9,4 0 0 8.

Apakah Anda memahami materi dengan baik setelah menggunakan teknik pembelajaran peta pikiran?

30 93,8 2 6,2 0 0 9.

Apakah teknik pembelajaran peta pikiran mempengaruhi tingkat pemahaman Anda?

30 93,8 2 6,2 0 0

10.

Apakah teknik pembelajaran peta pikiran dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar Anda pada mata pelajaran Bahasa Indonesia?

31 96,9 1 3,1 0 0

Poin pertama, siswa yang menyukai teknik pembelajaran peta pikiran sebanyak 90,6%, kurang 9,4%, tidak suka 0%.

Poin kedua, siswa yang menyatakan bahwa peta pikiran cocok diterapkan pada materi cerita anak terjemahan sebanyak 93,8%, kurang 6,2%, tidak 0%.

Poin ketiga, siswa yang merasa kesulitan belajar dengan teknik peta pikiran 3,1%, kurang 3,1%, tidak 93,8%.

Poin keempat, siswa yang menyatakan bahwa teknik peta pikiran membuat semangat dalam belajar bahasa Indonesia, khusunya cerita anak terjemahan sebanyak 93,87%, kurang 6,2%, tidak 0%.

Poin kelima, siswa yang merasa jenuh dengan teknik pembelajaran peta pikiran sebanyak 3,1%, kurang 3,1%, tidak 93,8%.

Poin keenam, siswa yang menyatakan dengan teknik peta pikiran dapat membuatnya bisa menjelaskan kembali materi yang telah dipelajari sebanyak 96,9%, kurang 3,1%, tidak 0%.

Poin ketujuh, siswa yang aktif dalam mengikuti tahapan pembelajaran peta pikiran sebanyak 90,6%, kurang 9,4%, tidak 0%.

Poin kesembilan, siswa yang merasa teknik peta pikiran mempengaruhi tingkat pemahaman mereka ada 93,8%, kurang 6,2%, tidak 0%.

Poin kesepuluh, teknik peta pikiran dirasakan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia, mendapat respon sebanyak 96,9%, kurang 3,1%, tidak 0%.

Dari tabel kuesioner di atas, dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa menyukai teknik peta pikiran, dan bagi mereka teknik peta pikiran cocok untuk digunakan dalam pembelajaran cerita anak terjemahan. Selain itu, para siswa juga merasa semangat dengan teknik pembelajaran peta pikiran, mereka tidak merasa jenuh, dan teknik peta pikiran dapat membantu mereka dalam menjelaskan kembali materi pelajaran. Teknik peta pikiran juga membantu siswa dalam memahami materi dengan lebih baik, dan siswa juga merasakan bahwa teknik peta pikiran tersebut dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar mereka.

Dokumen terkait