• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPRETASI

2. Tahap Pelaksanaan

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan ini, penelitian merealisasikan apa yang telah direncanakan pada tahap perencanaan. Pelaksanaan tindakan di kelas dilaksanakan pada Kamis, 4 Agustus 2011, pukul 10.50 sampai 11.15. Sebelumnya guru bidang studi bahasa Indonesia memperkenalkan peneliti kepada seluruh siswa kelas VII-1. Kedatangan peneliti ke kelas tersebut mendapatkan respon positif dari siswa. Mereka dapat diajak bekerja sama dalam proses penelitian. Sebelum masuk pada inti pelajaran, guru mengabsensi siswa. Setelah itu diketahui bahwa semua siswa (32 orang) hadir dalam kelas tersebut. Selesai mengabsen siswa dan memperkenalkan peneliti, pelajaran pun dimulai.

Pelajaran dimulai oleh guru dengan melakukan apersepsi berupa menanyakan pengalaman siswa dalam membaca cerita anak terjemahan. Suasana kelas saat itu terdengar cukup gaduh sebab banyak siswa yang ingin menjawab

42

pertanyaan dari guru. Guru menunjuk beberapa siswa secara bergantian. Siswa-siswa tersebut cukup cerdas menjawab pertanyaan dari guru. Mereka menceritakan secara singkat pengalaman mereka masing-masing dalam membaca cerita anak terjemahan. Kebanyakan dari mereka suka membaca cerpen dan komik, tetapi ada juga beberapa siswa yang suka membaca novel.

Gambar 4.2 Guru melakukan apersepsi

Setelah pertanyaan guru tentang pengalaman membaca cerita dan kegaduhan mereda, guru melanjutkan dengan memberi sebuah bahan bacaan berjudul “Pippi Menemukan Selepung” beserta soal pretest-nya. Soal pretest tersebut berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan bahan bacaan cerita yang diberikan guru. Kondisi para siswa terlihat bermalas-malasan untuk membaca, kurang mengerti, dan masih banyak yang melihat hasil kerja temannya untuk menjawab soal ini.

Dalam waktu sekitar lima belas menit siswa menyelesaikan bacaan dan soal pretest. Siswa mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. Dan tidak lama setelah siswa mengumpulkan lembar jawaban, bel pergantian pelajaran pun berbunyi, pelajaran pun berakhir.

Pukul 11.40-12.30 guru dan peneliti kembali masuk ke dalam kelas VII-1. Siswa masih banyak yang berada di luar kelas dan asik ribut sendiri. Guru dan peneliti pun menyiapkan peralatan seperti in focus, layar, dan juga laptop. Setelah selesai menyiapkan keperluan pembelajaran, dan siswa sudah berada di kelas dengan tenang, guru memulai pelajaran kembali.

Guru menanyakan tentang bagaimana bahan bacaan dan soal pretest yang tadi diberikan. Siswa pun menjawab “seru..!”, “kebanyakan..!”, “bingung!”, dll.

Guru kembali mengkondisikan siswa dan memberi pengertian serta komentar. Setelah itu, guru menanyakan tentang peta pikiran. Ketika guru bertanya tentang peta pikiran (mind map), banyak siswa yang bingung dan tidak mengerti apa itu peta pikiran. Namun, ada satu orang yang telah mengetahui apa itu peta pikiran, ia adalah M. Rizky Kozo. Kozo menjawab bahwa peta pikiran itu membuat gambar tentang suatu ide. Guru pun memberikan apresiasi tepuk tangan dan memuji Kozo karena pengetahuannya. Setelah jawaban Kozo tersebut, guru memulai penjelasan tentang apa itu peta pikiran, bagaimana cara membuatnya, dan memberikan contoh-contohnya. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat. Suasana kelas pun menjadi sangat tenang. Selama guru menjelaskan secara perlahan, guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyatakan pendapat. Selesai guru menjelaskan peta pikiran, guru langsung menjelaskan tentang materi cerita anak terjemahan dengan menggunakan peta pikiran. Hal ini dilakukan sekaligus untuk langsung memberi contoh kepada siswa dalam membuat peta pikiran. Selain itu, guru juga menjelaskan tentang bagaimana cara memahami bahan bacaan cerita dengan peta pikiran. Guru memberi contoh membuat peta pikiran dari bahan bacaan cerita “Pippi Menemukan Selepung” yang tadi menjadi

bahan pretest. Penjelasan guru tentang peta pikiran cerita “Pippi Menemukan Selepung” ini, membuat siswa sedikit gaduh. Hal ini dikarenakan ketika guru

membuat dan menjelaskan peta pikiran tersebut, siswa melakukan perbandingan akan jawabannya dengan penjelasan guru. Banyak siswa yang sedikit berteriak

44

“yaaahh..!!!”, dan ada juga yang berteriak “yes..!!”. Tapi dapat terlihat bahwa

mereka semua gembira dan senang dengan pembelajaran hari ini.

Akhirnya guru kembali meminta siswa untuk tidak gaduh dan melanjutkan penjelasan, siswa pun kembali tenang.

Gambar 4.4 Guru menjelaskan materi cerita anak terjemahan

Setelah selesai menjelaskan dan memberi kesempatan siswa bertanya, guru langsung menugaskan siswa mempelajari kembali peta pikiran yang baru saja diajarkan dan sekaligus memberi tugas untuk pertemuan selanjutnya, yakni

membaca cerita anak terjemahan berjudul “Lotta” dan meminta mereka untuk

membuat peta pikiran dari cerita tersebut.

Pada saat guru menjelaskan tentang tugas untuk pertemuan selanjutnya, peneliti membagikan form observasi siswa terhadap guru dan jurnal siswa. Bel pun berbunyi bersamaan dengan selesainya pembagian selembaran tersebut. Akan tetapi, proses terakhir terlupakan, guru belum menyimpulkan hasil pembelajaran. b. Pertemuan Kedua

1) Tahap Perencanaan

Pada pertemuan kedua, perencanaan yang telah peneliti dan guru buat adalah: pertama kali ketika masuk kelas, guru akan menanyakan tugas rumah dan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran. Setelah itu, guru akan meminta

Jika sudah selesai, guru meminta seluruh siswa untuk mengerjakan soal posttest. Setelah mengerjakan soal posttest, guru akan memberikan kesimpulan, dan komentar yang berkaitan dengan materi cerita anak terjemahan dan peta pikiran. Setelah itu, peneliti akan memberikan form-form serta lembaran-lembaran, seperti jurnal siswa, form pengamatan siswa terhadap guru, angket, kuesioner, dsb. Lalu guru menutup pelajaran.

2) Tahap Pelaksanaan

Pertemuan kedua dilaksanakan pada Selasa, 9 Agustus 2011, pukul 10.50-12.05, setelah para siswa selesai istirahat pertama. Suasana cuaca di luar terlihat cerah. Guru mengkondisikan siswa dan memberikan jeda waktu kepada siswa untuk merelaksasi diri. Siswa yang hadir tetap seperti pada pertemuan pertama yakni 32 siswa. Setelah beberapa menit mengkondisikan siswa, dan terlihat sudah lebih tenang, guru memulai kembali pembelajaran. Guru menanyakan tugas untuk

membuat peta pikiran dari cerita “Lotta”, dan guru juga menanyakan kesulitan siswa dalam membuat peta pikiran, ternyata hanya beberapa siswa yang memiliki kesulitan, dan yang lainnya tidak memiliki kesulitan yang berarti. Pada intinya, para siswa masih kaku dengan teknik peta pikiran, dan mereka perlu banyak berlatih menggunakan teknik tersebut agar lebih terbiasa dan mahir.

Setelah memastikan bahwa semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru, guru menugaskan beberapa orang siswa untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat sebelumnya. Siswa yang maju untuk menjelaskan peta pikiran yang telah dibuat, adalah Alvira, Nurul, Ihsan, Nanda, Ayu, Rian, dan Rizka. Mereka menjelaskan peta pikiran milik mereka secara bergantian dengan sangat baik, suasana kelas terasa hening tiap kali ada siswa yang maju, dan ketika selesai menjelaskan, suasana kelas sedikit ramai karena tepuk-tangan siswa. Ada beberapa siswa yang membuat peta pikiran dengan bagus, yaitu Rizka dan Nurul. Karena hasil peta pikiran mereka yang bagus, maka guru memberikan sebuah apresiasi positif kepada Rizka dan Nurul dengan beberapa pujian sekaligus memberi motivasi kepada siswa-siswi yang lain.

Dari bagaimana cara siswa menjelaskan peta pikiran milik mereka, dapat dilihat bahwa siswa dapat lebih memahami apa yang ia baca. Karena dengan

poin-46

poin yang siswa buat dalam bentuk peta pikiran, siswa dapat lebih mudah mengingat unsur dan hal-hal lain dalam cerita. Setelah para siswa yang ditunjuk selesai maju dan menjelaskan peta pikiran mereka, kemudian guru memberikan soal posttest yang telah disiapkan. Soal tersebut berisi tentang hal-hal yang

berkaitan dengan bahan bacaan cerita “Lotta”.

Kondisi siswa saat menjawab soal posttest terasa lebih tenang dibandingkan saat mereka menjawab soal pretest.

Gambar 4.5 Suasana siswa dalam menjawab soal posttest siklus I

Setelah selesai mengerjakan soal posttest, secara singkat guru menyimpulkan hasil pembelajaran, sementara peneliti membagikan form pengamatan siswa terhadap guru, jurnal siswa beserta angket dan kuesioner. Dengan begitu tahapan pelaksanaan tindakan di kelas VII-1 telah dituntaskan. c. Tahap Observasi

Pada tahap observasi ini, peneliti melakukan pengamatan (observasi) untuk melihat, mengamati, dan mencatat hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal-hal yang paling peneliti perhatikan adalah masalah keaktifan dan interaksi siswa dengan guru di dalam kelas. Adapun hasil pengamatan yang diperoleh peneliti melalui lembar observasi pada pertemuan pertama dan kedua adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6

Pengamatan Tingkah Laku Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I

No Aspek yang diamati Pertemuan

I

Pertemuan II 1. Siswa menghormati guru ketika guru baru

masuk kelas 70 85

2. Siswa memperhatikan penjelasan guru 70 85 3. Siswa memberikan respon positif terhadap

pembelajaran 80 85

4. Siswa mengajukan pertanyaan 60 80

5. Siswa memberikan pendapat 55 75

6. Siswa menjawab pertanyaan guru 70 80 7. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru

dengan tahapan yang telah dijelaskan 70 85 8. Siswa bersikap baik, tidak gaduh, dan tidak

mengobrol sendiri 65 80

9. Siswa mengulang dan mengevaluasi materi

pembelajaran 55 75

10. Siswa mengikuti proses pembelajaran sampai

akhir dan ikut membuat kesimpulan 70 85

Jumlah 665 815

Total skor = Jumlah Skor yang diperoleh Total skor = Jumlah Skor yang diperoleh Jumlah Aspek Jumlah Aspek

= 665 = 66,5 = 815 = 81,5 10 10

Keterangan:

Skala penilaian aspek yang dinilai: 80 — 100 = Baik

60 — 79 = Cukup 10 — 59 = Kurang

48

Skala penilaian jumlah rata-rata: 80 — 100 = Tingkat kemampuan tinggi 60 — 79 = Tingkat kemampuan sedang 10 — 59 = Tingkat kemampuan rendah

Pada tabel 4.6 di atas, terlihat bahwa dari sepuluh aspek atau aktivitas siswa yang peneliti amati selama proses pembelajaran, diperoleh rata-rata 66,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat sedang di pertemuan pertama, dan rata-rata 81,5 dengan kategori siswa berprestasi pada tingkat tinggi di pertemuan kedua. Dengan demikian, terjadi peningkatan yang lebih baik pada tingkah laku siswa, walaupun masih ada beberapa yang kurang. Data lain yang peneliti peroleh pada pertemuan awal ini adalah nilai hasil di pertemuan pertama (pretest) dan kedua (posttest). Nilai hasil pada pretest dan posttest ini, merupakan perbandingan untuk melihat hasil belajar siswa pada siklus I. Berikut tabel hasil nilai siswa.

Tabel 4.7

Perolehan Nilai Siswa dalam Memahami Bacaan Kode

Siswa Nama Siswa Pretest Posttest

1 Akmal Husein Al Jufri 50 77,5

2 Aldo Meylano 30 70

3 Alvira Shania Vanka 75 80

4 Ayu Oktariani 80 95

5 Chitra Resdiana Awaliyah 65 80

6 Fadhilah Nurul Lestari 70 85

7 Fahmi Rafif Tiansyah 45 70

8 Faktar Afrian 55 75,5

9 Febbry Aisyah Eka M 45 70,5

10 Ganielka 70 85

11 Ihsan Rabbani Ryadi 40 75,5

15 Jasmin Nar Torik 65 85 16 Kaysha Velentina Islami 65 75,5

17 M. Fany Arrafiansyah 50 90

18 M. Ridwan Afandi 65 65

19 M. Rizky Kozo 75 70,5

20 M. Daffa Rizqi Saifullah 20 90

21 M. Dhika Ramadhan 35 70,5

22 M. Rian Al-Hafizd 40 75

23 Nadiyatul Fadhilah 45 77,5

24 Nanda Putri Maulida 70 85,5

25 Nugraha Ramadhan 35 70

26 Rahmat Adha Abdillah 40 75

27 Resa Wantika Utami 60 80

28 Rizka Maulida 70 85 29 Sevi Suryani 75 85,5 30 Siti Aisyah 70 80,5 31 Thalita Syahla 65 77,5 32 Vina Alvionita 70 80 Jumlah skor 1770 2510

Jumlah rata-rata keseluruhan 55,3 78,4

Berdasarkan tabel nilai di atas, dapat dilihat bahwa tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap bacaan masih terbilang rendah pada pretest, dan mengalami peningkatan pada posttest. Adapun lebih sederhana, untuk nilai siswa tertinggi, terendah, dan rata-rata kelas, dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.8

Tingkat Pemahaman Siswa

Tingkat Pemahaman Pretest Posttest

Nilai Terendah Siswa 20 65

Nilai Tertinggi Siswa 80 95

50

Dengan melihat hasil tabel di atas, maka data yang diperoleh pada nilai siswa di pertemuan pertama masih kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan sekolah yakni 75 (KKM lihat lampiran 23), sedangkan nilai posttest di pertemuan kedua, perolehan nilai rata-rata sudah mencapai nilai KKM. Namun, karena masih adanya siswa yang belum mencapai nilai KKM, yakni sekitar 8 orang atau 25%, maka peneliti akan melanjutkan penelitian ke siklus berikutnya. Hal ini dilakukan untuk dapat melihat, memperbaiki, dan meningkatkan kekurangan-kekurangan yang ada pada pertemuan pertama dan kedua di siklus I ini, termasuk hasil belajar siswa berkenaan dengan tingkat pemahaman bacaan tersebut.

d. Tahap Refleksi

Setelah melakukan penelitian mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan sampai diketahui nilai hasil tes siswa, maka dapat diketahui pula bahwa masih banyak kekurangan yang terjadi pada siklus I ini. Seperti adanya beberapa siswa, yakni sekitar 25% siswa yang belum mencapai nilai KKM. Selain itu, masih kurang terfokusnya kegiatan pembelajaran seperti aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung, kurangnya perhatian siswa terhadap guru, dsb. Hal ini tentu saja menuntut peneliti untuk melakukan perbaikan dan penelitian lebih lanjut ke siklus II. Adapun yang menjadi tolok ukur dan perbandingan peneliti pada siklus II nantinya adalah hasil nilai pertemuan pertama (pretest) di siklus I dengan hasil nilai di siklus II, apakah terjadi peningkatan atau tidak.

4. Tindakan Pembelajaran Siklus II

Dokumen terkait