Negeri 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020
A. Analisis Hasil Penelitian
2. Data Hasil Miskonsepsi peserta didik pada Pretes dan Posttes
Data yang diperoleh dari hasil pretes dan posttes menunjukkan gambaran
miskonsepsi yang dialami peserta didik sebelum dan setelah diajar menggunakan
metode demonstrasi. Data hasil pretes dan posttes menunjukkan penurunan
miskonsepsi jika dilihat dari skor rata-rata miskonsepsi. Berikut disajikan data
penurunan miskonsepsi peserta didik pada materi fluida statis pada Tabel 4.5
Tabel 4.5 Persentase Penurunan Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum Dan Setelah Penerapan Metode Demonstrasi
Hasil Skor Rata-rata Miskonsepsi
Presentasi (%)
Pretes 15.15 60.6
Posttes 6.40 25.6
Pengurangan 8.75 35.0
Sumber: Data hasil pengolahan (2019)
Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat adanya penurunan
rata-rata miskonsepsi peserta didik sebelum dan setelah diterapkan metode
demonstrasi dalam pembelajaran di kelas. Skor rata-rata miskonsepsi peserta didik
sebelum menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah sebesar
15,15 atau 60,6%. Sedangkan skor rata-rata miskonsepsi peserta didik setelah
diterapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah sebesar 6,40 atau 25,6
. Sehingga diperoleh pengurangan skor rata-rata miskonsepsi sebesar 8,75 atau
35,0%
Adapun diagram penurunan miskonsepsi peserta didik dilihat dari skor rata-rata
peserta didik sebelum dan setelah penerapan metode demonstrasi dapat dilihat
pada Gambar 4.3
Gambar 4.3. Grafik Pernurunan Miskonsepsi Peserta Didik Dilihat Dari Skor Rata-rata Miskonsepsi Setelah Penerapan Metode Demonstrasi
Dari Gambar 4.3 diatas dapat diketahui skor rata-rata miskonsepsi peserta
didik pada hasil pretest sebesar 15.15, sedangkan pada hasil posttest sebesar 6.40
sehingga dapat diketahui pengurangan miskonsepsi peserta didik setelah
penerapan metode demonstrasi sebesar 8,75.
pretest posttest pengurangan
15.15
6.4
8.75
PEMBAHASAN
Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan penerapan
metode demonstrasi untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik. Pada proses
pembelajaran setiap pertemuan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran
yang telah disusun, dalam hal ini semua perangkat pembelajaran telah disiapkan
sebelum melakukan penelitian. Penelitian ini membandingkan miskonsepsi
peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan metode demonstrasi pada
pembelajaran fisika, terhadap satu kelas peserta didik dari enam kelas pada SMA
Negeri 9 Makassar sebagai sampel penelitian dengan jumlah peserta didik 32
orang.
Pada proses pembelajaran, peneliti menerapkan metode demonstrasi dengan
membagi peserta didik dalam bentuk kelompok. Setelah itu, pendidik
membagikan bahan ajar dan memberikan waktu kepada peserta didik untuk
mendiskusikan bahan ajar yang telah dibagikan oleh pendidik bersama dengan
teman kelompoknya. Kemudian, pendidik mendemonstrasikan suatu percobaan
terkait dengan apa yang dipelajari pada saat pembelajaran, lalu membagikan
LKPD kepada peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mendemonstrasikan percobaan sesuai dengan apa yang didemonstrasikan
oleh pendidik. Kemudian peserta didik mendiskusikan dengan anggota kelompok
mengenai apa yang telah dilakukan dan peserta didik menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKPD ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
disampaikan oleh peneliti secara langsung. Pertanyaan tersebut terkait dengan apa
ditemui peserta didik dalam kesehariannya. Peserta didik terlihat sangat antusias
dalam melakukan proses pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyan
dengan sesekali bertanya kepada peneliti apabila menemui kesulitan dalam
berdiskusi dengan anggota kelompok. Kegiatan selanjutnya yaitu peserta didik
bertugas mempresentasikan hasil kerja di hadapan teman-temannya untuk
melaporkan hasil yang diperoleh sedangkan peserta didik yang lain mengamati
apa yang disampaikan dan memberikan masukan kepada temannya apabila ada
hal yang kurang dipahami. Dalam hal ini peneliti melihat sejauh mana peserta
didik mampu menjelaskan hasil percobaan dengan baik tanpa ditunjuk siapa
perwakilan kelompok yang tampil untuk presentase. Selain itu, tahap ini melatih
keberanian peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau gagasan di hadapan
teman-temannya. Sehingga dari penjelasan yang dikemukakan oleh peserta didik,
dapat terlihat kesalahan konsep yang dimiliki oleh peserta didik.
Kesalahan konsep atau miskonsepsi peserta didik menjadi salah satu
permasalahn yang sering dihadapi oleh pendidik. Miskonsepsi merupakan ciri dari
hasil belajar yang rendah, oleh karena itu miskonsepsi berdampak buruk terhadap
kualitas pemahaman peserta didik. Sehingga perlu diidentifikasi mengenai
faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi. Pada penelitian ini miskonsepsi peserta
didik diidentifikasi menggunakan tes diagnostik beralasan. Tes diagnostik
beralasan digunakan untuk menelusuri proses mental yang berlansung pada waktu
peserta didik menjawab soal. Sehingga dari proses ini dapat diketahui
miskonsepsi peserta didik dari alasan mengapa peserta didik memilih jawaban
Penelitian menggunakan tes diagnostik beralasan juga pernah dilakukan
oleh Suke (2016: 157), bahwa sasaran utama tes diagnostic beralasan adalah
menemukan kekeliruan atau kesalahan konsep dari proses yang terjadi dalam diri
peserta didik saat mempelajari suatu topic pelajaran tertentu. Apabila telah
ditemukan, maka dapat diupayakan perbaikannya baik baik pada pendidik
maupun pada peserta didik itu sendiri.
Pada serangkaian proses pembelajaran menggunakan metode demonstrasi,
peserta didik melakukan percobaan kemudian membuktikan sebuah konsep yang
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga diharapkan dengan
memperagakan secara lansung kepada peserta didik diharapkan dapat mengurangi
kesalahan konsepnya. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
(Mosilk, 2017: 76) membuktikan bahwa stretegi dan metode pembelajaran yang
menekankan kepada keterlibatan peserta didik dalam membangun pemahaman
peserta didik cukup efektif untuk mengurangi kesalahan konsepnya.
Pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan secara lansung
kepada peserta didik mengenai suatu konsep tertentu yang berkaitan dengan apa
yang sedang dipelajari sehingga materi mudah diterima oleh peserta didik.
Berdasarkan hasil penelitian pada subbab sebelumnya miskonsepsi peserta
didik dapat diketahui dengan melakukan Pretes dan Posttes. Hasil Pretes
dianalisis menggunakan analisis deskriptif sehingga dapat diketahui skor rata-rata
dari miskonsepsi peserta didik sebelum menerapkan metode demonstrasi adalah
sebesar 15,15 atau 60,6%. Sedangkan hasil Posttes yang di analisis dengan
miskonsepsi peserta didik setelah diajar menggunakan metode demonstrasi adalah
sebesar 6,40 atau 25,6%.
Berdasarkan hasil dari Pretes dan Posttes dapat dikatakan bahwa dengan
menggunakan metode demonstrasi pada pembelajaran fisika, miskonsepasi
peserta didik dapat dikurangi. Hasil analisis deskriptif yang didapat pada Posttes
lebih kecil dari pada Pretes, hal ini dapat terlihat pada skor rata-rata miskonsepsi
yang diperoleh peserta didik. Hal ini menunjukkan adanya pengurangan
miskonsepsi peserta didik pada materi fluida statis kelas XI MIA 1 SMA Negeri 9
Makassar setelah diterapkan metode demonstrasi.
Pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi merupakan
alternatif untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik karena dengan metode ini
peserta didik mampu melihat sekaligus memperagakan secara lansung mengenai
suatu konsep yang sedang dipelajari. Sehingga mereka lebih mudah memahami
43 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN