• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR

SKRIPSI

Oleh NURHIKMA

10539132314

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(2)

i

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENGURANGI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK SMA NEGERI 9 MAKASSAR

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh NURHIKMA 10539 1323 14

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2020

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi “Motto”

“hidup adalah kumpulan keyakinan dan perjuangan, maka yakinlah dan berjuanglah karna keyakinan dan perjuangan tidak akan pernah mengkhianati

hasil”

“Kupersembahkan” “Karya sederhana ini sebagai tanda

baktiku kapada kedua orang tuaku

serta seluruh keluarga tercinta dan orang-orang

yang senantiasa menyayangiku, karna hidupku

terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa melibatkan bantuan Tuhan dan orang lain, terima kasih untuk doa dan bantuan kalian selama ini

(8)

vii ABSTRAK

Nurhikma. 2020. Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Mengurangi Miskonsepsi Peserta Didik Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 9 Makassar . Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I: Muhammad Arsyad dan Pembimbing II: Aisya Asis.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana menerapkan metode demonstrasi untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik kelas XI MIA 1 SMA Negeri 9 Makassar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan seberapa besar miskonsepsi peserta didik setelah menerapkan metode demonstrasi.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pre Eksprimental dengan menggunakan desain pre-test post-test Design Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIA SMA Negeri 9 Makassar yang berjumlah 307 orang yang terbagi dalam 9 kelas, sampel penelitian diambil dengan teknik simple random sampling sehingga diperoleh kelas XI MIA 1 yang berjumlah 32 orang.

Hasil analisis statistik deskriptif pre-test menunjukkan bahwa peserta didik dengan metode demonstrasi memperoleh skor rata-rata yaitu 15,15 dan Hasil analisis statistik deskriptif post-test menunjukkan bahwa peserta didik dengan metode demonstrasi memperoleh skor rata-rata yaitu 6,40.

Berdasarkan analisis deskriptif diperoleh penurunan miskonsepsi peserta didik yang dilihat dari penurunan skor rata-rata miskonsepsi peserta didik setelah penerapan metode demonstrasi. Adapun kesimpulan dalam penelitian ini, Miskonsepsi peserta didik setelah diajar menggunakan metode demonstrasi lebih rendah dibanding dengan miskonsepsi peserta didik sebelum diajar menggunakan metode demonstrasi. Hal ini menunjukkan adanya pengurangan miskonsepsi peserta didik yang dilihat dari skor rata-rata miskonsepsi peserta didik setelah diajar menggunakan metode demonstrasi pada peserta didik di kelas XI MIA 1 SMA Negeri 9 Makassar.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji bagi

Allah SWT sang pencipta, atas limpahan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Metode Penemuan Terbimbing Pada Pembelajaran Fisika Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik di SMA Negeri 9 Makassar ”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Selain

sebagai syarat untuk meraih gelar S-1, skripsi ini juga dibuat dengan tujuan

untuk melihat pengaruh yang berarti hasil belajar fisika peserta didik di kelas XI

MIA SMA Negeri 9 Makassar yang diajar dan yang tidak diajar menggunakan

metode penemuan terbimbing.

Skripsi ini disusun 5 (lima) bab dimana bab 1 membahas tentang latar

belakang, rumusan masalah, manfaat penelitian, bab II membahas tentang kajian

teori, kerangka pikir dan hipotesis, bab III membahas tentang metode penelitian,

sedangkan bab IV tentang hasil penelitian, pembahasan dan bab V membahas

(10)

ix

Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW sang

revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap

istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan

tugas kemanusiaan ini hingga akhir. Sepenuhnya penulis menyadari bahwa

skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulu tangan dari orang-orang yang telah

digerakkan hatinya oleh Sang Pencipta untuk memberikan nasehat, motivasi,

bantuan, bimbingan secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis. Oleh

karena itu, selain rasa syukur, penulis juga sampaikan ucapan terima kasih yang

tulus kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya

skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat

bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada Bapak Dr. Muhammad Arsyad, MT selaku pembimbing I dan Ibu

Dra. Aisyah Asis, M.Pd selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan

waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide-ide, arahan, saran dalam

menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan

pengetahuan yang bemanfaat dan berharga baik dalam penelitian ini maupun

dalam perkuliahan. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan,

umur yang panjang, dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang

telah diberikan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan

(11)

x

1. Ayah dan Ibu beserta saudara-saudaraku yang telah mendoakan dan memberi

semangat yang luar biasa sehingga saya bisa sampai pada tahap ini

2. Prof. Dr. H. Abd Rahman Rahim, S.E., M.M. sebagai Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar

3. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd dan Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

5. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah

banyak berjasa bagi penulis

6. Bapak Ma’ruf, S.Pd., M.Pd. selaku penasehat Akademik penulis selama perkuliahan

7. Bapak Drs. A. Supardin, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 9

Makassar yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian.

8. Bapak Dra. Hj. Idarmarsia. Selaku guru fisika SMA Negeri 9 Makassar dan

guru pamong bagi penulis yang selalu memberikan arahan selama melakukan

kegiatan penelitian.

9. Teman-temanku, Milda Sari Devy, Muh Fajrin, Andi Airin, dan seluruh

IMPEDANSI 014, terkhusus kepada IMPEDANSI C, teman kos, dan seluruh

(12)

xi

peduli padaku. Tidak hanya itu, kalian juga selalu mengajarkanku apa arti

dari sebuah kesabaran. Suka duka telah kita lalui bersama. Terima kasih

banyak teman, semoga Allah membalas kebaikan yang telah kalian lakukan.

Saya hanya bisa bedoa yang terbaik untuk kalian semua. Semoga kami masih

bisa bersua untuk hari selanjutnya.

10. Adik-adik kelas XI MIA SMA Negeri 9 Makassar atas perhatian dan

kerjasama selama penulis melaksanakan kegiatan penelitian.

Dengan kerendahan hati, penulis menyampaikan bahwa tidak ada manusia

yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis

senantiasa mengharapkan saran dan kritikan yang konstruktif sehingga penulis

dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah ilmu khususnya dibidang Pendidikan Fisika. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Januari 2020

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PESETUJUAN PEMBIMBING ... ii

SURAT PERNYATAN ... iii

SURAT PERJANJIAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 4 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 5 D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 7

A. Tinjauan Pustaka ... 7

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Fisika ... 7

2. Metode Demonstrasi ... 9

3. Konsep ... 12

4. Miskonsepsi ... 16

B. Kerangka Pikir ... 21

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Rancangan Penelitian ... 23

Jenis Penelitian ... 23

Lokasi Penelitian ... 23

B. Variabel Dan Desain Penelitian ... 23

Variabel Penelitian ... 23

Desain Penelitian ... 23

C. Definisi Operasional Variabel ... 24

D. Popolasi Dan Sampel ... 24

Populasi ... 24

Sampel Penelitian ... 24

(14)

xiii

F. Instrumen Penelitian ... 27

G. Teknis Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1Miskonsepsi Fisika Peserta Didik Dalam Materi Mekanika Fluida ... 21

3.1 Kegiatan Pembelajaran... 26

3.2 Kisi-kisi Instrumen Miskonsepsi Berupa Tes Diagnostik Beralasan ... 27

3.3 Hasil Validasi Pembelajaran. ... 29

3.4 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item ... 30

3.5 Hasil Analisis Uji Normalitas data pretest dan data posttest ... 33

4.1 Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum Menggunakan Metode Demonstrasi ... 34

4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes miskonsepsi peserta didik ... 34

4.3 Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik Setelah Menggunakan Metode Demonstrasi ... 36

4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik pada Posttest ... 36

4.5 Persentase Penurunan Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum Dan Setelah Penerapan Metode Demonstrasi ... 38

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Judul halaman

2.1Kerangka Pikir ... 22

4.1 Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Skor Tes Objektif peserta didik pada Pretest ... 35

4.2 Distribusi Frekuensi Kumulatif dan Persentasi Tes Miskonsepsi Peserta Didik

pada Posttest... 37

4.3 Grafik Pernurunan Miskonsepsi Peserta Didik Dilihat Dari Skor Rata-rata

Miskonsepsi Sebelum Dan Setelah Penerapan Metode Demonstrasi ... 39

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

Lampiran A ... 48

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 49

A.2 Bahan Ajar ... 57

A.3 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 81

Lampiran B... 84

B.1 Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Fisika ... 85

B.2 Instrumen Tes Miskonsepsi Peserta Didik ... 86

Lampiran C... 97

C.1 Analisis Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 98

C.2 Analisis Bahan Ajar ... 99

C.3 Analisis Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) ... 101

C.5 Analisis Validasi Instrumen ... 103

C.6 Uji Validitas ... 104

C.7 Uji Reliabilitas ... 105

Lampiran D ... 109

D.1 Skor Miskonsepsi Peserta Didik Pada Data Pre-test ... 110

D.2 Skor Miskonsepsi Peserta Didik Pada Data Post-test ... 112

D.3 Uji Normalitas ... 114

Lampiran E ... 119

Dokumentasi ... 125

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan dan

merupakan salah satu faktor yang sangat menunjang kemajuan suatu bangsa. Saat

ini pendidikan sangat diperhatikan oleh pemerintah karena pendidikan merupakan

salah satu alat untuk mencerdaskan bangsa. Pemerintah selalu berupaya untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini terbukti dari kurikulum pendidikan

yang senantiasa mengalami perubahan yang mengarah pada kesempurnaan.

Kesempurnaan yang dimaksudkan adalah ketika peserta didik mampu mencapai

kriteria belajar minimum (KBM) dan mampu menguasai materi dari berbagai

mata pelajaran salah satunya pelajaran fisika (Kemendikbud, 2012).

Menurut Suparno (2013: 4) pelajaran fisika masih menjadi materi yang

dianggap sulit dan tidak menyenangkan untuk dipelajari karena didalamnya berisi

rumus-rumus sehingga peserta didik kesulitan untuk memahami materi fisika.

Faktor yang melatar belakangi kesulitan peserta didik memahami materi fisika

adalah kurangnya konsep dikarenakan kualitas pengajaran dan pembelajaran yang

kurang baik. Hal tersebut mengakibatkan pada saat ujian masih banyak siswa

yang sekedar menebak jawaban, ada juga yang sangat yakin dengan jawabannya

padahal yang dipelajari selama ini salah atau biasa disebut miskonsepsi. Salah

satu kesulitan utama yang dihadapi peserta didik dalam proses pembelajaran fisika

(19)

Miskonsepsi didefinisikan sebagai kesalahan penafsiran konsep yang tidak

sesuai dengan penafsiran konsep oleh para ahli dan berkembang dalam waktu

yang cukup lama. Setiap orang akan mempunyai penafsiran konsep yang

berbeda-beda atas suatu fenomena yang sama interaksi dengan lingkungan akan

memunculkan konsepsi awal dalam benak peserta didik (Ufiq dkk, 2014).

Konsepsi awal yang dimiliki oleh peserta didik adalah dasar untuk

membangun pengetahuan selanjutnya. Konsepsi awal peserta didik berpotensi

besar mengalami miskonsepsi. Ketika peserta didik memasuki kelas mereka sudah

memiliki pra konsep dan pra anggapan mengenai apa yang akan diajarkan oleh

guru. Guru tidak menyadari dan tidak mempermasalahkan pra konsep tersebut dan

peserta didik pun tidak menyadarinya, Sehingga inilah yang menjadi

pertimbangan seorang guru. Guru yang mengajarkan konsep baru harus tahu

bahwa didalam otak peserta didik telah ada konsep tersebut walaupun faktanya

berbeda. Fakta yang seperti sering menyebabkan peserta didik mengalami

miskonsepsi.

Miskonsepsi merupakan ciri dari hasil belajar yang rendah. Oleh karena

itu, miskonsepsi ini berdampak buruk terhadap kualitas pemahaman peserta didik

sehingga perlu diidentifikasi terlebih dahulu mengenai faktor-faktor yang

menyebabkan miskonsepsi itu sendiri. Berdasarkan hasil observasi data nilai

ulangan semester ganjil kelas XI MIA 1 pada materi pelajaran fisika tahun ajaran

2018-2019 dan wawancara kepada guru mata pelajaran fisika di SMA Negeri 9

Makassar, diperoleh fakta bahwa dari 32 peserta didik yang terdiri dari 13

(20)

mencapai KBM dan 20 orang (57%) peserta didik kesulitan dalam memahami

materi fisika. Data tersebut menunjukkan bahwa rendahnya hasil belajar peserta

didik yang berada dibawah kriteria belajar minimum (KBM). Rendahnya

pemahaman peserta didik dikarenakan beberapa faktor-faktor penyebab

miskonsepsi berasal dari metode pembelajaran, buku teks, dan pengalaman

keseharian peserta didik itu sendiri.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Djono (2017: 76)

memberikan langkah-langkah dalam mengidentifikasi kesulitan belajar atau

miskonsepsi peserta didik dengan langkah-langkah seperti “bahwa guru dapat

menetapkan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, mengetahui lokasi

atau letak di mana peserta didik mengalami kesulitan atau miskonsepsi itu terjadi dan menetapkan latar belakang kesulitan belajar atau miskonsepsi” Ketiga langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara pemberian test diagnostik.

Menurut Suke (2016:157), bahwa “Sasaran utama test diagnostik adalah

menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan konsep dan kesalahan proses

yang terjadi dalam diri peserta didik saat mempelajari suatu topik belajar tertentu”. Tes diagnostik dikaji bagaimana proses belajar dialami atau melalui peserta didik, sehingga berhasil atau gagal dalam belajarnya. Dengan tes

diagnostik ditelusuri proses mental yang berlangsung pada waktu peserta didik

menjawab soal. Proses ini tidak dapat diamati, namun dapat diketahui atau

disimpulkan melalui jawaban soal-soal tes. Apabila ditemukan, maka dapat

diupayakan perbaikan baik pada cara guru mengajar maupun pada siswa belajar.

(21)

suatu soal. Perhatian lebih dipusatkan pada jawaban peserta didik sampai

memberikan jawaban salah itu.

Peserta didik yang mengalami miskonsepsi akan berbeda dengan peserta

didik yang tidak tahu konsep. Sehingga dibutuhkan metode yang efektif untuk

digunakan dalam proses belajar mengajar. Salah satu metode yang dapat

digunakan adalah metode demonstrasi. Metode demonstrasi merupakan metode

yang menyajikan pelajaran dengan cara menunjukkan secara lansung kepada

peserta didik mengenai suatu proses atauss benda tentu yang berkaitan dengan apa

yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan disertai penjelasan secara

lisan (Putri dkk, 2018: 22). Sehingga peserta didik lebih mudah memahami materi

pelajaran dan dapat mengurangi kesalahan konsepnya.

Penelitian lain dilakukan oleh Mosilk dkk (2016: 98-103), membuktikan

bahwa strategi dan metode pembelajaran yang menekankan kepada keterlibatan

peserta didik dalam membangun pemahamannya sendiri cukup efektif digunakan

untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Penggunaan Metode Demonstrasi Untuk Mengurangi

Miskonsepsi Peserta Didik Pada Materi Fluida Statis Kelas XI SMA Negeri 9 Makassar. ”

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah:

1. Seberapa besar miskonsepsi peserta didik sebelum penerapan metode

demonstrasi?

2. Seberapa besar miskonsepsi peserta didik setelah penerapan metode

demonstrasi?

3. Apakah terdapat pengurangan miskonsepsi peserta didik setelah penerapan

metode demonstrasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan seberapa besar miskonsepsi peserta didik sebelum

menerapkan metode demonstrasi.

2. Untuk mendeskripsikan seberapa besar miskonsepsi peserta didik setelah

menerapkan metode demonstrasi.

3. Untuk menganalisis penurunan miskonsepsi peserta didik setelah

menerapkan metode demonstrasi.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya dan mendalami

lebih lanjut tentang realita munculnya miskonsepsi peserta didik,

(23)

2. Bagi Guru

Memberikan informasi kepada guru tentang miskonsepsi peserta

didik dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru untuk

mewaspadai adanya miskonsepsi tersebut dan melakukan upaya

perbaikan.

3. Bagi peserta didik

Memberi informasi kepada peserta didik tingkat pemahamannya

terhadap konsep yang telah dipelajari sehingga peserta didik dapat

(24)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran fisika a. Hakikat Belajar

Belajar adalah proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep

relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang (peserta didik). Menurut

UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, belajar dimaknai sebagai bagian dari proses

kegiatan menciptakan sebuah pembangunan pencerahan. Belajar menjadi langkah

konkrit melahirkan langkah-langkah progresif memahami berbagai banyak hal.

Belajar selanjutnya bisa merupakan sebuah kegiatan mempertarungkan cara

berpikir kepada sebuah teks yang sedang dibaca, untuk selanjutnya dapat

melahirkan pemahaman-pemahaman baru atas sebuah bacaan yang sedang baca.

Belajar juga merupakan sebuah kegiatan yang berproses dengan sedemikan rupa

dalam proses dialektis untuk kemudian bisa mempesroleh sesuatu yang bermakna

bagi kepentingan pembelajar.

Dalam kegiatan belajar, ada sebuah proses berpikir kritis yang sedang

dilakukan secara serius dan tegas. Belajar berusaha menjawab berbagai kelesuan

hidup yang selama ini berlangsung. Pada belajar, ada makna baru yang akan

didapatkan dengan sedemikian rupa. Belajar tidak semata dilakukan untuk

mendapatkan hal baru, melainkan adalah sebuah kegiatan dinamis dan progresif

(25)

Menurut Winkel (dalam Purwanto, 2016: 39) belajar adalah suatu aktivitas

mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman dan sikap. Rohmalina

Wahab (2015: 19) mengatakan, belajar adalah suatu proses perubahan didalam

kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan

kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan,

sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan lain sejenisnya.

Belajar juga diartikan sebagai suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau

berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama dengan

syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru tersebut bukan disebabkan

oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara (Yamin, 2015).

Dari pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan perubahan pengetahuan dan tingkah laku seseorang karena adanya

pengalaman yang dilakukan dalam kegiatan belajar.

b. Pembelajaran Fisika

Pada tingkat SMA/MA fisika ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan

dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga

fisika bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta

konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan

(26)

peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

fisika diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam

sekitar.

Mata peajaran fisika SMA merupakan kelanjutan pelajaran fiska dari SMP

yang mempelajari sifat materi, gerak dan fenomena lain yang ada hubungannya

dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep

fisika dengan kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terharap

perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya. Secara

garis besar materi pelajaran fisika khususnya kelas XI SMA kurikulum 2013

meliputi : Dinamika rotasi dan kesetimbangan benda tegar; elastitas zat padat dan

Hukum Hooke; fluida statis; fluida dinamis; suhu pemuaian dan kalor; teori

kinetik gas; konsep termodinamika; gelombang bunyi; gelombang cahaya; optik

geometri dan alat optik; serta efek rumah kaca dan pemanasan gelombang.

(Paramitha, 2014: 1)

2. Metode Demonstrasi

Demonstrasi merupakan salah satu metode yang cukup efektif karena

membantu peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha sendiri berdasarkan

fakta atau data yang benar. Metode demonstrasi merupakan metode penyajian

pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta didik tentang

suartu proses, situasi, atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekadar

(27)

a. Langkah-Langkah Menggunakan Metode Demonstrasi (1) Tahap Persiapan

(a) Merumuskan tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah

proses demonstrasi berakhir

(b) Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan

dilakukan

(c) Melakukan uji coba demonstrasi.

(2) Tahap Pelaksanaan

(a) Langkah Pembukaan

(b) Mengatur tempat duduk yang memungkinkan semua peserta didik

dapat memerhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan

(c) Mengemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta didik

(d) Mengemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh peserta

didik

(3) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

(a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang

peserta didik untuk berpikir

(b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana

yang menegangkan

(c) Yakinkan bahwa semua peserta didik mengikuti jalannya demonstrasi

(28)

(d) Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk secara aktif

memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses

demonstrasi itu

(3) Langkah Mengakhiri Demonstrasi

Apabila demonstrasi selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu

diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan

pelaksanaan demonstrasi dan proses pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini

diperlukan untuk meyakinkan apakah peserta didik memahami proses

demonstrasi itu atau tidak. Selain memberikan tugas yang relevan, ada baiknya

guru dan peserta didik melakukan evaluasi bersama tentang jalannya proses

demonstrasi itu untuk perbaikan selanjutnya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

Sebagai suatu metode pembelajaran, demonstrasi memiliki beberapa

kelebihan di antaranya sebagai berikut :

1. Melalui metode demonstrasi, terjadinya verbalisme akan dapat dihindari

karena siswa disuruh langsung memerhatiakn bahan pelajaran yang

dijelaskan

2. Proses pembelajaran akan lebih menarik karena peserta didik tak hanya

mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi

3. Dengan cara mengamati secara langsung, peserta didik akan memiliki

kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan

(29)

Selain beberapa kelebihan, metode demonstrasi juga memiliki

beberapa kelemahan di antaranya :

1. Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang karena

tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal sehingga dapat

menyebabkan metode ini tidak efektif lagi. Untuk menghasilkan

pertunjukan suatu proses tertentu, guru harus beberapa kali mencobanya

terlebih dahulu sehingga dapat memakan waktu yang banyak

2. Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang

memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan

yang lebih mahal dibandingkan dengan ceramah

3. Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang

khusus sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional. Di

samping itu, demonstrasi juga memerlukan kemauan dan motivasi guru

yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa (Majid, 2016)

3. Konsep

a. Definisi konsep

Banyak ahli mendefinisikan arti dari konsep secara umum konsep adalah

suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa,

atau fenomena lainnya.

Menurut Sri Jumaini (2017: 198) mengatakan bahwa konsep merupakan

klarifikasi pengetahuan yang terdapat dalam sebuah materi pelajaran. Pengetahuan

yang bersifat konsep yaitu pengetahuan yang mengacu pada pengertian, definisi,

(30)

Menurut Lusiana (2016: 6) konsep adalah satuan arti yang mewakili

sejumlah objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep

mampu mengadakan abstraksi terhadap objek yang dihadapi, sehingga objek

ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek dihadirkan dalam kesadaran orang

dalam bentuk representasi mental tak berperaga.

Sedangkan menurut Wahyuni (2018: 238) Konsep adalah Bagian dari

struktur ilmu fisika yang berupa ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

peristiwa konkret ataupun gambaran mental dari suatu objek atau proses yang

dianggap benar oleh para ahli fisika dan digunakan oleh akal budi untuk

memahami hal-hal lain.

Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa konsep

merupakan suatu gambaran yang digunakan sebagai ciri-ciri untuk memahami hal

lain berupa objek-objek, kejadian-kejadian, atau situasi-situasi.

b. Konsepsi

Nawati (2017: 33) menjelaskan bahwa konsepsi didefinisikan sebagai

pendapat/paham yang telah ada didalam fikiran meskipun dalam pelajaran sains

kebanyakan konsep memiliki arti yang jelas, tetapi konsepsi pembelajaran

berbeda-beda. Ada konsepsi ilmuan, konsepsi guru, dan konsepsi peserta didik.

Menurut Wahyuni (2018: 238) konsepsi adalah suatu hasil pemikiran

seseorang berdasarkan interaksi struktur pengetahuan, ide, dan aktivitas penalaran

ketika seseorang dihadapkan pada persoalan. Persoalan yang dihadapi peserta

didik dapat berupa persolan konsep fisika, dapat juga berupa persoalan konteks

(31)

pada suatu penjelasan yang secara umum dianggap benar/objektif , maka konsepsi

lebih bersifat pemahaman individual yang bisa saja berbeda dengan pemahaman

para ilmuan.

Pada umumnya konsepsi ilmuan merupakan konsepsi yang paling lengkap,

paling masuk akal dan paling banyak dimanfaatkan dibandingkan konsep lainnya,

sehingga konsepsi ilmuan dianggap paling banyak diterima. Jadi seseorang dapat

memiliki konsep yang berbeda dengan konsepsi yang dimiliki orang lain karena

pengalaman hidup dan penafsiran yang berbeda.

4. Miskonsepsi

a. Definisi miskonsepsi

Tafsiran perorangan terhadap konsep sangat mungkin berbeda-beda.

Misalnya penafsiran konsep massa jenis, atau konsep hambatan, atau konsep

gesekan, dapat berbeda untuk setiap orang. Jika konsepsi peserta didik terhadap

suatu konsep sama dengan konsepsi para ilmuan, maka dapat dikatakan peserta

didik tersebut mempunyai konsepsi yang benar. Jika konsepsi peserta didik

tentang suatu konsep berbeda dengan konsepsi para ilmuan, dikatakan peserta

didik tersebut mengalami miskonsepsi. (Muna,2016:312)

Menurut Suparno (2013: 4) miskonsepsi atau salah konsep menunjuk pada

suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah, yang diterima para

pakar bidang itu, kemudian dikatakan bahwa miskonsepsi sebagai suatu kesalahan

dan hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep. Sedangkan menurut Alfian

(2015: 29) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan miskonsepsi adalah

(32)

nama, salah dalam mengklasifikasi contoh-contoh konsep, keraguan terhadap

konsep-konsep yang berbeda, tidak tepat dalam menghubungkan berbagai macam

konsep yang berlebihan atau kurang jelas.

Menurut Anisa dkk (2016: 22). berpendapat bahwa “jenis miskonsepsi yang paling banyak terjadi adalah bukan pengertian yang salah selama proses belajar

mengajar, tetapi suatu konsep awal (prakonsep) yang dibawa peserta didik ke kelas formal.”

Jadi dapat disimpulkan bahwa miskonsepsi peserta didik adalah perbedaan

konsep yang melekat pada ingatan peserta didik dan diyakini itu benar ternyata

tidak sesuai dengan konsepsi yang dipegang oleh para ilmuan.

b. Penyebab Miskonsepsi

Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa hal, Suparno (2013: 53)

menjelaskan ada lima faktor yang merupakan penyebab miskonsepsi pada peserta

didik yaitu: 1) peserta didik, 2) guru, 3) buku teks, 4) konteks, dan 5) metode

mengajar.

1) Peserta didik

Miskonsepsi yang berasal dari peserta didik dapat dikelompokkan dalam

delapan kategori, sebagai berikut :

a. Prakonsepsi atau konsep awal. Banyak peserta didik yang sudah mempunyai

konsep awal sebelum mereka mengikuti pelajaran disekolah. Prakonsepsi

sering bersifat miskonsepsi karena penalaran seseorang terhadap suatu

(33)

b. Pemikiran asosiatif yaitu pemikiran yang mengasosiasikan atau menganggap

suatu konsep selalu sama dengan konsep yang lain. Asosiasi peserta didik

terhadap istilah yang ditemukan dalam pembelajaran dan kehidupan sehari

hari sering menimbulkan salah penafsiran.

c. Pemikiran humanistik yaitu memandang semua benda dari pandangan

manusiawi. Tingkah laku benda dipahami sebagai tingkah laku mahluk hidup

sehingga tidak cocok.

d. Penalaran yang tidak lengkap. Akibatnya peserta didik akan menarik

kesimpulan yang ada dan menimbulkan miskonsepsi.

e. Intuisi yang salah yaitu, suatu perasaan yang salah dari diri seseorang yang

secara spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu tanpa

penelitian secara objektif dan nasional. Pola fikir instuitif sering dikenal

dengan pola fikir yang spontan.

f. Tahap perkembangan kognitif peserta didik. Secara umum, peserta didik yang

dalam proses perkembangan kognitif akan sulit memahami konsep yang

abstrak. Dalam hal ini, peserta didik baru belajar pada hal-hal yang kongkrit

yang dapat dilihat dengan indera.

g. Kemampuan peserta didik. peserta didik yang kurang mampu dalam

mempelajari fisika akan menemukan kesulitan dalam memahami

konsep-konsep yang diajarkan. Secara umum, peserta didik yang tingkat matematika

logisnya tinggi akan mengalami kesulitan dalam memahami konsep fisika,

(34)

h. Minat belajar. peserta didik yang memiliki minat belajar fisika yang benar

akan sedikit mengalami miskonsepsi di banding yang tidak berminat.

2) Guru

Guru terkadang menyampaikan konsep fisika yang kompleks secara

sederhana dengan tujuan mempermudah pemahaman peserta didik.

Kadang-kadang guru mengutamakan penyampaian rumusan matematis sedangkan

penyampaian konsep fisisnya dikesampingkan. Pola pengajaran guru masih

terpaku pada papan tulis, jarang melakukan eksperimen dan penyampaian masalah

yang menantang proses berfikir peserta didik.

Miskonsepsi peserta didik akan semakin kuat apabila guru bersikap otoriter

dan menerapkan metode ceramah dalam mengajar. Hal ini mengakibatkan

interaksi yang terjadi hanya satu arah. Sehingga semakin besar peluang

miskonsepsi guru ditransfer lansung pada peserta didik.

3) Buku teks

Menurut Suparno (2013: 44) buku teks yang dapat mengakibatkan

munculnya miskonsepsi peserta didik adalah buku teks yang bahasanya sulit

untuk dimengerti dan penjelasnya tidak benar. Buku teks yang terlalu sulit bagi

level peserta didik yang sedang belajar dapat menimbulkan miskonsepsi karena

mereka sulit menangkap isinya.

4) Konteks.

Konteks yang dimaksud disini adalah pengalaman Bahasa sehari-hari,

(35)

pertama sangat mempengaruhi adanya miskonsepsi karena bahasa mengandung

banyak penafsiran.

5) Metode mengajar

Menurut Suparno (2013: 50) metode mengajar guru yang tidak sesuai

dengan konsep yang dipelajari akan menimbulkan miskonsepsi guru yang hanya

menggunakan suatu metode pembelajaran untuk semua konsep akan memperbesar

peluang peserta didik terjangkil miskonsepsi. Metode ceramah yang tidak

memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya dan juga untuk

mengungkapkan gagasannya sering kali meneruskan dan mengikis miskonsepsi.

Metode praktikum yang sangat membantu dalam proses pemahaman, juga

dapat menimbulkan miskonsepsi karena peserta didik hanya dapat menangkap

konsep dari data-data yang diperoleh selama praktikum. Metode diskusi juga

dapat berperan dalam menciptakan miskonsepsi.

c. Identifikasi Miskonsepsi

Kesalah pahaman konsep (miskonsepsi) yang telah terjadi pada diri

peserta didik bila tidak segera diidentifikasi dan diatasi akan mengganggu didalam

penguasaan konsep materi selanjutnya. Identifikasi miskonsepsi diartikan sebagai

suatu cara yang dilakukan untuk mengidentifikasi belajar peserta didik yang

diperkirakan mengalami kesalah pahaman konsep, dalam hal ini adalah konsepsi

peserta didik berbeda dengan apa yang di maksudkan dengan konsepsi para ahli.

Djono (2017:76) memberikan langkah-langkah dalam mengidentifikasi

kesulitan belajar atau miskonsepsi siswa dengan langkah-langkah seperti “bahwa

(36)

belajar, mengetahui lokasi atau letak dimana peserta didik mengalami kesulitan

atau miskonsepsi itu terjadi dan menetapkan latar belakang kesulitan belajar atau miskonsepsi” Ketiga langkah tersebut di atas dapat dilakukan dengan cara pemberian test diagnostik.

Menurut Suke (2016:157), bahwa “Sasaran utama test diagnostik adalah

menemukan kekeliruan-kekeliruan atau kesalahan konsep dan kesalahan proses

yang terjadi dalam diri peserta didik saat mempelajari suatu topik belajar tertentu”. Tes diagnostik dikaji bagaimana proses belajar dialami atau melalui peserta didik, sehingga berhasil atau gagal dalam belajarnya, dengan Tes

diagnistik ditelusuri proses mental yang berlangsung pada waktu peserta didik

menjawab soal. Proses ini tidak dapat di amati, namun dapat diketahui atau

disimpulkan melalui jawaban soal-soal tes. Apabila ditemukan, maka dapat

diupayakan perbaikan baik pada cara guru mengajar maupun pada peserta didik

belajar.

Tes diagnostik menjaring informasi tentang mengapa peserta didik

menjawab salah pada suatu soal. Perhatian lebih dipusatkan pada jawaban peserta

didik sampai memberikan jawaban salah itu. Ada bermacam-macam cara tes

diagnostik yang digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi, antara lain adalah

dengan wawancara, peta konsep dan tes obyektif beralasan.

Tes obyektif beralasan adalah suatu cara yang ditempuh antara lain

dengan mengontrol suatu item, menggunakan item yang lain dimana keduanya

mempersoalkan hal sama atau mengontrol lewat pilihan alasan. Dengan cara ini

(37)

benar. Tes obyektif beralasan dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan

peserta didik dalam memahami suatu materi dalam arti dapat mengetahui jalan

pikiran peserta didik untuk sampai pada jawaban yang benar. Dengan

memperhatikan alasan yang dipilih merupakan dasar untuk dapat memilih

jawaban yang benar, sehingga apabila peserta didik belum betul-betul paham

materi yang di ujikan maka peserta didik tersebut tidak mempunyai kemungkinan

untuk menebak.

d. Miskonsepsi dalam Fisika

Miskonsepsi terdapat dalam semua bidang sains seperti biologi, kimia,

fisika dan astronomi. Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee,

Mintzes dan Novak (dalam Suparno, 2013: 9-11) dalam artikelnya mengenai

Research on Alternative conceptions in science, menjelaskan bahwa konsep alternative terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep

alternative bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam

mekanika ; 159 tentang listrik; 70 tentang panas, optik, dan sifat-sifat materi; 35

tentang bumi dan antariksa; serta 10 studi mengenai fisika modern.

Tabel 2.1 berikut cukup jelas bahwa bidang mekanika berada di urutan

teratas dari bidang-bidang fisika yang mengalami miskonsepsi. Menurut Suparno

(2013: 140) dalam bidang mekanika fluida terjadi beberapa miskonsepsi pada

peserta didik. Antara lain, beberapa peserta didik beranggapan bahwa suatu benda

tenggelam dalam air karena benda itu lebih berat dari pada air, padahal kapal

(38)

berfikir bahwa gas tidak mempunyai massa. Beberapa bahwa tekanan fluida hanya

mengarah ke bawah.

Tabel 2.1. Miskonsepsi Fisika Peserta Didik Dalam Materi Mekanika Fluida Mekanika Fluida Ditemukan pada level

Miskonsepsi yang ada SMP SMA 1. Adesi sama dengan kohesi 2. Benda melayang di air karena lebih

ringan dari pada air

3. Benda tenggelam di air karena lebih besar dari pada air

4. Cairan yang mempunyai viskositas tinggi, selalu mempunyai densitas yang lebih tinggi

5. Kayu melayang dan logam tenggelam di dalam air

6. Memanaskan udara hanya membuatnya lebih panas

7. Tekanan dan gaya itu sinonim 8. Tekanan fluida hanya berlaku

kebawah

Sumber: (Suparno, 2013: 140)

B. Kerangka Pikir

Peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik

dipandang sebagai pengalaman. Dasar pengalaman atau pengetahuan peserta didik

akan membentuk suatu konsepsi yang digunakan untuk mengartikan peristiwa

alam yang terjadi disekitarnya. Konsep yang terbentuk belum tentu sesuai dengan

konsep yang dikemukakan oleh para ahli, namun dalam memahami materi fisika

masih banyak siswa yang masih meyakini suatu konsep padahal konsep tersebut

(39)

Dalam mengungkap miskonsepsi peserta didik peneliti mengacu pada

instrument berupa tes pilihan ganda yang disertai dengan alasan mengapa peserta

didik memilih jawaban tersebut. Kemudian diterapkan metode demonstrasi yang

diharapkan mampu mengurangi miskonsepsi peserta didik.

Dalam penelitian ini, peserta didik diberikan pretes sebagai tes awal untuk

mengetahui miskonsepsi awal peserta didik, kemudian diberi perlakuan berupa

metode demonstrasi dalam 6 kali, kemudian peserta didik kembali diberikan

posttes sebagai tes akhir. Setelah mengetahui hasil pretes dan posttes, maka dapat diketahui seberapa besar miskonsepsi peserta didik sebelum dan setelah

menerapkan metode demonstrasi.

Adapun kerangka pikir dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Miskonsepsi peserta didik

Peserta didik diberi pretet untuk mengetahui miskonsepsi awal

peserta didik

Menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran

Adanya pengurangan miskonsepsi Peserta didik diberi posttes untuk

mengetahui miskonsepsi akhir peserta didik

(40)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

pra-eksperimen. 2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian bertempat di SMA Negeri 9 Makassar, Jl. Karunrung Raya

No. 37, Rappocini, Kota Makassar.

B. Variabel Penelitian 1. Variable penelitian

a. Variable bebas : Metode Demonstrasi

b. Variabel terikat : Miskonsepsi

2. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah one-group-pretest-posttest

Design, menurut (Sugiyono, 2016)

O1 X O2

dengan:

O1 = Nilai pretest (sebelum perlakuan) O2 = Nilai prosttest (setelah perlakuan)

(41)

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian ini adalah

1. Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan

atau menunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda

tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya maupun tiruan yang disertai

dengan penjelasan lisan.

2. Miskonsepsi adalah kesalahan peserta didik terhadap suatu konsep fisika

yang tidak sesuai dengan pemahaman para ahli dan berkembang dalam waktu

cukup lama.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI MIA SMA

Negeri 9 Makassar Tahun Ajaran 2019/2020 yang berjumlah 307 orang terdiri

dari 9 kelas.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan cara simple

random sampling, maka terpilihlah kelas XI MIA 1 yang berjumlah 32 orang, karena kelas populasi adalah homogen.

E. Prosedur Penelitian

Dalam Penelitian ini terdapat 4 tahap prosedur pengambilan data

(42)

1. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan guru mata pelajaran fisika

SMA Negeri 9 Makassar untuk meminta izin melaksanakan penelitian.

b. Menyusun rancangan pembelajaran, yaitu:

1) Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP): Rencana pelaksanaan

pembelajaran dibuat sebanyak 6 pertemuan untuk materi fluida

statik, kompetensi dasar (KD) yang digunakan adalah:

3.3 Menerapkan hukum-hukum fluida statik dalam kehidupan

sehari-hari.

3.4 merancang dan melakukan percobaan yang memanfaatkan

sifat-sifat fluida statis.

2) Lembar kerja peserta didik (LKPD): Lembar kerja peserta didik

dibuat sebanyak 6 pertemuan.

3) Bahan ajar: Bahan ajar dibuat sebanyak 6 pertemuan.

c. Membuat instrumen penelitian tes miskonsepsi yang berbentuk tes

diagnostik beralasan sebanyak 30 butir soal.

d. Uji coba instrumen: Uji ini dilakukan pada populasi yang bukan sampel

yaitu kelas XII MIPA 1, setelah dilakukan uji coba diperoleh 25 butir

soal yang valid dan 5 butir soal yang tidak valid.

2. Tahap Pelaksanaan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melakukan pelaksanaan

(43)

Tabel 3.1 Kegiatan Pembelajaran

No. Hari/ Tanggal Kegiatan

1 Selasa/ 01 Oktober 2019 Observasi di kelas XI MIA 1

2 Rabu/ 02 Oktober 2019 Memberikan pretest pada peserta didik kelas XI MIA 1 untuk mengetahui miskonsepsi awal peserta didik

3 Selasa/ 08 Oktober 2019 Memberikan demosntrasi tentang materi tekanan hidrostatis di kelas XI MIA 1 4 Rabu/ 09 Oktober 2019 Memberikan demonstrasi tentang materi

hukum Pascal di kelas XI MIA 1

5 Selasa/ 15 Oktober 2019 Memberikan demonstrasi tentang materi hukum Archimedes di kelas XI MIA 1 6 Rabu/ 16 Oktober 2019 Memberikan demonstrasi tentang materi

tegangan permukaan di kelas XI MIA 1 7 Selasa/ 22 Oktober 2019 Memberikan demonstrasi tentang materi

gejala kapilaritas di kelas XI MIA 1 8 Rabu/ 23 Oktober 2019 Memberikan demonstrasi tentang materi

viskositas XI MIA 1

9 Selasa/ 29 Oktober 2019 Memberikan posttest pada peserta didik kelas XI MIA 1 untuk mengetahui miskonsepsi akhir peserta didik

3. Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Pengolahan data: Data miskonsepsi tes diperoleh dari tes yang

berbentuk tes diagnostik beralasan, diolah dengan ketentuan jika benar

maka skornya 1 dan jika salah skornya 0.

b. Menganalisis data: Data miskonsepsi yang diperoleh dari tes yang

berbentuk tes diagnostik beralasan, dianalisis menggunakan teknik

analisis deskriptif. Analisis deskriptif ini dimaksudkan untuk

menyajikan tes miskonsepsi peserta didik, sehingga dapat diketahui

(44)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur miskonsepsi peserta

didik berupa tes tes diagnostik miskonsepsi berbentuk tes obyektif beralasan,

dilakukan sebelum dan sesudah penerapan metode demonstrasi.

Adapun kisi-kisi instrumen tes miskonsepsi berupa tes diagnostik beralasan yang dapat dilihat pada Tabel 3.3

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen miskonsepsi berupa berupa tes diagnostik beralasan

Indikator Nomor Soal Kunci Jawaban Jumlah Soal 1. Mengemukakan konsep tekanan hidrostatis 1, 2, 3 C, D, D 3 2. Menemukan hubungan antara tekanan hidrostatik dan kedalaman tertentu pada zat cair

4, 5, 6 C, A, C 3 3. Menerapkan rumus tekanan hidrostatik untuk menyelesaikan soal 7, 8, 9 B, D, B 3 4. Mengemukakan konsep hukum pascal 10 B 1 5. Mengemukakan konsep hukum Archimedes 11 B 1 6. Membuktikan peristiwa tenggelam, melayang dan terapung 14, 15, 16, 18, 19, 20 B, D, A, C, A, B 6 7. Menganalisis konsep hukum Archimedes 12, 13 C, C 2 8. Menerapkan konsep kapilaritas 21, 22 D, D 2 9. Mengemukakan viskositas pada fluida

23, 17 B, B 2

10.Mendemonstrasikan viskositas zat cair dengan hukum stokes

(45)

Validator 2

Kuat (3-4) Lemah (1-2)

Dari Tabel 3.3 terlihat bahwa total soal berjumlah 25 nomor. Adapun teknik

penskoran yaitu menjawab benar skor 1 dan menjawab salah skor 0. Sehingga

skor maksimal yang diperoleh yaitu 25 dan skor minimal yaitu 0.

G. Teknik Analisis Data

Untuk mengelolah data yang telah terkumpul dalam penelitian, digunakan

teknik statistik yaitu:

1. Analisis Instrumen

Untuk mengelolah data yang telah terkumpul dalam penelitian digunakan uji

Gregory, uji Validitas dan uji Reliabilitas.

a. Uji Gregory

Perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran

(RPP), buku ajar peserta didik, lembar kerja peserta didik (LKPD), dan pretest

serta posttest tes objektif disertai CRI, peserta didik dengan judul “Penerapan Metode Demonstrasi untuk Mengurangi Miskonsepsi Peserta Didik” telah divalidasi oleh dua pakar, yang kemudian dianalisis dengan menggunakan uji

Gregory.

Uji Gregory menurut Retnawati (2016: 32) yaitu sebagai berikut:

Validator 1 Lemah kuat (1-2) (3-4) A B C D 𝑟 = 𝐷 𝐴+𝐵+𝐶+𝐷

(46)

Jika r ≥ 0,75 maka perangkat pembelajaran layak untuk digunakan. dengan :

r = Validitas isi

A = sel yang tidak menunjukkan ketidak setujuan antara kedua validator

B dan C = sel yang menunjukkan perbedaan pandangan antara 1 dan validator II (validator i setuju, validaor II kurang setuju) D = sel yang menunjukkan persetujuan yang valid antara kedua

validator

Tabel 3.3 Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran

No Perangkat pembelajaran R Keterangan 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) 1 Valid

2. Buku Ajar 1 Valid

3. Lembar kerja peserta didik (LKPD) 1 Valid 4. Tes Objektif disertai CRI 1 Valid Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

Berdasarkan Tabel 3.2 di atas dengan menggunakan uji Gregory (R ≥

0,75) dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP), buku ajar peserta didik, lembar kerja peserta

didik (LKPD), dan tes objektif disertai CRI peserta didik layak digunakan dalam

penelitian karena hasil analis yang diperoleh sesuai dengan syarat uji Gregory.

b. Uji Validitas

Untuk mengetahui validitas tiap item tes digunakan rumus korelasi sebagai

berikut:

rxy = 𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑥)(∑ 𝑦)

(47)

dengan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel x dan y X = skor item

Y = skor total N = jumlah subyek

Setelah dihitung rhitung dibandingkan dengan rtabel . Cara penafsiran harga

koefisien korelasi yaitu membandingkan koefisien korelasi butir soal (rhitung)

dengan koefisien korelasi product moment (rtabel). Butir soal dikatakan valid jika

rhitung > rtabel pada taraf signifikan α = 0,05

Pengujian ini dilakukan dengan bantuan Microsoft Exel. Pada pengujian

validitas soal tes miskonsepsi yang berjumlah 30 butir soal, diperoleh 5 butir soal

yang tidak valid, sehingga hanya 25 butir soal yang valid untuk digunakan dalam

penelitian.

c. Uji Reliabilitas

Untuk perhitungan reliabilitas tes didekati dengan rumus Kuder dan

Richardson (KR-20) yang dirumuskan:

ri = [ 𝑛 𝑛−1] [ 𝑆𝑡2−∑ 𝑝𝑞 𝑆𝑡2 ] dengan: ri = Reliabilitas instrumen n = Jumlah butir pertanyaan p = Proporsi skor yang diperoleh

q = Proporsi skor maksimum dikurangi skor yang diperoleh St2 = Variansi total

Penentuan Kriteria tingkat reliabilitas instrumen mengacu pada kriteria

(48)

Tabel 3.4 Kriteria Tingkat Reliabilitas Item Rentang Nilai Kategori

0,800 - 1,000 Tinggi 0,600 - 0,800 Cukup tinggi 0,400 - 0,600 Sedang 0,200 - 0,400 Rendah 0,000 - 0,200 Sangat rendah

Pengujian reliabilitas tes soal miskonsepsi menggunakan rumus alpa

cronbah berbantuan aplikasi SPSS diperoleh hasil perhitungan yang menunjukkan nilai rhitung adalah 0,820. nilai tersebut berada pada rentang 0.800

< ri ≤ 1,000 yang masuk dalam kategori reliabilitas tinggi.

2. Analisis Hasil Penelitian a. Analisis deskriptif

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis

deskriptif. Analisis deskriptif yang digunakan adalah penyajian data berupa nilai

rata-rata dan standar deviasi. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan

/mendeskripsikan perbedaan miskonsepsi peserta didik sebelum dan setalah

menerapkan metode demonstrasi.

1)Skor Rata-rata

Skor rata-rata diperoleh dari persamaan yang dikemukakan oleh Spiegel

dan Stephens (2007: 49) yaitu sebagai berikut:

𝑋̅ =∑ 𝑋𝑖 𝑛 dengan :

𝑋̅ = Skor rata-rata

∑ 𝑋𝑖 = Jumlah skor keseluruhan 𝑛 = Banyaknya subjek penelitian

(49)

2)Standar Deviasi

Menurut Sugiyono (2016: 57) untuk menentukan standar deviasi dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑆 = √∑ (𝑋𝑖 − 𝑋̅) 2 𝑛 𝑖=1 𝑛 − 1 dengan 𝑆 = Standar deviasi 𝑋𝑖 = Skor 𝑋̅ = Skor rata-rata

(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian dan pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan

untuk memperoleh data melalui pemberian tes sebelum dan setelah dilakukan

suatu pengajaran pada kelas penelitian. Variabel yang diteliti adalah Miskonsepsi

menggunakan Metode Demonstrasi pada peserta didik kelas XI MIA 1 SMA

Negeri 9 Makassar tahun ajaran 2019/2020.

A. Analisis Hasil Penelitian

1. Analisis Deskriptif Tes Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum dan Setelah Penerapan Metode Demonstrasi

Hasil analisis deskriptif nilai tes miskonsepsi peserta didik Sebelum dan

setelah diterapkannya metode demonstrasi pada pada pembelajaran di kelas XI

MIA 1 SMA Negeri 9 Makassar dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum dan Setelah Menggunakan Metode Demonstrasi

Statistik Skor Statistik

Pretes Posttes Ukuran sampel 32 32 Skor ideal 25 25 Skor tertinggi 20 12 Skor terendah 9 2 Rentang skor 11 10 Skor rata-rata 15.15 6.40 Standar deviasi 2.84 2.83 Varians 8.06 8.00

Sumber: Data Primer Terolah (2019)

(51)

Dari Tabel 4.1 peserta didik kelas XI MIA 1 SMA Negeri 9 Makassar

memiliki jumlah sampel sebanyak 32 orang. Dilihat dari skor tertinggi dari tes

miskonsepsi peserta didik pada Pretes sebesar 20, skor terendah yang dicapai

peserta didik sebesar 9, dengan rentang 11,00 sehingga skor rata-rata miskonsepsi

peserta didik sebesar 15,15 dan standar deviasinya 2,84.

Sedangkan pada data posttes dengan jumlah sampel yang sama yaitu 32

orang. Dilihat dari skor tertinggi dari tes miskonsepsi peserta didik sebesar 12,

skor terendah yang dicapai sebesar 2, dengan rentang 10,00 sehingga skor

rata-rata miskonsepsi peserta didik sebesar 6,40 dan standar deviasinya 2,83.

Jika skor tes miskonsepsi pretest peserta didik kelas XI MIA 1 SMA Negeri

9 Makassar dianalisis menggunakan persentase pada distribusi frekuensi, maka

dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik pada Data Pretes

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan skor miskonsepsi terdapat tiga

peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 9-10, satu peserta didik yang

memperoleh skor pada rentang 11-12, sepuluh peserta didik yang memperoleh

skor pada rentang 13-14, delapan peserta didik yang memperoleh skor pada Interval Skor F Persentase (%)

9-10 3 9.37 11-12 1 3.13 13-14 10 31.25 15-16 8 25.00 17-18 6 18.75 19-20 4 12.05  32 100

(52)

rentang 15-16, enam peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 17-18, dan

empat peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 19-20.

Berdasarkan Tabel 4.2 Data distribusi Frekuensi Pretes dapat disajikan

dalam diagram batang Gambar 4.1

Gambar 4.1 Distribusi Frekuensi Persentasi Skor Tes Objektif Peserta Didik pada Pretes

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan persentasi miskonsepsi peserta

didik yang memperoleh skor pada rentang 9-10 sebesar 9,37 %, persentasi

miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 11-12 sebesar 3,13

% peserta didik yang memperoleh skor 13-14 sebesar 31,25 %, persentasi

miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 15-16 sebesar

25,00 %, peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 17-18 sebesar 18,75

%, persentasi miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang

19-20 sebesar 12,05 %.

Berdasarkan data yang diperoleh dari tes miskonsepsi peserta didik setelah

diajar dengan metode demonstrasi dengan menggunakan analisis distribusi

frekuensi dan persentase skor dari tes miskonsepsi, dapat dilihat pada Tabel 4.4 0 2 4 6 8 10 2-3 4-5 6-7 8-9 10-11 12-13 FR EKUE N SI SKOR MISKONSEPSI

(53)

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Skor Tes Miskonsepsi Peserta Didik pada Posttes

Interval Skor Ferkuensi Persentase (%)

2-3 4 12.05 4-5 8 25.00 6-7 10 31.25 8-9 3 9.37 10-11 6 18.75 12-13 1 3.13 32 100

Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan skor miskonsepsi terdapat empat

peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 2-3, delapan peserta didik yang

memperoleh skor pada rentang 4-5, sepuluh peserta didik yang memperoleh skor

pada rentang 6-7, tiga peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 8-9,

enam peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 10-11, dan satu peserta

didik yang memperoleh skor pada rentang 12-13.

Berdasarkan Tabel 4.3 Data distribusi Frekuensi Posttes dapat disajikan

dalam diagram batang Gambar 4.2

Gambar 4.2 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tes Miskonsepsi Peserta Didik pada Posttes

0 2 4 6 8 10 2-3 4-5 6-7 8-9 10-11 12-13 FR EKUE N SI SKOR MISKONSEPSI

(54)

Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan persentasi miskonsepsi peserta

didik yang memperoleh skor pada rentang 2-3 sebesar 12,05 %, persentasi

miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 4-5 sebesar 25,00

% peserta didik yang memperoleh skor 6-7 sebesar 31,25 %, persentasi

miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 8-9 sebesar 9,37

%, peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 10-11 sebesar 18,75 %,

persentasi miskonsepsi peserta didik yang memperoleh skor pada rentang 12-13

sebesar 3.13 %.

2. Data Hasil Miskonsepsi peserta didik pada Pretes dan Posttes

Data yang diperoleh dari hasil pretes dan posttes menunjukkan gambaran

miskonsepsi yang dialami peserta didik sebelum dan setelah diajar menggunakan

metode demonstrasi. Data hasil pretes dan posttes menunjukkan penurunan

miskonsepsi jika dilihat dari skor rata-rata miskonsepsi. Berikut disajikan data

penurunan miskonsepsi peserta didik pada materi fluida statis pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Persentase Penurunan Miskonsepsi Peserta Didik Sebelum Dan Setelah Penerapan Metode Demonstrasi

Hasil Skor Rata-rata Miskonsepsi

Presentasi (%)

Pretes 15.15 60.6

Posttes 6.40 25.6

Pengurangan 8.75 35.0

Sumber: Data hasil pengolahan (2019)

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat adanya penurunan

(55)

rata-rata miskonsepsi peserta didik sebelum dan setelah diterapkan metode

demonstrasi dalam pembelajaran di kelas. Skor rata-rata miskonsepsi peserta didik

sebelum menerapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah sebesar

15,15 atau 60,6%. Sedangkan skor rata-rata miskonsepsi peserta didik setelah

diterapkan metode demonstrasi dalam pembelajaran adalah sebesar 6,40 atau 25,6

. Sehingga diperoleh pengurangan skor rata-rata miskonsepsi sebesar 8,75 atau

35,0%

Adapun diagram penurunan miskonsepsi peserta didik dilihat dari skor rata-rata

peserta didik sebelum dan setelah penerapan metode demonstrasi dapat dilihat

pada Gambar 4.3

Gambar 4.3. Grafik Pernurunan Miskonsepsi Peserta Didik Dilihat Dari Skor Rata-rata Miskonsepsi Setelah Penerapan Metode Demonstrasi

Dari Gambar 4.3 diatas dapat diketahui skor rata-rata miskonsepsi peserta

didik pada hasil pretest sebesar 15.15, sedangkan pada hasil posttest sebesar 6.40

sehingga dapat diketahui pengurangan miskonsepsi peserta didik setelah

penerapan metode demonstrasi sebesar 8,75.

pretest posttest pengurangan

15.15

6.4

8.75

(56)

PEMBAHASAN

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimen dengan penerapan

metode demonstrasi untuk mengurangi miskonsepsi peserta didik. Pada proses

pembelajaran setiap pertemuan disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran

yang telah disusun, dalam hal ini semua perangkat pembelajaran telah disiapkan

sebelum melakukan penelitian. Penelitian ini membandingkan miskonsepsi

peserta didik sebelum dan setelah diajar dengan metode demonstrasi pada

pembelajaran fisika, terhadap satu kelas peserta didik dari enam kelas pada SMA

Negeri 9 Makassar sebagai sampel penelitian dengan jumlah peserta didik 32

orang.

Pada proses pembelajaran, peneliti menerapkan metode demonstrasi dengan

membagi peserta didik dalam bentuk kelompok. Setelah itu, pendidik

membagikan bahan ajar dan memberikan waktu kepada peserta didik untuk

mendiskusikan bahan ajar yang telah dibagikan oleh pendidik bersama dengan

teman kelompoknya. Kemudian, pendidik mendemonstrasikan suatu percobaan

terkait dengan apa yang dipelajari pada saat pembelajaran, lalu membagikan

LKPD kepada peserta didik dan memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mendemonstrasikan percobaan sesuai dengan apa yang didemonstrasikan

oleh pendidik. Kemudian peserta didik mendiskusikan dengan anggota kelompok

mengenai apa yang telah dilakukan dan peserta didik menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam LKPD ataupun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

disampaikan oleh peneliti secara langsung. Pertanyaan tersebut terkait dengan apa

(57)

ditemui peserta didik dalam kesehariannya. Peserta didik terlihat sangat antusias

dalam melakukan proses pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyan

dengan sesekali bertanya kepada peneliti apabila menemui kesulitan dalam

berdiskusi dengan anggota kelompok. Kegiatan selanjutnya yaitu peserta didik

bertugas mempresentasikan hasil kerja di hadapan teman-temannya untuk

melaporkan hasil yang diperoleh sedangkan peserta didik yang lain mengamati

apa yang disampaikan dan memberikan masukan kepada temannya apabila ada

hal yang kurang dipahami. Dalam hal ini peneliti melihat sejauh mana peserta

didik mampu menjelaskan hasil percobaan dengan baik tanpa ditunjuk siapa

perwakilan kelompok yang tampil untuk presentase. Selain itu, tahap ini melatih

keberanian peserta didik untuk mengemukakan pendapat atau gagasan di hadapan

teman-temannya. Sehingga dari penjelasan yang dikemukakan oleh peserta didik,

dapat terlihat kesalahan konsep yang dimiliki oleh peserta didik.

Kesalahan konsep atau miskonsepsi peserta didik menjadi salah satu

permasalahn yang sering dihadapi oleh pendidik. Miskonsepsi merupakan ciri dari

hasil belajar yang rendah, oleh karena itu miskonsepsi berdampak buruk terhadap

kualitas pemahaman peserta didik. Sehingga perlu diidentifikasi mengenai

faktor-faktor yang menyebabkan miskonsepsi. Pada penelitian ini miskonsepsi peserta

didik diidentifikasi menggunakan tes diagnostik beralasan. Tes diagnostik

beralasan digunakan untuk menelusuri proses mental yang berlansung pada waktu

peserta didik menjawab soal. Sehingga dari proses ini dapat diketahui

miskonsepsi peserta didik dari alasan mengapa peserta didik memilih jawaban

Gambar

Tabel  2.1  berikut  cukup  jelas  bahwa  bidang  mekanika  berada  di  urutan  teratas dari bidang-bidang fisika yang mengalami miskonsepsi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Miskonsepsi peserta didik
Tabel 3.1 Kegiatan Pembelajaran
Tabel  3.2  Kisi-kisi  instrumen  miskonsepsi  berupa  berupa  tes  diagnostik  beralasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, karena limpahan rahmat, hidayah, serta kehendak-Nya, sehingga penulisan skripsi dengan judul “ EFEKTIVITAS

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, dengan ilmu,inayah dan izah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq, hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan critical review dengan judul “ Pengukuran Peringkat

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Pengaruh Tiga Jenis Plankton

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul ”

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Isolasi dan Identifikasi Bakteri