• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Data Hasil Penelitian

1. Implementasi Pembelajaran PKBM Berbasis Budaya guna mendukung Pelestarian Budaya di PKBM Wiratama Yogyakarta

Implementasi Pembelajaran pendidikan berbasis budaya di PKBM Wiratama meliputi pemilihan kegiatan pembelajaan yang berbasis kebudayaan Yogyakarta yang nantinya akan dijadikan progam pendidikan non formal berbasis budaya. PKBM Wiratama mengadakan program kegiatan membatik untuk dijadikan program pendidikan berbasis budaya dengan tujuan untuk melestarikan kebudayaan yang ada di Jogja yaitu dengan cara mengajarkan kepada warga masyarakat untuk membatik agar memiliki cinta kepada kebudayaan yang mereka miliki dan juga untuk menambah keterampilan warga belajar dalam hal membatik. Selain membatik dulu pernah diadakan kegiatan pembelajaran keterampilan jumputan, tetapi tidak berjalan lama karena peminatnya sedikit dibandingkan dengan membatik, sehingga kegiatan pendidikan non formal berbasis budaya yang dilaksanakan oleh PKBM Wiratama saat ini hanya kegiatan keterampilan membatik.

a. Persiapan

Persiapan yang dilakukan PKBM Wiratama yaitu merencanakan proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran membatik dimana ketua, pengelola, tutor dan warga belajar berkumpul untuk menentukan jadwal pembelajaran, kapan waktu pelaksanaan serta menentukan materi keterampilan membatik, tapi sebelum itu ketua dan pengelola PKBM

merektut tutor sebagai pendidik yang akan mengajari pembelajaran membatik dan juga warga belajar sebagai penerima pembelajaran membatik. Dalam tahap perencanaan pelaksanaan kegiatan keterampilan membatik partisipasi lebih banyak dilakukan oleh pengelola, karena pengelola yang menentukan dan yang menyusun kegiatan keterampilan membatik dari mulai persiapan, pelaksanaan, dan menyiapkan sarana dan prasarana guna mendukung kegiatan keterampilan membatik. Selain pengelola juga Ketua PKBM yang mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan berbasis budaya keterampilan membatik diantaranya ada beberapa hal yang melatarbelakangi PKBM Wiratama mengadakan program kegiatan keterampilan membatik. Seperti yang diungkapkan oleh “B” selaku ketua PKBM Wiratama bahwa :

“Karena PKBM ini kan ada di Jogja dan Jogja sangat kaya dengan berbagai macam kebudayaan jadi kami ingin melestarikan nya dengan cara mengadakan program keterampilan membatik untuk melestarikan budaya tersebut.”(CW.1.5) hal: 124

1) Rekrutmen Tutor Membatik

Cara yang dilakukan oleh PKBM Wiratama dalam merekrut seorang tutor untuk mengajar kegiatan keterampilan membatik adalah dengan menyeleksi tutor yang mendaftar sebagai tutor keterampilan membatik, ada beberapa syarat dan kualifikasi yang ditentukan oleh PKBM Wiratama. Hal ini diungkapkan oleh “B” selaku Ketua PKBM Wiratama:

“Tidak ada syarat khusus untuk menjadi tutor kalau bisa atau memiliki keterampilan di bidang tersebut langsung bisa jadi tutor, dan lulusan S1 atau D3.”(CW.1.10) hal: 125

“Kalau untuk tutor kita kadang yang mencari atau ada yang mempunyai kenalan yang punya keterampilan tertentu terus kami undang sebagai tutor pas ada kegiatan kalaupun ada yang mendaftar itu harus memenuhi syarat dari kami karena orang yang kami undang menjadi tutor itu tentunya sudah memenuhi syarat.”(CW.1.11) hal: 125

Seperti di ungkapkan oleh “W” selaku pengelola :

“Lulusan S1 dan Diploma atau yang berpengalaman dibidang tersebut, dan untuk membatik kami hanya memiliki satu tutor dan saya selaku pengelola juga ikut mendampingi tutor dalam mengajar.”(CW.2.12) hal: 129

Selanjutnya yang diungkapkan oleh “N” selaku pengelola kedua :

“Tutornya sudah berpengalaman dalam membatik dan memiliki pendidikan tentang membatik atau pernah kursus membatik.”(CW.3.12) hal: 133

Dalam merekrut seorang tutor tidak hanya memiliki kemampuan

atau skill keterampilan tertentu tetapi juga lulusan sarjana atau diploma

juga menjadi syarat diterimanya seseorang untuk menjadi tutor pembelajaran atau tutor keterampilan.

2) Rekrutmen Warga Belajar

Dengan adanya program kegiatan keterampilan membatik sebagai program pendidikan berbasis budaya yang diselenggarakan oleh PKBM Wiratama diperlukan warga belajar untuk mengikuti kegiatan tesebut agar program tersebut dapat berjalan dengan semestinya oleh karena itu perlu diadakannya perekrutan warga belajar, dengan cara ketua dan

pengelola PKBM mengumumkan secara lisan kepada para warga belajar di paket B dan C dan juga menempelkan kertas pengumuman di papan tulis luar gedung sekolah SD dan memberitahu para warga masyarakat pada saat ada pertemuan. Hal tersebut diungkapkan oleh “B” selaku ketua PKBM Wiratama :

“Kami mengumumkan kepada warga belajar yang ada dipaket A,B,C dan ibu-ibu warga sekitar kalau ada kegiatan keterampilan membatik bila ada yang berminat ya langsung

mendaftar.”(CW.1.14) hal: 125

Seperti diungkapkan oleh “W” selaku pengelola :

“Tidak ada, semua boleh mengikuti kegiatan keterampilan membatik kok.”(CW.2.17) hal: 130

Selanjutnya yang diungkapkan oleh “N” selaku pengelola kedua:

“Tidak ada, semua boleh ikut kalau berminat. Warga belajar kami kan ada yang anak-anak sampai ibu-ibu.”(CW.3.17) hal: 133 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang mengikuti pembelajaran adalah warga belajar yang mendaftar dan tidak ada syarat atau kententuan dalam perekrutan warga belajar, siapa saja boleh mengikuti kegiatan tersebut dari anak anak sampai ibu ibu.

3) Persiapan Pelaksanaan Pembelajaran

Sebelum pelaksanaan pembelajaran membatik para pengelola dan juga tutor melakukan tugas masing masing yang sudah menjadi tugas yang harus dikerjakan agar pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan harapan. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan untuk pembelajaran

membatik yang dilakukan oleh PKBM Wiratama. Hal ini diungkapkan oleh W” selaku pengelola PKBM Wiratama bahwa :

“Sebelum melaksanakan pembelajaran kami berdiskusi dengan tutor dan juga warga belajar mengenai materi dan kapan waktu pembelajaran lalu kami menyiapkan tempat, sarana dan prasarana yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.” (CW.2.1) hal: 127

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak “N” selaku pengelola PKBM yang lainnya :

“Selaku pengelola kami melakukan pesiapan dengan menyiapkan alat dan bahan juga yang akan digunakan tutor dan warga belajar untuk membatik, dan juga berdiskusi dengan tutor dalam menyusun materi”(CW.3.1) hal: 131

Ibu “S” selaku tutor pembelajaran mengungkapkan:

“Sebagai tutor saya menyiapkan materi yang akan saya ajarkan kepada para warga belajar dan mengkondisikan warga belajar agar mereka siap menerima pembelajaran.” (CW.4.1) hal: 135

Ibu “W” selaku tutor pendamping juga mengungkapkan hal yang sama : “Saya menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan membatik kana saya selaku tutor pendamping dan membatu tutor utama dalam mengkondisikan warga belajar.”(CW.5.1) hal: 159

Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa Persiapan yang dilakukan oleh pengelola dan tutor untuk pembelajaran membatik yaitu menyiapkan jadwal pembelajaran, materi, sarana dan prasarana seperti tempat dan alat-alat membatik, kemudian mengkondisikan warga belajar sebelum memulai pembelajaran.

b. Pelaksanaan

Jadwal Pelaksanaan Pembelajaran Membatik di PKBM Wiratama sebagai berikut:

Tabel 3. Jadwal Pembelajaran Membatik

Jadwal Pembelajaran Membatik

Bulan Waktu Materi

Januari

Minggu 1

15.00-17.00

- Mengenalkan peralatan membatik - Membuat Pola

- Pemalaman (menggoreskan malam pada

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain)

Februari

Minggu 1

15.00-17.00

- Membuat Pola

- Pemalaman (menggoreskan malam pada

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain)

Maret

Minggu 1

15.00-17.00

- Membuat Pola

- Pemalaman (menggoreskan malam pada

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain)

Mei

Minggu 1

15.00-17.00

- Membuat Pola

- Pemalaman (menggoreskan malam pada

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain) Juni Minggu 1 15.00-17.00 - Membuat Pola

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain)

Juli

Minggu 1

15.00-17.00

- Membuat Pola

- Pemalaman (menggoreskan malam pada

kain sesuai motif Minggu 2

15.00-17.00

- Ngejos (Menghapus malam yang menetes

pada kain di luar pola - Pewarnaan Kain

- Pelorotan (Menghilangkan malam yang

menempel pada kain)

Pelaksanaan pendidikan keterampilan membatik di PKBM Wiratama diawali dengan saling berjabat tangan ketika hadir antara warga belajar dengan tutor. Kemudian dilanjutkan dengan dengan do’a bersama sebelum memulai pelaksanaan pendidikan keterampilan membatik. Setelah berdo’a tutor mengabsen warga belajar, kemudian menyampaikan materi dengan jadwal yang telah ditentukan pada saat itu.

Pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dalam hal ini adalah membatik dimulai dengan cara tutor menyampaikan materi tentang membatik baik secara materi maupun praktik. Tutor menjelaskan tentang materi dan media yang digunakan dalam pembelajaran, serta mendampingi warga belajar dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “S” selaku tutor membatik, bahwa:

“Pertama penjelasan alat dan bahan membatik kemudian menjelaskan langkah langkahnya serta mempraktikan dan kemudian juga mendampingi para warga belajar yang sedang

membatik dan membantu apabila mereka belum mengerti.”(CW.4.3) hal: 135

Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh ibu “W” sebagai tutor pendamping:

“Dimulai dari pengenalan alat-alat dan bahan membatik dan kemudian menjelaskan langkah-langkah dari membatik lalu praktik membatik sambil mendampingi para warga belajar membatik.”(CW.5.3) hal: 139

Ibu “B” selaku ketua PKBM Wiratama juga mengatakan:

“Pelaksanaan nya di lakukan 2 kali dalam satu bulan. Kegiatan nya yaitu membatik, tutor memberikan pengarahan dan mengajarkan keterampilan membatik tersebut kepada warga belajar.”(CW.1.17) hal: 126

Ibu “W” selaku Pengelola PKBM Wiratama juga mengatakan:

“Program tersebut dilakukan 2 kali dalam satu bulan di pkbm wiratama, prosesnya tutor mengajari warga belajar dengan cara mempraktikkan langkah-langkah membatik dari langkah dasar sampai akhir.”(CW.2.4) hal: 128

Bapak “N” selaku Pengelola PKBM Wiratama juga mengatakan:

“Proses membatik itu warga belajar diberikan alat dan bahan lalu tutor memberikan contoh dan warga belajar menirukan, diajari dari yang dasar sampai yang sulit.”(CW.3.4) hal: 132

Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan kegiatan pendidikan berbasis budaya dilakukan dua kali dalam satu bulan yaitu dengan kegiatan awal mengenalkan alat dan bahan membatik dan melakukan proses membatik dengan cara pratik langsung kepada warga belajar dari pelajaran dasar sampai akhir kemudian warga belajar di dampingi dalam proses pembelajaran.

c. Waktu Pelaksanaan

Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat keputusan yang dibuat untuk menentukan waktu pembelajaran dan tempat pelaksanaan pembelajaran tersebut agar dapat terjadwal dengan baik. Sehingga warga belajar dan tutor dapat melakukan pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan atau yang telah dibuat serta mengetahui kapan dan dimana terlaksananya kegiatan tersebut. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran keterampilan membatik dilaksanakan selama 6 bulan, yaitu dilakukan 2 kali seminggu dan biasanya dilaksanakan pada hari rabu, pukul 15.00-17.00 WIB atau sampai selesai, pelaksanaan kegiatan keterampilan membatik tidak terjadwal dengan runtut karena kadang kegiatan keterampilan tersebut diundur atau ada kegiatan keterampilan yang mendadak dari narasumber yang ingin memberikan pelatihan di PKBM Wiratama dan juga apabila tutor membatik berhalangan hadir karena hal tertentu sehingga diharuskan kegiatan tersebut ditunda pada minggu berikutnya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “W” selaku pengelola:

“Kegiatan tersebut kami laksanakan 2 kali dalam satu bulan dan biasanya itu sore hari jam 3 sampai jam 5 karena warga belajar itu bisa nya pas sore kan pagi biasanya mereka punya kesibukan lain, tempatnya di PKBM Wiratama.”(CW.2.13) hal: 129

Hal ini juga diungkapkan oleh Bapak “N” selaku pengelola PKBM Wiratama yang lain:

“Waktunya sore kira kira jam 3 sampai jam 5 itu dilaksanakan dua kali dalam sebulan tempatnya di PKBM Wiratama.”(CW.3.13) hal:

Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa waktu pelaksanaan pendidikan berbasis budaya dilakukan 2 kali dalam satu bulan yaitu pada pukul 3 sampai 5 sore hari, bertempat di PKBM Wiratama.

d. Sarana dan Prasarana

Dari hasil observasi dan wawancara sarana dan prasarana yang dimiliki oleh PKBM Wiratama sudah tersedia seperti tempat untuk praktik membatik dan alat alat membatik juga sudah tersedia tetapi tempat untuk pratik membatik tidak luas sehingga apabila pembelajaran dihadiri oleh warga belajar cukup banyak ruangan akan sempit dan ada alat membatik yang kurang sehingga digunakan secara bersamaan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu “W” selaku pengelola PKBM Wiratama sebagai berikut:

“Alhamdulilah, untuk alat dan bahan ada seperti kain, malam, canting, kompor dan wajan kecil. ruang yang digunakan layak walaupun agak sempit apabila jumlah warga belajar banyak.”(CW.2.5) hal 128

Dan didukung oleh pernyataan Bapak “N” selaku pengelola PKBM yang lainnya :

“Sepertinya sudah, tapi kalau alat-alat yang membuat membatik memang kurang satu digunakan bersama sama seperti kompornya itu, tapi kan yang penting ada walaupun tidak satu-satu.”(CW.3.5) hal: 132

Mbak “L” selaku warga belajar juga mengatakan hal yang sama :

“Sudah memadai tapi alat-alat batiknya kurang jadi kami biasanya menggunakan bersama sama.” (CW.6.13) hal: 145

Tetapi Ibu “A” selaku warga belajar mengatakan bahwa sarana dan prasara sudah tesedia dengan baik, seperti yang beliau katakan :

“Saya kira sudah sih mbak, tempat kami belajar ada, alat membatik juga disediakan.”(CW.7.13) hal: 147

Dari ungkapan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana untuk pembelajaran membatik sepeti kain, malam, canting, kompor dan wajan sudah ada tetapi untuk kompor untuk memasak

malam tersebut terbatas sehingga digunakan secara bersama sama,

walaupun ada warga belajar yang sudah merasa sarana dan prasara yang ada tidak ada kekurangan.

e. Pelaksana dalam Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya

Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan berbasis budaya yang dilaksanakan oleh PKBM Wiratama yaitu kegiatan membatik, dalam pelaksanaan tesebut terdapat beberapa orang pelaksana kegiatan yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan tersebut seperti tutor sebagai pengajar, warga belajar sebagai peserta kegiatan membatik, pengelola sebagai pembuat perencanaan dan pengelola kegiatan. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu “B” selaku ketua PKBM Wiratama:

“Iya, tutor kami libatkan untuk berdiskusi tentang rancangan program membatik, alat dan bahan apa saja yang akan di beli dan pencocokan jadwal bersama pengelola.”(CW.1.16) hal: 126

Sebagai pengelola “Ibu W” juga menambahkan bila ada kesepakatan yang di buat, berikut pernyataan beliau:

“Ada, kesepakatan kami buat antara pengelola sebagai penyusun kegiatan dan saya sebagai tutor yang mengajar lalu ada warga belajar sebagai peserta keterampilan membatik.”(CW.2.15) hal: 129 Bapak “N” selaku pengelola juga mengatakan hal yang sama:

“Iya ada, kami berdiskusi dengan pengelola yang lain dan juga tutor.”( CW.3.15) hal: 133

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan berbasis budaya adalah tutor pengelola dan warga belajar. Dalam pelaksanaannya mereka memiliki tugas dan kepentingan masing masing seperti pengelola memiliki tugas membuat dan mengelola kegiatan atau program agar dapat terlaksana sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, bila tidak ada pengelola kegiatan tidak akan terencana atau terkelola. Tutor sebagai pengajar atau pendidik suatu kegiatan apabila tidak ada tutor maka tidak ada yang mengajari atau mendidik suatu kegiatan atau pembelajaran yang sudah direncanakan, dan kegiatan tersebut akan tidak terlaksana. Warga belajar sebagai penerima pembelajaran jika tidak ada warga belajar maka tidak ada yang perlu diajari ataupun dilatih sama halnya apabila tidak ada nya tutor maka pembelajaran pun tidak akan terlaksana.

f. Media dan Sumber Belajar

Media merupakan alat bantu yang digunakan dalam proses pembelajaran. Media yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang disampaikan, dimaksudkan agar warga belajar terbantu dalam memahami atau menerima materi pembelajaran yang di sampaikan oleh

tutor. Dalam pembelajaran pendidikan berbasis budaya di PKBM Wiratama yaitu membatik, media yang digunakan tutor adalah canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, pensil, dan buku panduan membatik yang dimiliki tutor untuk pedoman dan sumber belajar dalam pratik membatik, sumber belajar yang digunakan tutor dalam pembelajaran membatik adalah buku panduan membatik yang dimiliki tutor sendiri. Hal ini disampaikan oleh Ibu “W” selaku pengelola:

“Kami menggunakan alat dan bahan sebagai media, dan tutor memiliki buku panduan sendiri, terus tutor mempraktikan pada warga belajar.”(CW.2.9) hal: 128

Hal ini juga selaras dengan pernyataan dari Bapak “N” selaku pengelola kedua:

“Media yang kita gunakan alat membatik sama buku pedoman membatik yang dimiliki tutor.”(CW.3.9) hal: 132

Dari beberapa keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa media yang digunakan untuk mengajar pendidikan berbasis budaya adalah alat dan bahan membatik seperti canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, pensil, dan sumber belajar yang digunakan adalah dari buku panduan membatik yang dimiliki tutor.

g. Evaluasi Pembelajaran

Evalusi pembelajaran berbasis budaya dilakukan pada akhir pembelajaran untuk mengetahui pemahaman warga belajar dalam mengikuti pembelajaran dan untuk mengetahui apakah perencanaan pembelajaran sudah berjalan sesuai dengan harapan awal atau tidak.

pembelajaran karena untuk mengetahui permasalahan yang sedang terjadi atau yang menjadi kendala atau penghambat dalam suatu pelaksanaan pembelajaran sehingga nantinya akan dicarikan solusi terkait dengan permasalahan yang ada dan adanya evaluasi pembelajaran pengelola dan tutor agar dapat selalu memperbaiki proses pembelajaran sehingga kualitas pembelajaran akan meningkat, biasanya kegiatan evaluasi pembelajaran dilakukan diakhir pembelajaran dengan cara berdiskusi atara pengelola, tutor, dan ketua PKBM, mereka berdikusi dengan cara tanya jawab dan mencari solusi apabila terdapat permasalahan yang terjadi agar kegiatan pembelajaran keterampilan dapat berjalan sesuai dengan harapan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Ibu “B” selaku ketua PKBM Wiratama:

“Evaluasi kegiatan diadakan di akhir kegiatan untuk mengetahui permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam kegiatan membatik.”(CW.1.18) hal: 126

Pernyataan tersebut selaras dengan yang disampaikan oleh Ibu “W” selaku pengelola :

“Biasanya kami melakukan evaluasi di akhir kegiatan yang kami evaluasi biasanya membahas kendala dan masalah kan pastinya ada saja kendala dan masalah pas kegiatan lalu kami mencari solusi nya.”(CW.2.18) hal: 130

Hal tersebut dipertegas dengan pernyataan oleh Bapak “N” selaku pengelola kedua :

“Evaluasi yang kami adakan untuk membahas permasalahan atau kendala pada saat proses pembelajaran keterampilan membatik berlangsung kemudian kami mencari solusi untuk hal tersebut.”(CW.3.18) hal: 134

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan evaluasi pembelajaran pendidikan berbasis budaya dilakukan oleh PKBM Wiratama diakhir kegiatan pembelajaran guna membahas permasalahan atau kendala kemudian didiskusikan secara bersama untuk mencari solusi sehingga tidak ada kendala yang nantinya akan menghambat proses pembelajaran. 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi Pembelajaran

Berbasis Budaya di PKBM Wiratama

a. Faktor Pendukung Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya di PKBM Wiratama

Faktor pendukung merupakan faktor yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Faktor pendukung juga berperan dalam keberhasilan pelaksanaan suatu program kegiatan. Faktor pendukung bisa berasal dari faktor internal dan faktor ekstenal.

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan faktor pendukung Implementasi pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya (Membatik) di PKBM Wiratama adalah:

1) Tutor yang menguasai materi dalam melaksanakan pembelajaran membatik

Tutor mampu menguasai materi dalam melaksanakan pembelajaran membatik karena Tutor merupakan ahli dalam bidang pelatihan membatik sehingga tutor menguasai materi yang disampaikan.

2) Strategi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi warga belajar

Jadwal pelaksanaan pembelajaran pendidikan berbasis budaya di PKBM Wiratama yaitu membatik dilaksanakan pada sore hari pukul 3 sore sampai 5 sore atau setelah ashar sampai sebelum magrib karena warga belajar sudah tidak bekerja atau mencari nafkah, dan pelaksanaan pembelajaran dilakukan 2 kali dalam sebulan. Hal ini dilakukan agar persentase kehadiran warga belajar dapat maksimal.

3) Sarana dan Prasana pembelajaran yang sudah tersedia

Sarana dan prasana dalam mendukung proses pembelajaran sudah disediakan oleh pengelola PKBM, seperti alat alat dan bahan membatik: canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, dan pensil, serta disediakannya ruangan untuk pelaksanaan pembelajaran membatik menggunakan ruang PKBM Wiratama agar warga belajar dapat belajar dengan nyaman dan proses pembelajaran dapat terlaksana sesuai dengan harapan para tutor dan pengelola pembelajaran.

Beberapa faktor pendukung diatas sesuai dengan pernyataan dari Ibu “W” selaku pengelola:

“Kami memiliki tutor yang bisa kami andalkan untuk mengajari warga belajar, ruangan untuk pembelajaran dan alat dan bahan sebagai media pembelajaran.”(CW.2.6) hal: 128

Hal tersebut juga disampaikan oleh Bapak “N” selaku pengelola kedua:

“Faktor pendukungnya tempat pembelajaran ada, alat alat nya ada walaupun sedikit, tutornya juga ada dan berpengalaman dalam membatik.”(CW.3.6) hal: 132

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung dalam kegiatan pendidikan berbasis budaya adalah mereka memiliki tutor yang berpengalaman dibidang membatik dan ada alat serta bahan membatik seperti canting, kompor kecil, wajan kecil, malam, kain, dan pensi sebagai media belajar guna mendukung pembelajaran selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Faktor Penghambat Implementasi Pembelajaran Berbasis Budaya di PKBM Wiratama

Faktor Penghambat Implementasi Pembelajaran Pendidikan Berbasis Budaya di PKBM Wiratama yaitu:

1) Kurangnya dana untuk membeli alat dan bahan keperluan untuk pembelajaran

Walaupun sarana dan prasarana pembelajaran membatik sudah tersedia namun alat dan bahan yang digunakan untuk media pembelajaran terdapat kekurangan yaitu kompor dan wajan jumlahnya terbatas sehingga alat tersebut digunakan secara bersama sama. Itu dikarenakan dana yang dimiliki PKBM tidak mencukupi untuk membeli alat dan bahan dalam jumlah banyak, PKBM masih menunggu dana yang diberikan oleh pemerintah yang datangnya tidak menentu, serta SPP yang harus dibayarkan

Dokumen terkait