• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Komponen PKBM

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2012:22), Komponen PKBM terdiri dari:

a. Komunitas Binaan/Sasaran

Komunitas adalah sebuah kelompok sosial terdiri dari beberapa orang yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan dan habitat yang sama. Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi, kebutuhan, risiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal dari bahasa Latin communitasyang berarti "kesamaan", kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti "sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak".

Setiap PKBM memiliki komunitas yang menjadi tujuan atau sasaran pengembangannya. Komunitas ini dapat dibatasi oleh wilayah geografis tertentu ataupun komunitas dengan permasalahan dan kondisi sosial serta ekonomi tertentu.

b. Peserta Didik

Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, dan pada jenis pendidikan tertentu. Peserta didik adalah bagian dari komunitas

binaan atau dari komunitas lainnya yang dengan kesadaran yang tinggi mengikuti satu atau lebih program pembelajaran yang ada di lembaga.

c. Pendidik/Tutor/Instruktur/Narasumber Teknis

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi pendidik. Pendidik/tutor/instruktur/narasumber teknis adalah sebagian dari warga komunitas tersebut ataupun dari luar yang bertanggung jawab langsung atas proses pembelajaran atau pemberdayaan masyarakat di lembaga.

d. Penyelenggara dan Pengelola

Penyelenggara PKBM adalah sekelompok warga masyarakat setempat yang dipilih oleh komunitas yang mempunyai tanggung jawab atas perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan program di PKBM serta bertanggung jawab terhadap seluruh pelaksanaan program dan harta kekayaan lembaga. Pengelola program/kegiatan adalah mereka yang ditunjuk melaksanakan kegiatan teknis/operasional program tertentu yang ada di PKBM.

e. Mitra PKBM

Mitra PKBM adalah pihak-pihak dari luar komunitas maupun lembaga-lembaga yang memiliki agen atau perwakilan atau aktivitas atau kepentingan atau kegiatan dalam komunitas tersebut yang dengan suatu kesadaran dan kerelaan telah turut berpartisipasi dan berkontribusi bagi keberlangsungan dan pengembangan suatu PKBM.

B. Pelestarian Kebudayaan 1. Pengertian Pelestarian

Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran –an artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). (Endarmoko, 2006:5)

Lebih rinci A.W. Widjaja dalam Ranjabar (2006:115), mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes, dan selektif.

Berdasarkan beberapa ragam istilah di atas dapat disimpulkan bahwa, definisi pelestarian adalah sebuah upaya yang berdasar dan dasar ini disebut juga faktor-faktor yang mendukung, baik dari dalam maupun dari luar hal yang dilestarikan. Oleh karena itu, sebuah proses atau tindakan pelestarian mengenal strategi maupun teknik yang didasarkan pada kebutuhan dan kondisinya masing-masing (Alwasilah, 2006: 12).

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pelestarian dan kelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu, guna mewujudkan tujuan tertentu di aspek stabilisasi manusia, serta kegiatan pencerminan dinamika seseorang.

2. Pengertian Kebudayaan

Taylor dalam Munandar (2005:19), mengemukakan kebudayaan ataupun yang disebut peradaban, mengandung pengertian yang luas, meliputi pemahaman perasaan suatu bangsa yang kompleks, meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat (kebiasaan), dan pembawaan lainnya yang di peroleh dari anggota masyarakat.

Para ahli sudah banyak yang menyelidiki berbagai kebudayaan. Dari hasil penyelidikan tersebut timbul dua pemikiran tentang munculnya suatu kebudayaan atau peradaban. Pertama, anggapan bahwa adanya hukum pemikiran atau perbuatan manusia (baca kebudayaan) disebabkan oleh tindakan besar yang menuju kepada perbuatan yang sama dan penyebabnya yang sama. Kedua, anggapan bahwa tingkat kebudayaan atau peradaban muncul sebagai akibat taraf perkembangan dan hasil evaluasi masing masing proses sejarahnya.

Perlu dicatat bahwa kedua pendapat diatas tidak lepas dari kondisi alamnya atau, dengan kata lain, alam tidak jenuh oleh keadaan yang tidak ada ujung pangkalnya, atau alam tidak pernah bertindak dengan meloncat. Demikian pula proses sejarah bukan hal yang mengikat, tetapi merupakan kondisi ilmu pengetahuan, agama, seni, adat istiadat, dan kehendak semua masyarakat (munandar 2005:19)

Menurut Koentjaraningrat dalam Munandar (2005:21), kata “kebudayaan” berasal dari kata Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari

diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata “budaya” merupakan pekembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga antara “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan “kebudayaan yang berarti hasil dari cipta, karsa dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja.

Dalam buku Culture : A Critical Review of Concept and Definition (1952), yang dikutip (Mudji Sutrisno S.J : 2014 : 40) antropolog A.L Kroeber dan C. Kluckon mencatat adanya 160 rumusan definisi kebudayaan, lalu memilahnya dalam 6 pengertian pokok kebudayaan. Enam pengertian pokok itu :

Pertama, definisi deskriptif, condong melihat budaya sebagai keseluruhan pemahaman yang merajut hidup sosial yang sekaligus menunjuk bidang bidang kajian budaya.

Kedua, definisi historis, cenderung melihat budaya sebagai warisan yang di tradisikan dari generasi ke generasi berikutnya.

Ketiga, definisi normatif meliputi dua hal yang satu menaruh budaya sebagai aturan atau jalan hidup yang membentuk pola perilaku yang dan tindakan konkret. Yang kedua, melihat budaya sebagai gugusan nilai.

Keempat, definisi psikologis melihat budaya dalam fungsinya untuk memecahkan masalah dalam komunikasi, belajar dan dalam memenuhi kebutuhan material serta emosionalnya.

Kelima, definisi struktural, menempatkan budaya sebagai bentukan sistem yang mengkaitkan orang, fakta, laku sejarah menjadi sebuah abstraksi struktural.

Keenam, definisi genetis, menempatkan budaya dalam asal usulnya, timbul dan eksistensinya serta tetap bertahannya.

Disini budaya lahir dari interaksi antar manusia yang mentransmisikan nilai melalui tradisi dari generasi ke generasi. Untuk memfokuskan lebih sempit dan pemakaian sehari hari istilah kebudayaan, Raymond Williams dalam bukunya Keywords (1976) dalam Mudji Sutrisno S,J (2014 : 40) merangkum tiga makna kebudayaan yang paling di pakai saat ini. Yang pertama, budaya adalah setiap dinamika perkembangan intelektual, spritual, dan estetika individu kelompok atau masyarakat. Yang kedua, kebudayaan merangkum kegiatan kegiatan intelektual dan artistik serta produk hasilnya : film, kesenian, teater. Disini kebudayaan amat sering di pakai untuk menamai kesenian. Yang ketiga, kebudayaan itu menyangkut seluruh cara hidup, kepercayaan, aktifitas dan kebiasaan seseorang, kelompok atau masyarakat. 3. Unsur-unsur Kebudayaan

Kebudayan menurut Koentjaraningrat (2011:80) merupakan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Kebudayaan umat manusia memiliki unsur-unsur yang bersifat universal. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan pada semua kebudayaan bangsa-bangsa didunia. Menurut Koentjaraningrat

(2011:80) ada tujuh unsur kebudayaan universal yaitu Bahasa, Sistem pengetahuan, Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem religius dan keagamaan, Dan Kesenian. Terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu:

1) Ide/ Gagasan : Suatu pola pikir, contoh wujud kebudayaan dari gagasan pada masyarakat yogyakarta ialah mempercayai adanya hal hal yang berbau mistis,seperti mempercayai benda benda pusaka, makna motif batik dan lain lainnya

2) Aktifitas : Kegiatan/tindakan yang di lakukan masyarakat. contoh wujud kebudayaan dari aktifitas pada masyarakat yogyakarta ialah siraman pusaka,labuhan,pemberian sesajen padatempat yang di anggap terdapat sesepuh yang telah tiada, dan lainnya

3) Hasil Budaya : Berupa suatu peninggalan,hasil karya/benda/fisik. contoh wujud kebudayaan dari hasil budaya pada masyrakat yogyakarta ialah keraton,alun alun,batik,keris dan lainnya.

Wujud kebudayaan salah satunya adalah hasil budaya yang berupa karya salah satu contoh dari hasil budaya yaitu batik. Disebutkan oleh Yudoseputro (2000 : 98) bahwa batik berarti gambar yaang ditulis pada kain dengan mempergunakan malam sebagai media sekaligus penutup kain batik. Selain itu, seorang ahli seni rupa mengemukakan bahwa seni batik merupakan hasil kebudayaan bangsa Indonesia yang tinggi nilainya. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada

masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada.

Dokumen terkait