• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Pembelajaran di PKBM yang Sesuai dengan Pelestarian

BAB II KAJIAN TEORI

C. Implementasi Pembelajaran di PKBM yang Sesuai dengan Pelestarian

PKBM sebagai lembaga pendidikan yang ada di DIY secara otomatis harus mengikuti aturan dalam Perda yang sudah tertera mengenai pendidikan non formal. PKBM juga menyelenggarakan pengelolaan sesuai ruang lingkup serta untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut di atas. Selanjutnya, secara khusus BPKB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (2013 : 18) dapat menjelaskan sebagai berikut :

1) Perencanaan Pendidikan

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menyatakan bahwa perencanaan pendidikan dalam PKBM mengarah pada tujuan pengelolaan dan penyelenggaraan, bahwa pembelajaran yang ada di PKBM juga harus bertujuan sebagai berikut :

(a) Menyiapkan generasi muda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta tanah air dan bangsa, berjiwa luhur, berbudaya, menjadi teladan, rela berkorban, kreatif dan inovatif serta profesional; PKBM dapat merencanakan kegiatan kegiatan dalam berbagai program yang mengarah pada pendidikan karakter dan budaya, terutama budaya Jawa Yogyakarta. Namun tidak menutup kemungkinan adanya perpaduan antara budaya Jawa Yogyakarta dengan budaya nasional, global, ataupun internasional yang relevan dan tidak merubah unsur budaya lokal Yogyakarta.

(b) Mengembangakan pendidikan berkualitas untuk semua dan sepanjang hayat.

(c) Mewujudkan daerah sebagai acuan pendidikan nasional; berarti PKBM juga harus ikut mengembalikan ciri khas Yogyakarta sebagai kota pendidikan, dan menjadi tujuan belajar masyarakat seluruh Indonesia. (d) Mewujudkan daerah sebagai pusat pendidikan terkemuka di Asia Tenggara Tahun 2025.

(e) Meningkatkan tata kelola dan akuntabilitas pendidikan, berarti PKBM harus melakukan pengelolaan yang benar, jelas, terdokumentasi, serta terbuka untuk diketahui masyarakat secara umum.

(f) Menciptakan inovasi pendidikan secara sistemik dan sinergis.

(g) Menciptakan sinergitas satuan pendidikan (dalam hal ini PKBM), keluarga masyarakat yang religius, berbudaya, educatif, kreatif.

(h) Mewujudkan program wajib belajar 12 (dua belas) tahun; terimplementasi dalam program kesetaraan berbasis budaya.(i) Mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Ini menjadi bagian terpenting dari tujuan pengelolaan PKBM. PKBM bergerak untuk membelajarkan masyarakat mulai pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sampai Majelis Taklim. Dengan demikian PKBM sebaiknya dikelola dengan tujuan mengimplementasikan teori dan kesepakatan bersama tentang pendidikan sepanjang hayat.

PKBM juga sebaiknya membuat perencanaan strategis. Perencanaan strategis ini dapat di gunakan sebagai dasar untuk menyediakan layanan pendidikan supaya dapat mencapai tujuan dengan tepat, secara cermat, efektif dan efesien. Perecanaan strategis ini biasa disebut renstra disusun sebagai dasar penyelenggaraan program/kegiatan setiap 5 tahun.

2) Penyediaan layanan pendidikan

Dalam upaya untuk meningkatkan mutu PKBM harus mengacu pada amanat UU Nomor 20 tahun 2003. PKBM berfungsi melayani masyarakat dengan berbagai program-program pendidikan anak usia dini dan program pendidikan nonformal, program usaha produktif dan berbagai program sosial kemasyarakatan yang dibutuhkan masyarakat sekitar. PKBM didirikan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup secara mandiri. Oleh sebab itu prinsip PKBM adalah dari, oleh

dan untuk masyarakat. (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) 2013: 21)

Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. (UU No.20/2003Pasal 1 butir 10)

Satuan PNF:

a. Lembaga Kursus b. Lembaga Pelatihan c. Kelompok Belajar

d. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat e. Majelis Taklim

f. Satuan pendidikan yang sejenis

PKBM sebagai satuan pendidikan atau lembaga pendidikan dari jalur non formal memang harus menyediakan, memfasilitasi dan menyelenggarakan kegiatan kegiatan pembelajaran sesuai kebutuhan belajar masyarakat dan perencanaan yang ada. PKBM adalah wadah masyarakat untuk dapat belajar. Belajar apapun sepanjang hayat, untuk dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap menjadi lebih baik. Menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) (2013:22) Sifat layanan pada PKBM yakni :

a. Nondiskriminatif, yang dimaksud dengan “nondiskriminatif” adalah memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, kemampuan ekonomi dan gender.

b. Inklusif, yang dimaksud dengan “inklusif” adalah mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak sebayanya di kelas reguler.

c. Afirmatif, yang dimaksud dengan “afirmatif” adalah perlakuan khusus yang bersifat positif untuk memberikan penguatan bagi masyarakat yang membutuhkan, seperti menyelenggarakan sekolah luar biasa, memberikan beasiswa bagi peserta didik kurang mampu, dan sebagainya 3) Peningkatan partisipasi pendidikan

Peningkatan partisipasi pendidikan dimaksud adalah upaya-upaya memerintah dan tanggung jawab pemerintah daerah melakukan upaya khusus peningkatan dan pemerataan partisipasi pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.

Pemerataan partisipasi pendidikan menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) (2013:28) meliputi :

a. Pemerataan antar kabupaten

b. Pemerataan antara kabupaten dan kota c. Pemerataan dalam kabupaten/kota

d. Pemerataan antara peserta didik laki laki dan perempuan.

Sedangkan peningkatan partisipasi pendidikan di PKBM dapat diupayakan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran dan penjaminan mutu belajar, memotivasi peserta didik, mensosialisasikan produk, dan bermitra atau bekerjasama lintas sektoral.

Monitoring adalah proses rutin pengumpulan data dan pengukuran kemajuan atas objektif program. Memantau perubahan, yang fokus pada proses dan keluaran. Monitoring menyediakan data dasar untuk menjawab permasalahan, sedangkan evaluasi adalah memposisikan data-data tersebut agar dapat digunakan dan diharapkan memberikan nilai tambah. Evaluasi adalah mempelajari kejadian, memberikan solusi untuk suatu masalah, rekomendasi yang harus dibuat, menyarankan perbaikan. Namun tanpa monitoring, evaluasi tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki data dasar untuk dilakukan analisis, dan dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi, oleh karena itu Monitoring dan Evaluasi harus berjalan seiringan.

Monitoing dan evaluasi dilakukan oleh satuan pendidikan maupun instasi terkait yang berwenang. Pemerintah daerah mensupervisi, mengawasi, mengevaluasi, dan dapat memberi bantuan, fasilitasi, saran, arahan, dan atau bimbingan kepada satuan atau program pendidikan sesuai kewenangannnya dalam penjaminan mutu satuan pendidikan.

Monitoring dan evaluasi dilakukan berdasarkan target indikator kinerja yang mencakup delapan standar nasional pendidikan dan difokusakan pada tingkat ketercapaian target indokator kinerja. (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) 2013:29)

5) Penjaminan mutu

Pemerintah daerah mengkoordinasikan dan memfasilitasi pelaksanaan penjaminan mutu satuan pendidikan. Penjaminan mutu satuan pendidikan dilaksanakan melalui supervisi dan fasilitasi satuan pendidikan berbasis

budaya untuk memenuhi standar nasional pendidikan. Pemerintah daerah memsupervisi, mengawasi, mengevaluasi dan dapat memberi bantuan fasilitasi, saran, arahan, adan atau bimbingan kepada satuan program pendidikan sesuai kewenagannya dalam penjaminan mutu satuan pendidikan.

Namun lembaga PKBM boleh melakukan evaluasi diri (self-evaluation) untuk mengetahui kinerja, produktivitas, atau kualitas hasil kerja lembaga dan mengukur secara mandiri. Hal ini juga dapat di pakai untuk mengatisipasi hal hal kurang bagus terhadap lembaga, misalnya citra jelek lembaga karena keteledoran pengelolaan. (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) 2013 : 30)

6) Implementasi standar mutu pendidikan

Standar mutu pendidikan berbasis budaya menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) (2013:30) meliputi :

a. Standar isi, standar isi memuat kerangka dasar dan standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan berbasis budaya yang mengintegrasikan muatan nilai luhur budaya dengan ilmu pengetahuan, pendidikan, teknologi, humaniora, kesenian, olahraga dan kegiatan sosial.

b. Standar proses; standar proses mengedepankan partisipasi aktif peserta didik dengan memperhatikan keunikan pribadi, nilai kebebasan berkreasi, kesopanan, ketertiban, kebahagiaan, kebersamaan, keadilan, dan saling menghormati. Dengan mengedepankan sifat “asah, asih, asuh” serta menerapkan konsep

ngerti/niteni”, “ngrasa/niroke” dan “ngelakoni/nambahi” sesuai

dengan usia peserta didiknya.

c. Standar kompetensi lulusan; standar kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Standar pendidik dan tenaga kependidikan; standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi standar yang harus dipenuhi oleh tenaga pendidik dan kependidikan pada semua satuan pendidikan. Standar ini untuk memenuhi prinsip profesionalitas dan memahami nilai luhur budaya. Setiap pendidik dan tenaga

kependidikan wajib mengembangkan pemahaman dan menerapkan nilai luhur budaya.

e. Standar sarana dan prasarana; standar sarana dan prasarana meliputi standar nasional pendidikan sebagai standar pelayanan minimal di tambah dengan sarana dan prasarana untuk mendukung terlaksananya pendidikan berbasis budaya.

f. Standar pengelolaan; standar pengelolaan pendidikan digunakan untuk kerangka dasar tata kelola pendidikan di jalur formal, non formal dan informal berbasis budaya. Pengelolaan satuan pendidikan jalur non formal dilakukan dengan menerapkan manajemen berbasis masyarakat.

g. Standar pembiayaan; pemerintah daerah dan pemerintah kabupaten/kota membantu pembiayaan untuk mendukung terlaksananya pendidikan berbasis budaya pada satuan pendidikan di jalur formal, non formal, dan informal yang diselenggarakan masyarakat.

h. Standar penilaian pendidikan; standar penilaian pendidikan digunakan untuk melakukan penilaian oleh setiap satuan pendidikan. Penilaian pendidikan meliputi; (1) mekanisme; (2) prosedur; dan (3) instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian dilaksanakan dengan pendekatan evaluasi berkesinambungan dan evaluasi otentik dengan menggunakan berbagai metode.

1. Fungsi PKBM Dalam Pemberdayaan Masyarakat Yogyakarta

PKBM adalah memberikan kemudahan bagi masyarakat khususnya masyarakat kurang mampu untuk mengembangkan diri melalui penyelenggaraan pendidikan luar sekolah dalam suatu wadah terpusat yang berasal dari, oleh dan untuk masyarakat dan diharapkan dapat tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat sendiri, sehingga akan lebih berorientasi pada kebutuhan belajar masyarakat setempat yang pada akhirnya mampu menjadikan PKBM sebagai suatu wadah pembelajaran berkelanjutan. Sebagai tempat pembelajaran dan tempat sumber informasi bagi masyarakat yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat PKBM memiliki

banyak fungsi, dalam hal ini Dinas Pendidikan (2002:5) menentukan lima fungsi PKBM, yaitu:

1. Sebagai tempat kegiatan belajar bagi warga masyarakat.

2. Sebagai tempat pusaran berbagai potensi yang ada dan berkembang di masyarakat.

3. Sebagai sumber informasi yang handal bagi warga masyarakat yang membutuhkan keterampilan fungsional.

4. Sebagai yang tukar-menukar berbagai pengetahuan dan keterampilan fungsional di antara warga masyarakat.

5. Sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat yang ingin meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.

Sementara Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (2013:4) menentukan bahwa PKBM memiliki dua fungsi yaitu fungsi utama dan fungsi pendukung. Adapun fungsi utama PKBM menurut Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (2013:4) adalah “Sebagai wadah berbagai kegiatan belajar masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengembangkan diri dan masyarakat”.

Sedangkan Fungsi Pendukungnya adalah:

a. Sebagai pusat informasi bagi masyarakat sekitar, lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat.

b. Pusat jaringan informasi dan kerjasama bagi lembaga yang ada di masyarakat (lokal) dan lembaga di luar masyarakat.

c. Sebagai tempat koordinasi, konsultasi, komunikasi dan bermusyawarah para pembina teknis, tokoh masyarakat dan para pemuka agama untuk merencanakan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

d. Sebagai tempat kegiatan penyebarluasan program dan teknologi tepat guna.

Dokumen terkait