HASIL DAN PEMBAHASAN
4.3. Data Kelainan Kraniofacial Fetus Mencit
Pengamatan terhadap kelainan kraniofacial fetus mencit pada perlakuan ekstrak N-heksan buah andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) yang diberikan pada umur kebuntingan 0-10 hari meliputi cleft palate, mikrophthalmia, acorea, dan hidrocephalus dapat dilihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6. Grafik Kelainan Kepala Fetus Mencit Perlakuan Ekstrak N-heksan Buah Andaliman. CP: Cleft palate, M: Mikrophthalmia, A: Acorea, H: Hidrocephalus
Berdasarkan pengamatan Gambar 4.6. dapat diketahui ekstrak N-heksan buah andaliman tidak menyebabkan kelainan cleft palate. Hasil uji statistik juga menyatakan tidak berbeda nyata atau konstan dan homogen antara kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol.
100 µm
Gambar 4.7. Anatomi dan Histologi Struktur Kraniofacial pada Cleft palate. HK: Histologi kraniofacial, AK: Anatomi kraniofacial, C: Cleft, N: Normal. Perbesaran 4x10. Pewarnaan Hematoxilin-Eosin.
Selanjutnya hasil pengamatan dari Gambar 4.6. dapat dilihat persentase mikrophthalmia meningkat pada kelompok perlakuan KP (0,39), P1 (1,02), P2 (1,31), P3 (1,48), kejadiannya sejalan dengan meningkatnya konsentrasi, kejadian ini tidak terlihat pada kelompok kontrol K0 (0). Hasil uji statistik (Lampiran C.2), menyatakan
N N
AK
P
P
berbeda nyata (P<0,05) antara kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol. Pada penelitian ini dapat terlihat bahwa kemungkinan kelainan mikrophthalmia disebabkan oleh pemberian ekstrak N-heksan buah andaliman dari hari ke 0 sampai hari ke 10 kebuntingan, yang mana pada saat hari ke 10 merupakan puncak dari terbentuknya mata, sehingga dapat mengganggu pembentukan dan proliferasi sel-sel mata yang menyebabkan mata tidak terbentuk secara sempurna.
Menurut Taylor (1986), mikrophthalmia merupakan suatu kelainan yang mana salah satu bagian lensa mata mengecil baik yang sebelah kanan ataupun sebelah kiri. Sadler (2006), juga menyatakan bahwa mikrophthalmia ini merupakan suatu keadaan yang mana seluruh bagian mata sangat kecil dan memiliki volume bola mata yang berkurang sampai dua pertiga dari normal.
M M M N 100 µm M 100 µm
Gambar 4.8. Anatomi dan Histologi Kraniofacial pada Mikrophthalmia. HK: Histologi kraniofacial, AK: Anatomi kraniofacial, K0: Kontrol Blank, P1: Perlakuan ekstrak N-heksan 2%, N: Normal, M: Mikrophthalmia. Perbesaran 4x10. Pewarnaan Hematoxilin-Eosin.
Hasil penelitian acorea dapat dilihat pada Gambar 4.6. dimana kejadian kelainan hanya ditemukan pada kelompok perlakuan P2 (0,21) dan P3 (0,19) bila dibandingkan dengan kelompok lainnya. Berdasarkan kejadian acorea, pada kelompok
H
A A
H
K0 P1
perlakuan P2 dan P3 kemungkinan merupakan konsentrasi yang tertinggi sehingga dapat mempengaruhi terbentuknya lensa yang mana induk tidak mampu mentolerir dan mendetoksifikasi senyawa kimia aktif yang terdapat pada ekstrak N-heksan buah andaliman. Hasil uji statistik (Lampiran C.3) juga menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05). Menurut Taylor (1986), kelainan acorea adalah kelainan mata yang disebabkan oleh salah satu bagian mata yang tidak mempunyai lensa mata.
A N N A A N 100 µm A 100 µm
Gambar 4.9. Anatomi dan Histologi Kraniofacial pada Acorea. HK: Histologi kraniofacial, AK: Anatomi kraniofacial N: Normal, A: Acorea, K0: Kontrol blank, P2: Perlakuan ekstrak N-heksan 4%. Perbesaran 4x10. Pewarnaan Hematoxilin-Eosin.
Seperti penelitian Bancin (2012), menyatakan bahwa terjadinya acorea kemungkinan disebabkan karena pemberian ekstrak segar buah andaliman yang mengandung senyawa kimia aktif dapat mengganggu pembentukan lensa mata yang berasal dari kantong lensa yang berkembang membentuk lensa dari periode organogenesis mata sehingga lensa mata gagal terbentuk. Berdasarkan pernyataan Gilbert (1988 dalam Sabri et al.,2006), terjadinya kelainan acorea juga diduga karena pemberian suatu zat yang dapat mengganggu pembentukan lensa mata yang berasal dari kantung lensa yang sedang berkembang membentuk lensa pada periode organogenesis yang menyebabkan lensa mata gagal terbentuk.
H H A A K0 K0 P2 P2
Dari Gambar 4.6. dapat dilihat kelainan hidrocephalus terdapat pada kelompok perlakuan P1 (9,11), P2 (6,82), P3 (10,74) dan pada kelompok kontrol perlakuan CMC 1% KP (2,46), kelompok kontrol blank K0 (2,27). Berdasarkan uji statistik (Lampiran C.4) menunjukkan bahwa antara kelompok kontrol perlakuan CMC 1% dibanding dengan kelompok kontrol blank K0 tidak berbeda nyata (P>0.05) tetapi antara kelompok perlakuan dibanding dengan kelompok kontrol berbeda nyata (P<0.05) kejadian peningkatan hidrocephalus tampak jelas terjadi pada kelompok perlakuan P3, hal ini diduga bahwa konsentrasi pada kelompok perlakuan P3 merupakan konsentrasi yang paling optimal yang menyebabkan kelainan hidrocephalus. Tingginya kejadian kelainan pada kelompok perlakuan kemungkinan disebabkan oleh ekstrak N-heksan buah andaliman. Dimana ekstrak N-heksan buah andaliman mengandung berbagai jenis senyawa kimia seperti terpenoid dan steroid (Lampiran Hasil Uji Skrining). Zat aktif yang terdapat di dalam ekstrak N-heksan buah andaliman ini tidak dapat dieleminasi induk karena induk tidak mampu mendetoksifikasi ekstrak tersebut sehingga akan masuk ke dalam pembuluh darah dan selanjutnya akan mengganggu proses pembentukan organogenesis otak sehingga menyebabkan pembentukan otak pada fetus tidak dapat berkembang dengan sempurna.
Menurut pernyataan Rugh (1968), pembentukan otak terjadi pada umur kebuntingan 7-14 hari dan masa kritis terletak pada hari ke 10 kebuntingan. Terjadinya hidrocephalus disebabkan oleh adanya penimbunan cairan otak dalam ventrikel cereblum. Selanjutnya Taylor (1986), menyatakan bahwa hidrocephalus ada 2 macam yaitu hidrocephalus internal dan hidrocephalus eksternal, hidrocephalus internal ditandai oleh adanya pengumpulan cairan otak secara tidak normal di dalam ventrikel otak. Hidrocephalus eksternal ditandai dengan penimbunan cairan otak dipermukaan otak dan durameter.
Sadler (2006), juga menyatakan bahwa hidrocephalus ditandai dengan adanya akumulasi abnormal cairan serebrospinal di dalam sistem ventrikel. Sebagian besar hidrocephalus disebabkan oleh obstruksi akuaduktus sylvius yang dapat menghambat cairan serebrospinal ventrikel lateral dan ventrikel ketiga mengalir ke dalam ventrikel ke empat kemudian keruangan subaraknoid, merupakan tempat cairan tersebut
diserap. Sehingga mengakibatkan cairan menumpuk di ventrikel lateral dan menekan otak dan tulang tengkorak, karena sutura cranium belum menyatu, ruang diantara tulang tersebut melebar sehingga kepala membesar dan tulang menjadi tipis yang disebabkan oleh terganggunya terbentuknya kalsium dan fosfor yang merupakan senyawa penyusun tulang sehingga tulang tidak dapat berkembang dengan sempurna.
VL VL H VIII VIII N H 50 µm K0 VL H VL VIII VIII N 100 µm H 100 µm
Gambar 4.10. Anatomi dan Histologi Kraniofacial pada Hidrocephalus. HK: Histologi kraniofacial, AK: Anatomi kraniofacial, N: Normal, H: Hidrocephalus, VL: Ventrikel Lateral, VIII: Ventrikel 3, AK: Anatomi kraniofacial, HK: Histologi kraniofacial, K0: Kontrol Blank, P2: Perlakuan 4% ekstrak N-heksan buah andaliman, P3: Perlakuan 6% ekstrak N- heksan buah andaliman. Perbesaran 4x10. Pewarnaan Hematoxilin-Eosin. K 0 P3 P3 H K H K A K K 0 A K
BAB 5