• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum Perusahaan

a. Sejarah Singkat PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Bank Tabungan Negara atau BTN adalah bidang oleh Postspaarbank d

dengan Tyokin Kyoku. Setelah

ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah

beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1998 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini, yaitu PT. Bank Tabungan.

Pada awalnya, bank ini dibentuk Agar Masyarakat Rajin menabung, PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk lahir ketika rakyat kita tengah "rajin" merebut kemerdekaan yang dirampas Belanda. Sekitar 1897, berdirilah bank Postspaar Bank cikal bakal Bank BTN. Postpaarbank berkedudukan di Batavia (Jakarta) yang didirikan untuk mendidik masyarakat pada saat itu agar gemar menabung. Melalui Postspaarbank, masyarakat diperkenalkan lembaga perbankan secara luas. Meskipun tentunya sistem perbankan yang ada pada saat itu tidak sama dan jauh dari sempurna bila dibandingkan dengan sistem perbankan saat ini. Sampai akhir 1931, peranan Pospaarbank dalam penghimpunan dana masyarakat terus menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Hal tersebut terbukti dengan semakin banyaknya minat masyarakat pada saat itu untuk menaruh atau menyimpan uangnya di bank. Sampai dengan akhir 1939, Postpaarbank telah berhasil menghimpun dana masyarakat sebesar Rp 5,4 juta. Sebuah jumlah yang sangat, besar pada masa itu. Prestasi yang berhasil dicapai oleh Postspaarbank. Hal itu sebenarnya sejalan dengan kebijakan sistem desentralisasi yang-dilaksanakan pada saat itu.

Sejarah keberhasilan Postspaarbank, akhirnya membawa dampak positif dengan mulai dibukanya 4 kantor cabang Postspaarbank masing-masing di Makasar (saat ini Ujung Pandang), Surabaya, Jakarta, dan Medan. Dalam perjalanannya, keberhasilan Postspaarbank dalam

menghimpun dana masyarakat itu mendapat ujian pada sekitar 1940 dengan diserbunya Netherland oleh tentara Jerman. Serbuan itu akhirnya membawa dampak terhadap terkurasnya dana yang telah dihimpun Postspaarbank secara besar-besaran oleh para nasabahnya. Tidak kurang dari Rp 11 juta dana yang terkuras untuk dibayarkan Postspaarbank kepada nasabah hanya dalam waktu beberapa hari saja. Namun, nasib baik masih berada pada Postspaarbank, karena hal itu tidak berlangsung lama. Pada 1941, kepercayaan masyarakat sudah mulai pulih kembali yang ditandai dengan mulai banyaknya masyarakat yang menabung uangnya pada Postspaarbank. Berdasarkan catatan sejarah; hanya dalam waktu singkat pada tahun yang sama, telah terkumpul dana yang dihimpun dari masyarakat sebesar Rp 58,8 juta. Sejarah kemudian tidak berhasil mencatat keberhasilan Postspaarbank, karena setahun kemudian atau tahun 1942 dengan masuknya tentara Jepang ke Indonesia, operasional Postspaarbank praktis mengalami kemacetan karena telah dibekukan.

Kemudian, Jepang masuk dan mengubah semua bentuk pemerintahan dan segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia sesuai dengan kehendak Jepang yang berhasil mengusir Belanda pada saat itu dari wilayah Indonesia. Secara resmi pada tahun itu Jepang telah mengambilalih kekuasaan Belanda di Indonesia dan Postspaarbank yang merupakan bank karya kolonial Belanda dibekukan. Sebagai gantinya pemerintah Jepang mendirikan Tyokin Kyoku. Pada prinsipnya, misi Tyokin Kyoku bentukan Jepang tidaklah jauh dengan maksud dan tujuan Postspaarbank produk kolonial Belanda. Yaitu untuk mengajak

masyarakat Indonesia gemar menabung. Namun, dalam perjalanannya ternyata misi Tyokin Kyoku tidak semulus apa yang pernah dilakukan Postspaarbank dalam menghimpun dana masyarakat melalui tabungan tersebut.

Ironisnya, Tyokin Kyoku gagal dalam menjalankan misinya karena masyarakat menganggap bahwa manabung melalui Tyokin Kyoku itu dirasakan adanya paksaan. Sehingga dengan sendirinya masyarakat enggan untuk melakukan penabungan pada saat itu. Meskipun demikian, Tyokin Kyoku telah berhasil membuka cabangya di Jogjakarta pada masa itu. Setelah kemerdekaan berhasil diraih, Tyokin Kyoku diambilalih pemerintah Indonesia. Namanya diubah menjadi Kantor Tabungan Pos atau disingkat KTP. Pembentukan KTP pada saat itu diprakarsai oleh Darmosoetanto selaku direktur pertama KTP. Dalam perjalanannya, pada akhirnya KTP mempunyai peran yang sangat besar. Peran yang sangat berarti pada saat itu adalah adanya tugas KTP dalam pengerjaan penukaran uang Jepang dengan uang Republik Indonesia (ORI).

Sejarah telah mencatat bahwa pada masa pendudukan Jepang, peredaran uang yang ada saat itu ditarik dan diganti dengan uang Jepang. Maka begitu Indonesia merdeka, melalui KTP itulah uang Jepang yang masih beredar kemudian ditarik dan diganti dengan uang Indonesia. Ketika Agresi Militer Belanda ke Indonesia, KTP tidak dapat bekerja dengan aman. Dengan agresi Belanda itu, pada 19 Desember 1946 KTP dan kantor-kantor cabangnya yang telah tersebar di Indonesia resmi diduduki oleh Belanda. Namun, pada Juni 1949 pemerintah Republik

Indonesia membuka kembali KTP tersebut sekaligus mengganti namanya menjadi Bank Tabungan Pos Republik Indonesia. Kemudian berganti menjadi Bank Tabungan Pos. Pada 9 Februari 1950, Bank Tabungan Pos dibekukan dan selanjutnya dibentuklah Bank Tabungan Negara (BTN). Selanjutnya, tanggal tersebut diperingati sebagai kelahiran Bank BTN. Perkembangannya terus melejit, sampai sekarang sudah memiliki 1.102 kantor di seluruh Indonesia.

b. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Pembentukan struktur organisasi termasuk salah satu unsur pokok dalam mencapai pengawasan yang maksimal. Dengan adanya struktur organisasi, maka akan terlihat jelas arah dan koordinasi untuk secara bersama-sama menjalankan organisasi dan mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan. Setiap karyawan dapat menjalankan tugas sesuai dengan fungsi dan tanggung jawab yang dibebankan padanya dan juga ke[ada siapa dia harus mempertanggungjawabkannya. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, dan posisi yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang, serta tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka diperoleh informasi mengenai uraian tugas dan tanggung jawab pada PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Adapun uraian pokok tugas dan

tanggung jawab dari struktur organisasi BTN di antaranya adalah sebagai berikut:

1) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris mencakup hal-hal sebagai berikut:

a) Mengawasi dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kegiatan bisnis Bank.

b) Mengawasi efektivitas penerapan GCG pada setiap tingkatan dan jenjang organisasi Bank.

c) Mengawasi pelaksanaan manajemen risiko. d) Memantau dan mengevaluasi kinerja Direksi.

e) Memantau kepatuhan Bank terhadap peraturan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan pihak-pihak lainnya.

f) Mengarahkan, memantau, dan mengevaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJP), Rencana Bisnis Bank (RBB) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP).

g) Mengkaji pembangunan dan pemanfaatan teknologi informasi. h) Mengusulkan Auditor Eksternal untuk disahkan dalam RUPS

dan memantau pelaksanaan penugasan Auditor Eksternal. i) Menyusun pembagian tugas diantara anggota Dewan

Komisaris sesuai dengan keahlian dan pengalaman masing-masing anggota Dewan Komisaris.

j) Menyusun program kerja dan target kinerja Dewan Komisaris tiap tahun serta mekanisme review terhadap kinerja Dewan Komisaris.

k) Menyusun mekanisme penyampaian informasi dari Dewan Komisaris kepada stakeholders.

l) Mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas Dewan Komisaris kepada RUPS.

2) Adapun Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi adalah sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) Perseroan, Direksi Bank BTN bertugas mengelola Perseroan, memelihara dan mengurus aset Perseroan serta mewakili Perseroan di dalam maupun di luar urusan pengadilan. Direksi bertugas dan bertanggung-jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan agar value driver berfungsi maksimal sehingga profitabilitas operasional naik dan memberikan hasil akhir berupa peningkatan nilai perusahaan secara berkesinambungan.

Adapun tugas Direksi sesuai fungsinya, masing-masing diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama bertugas untuk mengkoordinir anggota Direksi lainnya, agar seluruh kegiatan berjalan sesuai visi, misi, sasaran usaha, strategi, kebijakan dan program kerja yang ditetapkan. Secara spesifik, Direktur Utama dan Wakil Direktur Utama juga bertanggung jawab untuk menyelaraskan seluruh inisiatif-inisiatif internal dan

strategis Perseroan, memastikan terjadinya peningkatan kemampuan bersaing perusahaan, mengendalikan serta mengevaluasi penerapan prinsip-prinsip GCG dan standar etika. Direktur Utama bertugas mengkoordinasikan tugas operasional di bidang audit internal.

b) Wakil Direktur Utama bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi tugas operasional dibidang sekretariat perusahaan, penelitian dan perencanan serta kebijakan dan pengembangan bisnis.

c) Direktur I / Direktur Kepatuhan bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi tugas operasional di bidang sumber daya manusia, manajemen risiko dan bertanggung jawab atas compliance (kepatuhan) operasional Bank BTN atas segala aturan BI dan ketentuan yang berlaku.

d) Direktur II / Direktur Pemasaran dan Treasury bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi tugas operasional di bidang treasury, pemasaran ritel dan kegiatan syariah Bank BTN.

e) Direktur III / Direktur Operasional bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas operasional bidang akuntansi agar pembukuan perusahaan sesuai dengan PSAK dan akuntabel,

kegiatan di bidang operasional dan kegiatan di bidang teknologi informasi.

f) Direktur IV / Direktur Credit Support bertanggung jawab untuk mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan tugas operasional atas bidang pengelolaan kredit, bidang pembinaan dan penyelamatan kredit dan bidang pengadaan dan pengelolahan logistik.

Disamping tugas-tugas operasional sesuai bidang masing-masing, seluruh Direktur Perseroan bertugas untuk memastikan bahwa seluruh informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu tersedia untuk Dewan Komisaris.

2. Tingkat Kesehatan Bank

Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan bank Umum menjelaskan bahwa bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara triwulan. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian faktor permodalan, kualitas asset, manajemen, rentabilitas,likuiditas, dan sensitivitas terhadap risiko pasar.

Tingkat kesehatan bank dapat dinilai dari beberapa indikator. Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar

penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan dimasa mendatang.

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktorfaktor yang terdiri dari:

a. Permodalan (capital)

Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal Bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul.Penilaian kuantitatif faktor permodalan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

a. Kecukupan pemenuhan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM), merupakan rasio utama;

b. Kemampuan modal inti dan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dalam mengamankan risiko hapus buku (writeoff), merupakan rasio penunjang;

c. Kemampuan modal inti untuk menutup kerugian pada saat likuidasi, merupakan rasio penunjang;

d. Trend/pertumbuhan KPMM, merupakan rasio penunjang;

e. Kemampuan internal bank untuk menambah modal, merupakan rasio penunjang;

f. Intensitas fungsi keagenan bank syariah, merupakan rasio pengamatan (observed);

g. Modal inti dibandingkan dengan dana mudharabah, merupakan rasio pengamatan (observed);

h. Deviden Pay Out Ratio, merupakan rasio pengamatan (observed); i. Akses kepada sumber permodalan (eksternal support), merupakan

rasio pengamatan (observed);

j. Kinerja keuangan pemegang saham (PS) untuk meningkatkan permodalan bank, merupakan rasio pengamatan (observed).

b. Kualitas aset (Asset quality)

Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor kualitas aset dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Kualitas aktiva produktif bank, merupakan rasio utama;

2) Risiko konsentrasi penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang;

3) Kualitas penyaluran dana kepada debitur inti, merupakan rasio penunjang;

4) Kemampuan bank dalam menangani/mengembalikan aset yang telah dihapusbuku, merupakan rasio penunjang;

5) Besarnya Pembiayaan non performing, merupakan rasio penunjang; 6) Tingkat Kecukupan Agunan, merupakan rasio pengamatan (observed);

7) Proyeksi/Perkembangan kualitas aset produktif, merupakan rasio pengamatan (observed);

8) Perkembangan/trend aktiva produktif bermasalah yang direstrukturisasi, merupakan rasio pengamatan (observed).

c. Manajemen (Management)

Penilaian manajemen dimaksudkan untuk menilai kemampuan manajerial pengurus bank dalam menjalankan usaha sesuai dengan prinsip manajemen umum, kecukupan manajemen risiko dan kepatuhan bank terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah dan komitmen bank kepada Bank Indonesia. Penilaian kualitatif faktor manajemen dilakukan dengan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Kualitas manajemen umum terkait dengan penerapan good corporate governance;

2) Kualitas penerapan manajemen risiko;

3) Kepatuhan terhadap ketentuan baik yang terkait dengan prinsip kehati-hatian maupun kepatuhan terhadap prinsip syariah serta komitmen kepada Bank Indonesia.

d. Rentabilitas (Earnings)

Penilaian rentabilitas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Penilaian kuantitatif faktor rentabilitas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Net operating margin (NOM), merupakan rasio utama; 2) Return on assets (ROA), merupakan rasio penunjang;

3) Rasio efisiensi kegiatan operasional (REO), merupakan rasio penunjang;

4) Rasio Aktiva Yang Dapat Menghasilkan Pendapatan, merupakan rasio penunjang;

5) Diversifikasi pendapatan, merupakan rasio penunjang;

6) Proyeksi Pendapatan Bersih Operasional Utama (PPBO) merupakan rasio penunjang;

7) Net structural operating margin, merupakan rasio pengamatan (observed);

8) Return on equity (ROE), merupakan rasio pengamatan (observed); 9) Komposisi penempatan dana pada surat berharga/pasar keuangan,

merupakan rasio pengamatan (observed);

10)Disparitas imbal jasa tertinggi dengan terendah, merupakan rasio pengamatan (observed);

11)Pelaksanaan fungsi edukasi, merupakan rasio pengamatan (observed); 12)Pelaksanaan fungsi sosial, merupakan rasio pengamatan (observed); 13)Korelasi antara tingkat bunga di pasar dengan return/bagi hasil yang

diberikan oleh bank syariah, merupakan rasio pengamatan (observed); 14)Rasio bagi hasil dana investasi, merupakan rasio pengamatan

(observed);

15)Penyaluran dana yang diwrite-off dibandingkan dengan biaya operasional, merupakan rasio pengamatan (observed);

e. Likuiditas (Liquidity)

Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian kuantitatif faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:

1) Besarnya Aset Jangka Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, merupakan rasio utama;

2) Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary Reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio penunjang; 3) Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan rasio

penunjang;

4) Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana pihak ketiga, merupakan rasio penunjang;

5) Kemampuan bank dalam memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi mistmach, merupakan rasio pengamatan (observed);

6) Ketergantungan pada dana antar bank, merupakan rasio pengamatan (observed).

f. Sensitivitas atas risiko pasar (sensitivity to market risk)

Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan

modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.

Dokumen terkait