• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

5. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank …

Tata cara penialian tingkat kesehatan bank umum pada dasarnya hampir sama dengan penilaian tingkat kesehatan BPR. Namun, dalam penilaian tingkat kesehatan bank umum menggunakan indikator sensitivitas terhadap resiko pasar. Selain itu terdapat perbedaan antara dengan Bank Umum dengan BPR pada penilaian faktor permodalan dan faktor manajemen. Pada faktor permodalan yang membedakan adalah besarnya persentase bobot risiko yang digunakan dalam perhitungan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sedangkan untuk faktor manajemen pada jumlah pertanyaan yang diajukan pada pihak manajemen bank umum lebih banyak daripada pertanyaan yang diajukan pada pihak manajemen BPR. Perbedaan tersebut pada dasarnya berkaitan juga dengan keterbatasan dari usaha yang boleh dilakukan BPR.

Di dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, faktor-faktor dan komponen yang dinilai adalah sebagai berikut :

a. Permodalan (Capital)

Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kemungkinan kerugian. Modal Sendiri Bank (Equity Fund) adalah sejumlah uang tunai yang telah disetorkan pemilik dan sumber-sumber lainnya yang berasal dari dalam bank itu sendiri; terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.

Modal inti terdiri atas modal disetor dan cadangan– cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak. Secara rincian modal inti dapat berupa Modal disetor, Agio saham, Modal sumbangan, Cadangan umum, Cadangan tujuan, Laba yang ditahan (rentained earning), Laba tahun lalu, Laba tahun berjalan. Modal inti tersebut diatas harus dikurangi dengan Goodwill yang ada dalam pembukuan bank dan Kekurangan jumlah penyisihan penghapusan aktiva produktif dari jumlah yang sebenarnya dibentuk sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia.

2) Modal Pelengkap

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk tidak dari laba setelah pajak, serta pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan dengan modal.

Secara rinci modal pelengkap dapat berupa : a) Cadangan revaluasi aktiva tetap

b) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

c) Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan

d) Modal pinjaman (sebelumnya disebut modal kuasi) e) Pinjaman subordinasi

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) yaitu pos-pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau bobot risiko yang didasarkan pada golongan

nasabah, peminjam atau sifat barang jaminan. Ketentuan rasio antara modal dan ATMR biasa disebut Capital Adequancy Ratio (CAR) atau Rasio Kecukupan Modal merupakan analisis solvabilitas untuk mendukung kegiatan bank secara efisien dan mampu menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindarkan serta apakah kekayaan bank semakin bertambah atau semakin berkurang. Analisis ini juga berguna untuk menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi segala kewajiban finansialnya baik berupa utang jangka pendek maupun utang jangka panjang.

Rasio permodalan : % 100 x ATMR Penyertaan Modal Total CAR =

Ket : Total modal = Modal inti + Modal Pelengkap ATMR = ATMR kredit + ATMR resiko pasar

Sedangkan penyertaan adalah penanaman dana bank dalam bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan yang tidak melalui pasar modal, serta dalam bentuk penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur untuk mengatasi akibat kegagalan kredit.

b. Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Perbankan sebagai lembaga pemberi jasa-jasa keuangan dalam lalu lintas pembayaran, maka bank memberikan berbagai fasilitas kepada nasabah, loanable funds dari bank yang terbesar diberikan dalam bentuk kredit. Penilaian kualitas asset merupakan

penilaian terhadap kondisi asset bank dan kemampuan manajemen dalam mengelola kredit.

Aktiva produktif yaitu semua aktiva dalam rupiah maupun valuta asing yang dimiliki oleh bank dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya, sehingga kredit merupakan salah satu bentuk aktiva produktif (Susilo, 2000:30). Pengelolaan aktiva produktif adalah bagian dari asset management yang juga mengatur tentang cash reserve (liquidity assets) dan fixed assets (aktiva tetap dan inventaris).

Aktiva produktif yang dimiliki bank memiliki empat golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan dan macet sesuai dengan kolektibilitasnya. Kolektibilitas merupakan keadaan pembayaran kembali pokok dan bunga kredit nasabah serta tingkat kemungkinan diterimanya kembali dana yang ditanamkan dalam surat berharga atau penanaman lainnya.

Non Performing Loans (NPL) merupakan rasio kredit yang diberikan bermasalah dengan total kredit dapat dihitung dengan rumus: % 100 x Kredit Totak nonlancar Kredit NPL =

sedangkan untuk menghitung rasio PPAP yaitu pemenuhan penghapusan dan penyisihan aktiva produktif adalah :

wajib yang PPAP dibentuk telah yang PPAP PPAP=

c. Faktor Manajemen (Management)

Penilaian manajemen merupakan inti dari pengukuran masyarakat apakah sebuah bank telah berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat (sound banking business) atau dikelola secara tidak sehat. Selain itu dengan penilaian manajemen maka ketrampilan manajerial dan profesionalisme perbankan dari pimpinan atau manajer bank yang bersangkutan dapat diukur. Penilaian dari keberhasilan manajemen dapat dilihat dari manajemen umum dan manajemen resiko yang diterapkan oleh para manajer suatu bank.

d. Faktor Rentabilitas (Earning Ability)

Penilaian terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada Return on Asset (ROA) dan BOPO. Rasio pertama adalah rasio laba sebelum pajak terhadap rata-rata volume usaha yang disebut dengan rasio Return on Asset (ROA). Penghitungan ROA dapat dilakukan dengan dengan menggunakan rumus :

% 100 x Aset rataTotal Rata Pajak Sebelum Laba ROA − =

Rasio kedua yang digunakan dalam penilaian faktor rentabilitas adalah rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Biaya operasional adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dalam operasional selama 12 bulan terakhir. Sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan operasional perusahaan selama 12 bulan terakhir.

% 100 tanOperasionalx Pendapa l Operasiona Beban BOPO=

Rasio BOPO merupakan barometer dalam mengukur kemampuan pendapatan operasional dalam menutup biaya operasional dan tingkat efisiensi. Antara BOPO dan ROA mempunyai hubungan yang sangat erat dan timbal balik yaitu pengukuran efisiensi di satu sisi, dan produktivitas di pihak lain.

e. Faktor Likuiditas (Liquidity)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar semua deposantnya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Oleh karena itu bank dikatakan likuid apabila:

1) Bank tersebut memiliki cash assets sebesar kebutuhan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.

2) Bank tersebut memiliki cash assets yang lebih kecil dari butir satu diatas, tetapi yang bersangkutan juga mempunyai assets lain (khususnya surat-surat berharga) yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengalami penurunan nilai pasarnya.

3) Bank tersebut mempunyai kemampuan untuk menciptakan cash asset baru melalui berbagai bentuk hutang.

Penilaian terhadap faktor likuiditas menggunakan dua rasio yang dapat ditampilkan dalam rumus sebagai berikut:

Cash Ratio adalah rasio alat likuid terhadap hutang lancar yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar hutang lancarnya dengan menggunakan alat likuidnya.

% 100 tang Lancar x Hu Lancar Harta Ratio Cash =

2) Loan to Deposit Ratio/LDR

Perbandingan antara Kredit yang Diberikan terhadap Dana yang Diterima oleh Bank (Loan to Deposi Ratio/LDR). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengendalikan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. LDR dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

% 100 x Ketiga Pihak Dana kredit LDR=

Berdasarkan Surat Edaran BI No.9/24/DpbS tanggal 30 Oktober 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah ada 5 Peringkat Komposit (composite rating). Peringkat Komposit ditetapkan sebagai berikut :

1. Peringkat Komposit 1, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan;

2. Peringkat Komposit 2, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan namun Bank dan UUS masih memiliki kelemahan kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin;

3. Peringkat Komposit 3, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat kompositnya memburuk apabila Bank dan UUS tidak segera melakukan tindakan korektif;

4. Peringkat Komposit 4, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong kurang baik dan sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri keuangan atau Bank dan UUS memiliki kelemahan keuangan yang serius atau kombinasi dari kondisi beberapa faktor yang tidak memuaskan, yang apabila tidak dilakukan tindakan yang efektif berpotensi mengalami kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usaha;

5. Peringkat Komposit 5, mencerminkan bahwa Bank dan UUS sangat sensitif terhadap pengaruh negatif kondisi perekonomian, industri keuangan, dan mengalami kesulitan yang membahayakan kelangsungan usaha.

Dokumen terkait