• Tidak ada hasil yang ditemukan

DATA PERKEMBANGAN VIII

Dalam dokumen Index of /files/disk1/20 (Halaman 83-95)

Tanggal 04 Juni 2015 Pukul 10.00 WIB

Subyektif

1. Ibu mengatakan tidak ada keluhan apapun. 2. Ibu mengatakan sudah beraktifitas sehari-hari. Obyektif

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : komposmentis

3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c

4. BB : 58 kg

5. Anogenital : Terlihat luka operasi sudah kering. Assasment

Ny.E umur 21 tahun post operasi kista bartholini hari ke 6. Planning

Tanggal04 Juni 2015 1.Pukul 10.05 WIB

Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik dan bekas luka operasi marsupialisasi sudah kering.

2. Pukul 10.13 WIB

Memberitahu ibu untuk selalu menjaga personal hygiene. 3. Pukul 10. 16 WIB

4. Pukul 10.20 WIB

Memberitahu ibu untuk istirahat cukup. 5. Pukul 10.24 WIB

Memberitahu ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu jika ibu masih merasa khawatir.

6. Pukul 10.27 WIB

Kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi: Nutriflam 3x1 500 mg/oral

Dolos 3x1 500 mg/oral Cefixim 2x1 200 mg/oral Evaluasi

Tanggal 04 Juni 2015 Pukul 10.40 WIB

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene. 3. Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi. 4. Ibu bersedia untuk istirahat cukup.

5. ibu sudah mengerti apa yang dianjurkan bidan.

B.PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kasus tentang gangguan sistem reproduksi kista bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan teori yang ada. Karena penulis menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan tujuh langkah Varney, maka pembahasan akan diuraikan langkah demi langkah sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang (Estiwidani, 2008).

Data subjektif pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini ibu mengatakan keluar lendir darah bercampur nanah dari vulva yang sudah pecah, dan nyeri saat berhubungan dengan suami. Data obyektif pada pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini keadaan ibu baik, kesadaran composmentis, ada benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan, padat, keras, dan terdapat nyeri tekan. Jadi dalam pengkajian tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan. 2. Interpretasi Data

Interpretasi data terdiri dari penentuan diagnosa kebidanan, menentukan masalah, dan kebutuhan pada kasus Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini. Pada langkah ini dilakukan identifikasi

terhadap diagnosa dan masalah berdasarkan intepretasi atas data-data yang telah dikumpulkan, data dasar yang telah dikumpulkan diintepretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan (Estiwidani, 2008). Pada kasus ini penulis menentukan diagnosa kebidanan Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.

Masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang disertai diagnosis. Masalah yang sering timbul pada kasus kista bartholini adalah cemas, gelisah dengan keadaannya (Wildan & Hidayat, 2008).

Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data. Kebutuhan yang diperlukan untuk kasus kista bartholini adalah dukungan moral dan informasi mengenai kista bartholini (Wildan & Hidayat, 2008). Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik lapangan.

3. Diagnosa Potensial

Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting

sekali dalam melakukan asuhan yang aman (Estiwidani, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini apabila tidak segera mendapat penanganan yang tepat akan menjadi infeksi (Prawirohardjo 2011). Jadi pada langkah tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

11. Tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan (Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini bidan berkolaborasi dengan dokter dalam melakukan tindakan segera yaitu insisi dinding kista dan drainase cairan kista atau abses, yang disebut dengan prosedur marsupialisasi dapat pula dilakukan dengan memasang world catheter dan pemberian antibiotik dan analgetik (Prawirohardjo, 2011). Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dilapangan.

12. Perencanaan

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Estiwidani, 2008). Dalam langkah ini yang dapat dilakukan bidan berupa persiapan perencanaan tindakan pembedahan dan

marsupialisasi. Perencanaan yang diberikan pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini diantaranya:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital ( Varney, 2007 ).

b. Melakukan observasi kista bartholini ( Prawirohardjo, 2011 ).

c. Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang sedang dialami saat ini

( Wildan dan Hidayat, 2008 ).

d. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tidakan operasi

marsupialisasi

( Manuaba, 2008 ).

e. Memberikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi

( Manuaba, 2008 ).

f. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi ( Manuaba, 2008).

g. Melakukan konsultasi dengan dokter bagian anestesi ( Manuaba, 2008 ).

Langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik di lapangan.

13. Pelaksanaan

Langkah keenam ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh bidan berupa persiapan perencanaan tindakan pembedahan marsupialisasi yaitu:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital ( Varney, 2007 ).

b. Melakukan observasi kista bartholini ( Prawirohardjo, 2011 ).

c. Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang sedang dialami saat ini

( Wildan dan Hidayat, 2008 ).

d. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tidakan operasi

marsupialisasi

( Manuaba, 2008 ).

e. Memberikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi

( Manuaba, 2008 ).

f. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi ( Manuaba, 2008).

g. Melakukan konsultasi dengan dokter bagian anestesi ( Manuaba, 2008 ).

7. Evaluasi

Langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. E dan perawatan selama 7 hari. Hasilnya kista bartholini dapat teratasi dan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, serta ibu sudah merasa nyaman dengan keadaanya. Jadi asuhan yang diberikan pada Ny. E sesuai dengan perencanaan.

79 BAB V PENUTUP

A.KESIMPULAN

Setelah penulis melaksanakan observasi dengan memberikan manajemen asuhan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. E Umur 21 Tahun dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen dengan menggunakan pendekatan tujuh langkah varney, dapat diambil kesimpulan: 1. Dari pengkajian pada Ny. E didapatkan data subjektif keluhan utama ibu

mengatakan mengeluh ada benjolan pada kemaluan sebelah kiri, keluar lendir darah dan nanah dari vulva, serta nyeri saat berhubungan dengan suaminya. Sedangkan pada data objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, serta terdapat benjolan di labia mayora kiri warna kemerahan padat, keras dan terdapat nyeri tekan.

2. Dari intepretasi data pada kasus Ny. E didapatkan diagnosa kebidanan Ny. E umur 21 tahun dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini, dengan masalah yang timbul adalah ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang sedang dialaminya saat ini serta kebutuhan yang dibutuhkan yaitu dukungan moril pada ibu agar tidak cemas dengan keadaannya.

3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini adalah potensial terjadinya infeksi. Tetapi setelah dilakukan operasi marsupialisai tidak terjadi infeksi.

4. Antisipasi yang diberikan pada kasus Ny. E yaitu kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi.

5. Rencana asuhan kebidanan pada Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini dilakukan secara menyeluruh yaitu:

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital.

b. Observasi kista bartholini.

c. Beri dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang sedang dialami saat ini.

d. Beritahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi

marsupialisasi.

e. Berikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi.

f. Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi: Infus RL 20 tpm

Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr Nutriflam 500 mg 3x1 per oral Dolos 500 mg 3x1 per oral

Puasa 4 jam sebelum dilakukan tindaka operasi Pasang DC (dower cateter)

g. Konsultasi dengan dokter bagian anestesi.

6. Pelaksanaan asuhan yang diberikan pada Ny. E dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini sesuai dengan rencanaan yang telah dibuat.

7. Setelah dilakukan pemeriksaan pada Ny. E dan perawatan selama 7 hari hasilnya kista bartholini dapat teratasi dan keadaan umum baik, kesadaran komposmentis, serta ibu sudah merasa nyaman dengan keadaanya. Jadi asuhan yang diberikan pada Ny. E sesuai dengan perencanaan.

8. Berdasarkan hasil pembahasan dari pengkajian sampai evaluasi tidak ada kesenjangan antara rencana tindakan dan pelaksanaan teori dan praktik. B.SARAN

1. Bagi bidan

Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan, memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus ibu dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini.

2. Bagi Institusi dan Pendidikan a. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini agar lebih tepat menangani kasus.

b. Bagi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus gangguan sistem produksi kista bartholini.

3. Bagi ibu

Ibu diharapkan untuk lebih memjaga terhadap kesehatannya agar terdeteksi lebih dini bila terjadi kegawatan dan mampu memberikan pertolongan pertama serta cepat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan pertama pada tempat pelayanan kesehatan.

Dalam dokumen Index of /files/disk1/20 (Halaman 83-95)

Dokumen terkait