KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh:
Windaningsih
NIM B.12 054
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
iv
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah yang
berjudul : ”Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. E Umur 21 Tahun Dengan Kista Bartholini Tahun 2015”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti., M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari., SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Riadini Wahyu Utami, S.STselaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Direktur RSU Assalam Gemolong Sragen yang telah bersedia memberikan ijin
pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
v
Surakarta, Juni 2015
vi
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA NY. E UMUR 21 TAHUN DENGAN KISTA BARTHOLINI
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN Xi + 82 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi, yang merupakan organ paling penting dan sensitif. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi diantaranya adalah infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertil, dan lain-lain. Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis kista yang paling sering ditemukan adalah kista bartholini. Kebanyakan kasus ini terjadi pada usia 20-30 tahun. Kista bartolini merupakan benjolan berbentuk kantong yang mengandung cairan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 10 Oktober 2014, jumlah ibu dengan gangguan sistem reproduksi dari bulan januari 2013- September 2014 sebanyak 425 kasus, pasien kasus kista bartholini sebanyak 9 kasus (2,11%).
Tujuan: Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini melalui pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
Metode Penelitian: Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan metode studi kasus. Lokasi pengambilan kasus ini di RSU Assalam Gemolong Sragen dilakukan pada bulan Desember 2014 – Juni 2015. Dalam pengumpulan data metode yang digunakan data primer yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik ( Inspeksi, perkusi, palpasi, auskultasi ) dan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan.
Hasil Penelitian: Hasil asuhan kebidanan yang diberikan selama 7 hari yaitu: ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaanya, kista bartholini sudah teratasi, ibu sudah tidak merasa cemas, dan terapi sudah di berikan.
Kesimpulan: Dari hasil pengkajian data, intepretasi data, diagnosa potensial antisipasi, rencana tindakan, pelaksanaan, dan evaluasi tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
vii
2. Jangan pernah berhenti untuk terus belajar karena dari belajar kamu tidak akan pernah kehabisan akal ( penulis ).
3. Hidup adalah pilihan, mau pilih yang mana SUKSES dengan terus belajar atau GAGAL dengan diam ditempat ( penulis ).
4. Gantungkan azam dan semangatmu setinggi bintang di langit dan rendahkan hatimu serendah mutiara di lautan ( penulis ).
5. Hidup memerlukan pengorbanan. pengorbanan memerlukan perjuangan. perjuangan memerlukan ketabahan. ketabahan memerlukan keyakinan. keyakinan pula menentukan kejayaan. kejayaan pula akan menentukan kebahagiaan ( penulis ).
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan disetiap kesulitan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. 2. Ayah dan bunda, terimakasih atas dukungan semangat dan doanya. 3. Nenekku tercinta, terimakasih atas dukungan semangat dan doa. 4. Kakakku tersayang, terimakasih dukungan semangat dan doanya.
5. Pembimbing saya yang terbaik ibu Riadini Wahyu Utami, S.ST, terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membimbing saya dalam penyelesaian KTI. 6. Semua teman-teman dari kelas A-C angkatan 2012 STIkes Kusuma Husada,
Semoga kita selalu siap, mau, dan mampu menjadi Bidan yang professional dan unggul dalam melaksanakan pelayanan asuhan kebidanan.
viii
Nama : Windaningsih
Tempat/ Tanggal Lahir : Grobogan, 07 Oktober 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Ngancar RT 04/ RW VIII, Karanganyar, Geyer, Grobogan
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Denanyar III LULUS TAHUN 2006
2. SMP Negeri 02 Tangen LULUS TAHUN 2009
3. SMA Negeri 01 Tangen LULUS TAHUN 2012
ix
1. PengertianGangguanSistemreproduksi ... 6
2. Macam-macamGangguansistemreproduksi ... 7
3. Macam-macamGangguan Tumor jinak Vulva ... 8
x
A. Jenis Studi Kasus ... 32
B. Lokasi Studi Kasus ... 32
C. Subyek Studi Kasus ... 32
D. Waktu Studi Kasus ... 32
E. Instrumen Studi Kasus ... 33
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G. Alat dan Bahan ... 36
H. JadwalStudiKasus ... 37
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A.TinjauanKasus ... 41
B.Pembahasan ... 73
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 79
B.Saran ... 81
xi
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin StudiPendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin StudiPendahuluan Lampiran 4.Surat PermohonanIjin PenggunaanLahan Lampiran 5.Surat Balasan Ijin PenggunaanLahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Pasien Lampiran 7. Surat Persetujuan ( Informed Consent )
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara ( Format Askeb ) Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10.Satuan Acara Penyuluhan Personal Hygiene dan Leaflet Lampiran 11.Satuan Acara PenyuluhanGiziSeimbangdanLeaflet Lampiran 12. Dokumentasi
1 A. Latar Belakang
Kesehatan reproduksi pada era globalisasi dan modernisasi ini telah
terjadi perubahan dan kemajuan disegala aspek dalam menghadapi
perkembangan lingkungan, kesehatan dan kebersihan, dimana masyarakat
khususnya wanita, dituntut untuk selalu menjaga kebersihan fisik dan organ
tubuhnya. Salah satu organ tubuh yang paling penting dan sensitif serta
memerlukan perawatan khusus adalah organ reproduksi. Perubahan perilaku
seksual mengakibatkan dua masalah besar, yaitu kehamilan yang tidak
diinginkan, penyakit hubungan seksual, dan penyakit radang panggul
(Manuaba, 2010).
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan
hanya individu yang bersangkutan, demikian alat reproduksi sangat erat
hubungannya dengan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis kista yang paling
sering ditemukan adalah kista bartholini. Kebanyakan kasus ini terjadi pada
usia 20-30 tahun dengan sekitar 1 dalam 50 wanita akan mengalami kista
bartholini atau abses, pada wanita pasca menopause dapat berkembang
menjadi kanker (Jie, 2010).
Berdasarkan data yang di dapat dari Dinkes Propinsi Jawa Tengah
7.345 kasus tumor, yang terdiri dari tumor jinak sebanyak 4.678 (68%) kasus
dan tumor ganas 2.667 (42%) kasus (Dinkes Jateng, 2010).
Pasien dengan kista bartholini membutuhkan pertolongan medis yang
tepat, jika tidak segera ditangani akan mengakibatkan infeksi dan kematian
(Prawirohardjo, 2011). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
RSU Assalam Gemolong Sragen pada tanggal 10 Oktober 2014, jumlah ibu
dengan gangguan sistem reproduksi dari bulan januari 2013- September 2014
sebanyak 425 kasus, untuk infeksi saluran kencing 116 kasus (27,29%),
mioma uteri 59 kasus (13,88%), kista ovari 79 kasus (18,58%), endometriosis
sebanyak 70 kasus (16,47), amenor sebanyak 57 kasus (13,42),
menometroragi sebanyak 21 kasus (4,94%), infertil 14 kasus (3,29%), dan
kista bartholini sebanyak 9 kasus (2,11%).
Berdasarkan data-data tersebut penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan judul “ Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi Pada Ny. E Dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka didapatkan suatu perumusan masalah yaitu “ Bagaimana penerapan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Ny. E dengan kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong
Sragen tahun 2015 dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut
C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman nyata penulis dalam melaksanakan asuhan kebidanan
gangguan reproduksi pada Ny. E dengan kista bartholini melalui
pendekatan manajemen kebidanan 7 langkah varney.
2. Tujuan Khusus
a. Diharapkan penulis mampu :
1) Untuk melakukan pengkajian data pada Ny. E gangguan sistem
reproduksi dengan kista bartholini.
2) Untuk melakukan intepretasi data pada Ny. E gangguan sistem
reproduksi dengan kista bartholini.
3) Untuk melakukan diagnosa potensial pada Ny. E gangguan
sistem reproduksi dengan kista bartholini.
4) Untuk melakukan antisipasi dan tindakan segera pada Ny. E
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
5) Untuk melakukan rencana tindakan pada Ny. E gangguan
sistem reproduksi dengan kista bartholini.
6) Untuk melakukan pelaksanaan tindakan pada Ny. E gangguan
sistem reproduksi dengan kista bartholini.
7) Untuk mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny. E
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus
nyata di lapangan pada kasus ibu dengan gangguan sistem
reproduksi kista bartholini.
c. Penulis mampu memberi alternatif pemecahan masalah pada Ny. E
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini.
D. Manfaat Studi Kasus
Laporan studi kasus ini diharapkan dapat memberikan guna dan manfaat bagi:
1. Bagi Penulis
Untuk mendapatkan pengetahuan, wawasan, dan ketrampilan
penulis dalam mengatasi dan melaksanakan asuhan kebidanan dengan
gangguan sistem reproduksi kista bartholini, serta mendapatkan
pengalaman yang nyata dalam penanganan kasus gangguan reproduksi
dengan kista bartholini.
2. Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa
pemantauan, memberikan informasi serta pelayanan yang tepat dan
adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan, khususnya pada kasus ibu
3. Bagi Institusi Pendidikan
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan agar Rumah Sakit dapat lebih meningkatkan mutu
pelayanan dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya pada
kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini agar lebih
tepat menangani kasus.
b. Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai sumber bacaan atau referensi untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya pada kasus
gangguan sistem produksi kista bartholini.
E. Keaslian Studi Kasus
Keaslian dari karya tulis ilmiah dengan judul “ Asuhan Kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Ny. E dengan Kista Bartholini” ini pernah dilakukan oleh:
1. Jie (2010), dengan judul “ Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Nn. H dengan Kista Bartholini Di RS
Bayangkara Makassar”. Dilakukan penelitian mulai tanggal 03-06 Mei 2010. Asuhan kebidanan yang diberikan pada Nn. H dengan kista
bartholini yaitu operasi marsupialisasi. Pasien post marsupialisasi
diberikan infuse RL 28 tetes/menit, injeksi ceftriaxone 1 gr,
dexamethason 0,5 mg. Dan diberikan obat oral tramadol 3x500 mg, dan
hari didapatkan keadaan Nn. H sudah baik dan diperbolehkan pulang.
Nn. H dianjurkan untuk menjaga personal hygiene dan kontrol ulang 2
hari setelah dari rumah sakit. Persamaan studi kasus ini dengan penelitian
sebelumnya adalah metode penelitian, subyek, studi kasus, cara
pengambilan data dengan cara wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi rekam medik. Perbedaan studi kasus ini dengan peneliti
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Gangguan Sistem Reproduksi
a. Pengertian
Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam
manajemen kesehatan reproduksi (Manuaba, 2008). Permasalahan
dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah
reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi.
Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur,
keganasan pada alat reproduksi wanita, infertil, dan lain-lain
(Baradero dkk, 2007).
b. Macam-macam gangguan sistem reproduksi
1) Gangguan menstruasi
Macam-macam gangguan haid menurut Nugroho dan Utama
(2014), meliputi:
a) Sindroma Prementruasi (PMS)
Sindroma Prementruasi (PMS) merupakan suatu
keaadan dimana sejumlah gejala terjadi secara rutin dan
berhubungan dengan siklus mentruasi, gejala biasanya
timbul 7-10 hari sebelum menstruasi dan menghilang ketika
b) Dismenore
Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari
kram rahim dan terjadi selama menstruasi.
c) Amenore (tidak menstruasi)
Amenore adalah tidak menstruasi. Jika menstruasi
tidak pernah terjadi maka disebut amenore primer, jika
mentruasi pernah terjadi tetapi kemudian berhenti selama 6
bulan atau lebih maka disebut amenore sekunder. Amenore
yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama
kehamilan, selama menyusui, dan setelah menopause.
d) Perdarahan rahim akibat kelainan fisik
Perdarahan rahim akibat kelainan fisik yaitu
perdarahan yang terhitung sebanyak 25% dari seluruh
perdarahan abnormal pada wanita.
e) Perdarahan rahim disfungsional
Perdarahan abnormal akibat perubahan hormonal.
Perdarahan rahim disfungsional paling sering terjadi pada
awal dan akhir masa reproduktif 20% kasus terjadi pada
gadis remaja dan lebih dari 50% terjadi pada wanita yang
berusia diatas 45 tahun. 75% dari perdarahan rahim yang
f) Sindroma ovarium poli kista
Suatu penyakit dimana ovarium atau indung telur
membesar dan mengandung banyak kantong yang berisi
cairan (kista), kadar hormon pria (androgen) bisa tinngi
sehingga ladang menyebabkan maskulinisasi.
2) Gangguan tumor jinak vulva
Gangguan tumor jinak vulva menurut Prawirohardjo (2011),
meliputi:
a) Kista bartolini
Kista berukuran relatif besar yang paling sering
dijumpai. Kelenjar bartolini terletak pada sepertiga posterior
dari setiap labium mayus dan muara dari duktus sekretorius
dari kelenjar ini, berada tepat didepan (eksternal) hymen
pada posisi jam 4 dan 8.
b) Kista polisbasea
Kista yang paling sering ditemukan divulva. Kista
ini terbentuk akibat adanya penyumbatan yang disebabkan
oleh infeksi atau akumulasi material sebum pada saluran
tersebut duktus skretorius kelenjar minyak (blok age of
c) Hidradenoma papilaris
Kulit ini didaerah mons pubis dan labia mayora,
banyak mengandung kelenjar keringat. Kelenjar aprokin ini
akan mulai berfungsi secara normal setelah masa pubertas.
d) Hidrokel kanalis nuck
Penyumbatan prosesus vaginalis yang tak persisten
(canal of Nuck) juga dapat menimbulkan tumor kistik atau
hidrokel.
e) Fibroma
Tumor bertangkai dengan diameter kecil dan tidak
dikenali oleh penderita. Pertumbuhan lanjut dan
pembesaran ukuran fibroma sehingga menimbulkan
gangguan aktivitas seksual/membatasi mobilisasi penderita
menyebabkan mereka datang ke fasilitas kesehatan atau
klinisi.
f) Polip fibroepitelial
Polip fibroepitelial disebut juga dengan arkrokordon
atau tonjolan kulit (skin tag), merupakan tonjolan kulit
polipoid, bertekstur lunak dan halus, berwarna kemerahan
2. Kista bartolini
a. Pengertian kista bartolini
Kista bartolini merupakan benjolan berbentuk kantong yang
mengandung cairan. Bekas abses bartolini yang telah sembuh
nanahnya dinitralisasi menjadi cairan seperti lendir, tertimbun dalam
lumen karena salurannya buntu,sudah tidak sakit (dolor tidak ada),
tidak berubah warna (kolor sama dengan warna kulit), dan sudah
dapat dipergunakan untuk jalan atau hubungan seksual
(Manuaba, 2008).
b. Gambaran klinis
Pembesaran kistik bila tidak disertai dengan infeksi lanjutan
atau sekunder, umumnya tidak akan menimbulkan gejala-gejala
khusus dan hanya dikenali melalui palpasi. Sementara itu, infeksi
akut disertai penyumbatan, indurasi, dan peradangan. Gejala akut
inilah yang sering membawa penderita untuk memeriksakan dirinya.
Gejala utama akibat infeksi biasanya berupa nyeri sentuh dan
dispareunia. Pada tahap supuratif, dinding kista berwarna
kemerahan, tegang dan nyeri. Bila sampai pada tahap eksudatif
dimana sudah terjadi abses, maka rasa nyeri dan ketegangan dinding
kista menjadi sedikit berkurang disertai dengan penipisan dinding di
area yang lebih putih dari sekitarnya, umumnya hanya terjadi gejala
dan keluhan lokal dan tidak menimbulkan gejala sistemik kecuali
c. Fisiologi
Besar kelenjar bartholini ini berdiameter sekitar 0,5 cm yang
ditemukan di labia minora, biasanya tak teraba bila dilakukan
palpasi. Setiap kelenjar mengeluarkan lendir ke dalam saluran
yang berukuran sekitar 2,5 cm, kedua saluran muncul ke bagian
depan di kedua sisi lubang vagina. Fungsinya adalah untuk
mempertahankan kelembapan permukaan vestibular mukosa vagina
(Prawirohardjo, 2011).
d. Patofisiologi
Sumbatan duktus utama kelenjar bartolini menyebabkan
retensi sekresi dan dilatasi kistik. Kelenjar bartholini membesar,
merah, nyeri, dan lebih panas dari daerah sekitarnya. Isi didalamnya
berupa nanah dapat keluar melalui duktus atau bila tersumbat
(biasanya akibat infeksi) mengumpul didalam menjadi abses
(Mansjoer, dkk, 2007).
e. Gejala infeksi Bartholini
Gejala infeksi kista bartholini menurut Manuaba (2005), antara lain:
1) tampak sulit berjalan karena rasa nyeri
2) Temperatur badan dapat meningkat
3) Infeksi akan tampak:
a) Pembengkakan , warna merah dengan kulit mengkilat.
b) Palpasi: terasa sangat nyeri, terkesan pembentukan abses,
f. Penatalaksanaan kista bartholini
1) Insisi atau drainase
Insisi atau drainase merupakan prosedur yang cepat dan
mudah dilakukan serta memberikan pengobatan langsung pada
pasien, namun prosedur ini harus diperhatikan karena ada
kecenderungan kekambuhan kista atau abses. Ada studi yang
melaporkan, Bahwa terdapat 13% kegagalan pada prosedur ini
(Pernoll, 2009).
2) World catheter
World catheter merupakan sebuah kateter kecil dengan
balon yang dapat digembungkan dengan saline pada ujung
distalnya, biasanya digunakan untuk mengobati kista dan abses
bartholini, panjang dari kateter karet ini adalah sekitar 1 inci
dengan diameter No. 10 French Foley kateter. Balon kecil di
ujung world catheter dapat menampung sekitar 3-4 ml larutan
saline (Prawirohardjo, 2011).
3) Marsupialisasi
Marsupialisasi artinya dibuat lubang yang besar sekitar
2-3 cm, sehingga seluruh isinya dapat dikeluarkan. Sementara
itu dinding kista atau absesnya di jahit ke kulit dari labium
mayora. Dengan demikian dinding kista atau absesnya akan
B. Teori Manajemen Kebidanan menurut Varney 1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh
bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis
mulai dari pengkajian data, analisis data, diagnose kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Estiwidani, dkk, 2008).
Menajemen kebidanan menurut Estiwidani (2008), untuk
mengaplikasikan pendekatan itu antara lain:
a. Identifikasi dan analisis masalah yang mencangkup pengumpulan
data subyektif dan obyektif dan analisis dari data yang
dikumpulkan/dicatat.
b. Perumusan (diagnosa) masalah utama, masalah yang mungkin akan
timbul (potensial) serta penentu perlunya konsultasi, kolaborasi dan
rujukan.
c. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
d. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenagngan.
e. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk
menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah
a. Langakah I: Pengkajian data
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik, sesuai dengan kebutuhan
dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus, dan
pemeriksaan penunjang (Estiwidani, 2008).
Proses pengumpulan data dasar ini mencakup data subjektif
dan data objektif.
1) Data Subyektif
Data subjektif, berupa data fokus yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisinya
(Nursalam, 2008). Jenis data yang dikumpulkan meliputi:
a) Biodata pasien
Biodata pasien menurut Romauli (2011), antara lain:
(1) Nama ibu dan suami
Untuk dapat mengenal atau memenggil nama ibu dan
suami untuk mencegah kekeliruan bila ada nama yang
sama.
(2) Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa
usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah
(3) Suku/bangsa
Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang
mempengaruhi perilaku kesehatan.
(4) Agama
Dalam hal ini berhubungan dengan perawatan penderita
yang berkaitan dengan ketentuan agama. Antara lain
dalam keadaan yang gawat ketika memberi pertolongan
dan perawatan dapat diketahui dengan siapa harus
berhubungan, misalnya agama islam memanggil ustad
dan sebagainya.
(5) Pendidikan
Untuk mengetahui tinngkat intelektual, tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan
seseorang. Pada kasus gangguan sistem reproduksi
dengan kista bartholini biasanya ditemukan pada wanita
yang memiliki tingkat pendidikan rendah.
(6) Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial
ekonomi agar nasehat kita sesuai.
(7) Alamat
Untuk mengetahui ibu tingal dimana, menjaga
kemungkinan bila ada ibu yang namanya bersamaan.
mana hendak ditolong itu. Alamat juga diperlukan bila
mengadakan kunjugan pada penderita.
b) Keluhan Utama
Ditanyakan untuk mengetahui perihal yang
mendorong klien datang ke bidan (Varney, 2007). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi kista bartholini keluhan
utamanya ibu merasakan nyeri saat berjalan maupun duduk,
temperatur suhu badan dapat meningkat >380c, dan tampak
pembengkakan, warna kemerahan, kulit mengkilat, dan
sakit saat melakukan hubungan suami istri
(Manuaba, 2008).
c) Riwayat Menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan: Menarche, siklus menstruasi,
lamanya, banyaknya darah yang keluar, menstruasi terakhir,
adakah disminorhoe, gangguan sewaktu menstruasi
(metrorhagia, menoraghia), gejala premenstrual
(Varney, 2007).
d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, lama
perkawinan, berapa kali menikah, dan menikah pertama
e) Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas
Jumlah kehamilan dan kelahiran G (gravida), P
(para), A (abortus), dan riwayat persalinan yaitu jarak antara
dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara
melahirkan, serta masalah/gangguan kesehatan yang timbul
sewaktu hamil dan melahirkan, antara lain: preeklamsi,
infeksi dll (Estiwidani, 2008).
f) Riwayat Keluarga Berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan:
jenis kontrasepsi, efek samping, alasan berhenti (bila tidak
memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi
(Varney, 2007).
g) Riwayat penyakit
(1) Riwayat Penyakit Sekarang
Untuk mengetahui keadaan pasien saat ini dan
mengetahui adakah penyakit lain yang bisa
memperberat keadaan klien seperti batuk, pilek dan
demam (Estiwidani, 2008).
(2) Riwayat Penyakit Sistemik
Untuk mengetahui apakah ibu menderita penyakit
jantung, ginjal, ASMA/TBC, hepatitis, DM, hipertensi,
dan epilepsi serta penyakit sistemik lainnya seperti
trikomonas, dan kandidiasis (Estiwidani, 2008).
(3) Riwayat Penyakit Keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien.
Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya
jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan
(Varney, 2007).
(4) Riwayat Keturunan Kembar
Untuk mengetahui riwayat keturunan kembar dalam
keluarga (Estiwidani, 2008).
(5) Riwayat Operasi
Untuk mengetahui apakah ibu pernah mendapat operasi
atau belum (Estiwidani, 2008).
h) Data Psikologis
Digunakan untuk mengetahui perasaan ibu
menghadapi gangguan sistem reproduksi dengan kista
bartholini sekarang ini. Pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan kista bartholini ini biasanya didapatkan
data psikologisnya adalah ibu merasa cemas dengan
keadaannya (Nursalam, 2008).
2) Pemeriksaan fisik
Pencatatan yang dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik,
pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
Keadaan umum menurut Varney (2007), antara lain:
a) Keadaan Umum : Pemeriksaan untuk mengetahui
keadaan umum ibu apakah baik,
sedang, buruk, kemudian tingkat
kesadaran dan keadaan emosional.
Pada kasus gangguan sistem reproduksi
dengan kista bartholini didapatkan
keadaann ibu baik.
b) Kesadaran : Terdiri dari komposmentis, (kesadaran
normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang
keadaan sekelilingnya), kesadaran
apatis (keadaan kesadaran yang segan
untuk berhubungan dengan sekitarnya,
acuh tak acuh), kesadaran delirium
(gelisah, disorientasi (orang, tempat,
waktu) memberontak teriak-teriak,
berhalusinasi, berkhayal, kesadaran
somnolen (kesadaran menurun, respon
tertidur, namun kesadaran dapat pulih
bila di rangsang (mudah dibangunkan)
tetapi jatuh tertidur lagi, mampu
member jawaban verbal). Pada kasus
gangguan sistem reproduksi dengan
kista bartholini didapatkan kesadaran
ibu komposmentis.
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Romauli (2011),
antara lain:
Tekanan darah : Pemeriksaan untuk mengetahui faktor
resiko hipertensi/hipotensi dengan satuan
mmHg. Tekanan darah dikatakan tinggi
bila >140/90 mmHg.
Suhu : Pemeriksaan untuk mengetahui suhu
badan apakah ada peningkatan atau tidak
normalnya adalah 36-37,50c. Pada kasus
gangguan sistem reproduksi kista
bartholini suhunya meningkat diatas 380c
(Manuaba, 2008).
Nadi : Pemeriksaan untuk mengetahui denyut
menit penuh normalnya adalah 60-80
x/menit dalam keadaan santai.
Respirasi : Pemeriksaan untuk mengetahui sistem
pernafasan pasien dalam waktu 1 menit
penuh normalnya adalah 16-24 x/menit.
Tinggi Badan : Pemeriksaan untuk mengetahui tinggi
badan pasien.
Berat Badan : Pemeriksaan untuk mengetahui
pertambahan berat badan pasien saat
ditimbangan pada waktu kunjungan
normalnya pertambahan berat badan tiap
minggu adalah 0,50 kg
d) Inspeksi
Melakukan pemeriksaan pandang terhadap pasien mulai
dari kepala sampai kaki (Varney, 2007)
(1) Kepala
(a) Rambut : Pemeriksaan untuk mengetahui
bersih atau kotor, warna, mudah
rontok atau tidak, berketombe
atau tidak.
(b) Muka : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada cloasma atau tidak, dan ada
(c) Mata : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada oedema atau tidak,
konjungtiva merah muda atau
tidak, seklera putih atau tidak.
(d) Hidung : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada benjolan atau tidak, ada
secret atau tidak.
(e) Telinga : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada serumen atau tidak.
(f) Mulut dan gigi : Pemeriksaan untuk mengetahui
lidahnya bersih atau tidak, ada
sariawan atau tidak, ada gusi
yang mudah berdarah atau tidak,
ada caries atau tidak.
(2) Leher : Pemeriksaan untuk mengetahui ada
tidaknya pembesaran kelenjar tyroid
dan kelenjar limfe.
(3) Dada : Pemeriksaan untuk mengetahui normal
bentuk simetris, hiperpigmentasi areola
atau tidak, ada benjolan atau tidak,
(4) Abdomen : Pemeriksaan untuk mengetahui bentuk,
ada bekas luka atau tidak, dan ada nyeri
tekan atau tidak.
(5) Anogenital
(a) Vulva Vagina : Pemeriksaan untuk
mengetahui normal atau tidak,
ada varises pada vulva atau
tidak, ada kemerahan atau
tidak, ada nyeri tekan atau
tidak, dan ada pembesaran
kelenjar bartholini atau tidak
(Romauli, 2011). Pada kasus
gangguan sistem reproduksi
dengan kista bartholini
didapatkan hasil pemeriksaan
terlihat ada massa di dinding
sebelah dalam pada 1/3 bawah
labium mayora, warna merah,
kulit mengkilat,
(Prawirohardjo, 2011).
(6) Anus : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada haemoroid atau tidak
(7) Ekstremitas
(a) Varises : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada varises atau tidak
(Romauli, 2011).
(b) Oedema : Pemeriksaan untuk mengetahui
ada oedema atau tidak
(Romauli, 2011).
(c) Reflek Patella : Tungkai bawah akan bergerak
sedikit ketika tendon diketuk
(Romauli, 2011). Pada kasus
gangguan sistem reproduksi
dengan kista bartholini tidak
dilakukan pemeriksaan reflek
patella.
e) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksaan dengan cara
mengetuk untuk membandingkan kiri dan kanan pada setiap
daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara,
dan bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan
konsistensi jaringan. Perkusi dilakukan untuk mengetahui
reflek patella pasien (Nursalam, 2008). Pada kasus
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini tidak
f) Palpasi
Palpasi yaitu pemeriksaan yang dilakukan dengan
rabaan (Nursalam, 2008). Pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan kista bartholini didapatkan hasil
pemeriksaan teraba adanya massa di dinding sebelah dalam
pada 1/3 bawah labium mayora (Prawirohardjo, 2011).
g) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan
menggunakan stetoskop. Pada kasus gangguan sistem
reproduksi dengan kista bartholini pemeriksaan auskultasi
dilakukan pada saat pemeriksaan tekanan darah
(Nursalam, 2008).
h) Pemeriksaan dalam
Pemeriksaa dalam dikaji untuk mengetahui keadaan
porsio dan pengeluaran pervaginam
(Romauli, 2011). Pada kasus gangguan sistem reproduksi
dengan kista bartholini tidak dilakukan pemeriksaan dalam.
i) Pemeriksaan Penunjang
Data penunjang diperlukan sebagai pendukung
diagnosa, apabila diperlukan misalnya pemeriksaan
dengan kista bartholini tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang (Romauli, 2011).
b. Langkah kedua: Interpretasi Data
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
dan masalah berdasarkan intepretasi atas data-data yang telah
dikumpulkan, data dasar yang telah dikumpulkan diintepretasikan
sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah
tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan (Estiwidani, 2008).
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan
bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur diagnosa kebidanan diagnosa kebidanan terdiri dari
data dasar yang terdiri atas data subyektif dan data obyektif.
Diagnosa yang dapat ditegakkan adalah Ny. E umur 21 tahun
dengan gangguan sistem reproduksi kista bartholini
(Estiwidani, 2008).
Data Dasar
a) Data subyektif
(1) Ibu mengatakan nyeri pada saat berjalan atau duduk
(2) Ibu mengatakan ada benjolan pada kemaluannya yang
semakin hari semakin membesar, dan suhu badan
meningkat.
(Manuaba, 2005; Prawirohardjo, 2011).
b) Data Obyektif
Data obyektif menurut (Romauli, 2011), antara lain:
(1) Keadaan Umum : Baik
(2) Kesadaran : Composmentis
(3) Vital Sign : Biasanya terrjadi peningkatan suhu
badan >380c (Manuaba, 2008).
(4) Vulva Vagina : Terdapat massa di dinding sebelah
dalam pada 1/3 bawah labium
mayora dan warna kulit merah
mengkilat.
2) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang
disertai diagnosis. Masalah yang sering timbul pada kasus kista
bartholini adalah cemas, gelisah dengan keadaannya
(Wildan & Hidayat, 2008).
3) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan
didapatkan dengan melakukan analisis data. Kebutuhan
yang diperlukan untuk kasus kista bartholini adalah dukungan
moral dan informasi mengenai kista bartholini
(Wildan & Hidayat, 2008).
c. Langkah ketiga: Diagnosa Potensial
Mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial
berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap
mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar
terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang
aman (Estiwidani, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada ibu
gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini apabila tidak
segera mendapat penanganan yang tepat akan menjadi infeksi
(Prawirohardjo 2011).
d. Langkah keempat: Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan (Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan sistem
dokter dalam melakukan tindakan segera yaitu insisi dinding kista
dan drainase cairan kista atau abses, yang disebut dengan prosedur
marsupialisasi dapat pula dilakukan dengan memasang
world catheter dan pemberian antibiotik dan analgetik
(Prawirohardjo, 2011).
e. Langkah kelima: Perencanaan/Rencana Tindakan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa
yang telah diidentifikasi atau diantisipasi (Estiwidani, 2008). Dalam
langkah ini yang dapat dilakukan bidan berupa persiapan
perencanaan tindakan pembedahan dan marsupialisasi. Perencanaan
yang diberikan pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista
bartholini diantaranya:
1) Observasi keadaan umum dan tanda tanda vital ibu
(Varney, 2007).
2) Beri dukungan moril pada klien untuk tidak cemas
(Wildan & Hidayat, 2008).
3) Ajarkan pasien teknik relaksasi jika merasa nyeri
(Prawirohardjo, 2011).
4) Anjurkan pasien untuk istirahat cukup
5) Pasang kateter dan infuse 20 tetes per menit
(Prawirohardjo, 2011).
6) Berikan antibiotik dan analgetik
(prawirohardjo, 2011).
7) Beritahu pasien bahwa akan dilakukan tindakan operasi
marsupialisasi (Manuaba, 2008).
f. Langkah keenam : Pelaksanaan
Pelaksanaan ini dilaksanakan secara efisien dan aman,
perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian
lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan
tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Pada langkah ini
rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima dilaksanakan secara efisien dan aman, pelaksanaan asuhan
kebidanan dengan kista bartholini sesuai dengan perencanaan yang
telah dibuat (Manuaba, 2008).
g. Langkah ketujuh: Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan
apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut
pelaksanaannya (Estiwidani, 2008). Pada kasus gangguan reproduksi
post marsupialisasi tingkat keberhasilannya cukup, dengan berbagai
tindakan yang telah dilakukan sesuai rencana. Hasil yang diharapkan
yaitu keadaan umum pasien baik, tidak terjadi perdarahan, dantidak
ada infeksi lanjut, pasien merasa tidak cemas dan merasa nyaman
(Manuaba, 2005).
C. Data Perkembangan Soap
Asuhan lanjutan setelah dilakukan manajemen Varney di
dokumentasikan menggunakan format SOAP (Rismalinda, 2014). Sistem
pendokumentasian tersebut antara lain:
S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian
hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa (wawancara) yang merupakan
ungkapan langsung.
O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian
hasil pemeriksaan fisik klien.
A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian
hasil analisa dan interpretasi yang
terkumpul kemudian dibuat kesimpulan
yang meliputi diagnosis, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta
perlu tidaknya dilakukan tindakan
P (Planning) : Merupakan rencana dari tindakan yang
akan diberikan termasuk asuhan mandiri,
kolaborasi, tes diagnosis atau
laboratorium, serta konseling untuk
tindak lanjut.
D. Landasan Hukum
Kewenangan bidan pengelolaan oleh bidan sesuai dengan
kompetensi bidan di Indonesia dalam kasus gangguan reproduksi dengan
kista bartholini bidan memiliki kemandirian untuk melakukan asuhannya
dalam permenkes nomor 1464/Menkes/Per/2010. Tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesaui
dengan pasal 12 yang isinya antara lain:
1. Pasal 9
Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi:
a. Pelayanan kesehatan ibu.
b. Pelayanan kesehatan anak, dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
2. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan.
Dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana.
35 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan metode studi kasus merupakan penelitian yang menggambarkan (mendeskripsikan)
fenomena yang ditemukan, baik itu faktor risiko, maupun suatu efek atau hasil
(Notoadmojo, 2010). Studi kasus ini adalah Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem
Reproduksi dengan Kista Bartholini di RSU Assalam Gemolong Sragen tahun 2015.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi pengambilan kasus yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi pengambilan kasus ini dilaksanakan
di RSU Assalam Gemolong Sragen.
C. Subjek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoadmojo, 2012). Subjek penelitian dalam kasus ini adalah
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana pengambilan kasus diambil (Notoadmodjo, 2010). Pengambilan kasus ini dilakukan pada tanggal 23-29
Mei 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen studi kasus adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk mendapatkan data-data kasus (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini menggunakan
format asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan data perkembangan SOAP pada ibu
gangguan sistem reproduksi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data metode yang digunakan penulis adalah:
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung
oleh orang yang melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2010). Data primer
diambil dengan cara:
a. Wawancara
Metode yang digunakan untuk mendapatkan keterangan secara
lisan dari klien atau bercakap-cakap dan berhadapan dengan responden,
jadi data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui
sistem reproduksi dengan kista bartholini dilakukan wawancara pada
pasien.
b. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan yang berencana yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, mencatat sejumlah taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2010). Observasi dilakukan
dengan pengamatan langsung pada pasien dengan kista bartholini yaitu
observasi keadaan umum, kesadaran, Vital Sign, dan anogenital vulva
vagina.
c. Pemeriksaan fisik
Pengkajian kesehatan merupakan komponen kunci dalam
pembuatan klinis. Keahlian dalam pembuatan keputusan klinis
menopang pengembangan praktik kebidanan (Nursalam, 2008).
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik. Observasi dilaksanakan dengan menggunakan
indera penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai suatu alat
untuk mengumpulkan data. Dalam pengambilan kasus kista
bartholini ini peneliti melakukan inspeksi pada vulva vagina untuk
melihat apakah ada varises, luka, pembengkakan, kemerahan,
kelenjar bartholini dan pengeluaran pervaginam (Nursalam, 2008).
didapatkan hasil pemeriksaan terlihat ada massa di dinding sebelah
dalam pada 1/3 bawah labium mayora berwarna merah, kulit
mengkilat (Prawirohardjo, 2011).
2) Perkusi
Perkusi adalah sesuatu pemeriksaan dengan cara mengetuk
untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan
tubuh dengan tujuan menghasilkan suara, dan bertujuan untuk
mengidentifikasi lokasi, ukuran, dan konsistensi jaringan. Perkusi
dilakukan untuk mengetahui reflek patella pasien (Nursalam, 2008).
Pada kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini tidak
dilakukan pemeriksaan perkusi.
3) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba, tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitive
dan digunakan untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor,
bentuk kelembaban, vibrasi dan ukuran (Nursalam, 2008). Pada
kasus gangguan sistem reproduksi dengan kista bartholini didapatkan
hasil pemeriksaan yaitu adanya massa dan nyeri tekan pada daerah
vulva vagina.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan
suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop
kista bartholini pemeriksaan auskultasi dilakukan pada saat
pemeriksaan tekanan darah.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian (Saryono, 2011). Data sekunder meliputi:
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen resmi maupun tidak resmi, misalnya
laporan, catatan-catatan di dalam kartu klinik sedangkan tidak resmi
adalah segala bentuk dokumen di bawah tanggung jawab instansi tidak
resmi seperti biografi, catatan harian (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal
ini contohnya yaitu status/catatan pasien, rekam medik di RSU Assalam
Gemolong Sragen.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu memperoleh berbagai informasi baik
berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh
berbagai ahli dan buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010).
Studi kepustakaan yang digunakan penulis adalah buku-buku dari tahun
2005 sampai 2014.
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam teknik pengumpulan data antara lain :
a. Format pengkajian asuhan kebidanan pada gangguan reoroduksi
b. Buku tulis
c. Ballpoint, penggaris
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi
a. Timbangan berat badan
b. Thermometer
c. Stetoskop
d. Spygmomanometer
e. Handscoon steril
f. Kom kecil
g. Kapas dan Kassa
h. Bengkok
i. Pinset Anatomis
j. Betadin
k. Jam tangan dengan penunjuk second
H. Jadwal Penelitian
Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai penyusunan proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus,
beserta waktu berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo,
2010).
41 BAB IV
STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI PADA Ny. E UMUR 21 TAHUN DENGAN KISTA BARTHOLINI
DI RSU ASSALAM GEMOLONG SRAGEN
Ruang : VK
Tgl masuk : 23 Mei 2015
No. Reg : 085018
I. PENGKAJIAN
Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 14.00 WIB
A.Identitas Pasien Identitas Suami
1. Nama : Ny. E Nama : Tn.F
2. Umur : 21 tahun Umur : 22 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku bangsa : jawa, Indonesia Suku bangsa : Jawa, Indonesia
5. Pendidikan : SMP Pendidikan : SMK
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
B.Anamnesa ( Data Subyektif ) 1. keluhan Utama
Ibu mengatakan keluar lendir darah bercampur nanah dari vulva, ada
benjolan pada kemaluan kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan saat
berhubungan dengan suami.
2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : Ibu mengatakan menstruasi pertama umur 12 tahun.
b. Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya ± 28 hari.
c. Teratur/tidak : Ibu mengatakan menstruasinya teratur.
d. Lama : Ibu mengatakan lamanya menstruasi 7 hari.
e. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 3x/hari.
f. Sifat darah : Ibu mengatakan sifat darahnya encer, warna merah
segar.
g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan saat hari pertama menstruasi kadang
nyeri perut bagian bawah, tetapi tidak sampai
menganggu aktifitas.
3. Riwayat perkawinan:
Ibu mengatakan status perkawinannya syah, kawin I kali pada umur 20
tahun dengan suami umur 21 tahun. Lamanya menikah 1 tahun dan belum
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu
a. Metode yang pernah dipakai
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.
b. Keluhan selama pemakaian kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
6. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti batuk,
pilek, maupun deman.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung
Ibu mengatakan tidak pernah merasa berdebar-debar pada dada bagian
kiri, tidak mudah lemah, tidak mudah berkeringat dingin saat
beraktifitas ringan.
2) Ginjal
Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri pada bagian pinggang
bagian kanan dan kiri.
3) Asma
4) TBC
Ibu mengatakan tidak pernah menderita batuk berkepanjangan lebih
dari 2 minggu.
5) Hepatitis
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit kuning pada mata,
ujung kuku, maupun kulit.
6) DM
Ibu mengatakan tidak mudah haus dan lapar serta BAk pada malam
hari.
7) Hipertensi
Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari 140/90
mmHg.
8) Epilepsi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang hingga mengeluarkan
busa dari mulut.
9) Lain-lain
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS, maupun lainnya.
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dari keluarganaya maupun keluarga suami tidak ada
yang memiliki penyakit menurun seperti jantung, hipertensi, asma,
maupun DM, serta tidak meiliki riwayat penyakit menular seperti TBC,
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari keluarganya maupun keluarga suami tidak ada yang
memiliki riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat Operasi
Ibu mengatakan belum pernah mengalami riwayat operasi apapun.
7. Data Psikologis
Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya yang sedang dialami sekarang.
C.Pemeriksaan Fisik ( Data Obyektif )
1. Status generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. TTV : TD :120/80 N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
c. TB : 158 cm
d. BB : 58 kg
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Bersih, tidak berketombe, tidak mudah rontok.
2) Muka : Tidak oedema, tidak pucat.
3) Mata
1) Oedema : Tidak ada
2) Conjungtiva : Merah muda
3) Sklera : Putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
6) Mulut / gigi / gusi : bersih, tidak ada stomatitis, tidak ada caries, gusi
tidak berdarah.
b. Leher
1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran kelenjar gondok.
2) Tumor : Tidak ada benjolan
3) Pemeriksaan Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
c. Dada dan Axilla
1) Dada : Simetris, tidak ada retraksi.
2) Mammae
a) Membesar : Normal
b) Tumor : Tidak ada benjolan
c) Simetris : Simetris
d) Puting susu : Tidak menonjol
e) Kolostrum : tidak ada kolostrum
3. Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d. Abdomen
1) Pembesaran hati : Tidak ada
2) Benjolan / Tumor : Tidak ada benjolan
3) Nyeri tekan : Tidak nyeri tekan
e. Anogenital
1) Vulva Vagina
a) Varices : Tidak ada
b) Luka : Tidak ada
c) Pembengkakan : Ada, di labia mayora sebelah kiri
d) Kemerahan : Ada, warna kemerahan di labia mayora
sebelah kiri
e) Nyeri : Ada nyeri tekan
f) Kelenjar bartholini : Ada pembengkakan kelenjar bartholini
sebesar kelereng
g) Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan
nanah pada vulva yang sudah pecah.
2) Inspekulo
a) Servik/porsio : Tidak dilakukan
3) Pemeriksaan dalam
a) Porsio/servik : Tidak dilakukan
b) Tumor / Benjolan : Tidak dilakukan
c) Nyeri : Tidak dilakukan
4) Anus
a. Haemoroid : Tidak ada
f. Ekstremitas
1) Varices : Tidak ada
2) Oedema : Tidak ada
3) Reflek patella : Tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 23 Mei 2015 pukul 14.10 WIB
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 10,9 % gr/dl Gol. Darah: B+ Leukosit: 11,9 % gr/dl
b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
II. INTERPRETASI DATA
Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 14.15 WIB
A.Diagnosa Kebidanan
Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.
Data dasar:
Data Subyektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny. E
2. Ibu mengatakan umur 21 tahun.
3. Ibu mengatakan belum pernah hamil.
4. Ibu mengatakan ada benjolan, warna kemerahan pada kemaluan
sebelah kiri.
Data Obyektif:
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : composmentis
3. TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
4. TB : 158 cm
5. BB : 58 kg
6. Anogenital
Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora
sebelah kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba padat dan keras.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah
dari vulva yang sudah pecah.
B.Masalah
Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya yang sedang dialaminya
sekarang, ada benjolan pada kemaluan sebelah kiri, keluar lendir darah
serta nanah dari vulva ibu merasa tidak nyaman.
Data dasar:
Data Obyektif: ibu terlihat tegang.
C.Kebutuhan
Berikan dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas.
IV. ANTISIPASI ATAU TINDAKAN SEGERA Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone 1gr/12 jam/IV
V. PERENCANAAN
Tanggal 23 Mei 2015 14.25 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu, keadaan umum,
kesadaran, dan tanda-tanda vital.
2. Observasi kista bartholini 3x sehari ( pagi, siang, malam ).
3. Beri dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang
sedang dialami saat ini, dengan cara menganjurkan ibu untuk rileks, tarik
nafas panjang dari hidung keluarkan melalui mulut secara perlahan.
4. Kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr
Nutriflam 500 mg 3x1 per oral
VI. PELAKSANAAN Tanggal 23 Mei 2015
1. Pukul 14.30 WIB
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu mengalami gangguan
sistem reproduksi yaitu kista bartholini, keadaan ibu baik, kesadaran
composmentis, dan tanda-tanda vital normal.
Hasil observasi tanda-tanda vital:
TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
TB : 158 cm
BB : 58 kg
Anogenital
Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora
sebelah kiri warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba padat dan keras.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah
dari vulva yang sudah pecah.
2. Pukul 14.33 WIB
Mengobservasi kista bartholini ( pagi, siang, malam ).
Hasil: Masih terdapat benjolan pada labia mayora kiri, warna kemerahan,
teraba padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.
3. Pukul 14.36 WIB
Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan
rileks, tarik nafas panjang dari hidung keluarkan melalui mulut secara
perlahan.
4. Pukul 14.40 WIB
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:
Infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxon/12 jam 1 gr/IV
Nutriflam 500 mg 3x1 per oral
Dolos 500 mg 3x1 per oral
VII. EVALUASI
Tanggal 23 Mei 2015 Pukul 15.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang dilakukan secara inspeksi
pada anogenital terlihat berupa lendir darah dan nanah dari vulva yang
sudah pecah, warna kemerahan, dan teraba padat, keras, dan terdapat
nyeri tekan.
2. Hasil observasi kista bartholini.
Terdapat benjolan pada labia mayora kiri, warna kemerahan, teraba
padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.
3. Ibu sudah merasa lebih tenang.
4. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpoG untuk pemberian terapi
nutriflam 500 mg 1x1 per oral, dolos 500 mg 1x1 per oral pada jam 14.40
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 24 Mei 2015 Pukul 08.00 WIB
Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah lebih merasa tenang.
2. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri pada kemaluannya.
Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : komposmentis
3. TTV TD : 110/70 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
4. Ektremitas atas : Terpasang infus pada tanagn kiri
5. Anogenital
Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora sebelah kiri
warna kemerahan dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba padat dan keras.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva
yang sudah pecah.
Assasment
Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.
Planning
Tanggal 24 Mei 2015
1. Pukul 08.15 WIB
2. Pukul 08.20 WIB
Mengobservasi kista bartholini.
3. Pukul 08.23 WIB
Menberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang
sedang dialami saat ini dengan cara mengalihkan perhatian dari
kekawatirannya dengan mengajak ngobrol bahwa ibu bisa menghadapinya.
4. Pukul 08.26 WIB
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:
Injeksi ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV
Nutriflam 500 mg 3x1 per oral
Dolos 500 mg 3x1 per oral.
Evaluasi
Tanggal 24 Mei 2015 Pukul 09.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara inspeksi
pada anogenital terlihat berupa lendir darah dan nanah dari vulva yang sudah
pecah warna kemerahan, teraba padat, keras, dan terdapat nyeri tekan.
2. Hasil observasi kista bartholini.
Masih terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan, teraba padat,
keras, dan terdapat nyeri tekan.
3. Ibu sudah merasa lebih tenang.
4. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi
ceftriaxone 1 gr/ IV, nutriflam 500 mg per oral, dolos 500 mg per oral pada
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 25 Mei 2015 pukul 09.00 WIB
Subyektif
1. Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaan yang sedang dialaminya saat
ini.
2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada kemaluannya.
Obyektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : komposmentis
3. TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
4. Etremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri
5. Anogenital
Inspeksi : Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna
kemerahan dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba lunak.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva
yang sudah pecah.
Assasment
Planning
Tanggal 25 Mei 2015
1. Pukul 09.10 WIB
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan
tanda-tanda vital.
2. Pukul 09.15 WIB
Mengobservasi kista bartholini.
3. Pukul 09.18 WIB
Memberi dukungan moril pada ibu supaya tidak cemas dengan keadaan yang
sedang dialami saat ini dengan cara meyakinkan ibu bahwa rasa nyeri yang
dialami bisa hilang dengan berfikir positif.
4. Pukul 09.22 WIB
Memberitahu ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
5. Pukul 09.25 WIB.
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG untuk pemberian terapi:
Injeksi ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV
Nutriflam 500 mg 3x1 per oral
Evaluasi
Tanggal 25 Mei 2015 Pukul 09.40 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis, dan tanda tanda vital normal.
TD: 110/70 mmHg R: 24x/menit
N : 80x/menit S: 36,70c
Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri
Anogenital
Inspeksi : Terlihat adanya benjolan pada labia mayora kiri
warna kemerahan dan nyeri.
Palpasi : Teraba lunak.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah
dari vulva yang sudah pecah.
2. Hasil observasi kista bartholini.
Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan, teraba lunak, dan
terdapat nyeri tekan.
3. Ibu sudah merasa lebih tenang.
4. Ibu bersedia untuk mencukupi kebutuhan nutrisinya.
5. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi nutriflam
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 26 Mei 2015 pukul 09.00 WIB
Subyektif
1. Ibu mengatakan merasa sudah merasa lebih tenang.
2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri pada kemaluannya.
Obyektif
1.Keadaan Umum : Baik
2.Kesadaran : komposmentis
3.TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
4.Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri
5.Anogenital
Inspeksi : Terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna
kemerahan dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba lunak.
Pengeluaran : Ada pengeluaran berupa lendir darah dan nanah dari vulva
yang sudah pecah.
Assasment
Ny. E umur 21 tahun dengan kista bartholini.
Planning
Tanggal 26 Mei 2015
1. Pukul 09.10 WIB
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, dan
2. Pukul 09.15 WIB
Mengobservasi kista bartholini.
3. Pukul 09.18 WIB
Memberitahu ibu dan keluarga bahwa akan dilakukan tindakan operasi
marsupialisasi besok pagi pukul 09.00 WIB.
4. Pukul 09.21 WIB
Berikan informed consent pada keluarga bahwa akan dilakukan tindakan
operasi marsupialisasi.
5. Pukul 09.24 WIB
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpoG dalam pemberian terapi yaitu: Pasang
infus RL 20 tpm
Injeksi Ceftriaxone/12 jam 1 gr/IV
Puasa 4 jam sebelum dilakukan tindaka operasi marsupialisasi
Pasang DC(dower cateter).
6. Pukul 09. 30 WIB
Menganjurkan ibu untuk puasa mulai besok pagi pukul 06.00 WIB.
7. Pukul 09. 33 WIB
Konsultasi dengan dokter bagian anestesi.
EVALUASI
Tanggal 26 Mei 2015 Pukul 09.45 WIB
1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan keadaan umum baik, kesadaran
komposmentis, dan tanda-tanda vital normal.
TTV TD : 120/80 mmHg N: 80 x/mnt R: 24 x/mnt S: 36,70c
TB : 158 cm
BB : 58 kg
Ekstremitas atas : Terpasang infus pada tangan kiri
Anogenital : terdapat benjolan pada labia mayora kiri warna kemerahan
dan terdapat nyeri tekan.
Palpasi : Teraba lunak.
Pengeluaran : Ada pengeluaran lendir darah dan nanah dari vulva yang
sudah pecah.
2. Hasil observasi kista bartholini yaitu terdapat benjolan pada labia mayora kiri,
warna kemerahan, teraba lunak, dan terdapat nyeri tekan.
3. Ibu dan keluarga bersedia dilakukan tindakan operasi marsupialisasi.
4. Keluarga ( suami ) sudah menandatangani informed consent.
5. Telah dilakukan kolaborasi dengan dr.SpoG dalam pemberian terapi
ceftriaxone 1 gr/IV, DC (dower cateter) sudah terpasang pukul 09.24 WIB.
3. Ibu bersedia untuk berpuasa besok pagi selama 4 jam mulai pukul 06.00 WIB.