i
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
RINA CANDRAWATI
NIM B12 151
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
ii
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT ANAK R
UMUR 3 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS
TANGEN SRAGEN
Diajukan Oleh :
RINA CANDRAWATI
NIM B12 151
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal
Pembimbing
iii
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA SAKIT ANAK R
UMUR 3 TAHUN DENGAN SAKIT DEMAM TIFOID DI
PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
Diajukan Oleh: RINA CANDRAWATI
NIM B12 151
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Program D III Kebidanan
Pada Tanggal
PENGUJI I PENGUJI II
Ika Budi Wijayanti, SST.,M.Sc Arista Apriani, S.ST.,M.Kes
NIK 200680024 NIK.201188069
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan
Mengetahui,
Ka. Prodi D III Kebidanan
iv
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Kebidanan Pada Balita Sakit Anak R umur 3 tahun dengan Demam Tifoid Di Puskesmas Tangen Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Ibu Retno Wulandari SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Arista Apriani, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Bapak Dr. Dedi Ari Saputro, selaku Kepala Puskesmas Tangen Sragen yang telah bersedia memberi ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, April 2015
v
UMUR 3 TAHUN DENGAN DEMAM TIFOID DI PUSKESMAS TANGEN SRAGEN
xii + 83 halaman + 13 lampiran
INTISARI
Latar Belakang: Jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya (WHO, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Tangen, jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai bulan September 2014 yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM) didapatkan 90 kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit dengan Sakit demam tifoid 25 orang (27,7 %), sakit Febris sebanyak 23 orang (25,5 %), sakit influenza sebanyak 21 orang (23,3 %), sakit diare 17 orang (18,8 %) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 4 orang (0,04%).
Tujuan: Melakukan pengkajian pada balita dengan Demam Tifoid dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney, menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus di lapangan, memberikan alternatif pemecahan masalah. Metodologi: Jenis studi yang digunakan adalah deskriptif, studi kasus dilakukan di Puskesmas Tangen Sragen pada balita dengan Demam Tifoid dan dilaksanakan tanggal 11 – 16 Mei 2015. Subyek studi kasus ini dilakukan pada balita sakit Anak R umur 3 Tahun dengan demam tifoid.
Hasil Studi Kasus: Asuhan kebidanan yang dilakukan meliputi pemenuhan kebutuhan makan, istirahat, kebersihan lingkungan dengan pemberian obat-obatan secara mandiri yaitu Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam. Dalam memberikan asuhan kebidanan ini diperlukan dukungan dari keluarga khususnya ibu agar bersedia melaksanakan anjuran petugas kesehatan. Setelah dilakukan perawatan selama 5 hari keadaan umum baik, mata tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan tidak kotor, BAB normal 1 kali sehari dengan konsistensi lunak disertai ampas.
Kesimpulan: Dari kasus ini masalah pada anak dengan Demam Tifoid dapat diatasi dan komplikasi yang sering terjadi dapat dihindari setelah diberikan asuhan kebidanan dengan menerapkan manajemen kebidanan menurut Varney. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktik, di lahan pada pengkajian data di pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan pemeriksaan feses karena keterbatasan tempat dan alat. Pada diagnosa potensial yaitu tidak terjadi komplikasi apapun.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Balita, Demam Tifoid
vi
v Tiada do’a paling indah selain do’a tugas akhir cepat selesai
v Saya datang, saya bimbingan, saya revisi dan saya menang
v Kesuksesan tidak akan datang tanpa ada usaha dan do’a
v Mulailah dengan hal-hal yang baik, supaya berakhir dengan baik
v Seberat apapun masalah kalau dihadapi dengan senyuman pasti akan terpecahkan
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan :1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. 2. Ayah dan Bunda tercinta, yang telah memberikan kasih sayang
serta doa dan dukungan di setiap prosesnya yang telah susah payah kerja keras dalam menggapai keberhasilanku serta adikku tercinta.
3. Untuk teman-teman terdekatku (Retno, Elma, Sundari, Rafika, Yana, Diyas dan semua teman se angkatan D III Kebidanan Stikes kusuma Husada yang selalu memberikan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan sesuai harapan. 4. Untuk seseorang yang selalu mendukungku, memberikan
support, mengajariku tentang arti kedewasaan dan arti hidup (Apri JR).
vii
Nama : Rina Candrawati
Tempat/Tanggal lahir : Sragen/23 juni 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Sanggrahan, Ngrombo,Tangen, Sragen
Riwayat Pendidikan
1. SD N Ngrombo I Ngrombo, Tangen, Sragen LULUS TAHUN 2006 2. SMP N 01 Katelan, Tangen, Sragen LULUS TAHUN 2009
3. SMA N 01 Tangen LULUS TAHUN 2012
viii
B. Teori Managemen kebidana ... 21
C. Landasan Hukum ... 41
ix
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent)
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara (Format ASKEB) Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet
1 BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Angka kejadian demam tifoid (typhoid fever) di ketahui lebih tinggi pada negara yang sedang berkembang di daerah tropis, sehingga tak heran jika demam tifoid atau tifus abdominalis banyak di temukan di negara kita. di indonesia sendiri,demam tifoid masih merupakan penyakit endemik dan menjadi masalah kesehatan yang serius. Demam tifoid erat kaitannya dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan (R Aden, 2010).
Jumlah kasus demam tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam tifoid, walaupun gejala yang di alami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir semuan daerah endemik, insidiensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia kurang dari 19 tahun (WHO, 2009).
makanan adalah ibunya, tentunya ibunya memberikan yang bersih, tidak sembarangan membeli makanan (Algerina, 2009). Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 demam tifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 penyakit terbanyak pasien rawat inap di rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41. 081 kasus, dengan jumlah orang yang meninggal sebesar 274 orang (Pramitasari, 2013).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah kematian balita 0–5 tahun per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKABA menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan balita, tingkat pelayanan KIA/Posyandu, tingkat keberhasilan program KIA/Posyandu dan kondisi sanitasi lingkungan. AKABA Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 11,85/1.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 11,50/1. Penyebab kematian balita disebabkan oleh diare, demam berdarah dengue dan demam tifoid. Demam tifoid mengakibatkan sekitar 20%-30% kematian anak balita dan diperkirakan 10%-20% per tahun balita yang meninggal karena Perdarahan usus yang merupakan komplikasi dari demam tifoid (Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012) .
akan melakukan beberapa pemeriksaan laboratorium diantaranya pemeriksaan darah tepi, pemeriksaan widal dan biakan empedu. Sampel darah yang positif dibuat untuk menegakkan diagnosa pasti. Sampel urine dan feses dua kali berturut-turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita telah benar-benar sembuh dan bukan pembawa kuman (Carrier). Bila terdapat demam lebih dari 5 hari. Dokter akan memikirkan kemungkinan selain demam tifoid yaitu penyakit infeksi lain seperti Paratifoid A, B dan C, demam berdarah (Dengue fever), influenza, malaria, TBC (Tuberculosis) dan infeksi paru (Pneumonia) (Utami, 2013).
Berdasarkan studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Tangen, jumlah balita yang sakit dari bulan Januari sampai bulan September 2014 yang diperoleh dari catatan rekam medik (RM) didapatkan 90 kasus balita sakit, yang dikategorikan balita sakit dengan Sakit demam tifoid 25 orang (27,7 %), sakit Febris sebanyak 23 orang (25,5 %), sakit influenza sebanyak 21 orang (23,3 %), sakit diare 17 orang (18,8 %) dan sakit radang tenggorokan sebanyak 4 orang (0,04%).
B. Perumusan Masalah
”Bagaimanakah Penerapan Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit
anak R umur 3 tahun dengan Demam Tifoid di Puskesmas Tangen tahun 2015 dengan menggunakan pendekatan manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney?”.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Di perolehnya pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada anak R dengan sakit demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
2. Tujuan khusus a. Penulis mampu:
1) Melaksanakan pengkajian meliputi data subyektif dan obyektif pada kasus balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada kasus balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
4) Mengantisipasi serta melakukan penanganan segera pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen. 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada balita sakit anak R
dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
6) Melaksanakan perencanaan secara evisien asuhan kebidanan pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Pyskesmas Tangen Sragen.
7) Mengevaluasi asuhan yang di berikan pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan serta memberikan alternatif pemecahan masalah pada balita sakit anak R dengan demam tifoid di Puskesmas Tangen Sragen.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi peneliti
a. Dapat menerapkan teori yang di dapat di bangku kuliah dalam praktek di lahan, serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam, masalah memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
2. Bagi profesi
a. Dapat meningkatkan upaya dalam pelaksanaan asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
b. Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
3. Bagi Instansi
Dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada umumnya dan meningkatkan pelayanan pada balita sakit dengan demam tifoid.
4. Bagi Institusi
Di gunakan untuk menambah sumber bacaan atau referensi tentang penatalaksanaan pada balita sakit dengan demam tifoid.
E. Keaslian Studi Kasus
Karya Tulis Ilimiah tentang asuhan kebidanan pada balita sakit dengan demam tifoid pernah di lakukan oleh:
1. Rita Maharani (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Balita
sakit an. D dengan sakit demam Tifoid Di BPS Kiran Klaten Tengah”Asuhan yang di berikan adalah pemberian terapi obat penurun
2. Eni Sugiyanti (2005), dengan judul ! Asuhan Kebidanan pada Balita Sakit dengan Demam Tifoid di Puskesmas Gajahan Pasar Kliwon Surakarta”. Dengan menggunakan manajemen kebidanan dengan tujuh
langkah Varney (1997), pada Balita Ny.S Asuhan yang diberikan yaitu dengan pemberian cairan rumah tangga yaitu seperti (sup dan air bersih), nutrisi yang cukup dan pemberian gizi yang sesering mungkin maka anak dapat kembali dalam keadaan baik. Setelah diberikan asuhan selama 3 hari keadaan umum balita baik, panas sudah turun, kesadaran composmentis, kelopak mata sudah tidak cekung, turgor kembali normal, mulut dan lidah tidak kering dan BAB normal 1kali sehari.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Balita
a. Pengertian Balita
Balita oleh Departemen Kesehatan (2006) di definisikan sebagai anak usia 12-59 bulan. Sementara Hocken berry dan Wilson (2007) menyebutkan usia 0-1 tahun di sebut fase bayi, 1-3 tahun di sebut fase todler dan usia 3-6 tahun di sebut fase pra sekolah.
Menurut Haryatiningsih (2014), menggunakan istilah balita untuk anak di bawah lima tahun yang di mulai dari 0-59 bulan.
Menurut Hockenberry dan Wilson (2007), dapat di lihat bahwa fase balita sebenarnya melibatkan fase usia bayi, todler dan prasekolah.
b. Tahap Perkembangan Balita
Tahap perkembangan balita menurut Depkes RI (2006), meliputi: 1) Umur 12-18 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan
b) Membungkuk memungut mainan kemudian berdiri kembali
d) Memanggil ayah dengan kata”papa”, memanggil ibu dengan kata “mama”
e) Menumpuk dua kubus f) Memasukkan kubus di kotak
g) Menunjuk apa yang di inginkan tanpa menangis atau merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkan atau menarik tangan ibu.
2) Umur 18-24 bulan
a) Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik b) Berjalan tanpa terhuyung-huyung
c) Bertepuk tangan, melambai-lambai d) Menumpuk 4 buah kubus
e) Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk f) Menggelindingkan bola ke arah sasaran
3) Umur 24-36 bulan
a) Jalan naik tangga sendiri
b) Dapat bermain dan menendang bola kecil c) Mencoret-coret pensil pada kertas
d) Bicara dengan baik menggunakan dua kata
e) Dapat menunjuk satu atau lebih bagian tubuhnya ketika di minta
4) Umur 36-48 bulan
a) Berdiri satu kaki dua detik b) Melompat kedua kaki di angkat c) Mengayuh sepeda roda tiga d) Mengggambar garis lurus e) Menumpuk 8 buah kubus f) Mengenal 2-4 warna 5) Umur 48-60 bulan
a) Berdiri 1 kaki 6 detik b) Melompat-lompat 1 kaki c) Menari
d) Menggambar tanda silang e) Menggambar lingkaran
f) Menggambar orang dengan 3 bagian tubuh c. Tahap Pertumbuhan Fisik Balita
1) Lingkar Kepala
Pengukuran lingkar kepala di lakukan untuk menjaring kemungkinan adanya penyebab lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan otaklingkaran kepala di pengaruhi oleh status gizi pada anak sampai usia 36 bulan (Matondang, 2009). 2) Panjang Badan
indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2013).
3) Berat Badan
Berat badan adalah parameter pertumbuhan yang paling sederhana, mudah di ukur dan di ulang, dan merupakan indeks untuk status nutrisi sesaat. beberapa keadaan klinis dapat mempengaruhi berat badan seperti terdapat oedema, hidrosefalus dll. Perubahan berat badan (berkurang atau bertambah) perlu mendapat perhatian karena merupakan petunjuk adanya masalah nutrisi akut (Iskandar, 2009).
d. Penyakit yang biasanya di derita oleh balita
Berikut penyakit infeksi yang sering di alami oleh balita (Swasanti, 2013) :
1) Kejang Demam
berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan serius pada otak anak hingga anak mengalami kecacatan mental.
2) Diare
Diare adalah keadaan dimana sering buang air besar, paling tidak terjadi 3 kali dalam sehari serta tinja cair. diare sring terjadi pada anak. Diare pada dasarnya di sebabkan oleh kegagalan atau adanya gangguan penyerapan sejumlah besar kandungan air pada usus besar. 3) Demam tifoid atau sering disebut tipes adalah penyakit
infeksi saluran cerna yang di sebabkan oleh bakteri salmonella typhosa. Bakteri ini di tularkan melalui makanan dan minuman. Bakteri salmonella di temukan dalam tinja dan air kemih penderita. mencuci tangan tidak bersih setelah buang air besar atau kecil meningkatkan resiko tertularnya penyakit ini. Selain itu, lalat merupakan
carrier (pembawa) yang dapat memindahkan bakteri
secara langsung dari tinja ke makanan. 2. Demam tifoid
a. Pengertian
tularkan melalui mulut, makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella typhi.
Menurut Hassan Tifus Abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran.
b. Etiologi
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi. Bakteri ini hanya menginfeksi manusia. Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita demam tifoid dan mereka yang di ketahui sebagai
carrier (pembawa) demam tifoid.
Di beberapa negara berkembang yang masih menjadi daerah endemik demam tifoid, Kasus yang terjadi umumnya di sebabkan pencemaran air minum dan sanitasi yang buruk. Infeksi terjadi jika mengkonsumsi makanan yang disiapkan oleh penderita demam tifoid yang tidak mencuci tangan dengan baik setelah ke toilet. Infeksi dapat juga terjadi dengan meminum air yang telah tercemar bakteri Salmonella.
yang dapat menyebarkan bakteri melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid (R Aden, 2010).
c. Gejala klinis Demam Tifoid
Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, mulai dari gejala yang ringan sekali sehingga tidak terdiagnosis, dengan gejala yang khas (sindrom demam tifoid), sampai dengan gejala klinis berat yang di sertai komplikasi. Gejala klinis demam tifoid pada anak cenderung tidak khas. Makin muda umur anak, gejala klinis demam tifoid makin tidak khas. Umumnya perjalanan penyakit berlangsung dalam jangka waktu pendek dan jarang menetap lebih dari 2 minggu.
Beberapa gejala klinis yang sering terjadi pada demam tifoid adalah sebagai berikut:
1) Demam
Demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi sekitar 39 sampai 40 C.
2) Gangguan saluran pencernaan
anak jarang ditemukan. Penderita anak lebih sering mengalami diare, sementara dewasa cenderung konstipasi.
3) Gangguan Kesadaran
Umumnya terdapat gangguan kesadaran berupa penururnan kesadaran ringan. Sering di temui kesadaran apatis. Bila gejala klinis berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis.
4) Hepatosplenomegali
Pada penderita demam tifoid, hati atau limpa sering di temukan membesar. Hati terasa kenyal dan nyeri bila di tekan. (R Aden, 2010)
d. Patofisiologi
Kuman masuk melalui mulut. Sebagian kuman akan di musnahkan dalam lambung oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus, ke jaringan limfoid dan berkembang biak menyerang vili usus halus kemudian kuman masuk ke peredaran darah (bakterimia primer), dan mencapai hati, limpa dan organ-organ lainnya (Yuliani, 2010).
Pada minggu pertama sakit, terjadi hiperplasia plaks player. Minggu kedua terjadi nekrosis dan pada minggu ketiga terjadi ulserasi plaks player. Pada minggu keempat terjadi penyembuhan ulkus yang dapat menimbulkan sikatrik. Ulkus dapat menyebabkan perdarahan, bahkan sampai perforasi usus. Selain itu hepar dan limpa membesar.
Gejala demam disebabkan oleh endotoksil, sedangkan gejala pada saluran pencernaan disebabkan oleh kelainan pada usus halus (Yuliani, 2010).
e. Komplikasi
Pada akhir minggu ke-2 sampai masuk minggu ke-3 merupakan masa yang berbahaya. Pada minggu ke-2 atau lebih, sering timbul komplikasi demam tifoid mulai dari yang ringan sampai berat bahkan kematian. Dengan terapi yang tepat, banyak penderita yang sembuh dari demam tifoid. namun tanpa terapi yang tepat, beberapa penderita mungkin tidak selamat dari komplikasi demam tifoid (R Aden, 2010)
f. Pencegahan
1) Mencuci tangan hingga bersih (memakai sabun) setelah buang air besar dan buang air kecil.
2) Makan makanan yang bersih dan higienis. 3) Membuang sampah pada tempatnya.
5) Makan secara teratur dan tepat waktu
6) Istirahat dan olahraga yang cukup untuk menjaga vitalitas dan daya tahan tubuh
7) Untuk pencegahan, dapat di lakukan pemberian vaksin tipes : oral maupun injeksi (suntik), terutama bila berada cukup lama pada daerah yang terjangkit (endemik) (Swasanti, 2013). g. Penatalaksanaan
Apabila ditemukan data-data yang mengarah pada demam tifoid, maka anak harus segera dirujuk. Untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah :
(Nursalam, 2013).
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
b) Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.
ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi masih per infuse. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.
e) Observasi intake / output. 2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis intuk pemberian obat secara mencukupi.
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi.
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi. d) Berikan kompres dingin dengan air kran.
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis atau apa yang disukai anak)
3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum.
b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lendir mulut dan tenggorokan tidak kering.
c) Selain itu, karena lama berbaring maka ketika pasien mulai berjalan mula-mula akan terasa seperti kesemutan. Oleh karena itu, sebelum mulai berjalan pasien harus mulai dengan menggoyang-goyangkan kakinya dahulu sambil tetap duduk di pinggir tempat tidur, kemudian berjalan di sekitar tempat tidur sambil berpegangan. Bisa dikatakan bahwa gangguan itu akan menghilang setelah 2-3 hari mobilisasi.
4) Resiko terjadi komplikasi
(1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari.
(2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari.
b) Istirahat
B. Teori Manajemen Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien
(Varney, 2007)
2. Manajemen kebidanan menurut Hallen Varney terdiri dari 7 (tujuh) langkah:
LANGKAH I : PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi data subjektif dan data objektif serta data penunjang (Varney, 2007).
a. Biodata atau identitas
Identitas adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadian. Menurut
Matondang (2009) Identitas terdiri dari:
nama panggilan akrabnya (Matondang, 2009).
2) Umur : Dikaji untuk mengingat periode anak yang mempunyai kekhasannya sendiri dalam morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya (Matondang, 2009).
3) Jenis Kelamin : Dikaji untuk membedakan dengan balita lain (Matondang, 2009).
4) Anak ke : Dikaji untuk mengetahui jumlah keluarga pasien (Matondang, 2009).
5) Nama orang tua : Dikaji agar dituliskan dengan jelas agar tidak banyak nama yang sama (Matondang, 2009).
6) Umur orang tua : Dikaji untuk mengetahui umur orang tua (Nursalam, 2013).
7) Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya (Varney, 2007).
pendekatan dalam anamnesis. Tingkat pendidikan orang tua juga berperan dalam pemeriksaan penunjang dan penentuan tatalaksana pasien selanjutnya (Matondang, 2009).
9) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya. Pada kasus yang terjadi pada demam tifoid dapat dipastikan bahwa lingkungan, sumber air dan sanitasi masih buruk dan belum memenuhi standar higienitas (Kamar, 2008).
b. Anamnesa (Data Subyektif)
Anamnesa adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2013).
1) Alasan datang atau keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang menyebabkan klien dibawa berobat (Matondang, 2009). Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam lebih dari seminggu, diare atau mencret (Khomsah, 2008).
2) Riwayat kesehatan, meliputi : a) Imunisasi
selain diperlukan untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, juga membantu diagnosis (Matondang, 2009).
b) Riwayat penyakit lalu
Dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita, apabila balita menderita suatu penyakit (Varney, 2007). Walaupun telah diobati dengan anti biotik, sejumlah kecil penderita yang sembuh dari demam tifoid akan tetap menyimpan bakteri Salmonella didalam usus dan kantung empedu, bahkan selama bertahun-tahun. Orang ini disebut carrier kronis yang membawa dan dapat menyebarkan bakteri yang melalui tinja mereka dan dapat menginfeksi orang lain. Perlu diwaspadai bahwa seorang carrier tidak memiliki gejala demam tifoid (R Aden, 2010). c) Riwayat penyakit sekarang
Dikaji untuk mengetahui keadaan kesehatan pasien saat ini. Pada pasien demam tifoid pasien mengeluh demam lebih dari seminggu, diare atau mencret (R Aden, 2010).
d) Riwayat penyakit keluarga
Penyebaran demam tifoid terjadi melalui makanan dan air yang telah tercemar oleh tinja atau urin penderita. demam tifoid dan mereka yang diketahui sebagai carrier (pembawa) demam tifoid (Swasanti 2013).
3) Riwayat sosial
a) Siapa yang mengasuh balita
b) Hubungan pasien dengan anggota keluarga, yaitu dengan ibu, ayah, serta anggota keluarga yang lain.
c) Hubungan dengan teman sebaya di lingkungan sekitar rumah.
Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitive, hingga diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya (Matondang, 2009).
4) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan sehari-hari dalam segi pola makan, personal higiene, pola istirahat dan aktifitas
(Varney, 2007).
b) Pola istirahat atau tidur
Mengkaji pola istirahat dan pola tidur, berapa jam klien tidur malam, sehari apakah ada gangguan (Saifuddin, 2006). Pada balita sakit demam tifoid pola tidurnya tidak teratur, keadaan bayi gelisah (Nursalam, 2005).
c) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien. Kebersihan pada anak seperti mencuci tangan sebelum makan dan setiap habis bermain, memakai alas kaki jika bermain di tanah (Mufdlilah, 2009).
d) Eliminasi : Dikaji untuk mengetahui frekuensi BAK dan BAB, Adakah kaitannya dengan konstipasi atau tidak (Hellen, 2007). Biasanya balita sakit dengan demam tifoid mengalami diare atau mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar) (Khomsah, 2008).
c. Pemeriksaan fisik (Data objektif)
1) Keadaan umum
Pemeriksaan keadaan umum dilakukan untuk menilai kondisi pasien secara umum. Keadaan umum anak dengan demam tifoid mengeluh tidak enak badan, lesu, kurang baik (Saifuddin, 2012). 2) Kesadaran
Penilaian kesadaran yang dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen (Matondang, 2009).
Compos Mentis : Kesadaran penuh.
Apatis:Kesadaran dimana pasien terlihat mengantuk tetapi mudah dibangunkan dan reaksi penglihatan, pendengaran serta perabaan normal
Somnolen :Kesadaran dapat dibangunkan bila dirangsang, dapat disuruh dan menjawab pertanyaan. Bila rangsangan berhenti pasien tidur lagi.
Pada balita yang sakit demam tifoid terjadi gangguan kesadaran apatis (R Aden, 2010).
3) Tanda-tanda vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, suhu, nadi, dan respirasi (Varney, 2007).
demam tifoid denyut nadinya 78 x/menit dan tidak menunjukkan adanya peningkatan (Saifuddin, 2006).
b) Pernafasan : Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit. Respirasi minimal 30-40 kali permenit (Hellen, 2007). Pada balita yang sakit demam tifoid mengalami penurunan (Sudoyo, 2006).
4) Suhu : Untuk mengetahui temperature kulit, temperature kulit normal adalah 36, 5" C. Balita sakit demam tifoid biasanya demam lebih dari seminggu, siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang malamnya demam tinggi sekitar 38, 8 "C – 40 "C (Swasanti, 2013).
5) Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis pada anak biasanya terdapat perut kembung pada abdomen, dan pada hati dan limpa terdapat nyeri perabaan (R Aden, 2010). Pemeriksaan sistematis meliputi : a) Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut
tifoid biasanya ubun-ubunnya cekung (Khomsah, 2008).
(1) Muka : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak. Pada balita sakit demam tifoid agak pucat karena dehidrasi/kekurangan cairan dan kekurangan nutirsi (Khomsah, 2008).
(2) Mata : Simetris / tidak, conjungtiva pucat atau tidak, warna sklera ikterus atau tidak. Periksa bagian sklera dan conjungtiva apakah pucat atau kuning (Matondang, 2009). Pada balita sakit demam tifoid Kelopak mata cekung dikarenakan terjadi dehidrasi, conjungtiva pucat (Khomsah, 2008).
(3) Telinga : Dikaji untuk mengetahui adanya kotoran atau cairan dan bagaimana keadaan tulang rawannya (Priharjo, 2007).
(4) (Hidung : Dikaji untuk mengetahui nafas dan kotoran yang menyumbat jalan nafas (Nursalam, 2005).
lidah dan gigi. Pada balita sakit demam tifoid Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah (Nursalam, 2005). b) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid
(Matondang, 2009).
c) Dada : Dikaji untuk mengetahui retraksi atau tidak, simetris atau tidak (Priharjo, 2007). Pada kasus ini ada retraksi. Kulit tampak kering dan panas yang mungkin juga didapatkan bercak Rose didaerah abdomen, dada atau punggung. Bercak Rose merupakan ruam macular atau makulopapular dengan garis tengah 1-6 mm yang akan menghilang dalam 2-3 hari.
d) Perut : Dikaji untuk mengetahui kembung, turgor baik sampai dengan buruk, cubitan kulit kembali lambat (Matondang, 2007). Pada balita sakit demam tifoid mengalami sakit perut. Terjadi pembengkakan hati dan limfa menimbulkan rasa sakit di perut (Nursalam, 2005).
f) Ekstremitas : Adakah oedema tanda sianosis, apakah kuku melebihi jari-jari (Hellen, 2007).
6) Pemeriksaan Antropometri
Menurut Hellen, (2007), pemeriksaan antropometri meliputi a) Lingkar Kepala : untuk mengetahui pertumbuhan otak
(Normal 33-35 cm).
b) Lingkar Dada : untuk mengetahui keterlambatan pertumbuhan (Normal 30, 5-33 cm). c) Panjang Badan : untuk mengetahui tinggi badan
(Normal 48-53). 7) Data penunjang
Menurut Kepmenkes No. 364, (2006), dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui adanya tifoid, yaitu :
a) Pemeriksaan bakteriologis
Widal Adalah reaksi antara antigen (suspensi Salmonella yang telah dimatikan) dengan aglutinin yang merupakan antibodi spesifik terhadap komponen basil Salmonella didalam darah manusia. Jumlah titer O sebanyak 1/320 sudah didiagnosis demam tifoid.
b) Gambaran Darah tepi
c) Biakan bekuan darah
Bekuan darah dibiakkan pada botol berisi 15 ml kaldu empedu (mengandung 0, 5% garam-garam empedu).
LANGKAH II : INTERPRETASI DATA DASAR
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehingga dapat merumuskan diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan penanganan
(Varney, 2007).
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2007), meliputi:
Balita An. X umur... Tahun, dengan demam tifoid Data dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan umur balita.... tahun.
2) Ibu mengatakan balitanya berjenis kelamin perempuan 3) Ibu mengatakan demam lebih dari seminggu
4) Ibu mengatakan anaknya mual berat dan tidak ada nafsu makan 5) Ibu mengatakan anaknya diare atau mencret,
Data Objektif :
1) Keadaan umum : Keadaan umum kurang baik. 2) Kesadaran : Gangguan kesadaran
3) Tanda-tanda Vital
a) Denyut nadinya : Denyut nadinya 78 x/menit dan tidak menunjukkan adanya peningkatan
b) Pernafasan : Mengalami penurunan
c) Suhu : Demam tinggi sekitar 39 "C –40 "C 4) Kepala : Ubun-ubun cekung.
5) Muka : Pucat.
6) Mulut : Lidah kotor, bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah.
7) Mata : Kelopak mata cekung, conjungtiva pucat.
8) Kulit : Kering dan terdapat Bercak Rose didaerah abdomen.
9) Abdomen : Terjadi pembengkakan hati dan limfa. 10) Pemeriksaan penunjang
a) Widal : Jumlah titer O sebanyak 1/320 Titer b) Darah tepi : Terdapat gambaran leukopeni
c) Biakan bekuan darah : Mengandung 0, 5% garam-garam empedu.
b. Masalah
Masalah-masalah yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai data objektif (Varney, 2007).
Masalah yang sering terjadi pada anak dengan demam tifoid adalah kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit, gangguan suhu tubuh, gangguan rasa aman dan nyaman, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit (Nursalam, 2013).
c. Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data. Kebutuhan muncul setelah dilakukan pengkajian (Varney, 2007).
Pada kasus bayi sakit dengan demam tifoid kebutuhannya adalah penggantian cairan tubuh, pencegahan kenaikan suhu, edukasi emosi pada orang tua (Nursalam, 2013).
LANGKAH III : DIAGNOSA POTENSIAL
Diagnosa potensial yang mungkin muncul pada kasus balita sakit dengan demam tifoid adalah terjadinya komplikasi yang berupa :
1) Perdarahan usus 2) Perforasi
3) Peritonitis (Nursalam, 2013)
LANGKAH IV : TINDAKAN SEGERA ATAU ANTISIPASI
Langkah IV ini mengidentifikasikan situasi yang gawat, agar diambil tindakan untuk kepentingan keselamatan jiwa balita (Varney, 2007). Berdasarkan diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus balita sulit dengan demam tifoid maka antisipasi yang dapat dilakukan bidan adalah :
1) Berkolaborasi dengan dokter spesialis anak (Widagdo, 2012).
2) Berkolaborasi dengan tim laboratorium diperlukan dalam menegakkan diagnosis yang tepat.
LANGKAH V : RENCANA TINDAKAN
Langkah ini merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi dan juga merupakan pengembangan perencanaan Asuhan menyeluruh yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya setiap rencana haruslah mencerminkan rasional yang valid berdasarkan pengetahuan (Varney, 2007).
1) Kebutuhan nutrisi / cairan elektrolit Perawatan Umum
a) Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein dan tidak menimbulkan gas.
b) Jika kesadaran pasien baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga diberi tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1 gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra. c) Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan
berikan kalori sesuai kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.
d) Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk), seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, di samping infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori, sementara setengahnya lagi masih per infuse. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien, bentuk makanan beralih ke makanan biasa.
2) Gangguan suhu tubuh
a) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat secara mencukupi.
b) Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi.
c) Atur ruangan agar cukup ventilasi. d) Berikan kompres dingin dengan air kran.
e) Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis atau apa yang disukai anak)
f) Berikan pakaian yang tipis. g) Observasi suhu tubuh. 3) Gangguan rasa aman
a) Lakukan perawatan mulut 2 kali sehari, oleskan boraks gliserin (krim) pada bibir bila kering, dan sering berikan minum.
b) Jika pasien dipasangkan sonde, perawatan mulut tetap dilakukan dan sekali-kali juga diberikan minum agar selaput lender mulut dan tenggorokan tidak kering.
sambiln berpegangan. Katakan bahwa gangguan itu akan menghilang setelah 2-3 hari mobilisasi.
4) Resiko terjadi komplikasi
a) Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan adalah Kloramfenikol dengan dosis 100 mg/kg BB/hari yng diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Buatkan daftar yang mudah diingat, misalnya pukul 6, 12, 18, 24 dan berikan tanda bila obat telah diberikan. Selain kloramfenikol, alternatif obat lain yang mungkin adalah :
(1). Amoksisilin 100 mg/kg BB/ hari secara oral 3x sehari selama 14 hari.
(2). Kotrimoksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3x/hari selama 10-14 hari.
b) Istirahat
tinggi yang melebihi suhu biasanya, maka ukur suhu ekstra dan catat pada catatan perawatan. Berikan kompres dingin intensif kemudian periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun, hubungi dokter (Nursalam, 2005).
LANGKAH VI : PELAKSANAAN
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana Asuhan menyeluruh seperti telah diuraikan pada langkah V secara efisien dan aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian bidan atau anggota tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan sendiri, bidan tetap memikul tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pada manajemen Asuhan kebidanan bagi pasien yang mengalami komplikasi, bidan juga bertanggung jawab terhadap terlaksananya Asuhan yang menyeluruh. Pelaksanaan Asuhan pada balita sakit demam tifoid disesuaikan dengan rencana tindakan (Varney, 2007).
LANGKAH VII : EVALUASI
1) Demam menurun
2) Kesadaran pulih kembali
3) Tidak terdapat komplikasi yang berat, misalnya dehidrasi, asidosis dan Perforasi
Data Perkembangan Kondisi Klien
Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan kebidanan menurut Varney (2007), pada balita dengan demam tifoid adalah SOAP, adalah sebagai berikut:
S : Subjektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis sebagai langkah 1 Varney. Untuk data subyektif dikaji keluhan-keluhan yang dirasakan, biasanya anak mengeluh tidak enak badan, lesu, kurang bersemangat, demam dan nafsu makan berkurang (Yuliani, 2010).
O : Objektif
A : Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif pada an. R dalam suatu identifikasi dan masalah kebidanan serta kebutuhan sebagai langkah 2 Varney.
P : Penatalaksanaan
Menggambarkan penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi dari rujukan, sebagai langkah 3, 4, 5, 6, dan 7 Varney (KepMenKes RI No:938/Menkes/SKVII/2007).
C. Landasan hukum
Sebagai seorang bidan dalam memberikan asuhan harus berdasarkan aturan atau hukum yang berlaku, sehingga tidak menyimpang dengan hukum (mal praktek), dapat dihindarkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada balita sakit demam tifoid, landasan hukum yang digunakan di antaranya :
1. UU Kesehatan RI No. 23, 1992 pasal 15 yang berisi :
a. Bahwa dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa pasien, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
b. Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 hanya dapat dilakukan :
2) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli.
3) Dengan peraturan keluarga yang bersangkutan 4) Pada sarana kesehatan tertentu.
Berdasarkan kasus ini maka sebagai seorang bidan harus melakukan tindakan dengan cara merujuk dan berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan suatu tindakan pemberian dosis obat yang dimaksudkan untuk mengurangi penderitaan pasien. 2. Permenkes Ri Nomor 1464/Menkes /Per/X/2010
Pasal 9 (b) tentang pelayanan kesehatan anak. menurut pasal 11 ayat (1) bidan mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2) bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah.
44 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi
Jenis studi yang digunakan penulis adalah metode observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional adalah suatu prosedur berencana yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney dari pengkajian sampai dengan data perkembangannya menggunakan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
C. Subyek Studi Kasus
Subjek studi kasus adalah suatu hal atau seseorang yang akan dikenai kegiatan studi kasus (Notoatmodjo, 2010). Subyek studi kasus ini akan dilakukan pada balita sakit Anak A dengan demam tifoid.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan untuk pelaksanaan laporan kasus (Notoatmodjo, 2010). Laporan studi kasus ini akan dilaksanakan pada bulan September 2014- Juni 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Merupakan penjelasan tentang alat yang akan dipergunakan untuk melakukan pengambilan data yaitu dengan menggunakan format asuhan kebidanan. Pada studi kasus ini penulis menggunakan instrument format asuhan kebidanan 7 langkah Varney pada bayi balita sakit untuk pengumpulan data dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah : 1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan cara : a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
Merupakan proses yang dilaksanakan secara sistematik. Inspeksi dilakukan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman (Nursalam, 2007). Inspeksi ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki (Notoatmodjo, 2010).
2) Palpasi
Palpasi adalah teknik pemeriksaan menggunakan indera peraba. Tangan dari jari-jari adalah instrument yang sensitif (Nursalam, 2007). Dalam hal ini palpasi digunakan untuk mengetahui temperature kulit, kelembapan, vibrasi dan ukuran. Dalam hal ini palpasi dilakukan untuk mengetahui temperature kulit, kelembapan kulit serta memastikan perut jika dicubit kembalinya lambat atau cepat.
3) Perkusi
dilakukan pemeriksaan perut untuk mengetahui perut balita kembung atau tidak.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2007). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa frekuensi jantung dan untuk mengetahui bising usus. b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (respon) atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face) (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan pada tenaga medis dengan orang tua balita sakit Anak X dengan demam tifoid dan keluarga dengan menggunakan pedoman manajemen asuhan kebidanan menurut tujuh langkah varney.
c. Observasi
tubuh, intake, outake serta terapi tanda dehidrasi meliputi mata dan turgor kulit.
3. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga sama lingkungannya. Mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam keadaan dan studi (Notoatmodjo, 2012).
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting dan menunjang latar belakang teoritis dari studi penelitian (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari buku, laporan penelitian, majalah ilmiah, jurnal dan sumber terbaru yang berhubungan dengan demam tifoid terbaru yaitu tahun 2004 – 2012.
b. Studi dokumentasi
G. Alat-alat yang dibutuhkan
1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain a. Format pengkajian pada balita sakit
b. Buku tulis c. Bolpoint
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi a. Alat dan pengukur tinggi badan
b. Timbangan berat badan c. Pita LILA
d. Stetoskop e. Jam tangan f. Metlin g. Tough spatel h. Thermometer
3. Alat untuk pendokumentasian yang berupa buku catatan Rekam medik di puskesmas.
H. Jadwal Penelitian
50 BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A.Tinjauan Kasus
1. PENGKAJIAN
Tanggal :11 Mei 2015 Pukul : 07.00 WIB a. Identitas
1) Identitas Pasien
a) Nama : An. R
b) Umur : 3 Tahun
c) Jenis Kelamin : Laki-laki d) Anak Ke : 1 (Pertama)
2) Identitas Ibu Identitas Ayah
a) Nama : Ny. R Nama : Tn.A
b) Umur : 25 Tahun Umur : 27 Tahun
c) Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa/ Indonesia
d) Agama : Islam Agama : Islam
b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan Data ke Puskesmas
Pada tanggal 11 Mei 2015 pukul 06.00 WIB klien di bawa ke IGD Puskesmas Tangen Sragen dengan keluhan panas, pusing, mual, lemes sejak 9 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari dengan konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu. Ibu mengatakan anaknya sudah pernah periksa di Bidan tanggal 02 Mei 2015 tetapi belum sembuh. Pasien dibawa ke bangsal Puskesmas sekitar jam 08.00 WIB.
2) Riwayat Kesehatan a) Imunisasi
(1) BCG : Tanggal 18 Juli 2012 (2) DPT 1 : Tanggal 18 Agustus 2012 (3) DPT 2 : Tanggal 18 September 2012 (4) DPT 3 : Tanggal 19 Oktober 2012 (5) Polio 1 : Tanggal 18 Juli 2012 (6) Polio 2 : Tanggal 18 Agustus 2012 (7) Polio 3 : Tanggal 18 September 2012 (8) Polio 4 : Tanggal 19 Oktober 2012 (9) Campak : Tanggal 20 April 2013 b)Riwayat Penyakit lalu
c) Riwayat Penyakit sekarang
Ibu mengatakan saat ini badan anaknya panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan BAB 4 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu
d)Riwayat Penyakit keluarga/menurun
Ibu mengatakan keluarga nya baik dari pihak ibu maupun ayah tidak ada yang mempunyai penyakit menurun seperti Hipertensi, stroke, TBC, Hepatitis, Jantung dan tidak ada riwayat penyakit demam tifoid
3) Riwayat Sosial a) Yang mengasuh
Ibu mengatakan anaknya diasuh kedua orang tua kandungnya b) Hubungan dengan anggota keluarga
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan anggota keluarga baik.
c) Hubungan dengan teman sebaya
Ibu mengatakan hubungan anaknya dengan teman sebaya baik dan sering bermain.
d) Lingkungan rumah
4) Pola Kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi
(1) Makanan yang disuka
Ibu mengatakan makanan yang disukai adalah nasi dengan sayur bayam, dan tempe.
(2) Makanan yang tidak disuka
Ibu mengatakan anaknya tidak ada makanan yang tidak disukai
(3) Pola makan yang digunakan (a) Sebelum Sakit
Ibu mengatakan anaknya makan sehari 3 kali, jenis Nasi, Sayur, lauk, porsi banyak dan minum air putih 8 gelas per hari dan susu 2 gelas per hari.
(b)Selama sakit
Ibu mengatakan anaknya makan dengan porsi sedikit sehari 3 kali, jenis nasi, sayur, lauk dan habis ¼ porsi, minum air putih 4 gelas per hari dan susu 1 gelas perhari
b) Istirahat/Tidur (a) Sebelum sakit
Pagi : Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 12.30 WIB lamanya 2 jam
(b) Selama sakit
Pagi : Ibu mengatakan anaknya tidur siang pukul 11.00 WIB lamanya 1 jam dan rewel, sering terbangun, susah tidur dan harus digendong ibu. Malam : Ibu mengatakan anaknya tidur malam pukul
21.00 WIB lamanya 6 jam, anaknya sering terbangun di tengah malam karena rewel. c) Personal Hygiene
(1) Sebelum sakit
Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya mandi pagi pukul 07.00 WIB.
Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya mandi sore pukul 16.00 WIB.
(2) Selama sakit
Mandi pagi : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air hangat pukul 07.30 WIB
Mandi sore : Ibu mengatakan anaknya hanya disibin dengan air hangat pukul 16.00 WIB
d) Aktivitas
(2) Selama sakit : Ibu mengatakan anaknya tampak lemah dan tidak mau bermain, sering rewel dan gelisah.
e) Eliminasi
(1) Sebelum sakit
BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 1-2 kali sehari konsistensi lembek.
BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 3 kali sehari, berwarna kuning pekat, lancar.
(2) Selama Sakit
BAB : Ibu mengatakan anaknya BAB 4 kali sehari, konsistensi cair.
BAK : Ibu mengatakan anaknya BAK 5-6 kali sehari warna kuning pekat, bau khas urine. c. Pemeriksaan Fisik (Data Objektif)
1) Status Generalis
a) Keadaan umum : Sedang b) Kesadaran : Composmentis
2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala
(1) Rambut : Hitam, bersih tidak rontok, Ubun-ubun cekung, tidak ada kelainan
(2) Mata : Kelopak mata cekung Conjungtiva : Pucat
sklera : Putih
b) Telinga : Bersih, tidak ada serumen c) Hidung : Bersih, tidak ada cuping hidung
d) Mulut : Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis.
e) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
f) Dada : Simetris tidak ada tarikan dinding dada ke dalam, tidak ada bercak rose pada abdomen
g) Perut : Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat (± 5 detik), sedikit kembung, bising usus normal 10 x/menit.
h) Genetalia : Normal, tidak ada varises dan anus tidak ada haemoroid.
3) Pemeriksaan Antropometri BB / TB : 13 Kg / 80 cm 4) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang digunakan adalah pemeriksaan feses dengan cara Inspeksi :
Warna : Coklat Bau : Khas Feses Konsistensi : Cair
Lendir : Negatif, Darah : Positif
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal : 11 Mei 2015 Pukul : 08.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Anak R umur 3 tahun jenis kelamin laki-laki dengan demam tifoid Data Dasar
Data Subjektif
1) Ibu mengatakan anaknya umur 3 tahun.
2) Ibu mengatakan anaknya berjenis kelamin Laki-laki
3) Ibu mengatakan anaknya panas, pusing, mual, lemes sejak 10 hari yang lalu dan buang air besar 4-5 kali sehari konsistensi encer sejak 6 hari yang lalu
Data Objektif
3) TTV:
a) Suhu: 39,5"C
b) Respirasi: 22 x/menit c) Nadi:110 x/menit Pemeriksaan sistematis
1) Mata : Kelopak mata Cekung, Conjungtiva : Pucat, sklera Putih
2) Muka : Pucat
3) Mulut : Bibir warna pucat kering, agak pecah-pecah, lidah kotor, warna lidah putih semua, tidak ada stomatitis. 4) Perut : Turgor pada perut jika dicubit kembalinya lambat
(±5 detik), sedikit kembung, bising usus normal 10x/menit.
5) Ekstremitas : Jari tangan dan kaki lengkap, tidak oedema, akral hangat, terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan. 6) Pemeriksaan penunjang (Pemeriksaan feses) secara Inspeksi.
Warna : Coklat Darah : Negatif
Bau : Khas Feses Konsistensi : Cair Lendir : Negatif
b. Masalah
c. Kebutuhan
1) Menganjurkan ibu untuk selalu mendampingi anaknya 2) Mencukupi nutrisi anak yang optimal
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4. ANTISIPASI
Berkolaborasi dengan dokter umum di Puskesmas untuk pemberian terapi obat
5. PERENCANAAN
Tanggal : 11 Mei2015 Pukul : 09.00 WIB a. Beri penjelasan pada orang tua tentang penyakit anaknya b. Kaji pola BAB
c. Atur ruangan agar cukup ventilasi.
d. Anjurkan ibu agar anaknya banyak minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak
e. Berikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat
f. Pemberian terapi sesuai program dokter.
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 11 Mei 2015 pukul : 10.00 WIB
makanan atau minuman yang sudah terkontaminasi bakteri tersebut dari kotoran orang yang sebelumnya terkena tifus yang ditandai dengan gejala panas/demam, mencret, mual, sakit perut dan perlu mendapatkan penanganan yang intensif untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat. Karena penyakit ini bisa menular untuk itu bagi anaknya kalau habis BAB harus mencuci tangan hingga bersih.
b. Pukul 11.00 Wib mengkaji pola BAB dengan cara memberitahu keorang tua apabila anaknya BAB harus menghubungi perawat di ruangan agar bisa dikaji BAB anaknya.
c. Pukul 12.00 Wib mengatur ruangan agar cukup ventilasi dengan cara membuka jendela setiap pagi hari dan memberi kipas angin diruangan anaknya agar anaknya merasa nyaman dan tidak kepanasan dan agar udara diruangan segar.
d. Pukul 13.00 Wib menganjurkan ibu agar anaknya minum air putih atau sirup, teh manis atau apa yang disukai anak sedikit-sedikit tapi sering sampai habis dan diberikan menggunakan sendok atau sedotan dan harus habis.
e. Pukul 14.00 Wib memberikan nutrisi yang mengandung cukup energi dan protein rendah serat yaitu bubur, telur ayam kampung, sayur bayam dan tempe.
f. Pukul 15.00 Wib Pemberian terapi sesuai program dokter. Obat yang dapat diberikan adalah :
setiap 6 jam
2) Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari 3) Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
7. EVALUASI
Tanggal : 11 Mei 2015 Pukul : 16.20 WIB
a. Orang tua sudah mengerti tentang penyakit anaknya
b. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib BAB 2 kali, konsistensi encer, berwarna coklat
c. Ruangan sudah cukup ventilasi.
d. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib Anak sudah minum 3 gelas air putih
e. Pukul 07.00 Wib – pukul 16.20 Wib Anak sudah makan bubur setengah mangkok kecil, 2 telur ayam kampung habis setengah dengan porsi sedang dan anak tidak muntah
f. Terapi obat sudah diberikan
DATA PERKEMBANGAN 1
Tanggal : 12 Mei 2015 Pukul : 06.30 WIB S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul 24.00 – 06.30 WIB , konsistensi encer, berwarna coklat dan sedikit berampas dan buang air kecil 2 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan bubur sebanyak 5 kali suapan dan minum 1 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya semalam rewel, mudah terbangun dan tidak bisa tidur
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang 2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 38,5 "C, Respirasi : 32 x/menit 4. Bising usus : 8 x/menit
5. Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya pelan-pelan, bibir dan lidah kering dan kotor
6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan A : Assasment
P : Planning
1. Pukul 07.00 Wib mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.15 Wib menjelaskan Keadaan umum dan vital sign
3. Pukul 08.20 Wib memberi kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal
4. Pukul 08.30 WIB menganjurkan ibu anak untuk memakai pakaian yg dapat menyerap keringat pada anaknya
5. Pukul 09.30 WIB meneruskan terapi pengobatan yaitu Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan diminumkan setiap 6 jam, Puyer paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
6. Pukul 11.00 WIB menganjurkan pada ibu untuk memberikan banyak minum air putih pada anaknya agar tidak terjadi dehidrasi minum 5-6 gelas/ 24 jam
7. Pukul 12.00 WIB memberi nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur kampung, tahu dan susu
Evaluasi
Tanggal : 12 Mei 2015 Pukul 13.30 WIB
1. Pukul 06.00 WIB - Pukul 13.30 WIB Pola BAB 2 kali, konsistensi encer, warna coklat
2. Keadaan umum sedang, vital sign pasien: suhu 38,5 "C, Nadi : 78
3. Anak sudah diberikan kompres hangat pada daerah axila, lipat paha dan temporal
4. Anak memakai pakaian yg dapat menyerap keringat yang berbahan katun
5. Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan, Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi
6. Anak mau untuk banyak minum air putih sebanyak 5 gelas
8. Nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat sudah diberikan, yaitu bubur ayam, sayur bayam, telur kampung, tahu dan susu.
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 13 Mei 2015 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
1. Ibu mengatakan anaknya sudah buang air besar 2 kali pada pukul 24.00 – 06.00 WIB , konsistensi encer dan sedikit berampas dan buang air kecil 2 kali warna kuning jernih
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 5 kali suapan dan minum 2 gelas air putih
O : Data Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 38"C, N : 100 x/menit, Respirasi : 32 x/menit 4. Bising usus : 8 x/menit
5. Mata cekung, cubitan kulit perut kembalinya masih pelan-pelan, bibir dan lidah kering dan kotor, kelopak mata terlihat cekung
6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kiri A : Assasment
An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari ketiga P : Planning
1. Pukul 06.00 WIB Mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan anaknya banyak minum 5-6 gelas/hari
3. Pukul 08.00 WIB Menganjurkan keluarga untuk tetap mengompres hangat pada axilla dan temporal dan ibu klien tampak mengganti kapas kompres sekali dalam 10 menit
4. Pukul 08.40 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memakaikan pakaian pada anaknya yang bahannya dapat menyerap keringat seperti katun dan kaos
paracetamol 500 mg 3 butir dijadikan 10 bungkus 3x1/hari, Ceftriaxone injeksi 75 mg setiap 6 jam
6. Pukul 12.20 WIB Memberi nutrisi yang mengandung energi dan protein serta tinggi serat
Evaluasi
Tanggal : 13 Mei 2015 Pukul 13.00 WIB
1. Pukul 06.00 - Pukul 13.00 WIB Pola BAB 2 kali sehari, konsistensi encer, warna coklat
2. Anak sudah banyak minum air putih 6 gelas dan tidak dehidrasi lagi 3. Kompres hangat sudah diberikan
4. Anak sudah memakai baju berbahan katun
5. Obat sudah diberikan Kloramfenikol syrup 1 botol 125 ml 1 sendok makan sudah diminumkan, Puyer paracetamol 1 bungkus sudah diminumkan , Ceftriaxone injeksi 75 mg sudah diinjeksi
6. Anak sudah makan-makanan yang diberikan, yaitu nasi 1 piring, telur ayam kampung, sayur sop, tempe dan susu
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal : 14 Mei 2015 Pukul : 06.00 WIB
S : Data Subjektif
2. Ibu mengatakan anaknya semalam makan roti sebanyak 6 kali suapan dan minum 2 gelas air putih
3. Ibu mengatakan anaknya sudah tidak rewel, anaknya sudah bisa tidur nyenyak
O : Objektif
1. Keadaan umum : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : Suhu : 37,5"C, Respirasi : 30 x/menit, Nadi : 95 x/menit 4. Bising usus : 8 x/menit
5. Turgor normal, bibir dan lidah normal, kelopak mata sudah tidak cekung 6. Ekstremitas : Masih terpasang Infus RL 12 tpm di tangan kanan A : Assasment
An. R umur 3 Tahun sakit demam tifoid perawatan hari keempat P : Planning
1. Pukul 06.00 WIB Mengkaji pola BAB
2. Pukul 07.00 WIB Memantau intake dan output cairan dalam 24 jam
3. Pukul 08.00 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan minum banyak 5-6 gelas / hari
4. Pukul 08.30 WIB Memberi penjelasan kepada keluarga/ klien tentang pentingnya kebutuhan cairan untuk anaknya