KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
Tri Utami
NIM B12161
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
ii
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.Y P1 A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN
POST
SECTIO CAESSARIA
DI RSU ASSALAM GEMOLONG
Diajukan Oleh :
Tri Utami
NIM B12161
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal Juni 2015
Pembimbing
Kartika Dian Listyaningsih.,S.ST.,M.Sc
iii
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny.Y P1 A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN
POST
SECTIO CAESSARIA
DI RSU ASSALAM GEMOLONG
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan Oleh :
Tri Utami
NIM B12161
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan
Pada tanggal
Penguji I Penguji II
Anis Nurhidayati, S.ST.,M.Kes Kartika Dian L.,S.ST.,M.Sc
NIK 200685025 NIK 200884032
iv
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ”Asuhan Kebianan Ibu Nifas pada Ny. Y P1 A0 Umur 24 Tahun
dengan Post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong”.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir
sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis
Ilmiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Retno Wulandari, SST, selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
3. Kartika Dian L.,S.ST.,M.Sc, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktunya untuk memberi arahan dan bimbingan kepada penulis.
4. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas
segala bantuan yang telah diberikan.
5. dr. Wiwiek Irawati, M.Kes selaku direktur RSU Assalam Gemolong yang telah
memberikan ijin dalam melakukan studi pendahuluan dalam penulisan Karya
Tulis Ilmiah ini.
6. Semua teman-teman angkatan 2012 yang telah membantu dalam penulisan
v
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka kritik dan saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Mei 2015
vi
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA Ny. Y P1 A0
UMUR 24 TAHUN DENGAN POST SECTIO CAESSARIA
DI RSU ASSALAM GEMOLONG
xii + 92 halaman + 13 lampiran + 1 tabel
INTISARI
Latar Belakang : Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indonesia sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Di negara-negara berkembang presentase operasi Sectio Caessarea sekitar 10-15 % dari semua proses persalinan. Nifas dengan persalinan Sectio Caessarea mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi yaitu perdarahan dan infeksi. Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSU Assalam Gemolong tahun 2014 telah didapatkan bulan September 2013 – September 2014 terdapat 141 (22,3%) jumlah bersalin dengan Sectio Caessaria dengan indikasi KPD 25 (3,95%) persalinan, post term 34 (5,3%) persalinan, presbo 15 (2,3%) persalinan, solusio plasenta 2 (0,3%) persalinan, partus lama 26 (4,1%) persalinan, gemeli 1 (0,1%) persalinan, CPD 3 (0,4%) persalinan, PER 17 (2,6%) persalinan, PEB 8 (1,2%) persalinan, inersia uteri 8 (1,2%) persalinan, eklamsi 1 (0,1%) persalinan dan lintang 1 (0,1%) persalinan.
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas dengan post Sectio Caessaria
dengan manajemen 7 langkah Varney.
Metode : Jenis studi kasus dengan metode observasional deskriptif. Dilakukan di RSU Assalam Gemolong tanggal 16–20 April 2015. Subyek studi kasus ini Ny. Y P1A0 umur 24 tahun hari pertama nifas dengan post Sectio Caessaria, dengan teknik
pengumpulan data menggunakan pemeriksaan fisik, wawancara dan observasi serta format asuhan kebidanan ibu nifas, lembar status atau dokumentasi pasien tentang kesehatan sebelumnya dan lembar observasi.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 4 hari diperoleh hasil keadaan ibu baik, luka bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka jahitan post
Sectio Caessaria, pasien diperbolehkan pulang pada hari keempat dan kontrol satu
minggu lagi.
Kesimpulan : Ada kesenjangan antara teori dan praktik pada langkah pelaksanaan pada kasus ibu nifas dengan post Sectio Caessaria pada Ny. Y P1A0 umur 24 tahun
vii
2. Prepare yourself, I’m about to take you another level in your life (Jesus) 3. Bukan yang paling tajam tapi yang paling bersungguh-sungguh, maka dia
akan berhasil (Ahmad Fuadi)
4. Lawan yang pandai lebih baik daripada teman yang bodoh (Penulis)
5. Success consists of going from failure to failure without loss of enthusiasm (Penulis)
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ini saya persembahkan kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan dukungan dari beliau untuk saya selama kebersamaan kita menjadikan arti sebuah sahabat yang menghargai satu dengan lainya. 4. Teman-teman Akbid angkatan 2012 thanks
for everyday all, tears and fears, laugh and thought, I’m grow up with you all.
viii Nama : Tri Utami
Tempat / Tanggal Lahir : Sragen, 23 Maret 1993 Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Sawahan 02/
01 Karungan Plupuh Sragen
Riwayat Pendidikan :
1. SD N 1 Karungan tahun 2005 2. SMP N 1 Plupuh tahun 2008 3. SMA N 1 Sukodono tahun 2011
ix
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
INTISARI. ... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ... vii
CURICULUM VITAE. ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi ... 46
B. Lokasi Studi Kasus ... 46
C. Subjek Studi Kasus ... 46
D. Waktu Studi Kasus ... 47
E. Instrumen Studi Kasus ... 47
x
B. Pembahasan ... 82
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 89 B. Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA
xii Lampiran 2. Surat Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Surat Prsetujuan Menjadi Responden
Lampiran 8. Lembar Pedoman Wawancara
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus
1
A. Latar Belakang
Berdaskan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012 AKI di Indonesian sebesar 359 kematian / 100.000 kelahiran hidup.
Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228
kematian / 100.000 kelahiran hidup. Sementara target yang ingin dicapai sesuai
tujuan MDGs (Meleium Development Goals) pada tahun 2015 AKI (Angka
Kematian Ibu) turun menjadi 102 kematian / 100.000 kelahiran hidup. Menurut
WHO (World Health Organization ) dalam Manuba 2012, di seluruh dunia
setiap menit seorang perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Dengan kata lain, 1.400 perempuan
meninggal setiap hari atau lebih dari 500.000 perempuan meninggal setiap
tahun karena kehamilan, persalinan dan nifas. Badan Kesehatan Dunia (WHO)
juga mengatakan bahwa persalinan dengan bedah Sectio Caessarea adalah
sekitar 10-15% dari semua proses persalinan di negara-negara berkembang.
Peningkatan persalinan Sectio Caessarea di Indonesia dalam kurun waktu 20
tahun terakhir dari 5% menjadi 20% dan tercatat dari 35,7%-55,3% ibu
melahirkan dengan proseses Sectio Caessarea (Manuaba, 2012).
Tindakan operasi merupakan salah satu jalan untuk menolong
tindakan operasi sudah dapat diterima masyarakat, bahkan sering dijumpai
permintaan persalinan dengan operasi Sectio Caessaria, dengan
insisi dibagian bawah dan persalinan berikut dilakukan dengan tindakan
yang sama serta diikuti sterilisasi memakai teknik vasektomi tuba (Ma)
(Manuaba, 2009). Menurut Wiknjosastro 2005, Seksio Sesaria adalah suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu inisisi pada dinding
perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat
janin diatas 500 gram.
Ada beberapa penyebab yang sering terjadi dan harus dilakukan Caesar
yaitu partus lama, partus tak maju, panggul sempit dan janin terlalu besar,
sehingga jalan satu-satunya adalah caesar. jika tidak dilakukan caesar akan
membahayakan nyawa ibu dan nyawa janin (Wiknjosastro, 2007).
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Sectio
Caessaria yaitu adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain cedera
kandung kemih, cedera pada pada pembuluh darah, cedera pada usus dan
infeksi pada rahim. Dalam hal ini bakteri merupakan sumber penyebab infeksi
yang mengakibatkan terhambatnya proses penyembuhan luka (Maulana,
2012). Asuhan yang diberikan kepada ibu nifas Post Sectio Caessarea meliputi
pemberian Analgesia, pemeriksaan tanda-tanda vital, terapi cairan dan diet,
ambulasi, perawatan luka, pemeriksaan laboratorium dan perawatan payudara.
Berdasarkan data yang diambil dari catatan rekam medik RSU Assalam
Gemolong 2014 telah didapatkan bulan September 2013 – September 2014
persalinan dan jumlah bersalin dengan Sectio Caesaria 141 (22,3%). Indikasi
persalinan dengan sectio caesaria yaitu dengan KPD 25 (3,95%) persalinan,
post term 34 (5,3%) persalinan, presbo 15 (2,3%) persalinan, solusio plasenta
2 (0,3%) persalinan, partus lama 26 (4,1%) persalinan, gemeli 1 (0,1%)
persalinan, CPD 3 (0,4%) persalinan , PER 17 (2,6%) persalinan, PEB 8 (1,2%)
persalinan, inersia uteri 8 (1,2%) persalinan, eklamsi 1 (0,1%) persalinan dan
lintang 1 (0,1%) persalinan.
Berdasarkan angka kejadian Sectio Caessaria di RSU Assalam
lumayan tinggi, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan Ibu Nifas pada NY.Y P1 A0 umur 24 tahun dengan Post Sectio
Caessaria di RSU Assalam Gemolong 2014”.
B. Perumusan Masalah
“Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.Y P1 A0 umur 24
tahun dengan post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong 2015?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.Y P1A0 umur
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian secara menyeluruh pada ibu nifas Ny.
Y P1 A0 umur 24 tahun dengan postSectio Caessaria.
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada ibu nifas Ny. Y P1 A0 umur 24 tahun
dengan post Sectio Caessaria.
3) Menemukan diagnosa potensial yang dapat terjadi pada ibu nifas
Ny. Y P1 A0 umur 24 tahun dengan postSectio Caesaria.
4) Menemukan dan melakukan tindakan segera pada ibu nifas Ny.
Y P1 A0 umur 24 tahun dengan postSectio Caessaria.
5) Merencanakan tindakan menyeluruh sesuai dengan kondisi pada
ibu nifas Ny. Y P1 A0 umur 24 tahundengan postsectio caessaria.
6) Melaksanakan asuhan kebidanan yang telah diberikan pada ibu
nifas Ny. Y P1 A0 umur 24 tahun dengan postSectio Caessaria.
7) Melakukan evaluasi terhadap tindakan kebidanan pada ibu nifas
Ny. Y P1 A0 umur 24 tahun dengan postSectio Caessaria.
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata
di lapangan.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah sesuai
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, kemampuan dan
pengalaman penulis dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan pada ibu
nifas dengan postSectio Caessaria.
2. Bagi Profesi
Memberikan wawasan bagi profesi atau tenaga kesehatan lainya
dalam menangani kasus pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria
sesuai dengan standar Asuhan Kebidanan.
3. Bagi Institusi
a. Rumah Sakit
Meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan kesehatan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio
Caessaria.
b. Pendidikan
Menambah referensi dan sebagai wacana bagi mahasiwa di
perputakaan mengenai Asuhan Kebidanan pada ibu nifas dengan post
E. Keaslian Penelitian
Keaslian penulisan Proposal Karya Tulis Ilmiah dengan judul Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria dilakukan oleh nama:
1. Histrani (2012) STIKes Kusuma Husada Surakarta dengan judul “Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas dengan post Sectio Caessaria di bangsal dahlia
RSUD Pandanarang Boyolali”. Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu
mengobservasi keadaan umum, tanda – tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan, menganjurkan mobilisasi dini, merawat luka
jahitan dengan kassa betadine, memberikan injeksi Alinamin F 1
ampul/IV, Metronidazole 1 flakon, Transamin 1 ampul/IV, injeksi
Vitamin B Compleks 2cc/24 jam secara IM, injeksi vit C 1 ampul/12 jam,
Tramadol 1 ampul/8 jam.
Hasil dari laporan kasus pada ibu nifas post Sectio Caessaria yaitu
setelah dilakukan selama 4 hari diperoleh hasil keadaan umum ibu baik,
luka bersih, kering dan tidak ada tanda-tanda infeksi pada bekas luka post
Sectio Caessaria.
2. Aini (2008) STIKes Aisyiah Surakarta dengan judul “Asuhan Kebidanan
Ibu Nifas dengan Post Sectio Caesarea pada Ny. T di Bangsal Mawar 1
RSU Dr Moewardi surakarta.” Asuhan kebidanan yang diberikan yaitu
mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi
fundus uteri dan perdarahan, menganjurkan mobilisasi dini, merawat
jahitan dengan kasa betadine, memberikan terapi yaitu pemnerian infus RL
Cefotaxime 1 gram/8 jam IV, Metronidazole 500 mg/8 jam drip, Asam
Traneksamat 5ml/8 jam IV, Vitamin C 1cc/12 jam IV dan Alinamin F
10cc/8 jam.
Hasil laporan kasus pada ibu nifas post Sectio Caesarea yaitu
potensial terjadinya infeksi pada luka jahitan operasi. Setelah dilakukan
asuhan kebidanan selama 6 hari dengan perawatan luka secara steril dan
pemberian terapi. Maka tidak terjadi infeksi luka jahitan operasi
sebelumnya di dalam asuhan kebidanan terhadap diagnosa potensial
terjadinya infeksi dan dihasilkan kesimpulan bahwa dengan
penatalaksanaanya yang cepat dan tepat tidak terjadi komplikasi.
Perbedaan studi kasus tersebut dengan studi kasus yang dilakukan
penulis terletak pada subyek, tempat, dan waktu yang diambil. Persamaan
studi kasus tersebut dengan penulis terletak pada asuhan ibu nifas post
8
A. TEORI MEDIS
1. Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta
sampai alat-alat reproduksi kembali seperti sebelum hamil dan secara
normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Menurut Prawirohardjo (2010),
masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu.
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifudin,
2006).
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta
keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
semula (sebelum hamil) (Sulistyawati, 2009).
b. Periode nifas
Ambarwati dan Wulandari (2010), menyatakan bahwa nifas dibagi
1) Puerpurium dini.
Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan-jalan. Dalam agama islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja
setelah 40 hari.
2) Puerpurium intermedial.
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3) Remote puerpurium.
Waktu yang diperlukan waktu untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan, tahunan.
c.Perubahan masa nifas
1) Perubahan sistem reproduksi
a) Uterus
Involusi merupakan suatu proses kembalinya uterus pada kondisi
sebelum hamil (Sulistyawati, 2009).
b)Bekas implantasi plasenta
(1) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas
12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar
(2) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan thrombosis
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot
rahim.
(3) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu
ke 2 sebesar 6-8 cm dan pada akhir masa nifas sebesar 2 cm.
(4) Lapisan endometrium dilepaskan dalam benntuk jaringan
nekrosis bersama dengan lokia.
(5) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalis endometrium.
(6) Luka sembuh sempurna pada 6-8 minggu.
c) Lokhea
Lokhea adalah eksresi cairan rahim selama masa nifas.
Lokhea mengandung darah dan sisa jaringan desidua yang
nekrotik dari dalam uterus. Lokhea mempunyai reaksi
basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih
cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal.
Lokhea berbau amis atau anyir dengan volume yang
berbeda-beda pada setiap wanita. Lokhea yang berbau tidak sedap
menandakan adanya infeksi. Lokhea mempunyai
perubahan warna dan volume karena adanya proses involusi
Macam-macam lokhea :
(1) Lokhea rubra / merah (kruenta)
Lokhea ini muncul pada hari 1 sampai hari ke 4 masa post
partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(2) Lokhea Sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan berlendir, serta
berlangsung dari hari ke-4 sampai hari ke-7 post partum
(Sulistyawati, 2009).
(3) Lokhea Serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena mengandung
serum, leukosit dan robekan,/laserasi plasenta. Muncul pada
hari ke 7 sampai hari ke 14 post partum (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(4) Lokhea alba/putih
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua, sel epitel,
selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati. Lokhea alba
ini dapat berlangsung selama 2-6 minggu post partum
(Sulistyawati, 2009).
d)Serviks
Muara serviks yang berdilatasi sampai 10 cm sewaktu
persalinan akan menutup secara perlahan dan bertahap. Setelah
2 jam, hanya dapat dimasuki 2-3 jari. Pada minggu ke-6 post
partum, serviks sudah menutup kembali (Sulistyawati, 2009).
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), Serviks
mengalami involusi bersama-sama dengan uterus.
e) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali
secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
f) Perineum
Sulistyawati (2009), bahwa, pada post natal hari ke-5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian tonus-nya,
sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum hamil.
2) Perubahan Sistem Pencernaan
Sulistyawati (2009), bahwa ibu akan mengalami konstipasi
setelah persalinan. Hal ini disebabkan karena pada waktu
persalinan, alat pencernaan mengalami tekanan yang menyebabkan
kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan berlebih pada waktu
persalinan, kurangnya asupan cairan dan makanan, serta kurangnya
aktivitas tubuh.
3) Perubahan Sistem Perkemihan
Setelah proses persalinan berlangsung, biasanya ibu akan sulit
penyebab dari keadaan ini adalah terdapat spasme sfinkter dan
edema leher kandung kemih sesudah bagian ini mengalami
kompresi (tekanan) antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan berlangsung (Sulistyawati, 2009).
4) Ligamen, fasia dan diafragma
Pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi
lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali
sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi
retrofleksi, karena ligament rotundun menjadi kendor. Stabilisasi
sedara sempurna terjadi pada 6-8 minggu setelah persalinan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
5) Perubahan Sistem Endokrin
Menurut Sulistyawati (2009), perubahan sistem endokrin pada
masa nifas yaitu :
a) Hormon plasenta
Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah persalinan.
HCG (Human Chorionic Gonadotropin) menurun dengan cepat
dan menetap sampai 10% dalam 3 jam sehingga hari ke-7 post
partum dan sebagai onset pemenuhan mammae pada hari ke-3
post partum.
b)Hormon pituitary
Prolaktin darah akan meningkat dengan cepat. Pada wanita
FSH dan LH akan meningkat pada fase konsentrasi folikuler
(minggu ke-3) dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
c) Hypotalamik pituitary ovarium
Lamanya seorang wanita mendapat menstruasi juga
dipengaruhi oleh faktor menyusui. Seringkali menstruasi
pertama ini bersifat anovulasi karena rendahnya kadar estrogren
dan progesteron.
d)Kadar estrogen
Setelah persalinan, terjadi penurunan kadar estrogen yang
bermakna sehingga aktivitas prolaktin yang juga sedang
meningkat dapaat mempengaruhi kelenjar mammae dalam
menghasilkan ASI.
6) Perubahan Tanda-Tanda Vital
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), peubahan
tanda-tanda Vital yaitu :
a) Suhu badan
24 jam post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5°C-38°C) sebagai akibat keras waktu melahirkan, kehilangan cairan
dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi.
b)Nadi
c) Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya
preeklamsi post partum.
d)Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal pernafasan juga akan mengikutinya kecuali ada
gangguan khusus pada saluran pernafasan.
7) Perubahan Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan vagina kehilangan darah sekitar 200-500 ml,
sedangkan pada persalinan SC, pengeluaran dua kali lipatnya.
perubahan terdiri dari volume darah dan kadar HmT (haematokrit).
Setelah persalinan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume
darah ibu relative akan bertambah. Keadaan ini akan beban jantubg
dan menimbulkan decompensatiocardis pada pasien dengan vitum
cardio (Sulistyawati, 2009).
8) Perubahan Sistem Hematologi
Pada masa nifas terjadi perubahan komponen darah, misalnya
jumlah sel darah putih akan bertambah banyak. Jumlah sel darah
persalinan biasanya semuanya akan akan kembali pada keadaan
semula (Sulistyawati, 2009).
d. Kebutuhan dasar ibu nifas
1)Gizi
Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk
keperluan metabolismenya. Kebutuhan gizi pada masa nifas
terutama bila menyusui akan meningkat 25%, kerena berguna
untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Sulistyawati (2009), mengatakan beberapa anjuran yang
berhubungan dengan pemenuhan gizi ibu menyusui antara lain :
a) Mengonsumsi tambahan kalori tiap hari sebanyak 500 kalori.
b)Makan dengan diet berimbang, cukup protein, mineral dan
vitamin.
c) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari, terutama setelah menyusui.
d)Mengonsumsi tablet zat besi selama nifas.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar dapat memberikan
Tabel 2.1 Perbandingan angka kecukupan energi Sumber : Ambarwati dan Wulandari (2010)
2)Ambulasi dini (Early Ambulation)
Ambulasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin
membimbing pasien keluar dari tempat tidurnya dan
membimbingnya untuk berjalan (Sulistyawati, 2009).
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), keunungan early
ambulation adalah :
a) Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat.
b) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c) Dapat lebih mungkin dalam mengajari ibu untuk merawat atau
perawatan. Kontra indikasi : Klien dengan penyulit, misalnya :
anemia, penyakit jantung, penyakit paru, dll.
3)Eliminasi : Buang Air Kecil dan Besar
Dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah harus dapat
buang air kecil (Sulistyawati, 2009). Ambarwati dan Wulandari
(2010), mengatakan biasanya 2-3 hari post Partum masih sulit buang
air besar. Jika klien pada hari ke tiga belum juga buang air besar maka
diberikan laksan suposioria dan minum air hangat.
4) Kebersihan Diri
Kebutuhan istirahat bagi ibu menyusui minimal 8 jam sehari,
yang data dipenuhi melalui istirahat malam dan siang (Sulistyawati,
2009).
5) Senam nifas
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali (Anggraini,
2010).
6) Keluarga Berencana
Ambarwati dan Wulandari (2010), mengatakan :
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang- kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali.
b) Biasanya ibu post partum tidak akan menghasilkan telur
karena itu Amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama
kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan.
c) Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu, meliputi : bagaimana metode ini
dapat mencegah kehamilan serta metodenya, kelebihan dan
keuntungan, efek samping, kekuranganya, bagaimana memakai
metode itu, dan kapan metode itu dapat digunakan untuk wanita
pasca persalinan yang menyusui.
d) Jika pasangan memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk
bertemu denganya lagi dalam 2 minggu untuk mengetahui
apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu atau pasangan dan
melihat metode tersebut bekerja dengan baik.
2. Konsep Dasar Sectio caessaria
a. Pengertian
Suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Wiknjosastro, 2005). Seksio adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi dengan membuka dinding rahim melalui sayatan pada
dinding perut (Maulana, 2012).
b. Macam – macam operasi sectio caessaria (Manuaba, 2012)
1) Sectio caessaria Klasik.
Sectio caessaria klasik menurut sanger lebih mudah dimulai dari
a) Sectio Caessaria yang diikuti dengan sterilisasi.
b)Terdapat pembuluh darah besar sehingga diperkirakan akan
terjadi robekan segmen bawah rahim dan perdarahan.
c) Pada letak lintang.
d)Grande multipara yang diikuti dengan histerektomi.
2) Sectio Caessaria Transperitoneal Profunda
Sectio Caessaria, yang merupakan persalinan dengan
morbiditas dan mortalitas rendah, adalah persalinan yang
konservatif. Sebagai pertimbangan, sectio caessaria dapat
dilakukan atas dasar :
a) Indikasi yang berasal dari ibu :
(1) Primigravida dengan kelainan letak.
(2) Primipara tua disertai dengan PRM-ERM, kelainan letak,
disproporsi sefalo-pelvik.
(3) Sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk.
(4) Terdapat kesempitan panggul.
(5) Plasenta previa terutama pada primigravida.
(6) Solusio plasenta tingkat I-II.
(7) Atas permintaan.
b) Indikasi yang berasal dari janin :
(1) Fetal distress / gawat janin.
(2) Malpresentasi dan malposisi kedudukan janin.
(4) Kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi.
3) Sectio Caessaria diikuti dengan histerektomi menurut Porro
Dilakukan secara histerektomi supravaginal untuk
menyelamatkan ibu dan janin, dengan indikasi :
a) Sectio Caessaria disertai infeksi berat.
b) Sectio Caessaria dengan antonia uteri dan perdarahan.
c) Sectio Caessaria disertai uterus Counvelaire (Solusio
plasenta).
d) Sectio Caessaria disertai tumor pada otot rahim.
4) Sectio Caessaria ekstraperitoneal.
Operasi tipe ini tidak dikerjakan lagi karena perkembangan
antibiotika dan untuk menghindari kemungkinan infeksi yang
dapat ditimbulkanya. Tujuan dari Sectio Caessaria
ekstraperitoneal adalah menghindari kontaminasi kavum uteri
oleh infeksi yang terdapat di luar uterus.
5) Sectio Caessaria vaginalis
Menurut sayatan pada rahim, sectio caessaria dapat dilakukan
sebagai berikut :
a) Sayatan memanjang (longitudinal).
b) Sayatan melintang (transversal).
c. Indikasi
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), ada 2 indikasi
untuk melakukan Sectio Caessaria yaitu :
1) Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi)
yaitu pada primi gravid dengan kelainan letak, primi para tua
disertai letak ada, disporporsi sefalo pelvic (disproporsi
janin/panggul) ada, sejarah kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada
primigravida, solusio plasenta tingkat I – II, komplikasi
kehamilan yaitu preeklamsia-eklampsia, atas permintaan,
kehamilan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM),
gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dan
sebagainya).
2) Indikasi yang berasal dari janin
Fetal distress / gawat janin, prolapsus tali pusat dengan
pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau foseps
ekstraksi.
Manuaba (2009), menyatakan alasan umum yang menjadi
dasar tindakan operasi makin liberal adalah keinginan mencapai
“well born baby dan well health mother” sehingga tindakan
operasi per vagina yang sulit dapat diganti dengan operasi
persalinan seksio sesaria, yang mempunyai risiko aman, dan
d. Komplikasi
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena antonia uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,
embolisme paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.
4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kurang
kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan
berikutnya bisa terjadi rupture uteri.
e. Penatalaksanaan ibu nifas postsectio caessaria
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari (2012), penatalaksanaan
pada ibu nifas postsectio caessaria :
1) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg
Meperidin (IM) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk
mengatasi rasa sakit dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg.
b) wanita dengan ukuran besar dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin.
c) Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat
narkotik.
2) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan
tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang
dan keadaan fundus harus diperiksa.
3) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti
sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh dibawah
30 ml/ jam, pasien harus segera di evaluasi kembali paling lambat
pada hari kedua.
4) Vesika Urinarius dan Usus
Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau
pada keesokan harinya setelah operasi. biasanya bising usus
belum terdengar pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari
kedua bising usus masih lemah, dan usus baru aktif kembali pada
5) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan
bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar,
sekurang-kurang 2 kali pada hari ke dua pasien dapat berjalan
dengan pertolongan.
6) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
yang alternative ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi.
7) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur setelah pagi operasi
hematogrit tersebut harus di cek kembali bila terdapat kehilangan
darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan
hipovolemia.
8) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memustukan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
9) Memulangkan Pasien dari Rumah Sakit
seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman
bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat
dan hari ke lima operasi, aktivitas ibu seminggunya harus dibatasi
hanya untuk perawatan bayinya dengan orang lain.
B. Teori Asuhan Kebidanan
1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, ketrampilan dalam
rangkaian/tahapanyang logis untuk mengambil suatu keputusan yang
terfokus pada klien (Sulistyawati, 2009).
2. Manajemen kebidanan 7 langkah Varney
a. Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan data sekunder)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
1)Data Subyektif
Data subyektif adalah catatan kualitatif atau kuantitatif dari
segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah. Data ini
Data yang dterpercaya diperoleh dari pasien sendiri (Wiknjosastro,
2005).
a) Biodata
Ambarwati dan Wulandari (2010) mengatakan, biodata
adalah hal-hal yang mencangkup identitas pasien.
Identitas meliputi :
(1) Nama : nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
(2) Umur : dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko
seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental dan psikisnya belum siap. terjadi perdarahan.
Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas.
(3) Agama : untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa.
(4) Pendidikan : berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya.
(5) Suku / Bangsa : berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan
(6) Pekerjaan : gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat
social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi
pasien tersebut.
(7) Alamat : ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah
bila diperlukan.
b) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien
datang ke fasilitas pelayanan kesehatan (Ambarwati dan
wulandari, 2010). Pada kasus sectio caessaria keluhan bisa
muncul yaitu rasa nyeri pada perut, badan terasa lemah, pusing,
sulit mobilisasi (Manuaba, 2012).
c) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan
atau penyakit dirasakan saat ini dan keluhan yang dirasakan
setelah pasien operasi (Jitowiyono dan Kristiyanasari,2012).
(2) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : Jantung, DM,
Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi masa nifas
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
d) Riwayat Perkawinan
Ambarwati dan Wulandari (2010) mengatakan, yang perlu
dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak,
karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan
dengan psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.
e) Riwayat Obstetrik
Riwayat obstetrik meliputi :
(1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah
abortus, jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan nifas yang lalu (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(2) Riwayat persalinan sekarang.
Untuk mengetahui apakah proses persalinan ini normal atau
tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas (Ambarwati dan
Wulandari, 2010). Pada kasus ini riwayat persalinan sekarang
f) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
g) Kehidupan Sosial Budaya
Untuk mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat
istiadat yang akan menguntungkan atau merugikan pasien
khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan pantangan
makanan (Ambarawati dan Wulandari 2010).
h) Data Psikososial
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
i) Kebiasaan selama nifas
(1) Pola Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum,
frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan pantangan makanan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Menurut NICE yang dikutip dari Baston dan Hall (2010)
pada kasus sectio caessaria ibu dapat minum satu jam setelah
melahirkan dan makan sesegera mungkin setelah merasa lapar,
(2) Pola Eliminasi
Menggambarakan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna dan
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Pada kasus nifas post sectio caessaria Kateter dapat
dilepaskan setelah 12 jam, post operasi atau pada keesokan
paginya setelah operasi. biasanya bising usus belum terdengar
pada hari pertama setelah pembedahan, pada hari kedua bising
usus masih terdengar lemah dan usus baru aktif kembali pada
hari ketiga, maka BAB menggunakan pispot (Jitowiyono dan
Kristiyanasari, 2012).
(3) Pola Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa
jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya membaca,
mendengarkan musik, kebiasaan mengkonsumsi obat tidur,
kebiasaan tidur siang dan kebiasaan tidur siang (Ambarwati
dan Wulandari 2010).
Pada pasien sectio caessaria pasien dibaringkan miring
dikamar pulih dengan pemantauan tiap 15 menit dalam 1 jam
pertama, kemudian 30 menit dalam 1 jam berikutnya tiap jam.
Pasien tidur dengan muka ke samping dan yakinkan kepalanya
(4) Pola Aktivitas Seksual
Untuk mengetahui frekuensi dan gangguan selama
melakukan aktivitas seksual (Sulistyawati, 2009).
2) Data Objektif
Data objektif menggambarakan hasil pengamatan klinik, hasil
laboratorium dan hasil pengobatan yang telah dikerjakan
(Wiknjosastro, 2005).
Langkah-langkah pemeriksaanya adalah :
a) Keadaan umum
Menurut Sulistyawati (2009), bidan perlu mengamati keadaan
pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan akan bidan
laporkan dengan kriteria baik dan lemah. Keadaan
ibu setelah dilakukan Sectio Caessaria adalah sedang
(Maulana, 2012).
b)Kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien dari
keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan
coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Kesadarn ibu setelah
dilakan tindakan Sectio Caessaria adalah composmentis
c) Vital sign
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), vital sign
ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan
kondisi yang dialaminya.
Vital sign meliputi :
(1) Temperatur/suhu
Untuk mengetahui suhu basal pada ibu, suhu badan yang
normal 36C° sampai 37C° (Prawirohardjo,2005). Menurut
Ambarwati dan Wulandari (2010), 24 jam post Sectio
Caessaria suhu badan akan naik sedikit (37,5°C-38°C)
sebagai akibat keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan
kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan akan biasa
lagi.
(2) Nadi
Untuk mengetahui denyut nadi pasien sehabis melahirkan,
biasanya denyut nadi akan lebih cepat (Ambarwati, 2008).
Denyut nadi pada ibu nifas post Sectio Caessaria adalah
50-90x/menit (Ambarwati, 2008).
(3) Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan yang dhiotung dalam
menit (Prawirohardjo, 2005). Respirasi pada ibu nifas post
Sectio Caessaria cenderung lebih cepat yaitu 16-26 /menit
(4) Tekanan Darah
Untuk mengetahui atau mengukur batas normal tekanan darah
antara 90/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005). Sedangkan
tekanan darah pada ibu nifas post sectio cassaria adalah
110/70-130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005).
d)Pemeriksaan Fisik
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), pemeriksaan
fisik dilakukan untuk mengetahui kondisi dari ujung rambut
sampai ujung kaki.
Menurut Sulistyawati (2009), pemeriksaan fisik meliputi :
(1) Inspeksi
Pemeriksaan klien dengan melihat ujung rambut sampai
ujung kaki (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
(a) Rambut
Untuk mengetahui kebersihan rambutnya, kondisi kulit
kepala dan karakteristik seperti rambut bersih, rontok
atau tidak (Nursalam, 2007).
(b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, ada
oedema apa tidak, ada cloasma gravidarum atau tidak
(c) Mata
Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak dan
mata cekung atau tidak (Wiknjosastro, 2006).
(d) Mulut, gigi dan gusi
Untuk mengetahui keadaan mulut bersih atau kotor, ada
stomatitis apa tidak, pada gusi terdapat caries apa tidak
dan pada gigi terdapat karang gigi apa tidak
(Wiknjosastro, 2006).
(e) Perut
Untuk mengetahui ada bekas operasi atau tidak
(Saifudin, 2006). Pada ibu nifas post Sectio Caessaria
terdapat bekas luka operasi (Saifudin, 2006).
(f) Vulva
Untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi
dan apakah ada lokhea sesuai dengan masa nifas pada ibu
post Sectio Caessaria (Saifudin, 2006).
(g) Anus
Untuk mengetahui apakah ada haemorhoid (Ambarwati
dan Wulandari, 2008).
(2) Palpasi
(a) Leher
Untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tiroid atau
(b) Payudara
Untuk mengetahui ada benjolan pada payudara atau tidak,
ada nyeri tekan atau tidak, ada kelainan bentuk atau tidak,
putting susu menonjol atau tidak dan pengeluaran ASI
atau kolostrum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(c) Abdomen
Untuk mengetahui keadaan kontraksi uterus, tinggi
fundus, tinggi TFU berapa jari dibawah pusat (Ambarwati
dan Wulandari, 2008).
(3) Data Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung
pencegahan diagnos seperti pemeriksaan laboratorium,
rontgen, ultrasonografi (Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Pada post Sectio Caessaria pemeriksaan haemoglobin perlu
diukur sebab biasanya setelah dioperasi terjadi penurunan
haemoglobin sebanyak 2 gr% (Saifudin, 2006).
b. Langkah 2 : Interpretasi Data
Untuk mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
1) Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat ditegakkan
yang berkaitan dengan Para, Abortus, Anak hidup, Umur ibu dan
keadaan nifas. Diagnosa pada kasus ini ditegakkan Ny. Y P1 A0
Umur 24 Tahun dengan PostSectio caessaria
Data dasar :
a) Data Subyektif .
Data yang diperoleh dari anamnesa pasien dengan
wawancara dari pasien (Ambarwati dan Wulandarai, 2010).
Menurut Jitowiyono dan Kristiyanasari pada kasus nifas post
Sectio Caessaria ibu akan mengeluhkan ketidaknyamanan yaitu
rasa nyeri akut berhubungan dengan trauma pembedahan.
b)Data Objektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(1) Pemeriksaan kesadaran
Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien,
bidan dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien
dari keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai
dengan coma (pasien tidak dalam keadaan sadar). Kesadarn
ibu setelah dilakan tindakan Sectio Caessaria adalah
(2) Tanda-tanda vital
(a) Tekanan darah
Tekanan darah pada ibu nifas post sectio cassaria adalah
110/70-130/80 mmHg (Prawirohardjo, 2005).
(b) Suhu
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), 24 jam post
sectio caessaria suhu badan akan naik sedikit
(37,5°C-38°C) sebagai akibat keras waktu melahirkan, kehilangan
cairan dan kelelahan, apabila keadaan normal suhu badan
akan biasa lagi.
(c) Nadi
Denyut nadi pada ibu nifas post Sectio Caessaria adalah
50-90x/menit (Ambarwati, 2008).
(d) Pernafasan
Respirasi pada ibu nifas post Sectio Caessaria cenderung
lebih cepat yaitu 16-26 /menit (Prawirohardjo, 2005).
(3) Berdasarkan pemeriksaan inspeksi adanya luka bekas operasi
pada persalinan post sectio caessaria (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(4) TFU pada ibu nifas postsectio caessaria dalam 1 hari masih
c) Masalah
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), Permasalahan
yang muncul berdasarkan pernyataan pasien. pada kasus ibu
nifas post Sectio Caessaria adalah gangguan rasa nyaman
(nyeri) pada luka Sectio Caessaria.
d)Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa pada masalah
(Sulistyawati, 2009). Kebutuhan pada ibu nifas dengan post
Sectio Caessaria :
(1) Memberikan konseling tentang nyeri yang dirasakan
berhubungan dengan kondisi pasca operasi .
(2) Melakukan tidur dengan muka kesamping dan
memposisikan kepalanya agak tengadah agar jalan nafas
bebas .
c. Langkah 3 : Diagnosa Potensial
Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah potensial yang
mungkin akan terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Pada kasus
sectio caessaria rentan terjadi perdarahan, infeksi dan trauma jalan
lahir (Manuaba, 2012).
d. Langakah ke 4 : Antisipasi / Tindakan segera
Dalam langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen
caessaria antara lain kolaborasi dengan SpOG, pemberian antibiotik
profilaksis (Wiknjosastro, 2005).
e. Langkah ke 5 : Rencana Asuhan
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah sebelumnya. Semua perencanaan yang dibuat
harus berdasarkan pertimbangan yang tepat, meliputi pengetahuan,
teori up to date, serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tidak diinginkan oleh pasien (Sulistyawati, 2009).
Adapun rencana asuhan yang diberikan pada ibu nifas post Sectio
Caessaria (Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012):
1) Pemberian Analgesia
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital
3) Terapi cairan dan diet
4) Ambulasi
5) Perawatan luka
6) Laboratorium
7) Perawatan payudara
f. Langkah ke 6 : Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana Asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah perencanaan dilaksanakan secara efisien dan
aman (Sulistyawati, 2009). Penatalaksanaan pada ibu nifas post Sectio
1) Analgesia
Wanita dengan ukuran tubuh rata-rata dapat disuntik 75 mg
Meperidin (IM) setiap 3 jam sekali, bila diperlukan untuk
mengatasi rasa sakit dapat disuntikan dengan cara serupa 10 mg
morfin.
a) Wanita dengan ukuran tubuh kecil, dosis Meperidin yang
diberikan adalah 50 mg.
b) wanita dengan ukuran besar dosis yang lebih tepat adalah 100
mg Meperidin.
c) Obat-obatan antiemetic, misalnya protasin 25 mg biasanya
diberikan bersama-sama dengan pemberian preparat
narkotik.
2) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda vital harus diperiksa 4 jam sekali, perhatikan
tekanan darah, nadi, jumlah urine serta jumlah darah yang hilang
dan keadaan fundus harus diperiksa.
3) Terapi cairan dan Diet
Untuk pedoman umum, pemberian 3 liter larutan RL, terbukti
sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama
berikutnya, meskipun demikian, jika output urine jauh dibawah
30 ml/ jam, pasien haru segera di evaluasi kembali paling lambat
4) Ambulasi
Pada hari pertama setelah pembedahan, pasien dengan
bantuan perawatan dapat bangun dari tempat tidur sebentar,
sekurang-kurang 2 kali pada hari ke dua pasien dapat berjalan
dengan pertolongan.
5) Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka
yang alternative ringan tanpa banyak plester sangat
menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat
setelah hari ke empat setelah pembedahan. Paling lambat hari ke
tiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka
insisi.
6) Laboratorium
Secara rutin hematokrit diukur setelah pagi operasi
hematogrit tersebut harus di cek kembali bila terdapat kehilangan
darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menunjukkan
hipovolemia.
7) Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memustukan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara
yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan
g. Langkah ke 7 : Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang bidan
berikan kepada pasien (Sulistyawati, 2009). Evaluasi asuhan
kebidanan pada post Sectio Caessaria antara lain keadaan umum, baik
dan tanda-tanda vital normal, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
DATA PERKEMBANGAN
Data perkembangan yang digunakan dalam laporan kasus ini adalah
SOAP menurut Varney dari buku Sulistyawati (2009) yang meliputi :
Subyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesis.
Objektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assesment.
Assesment
Menggunakan pendokumentasian hasil analisis interpretasi data subjektif
dan objektif dalam suatu indifikasi yang meliputi diagnosa atau masalah
dan antisipasi diagnosa atau masalah potensial.
Planning
Menggambarkan pendokumentasian tindakan dan evaluasi dari
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 pasal 10 ayat
1. Bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan
yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil,
kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara 2 kehamilan (Depkes
46
A. Jenis Studi
Jenis Karya Tulis Ilmiah yang digunakan pada laporan ini adalah studi
kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney dengan
rancangan laporan menggunakan laporan deskriptif. Laporan studi kasus
adalah laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui suatu kasus yang terdiri unit tunggal (Notoatmodjo, 2012).
Metode deskriptif adalah suatu metode studi kasus yang dilakukan
dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskriptif tentang suatu
keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan pada
ibu nifas post Sectio Caessaria di RSU Assalam Gemolong.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat yang digunakan pewnulis untuk
pengambilan laporan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi
yang digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di
RSU Assalam Gemolong.
C. Subyek Studi Kasus
Subyek studi kasus merupakan hal atau orang yang akan dikenai
kegaiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subyek yang digunakan
dalam kasus ini adalah Ny.Y P1 A0 umur 24 tahun dengan Nifas Post Sectio
D. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis
untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Pada
kasus ini dilaksanakan di RS pada tanggal 16-20 April 2015 dan kunjungan
rumah pada tanggal 27 April 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam
suatu penelitian dan penilaian. Instrumen merupakan akal ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif dan kualitatif tentang variasi
karakteristik variable penelitaian secara obyektif (Notoatmodjo, 2012).
Pengambilan data untuk kasus ini menggunakan format pengkajian
Askeb Ibu Nifas menurut Hellen Varney yang meliputi pengkajian, interpretasi
data, diagnona potensial, tindakan segera / antisipasi, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada
subyek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam
Ada 2 metode untuk memperoleh data, yaitu :
1. Data primer
Data primer adalah secara langsung diambil oleh peneliti
perorangan atau organisasi ( Riwidikdo, 2013). Data primer dalam
penelitian ini meliputi :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik digunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi yang dilaksanakan
secara sistematik dengan menggunakan indra pengelihatan,
pendengaran, dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan
data (Nursalam, 2013). Pada kasus ini inspeksi dilakukan untuk
mengetahui keadaan luka bekas operasi.
2) Palpasi
Palpasi merupakan teknik pemeriksaan yang
menggunakan indera peraba, tangan dan jari adalah instrument
yang paling sensitive dan dapat digunakan untuk mengumpulkan
data tentang kontraksi uterus, tinggi fundus dan uteri keadaan
kandung kemih.
3) Perkusi
Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan
menghasilkan suara) (Nursalam, 2013). Pada kasus ini
pemeriksaan patella kanan dan kiri positif/negative tidak
dilakukan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan teknik pemeriksaan dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang
dihasilkan oleh tubuh (Nursalam, 2013). Pada kasus ini dilakukan
untuk pemeriksaan tekanan darah.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitaian, atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut
(face to face) (Notoatmodjo, 2012).
Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dilakukan
pada pasien Ny. Y P1 A0 umur 24 tahun dengan nifas
post Sectio Caessaria, keluarga pasien, dan perawat atau tenaga
kesehatan lainya dengan menggunakan format ibu nifas.
c. Observasi (Pengamatan)
Obsevasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi,
melihat, mendengar dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada
hubunganya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2012). Pada
pengamatan langsung pada pasien untuk mengobservasi keadaan
umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri,
abdomen dan keadaan luka.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang
dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil
maupun non komersil (Riwidikdo,2013). Data skunder diperoleh dengan
cara :
a. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah bahan tertulis yang disiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik. Pada laporan
kasus ini penulis mendokumentasikan setiap tahapan asuhan
kebidanan pada ibu nifas post Sectio Caessaria dengan sistem SOAP
(Nursalam, 2013).
Studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik
yang ada di RSU Assalam Gemolong.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakan merupakan hal yang penting dalam menujang latar
belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2013).
Dalam kasus ini studi kepusakaan menggunakan buku-buku
G. Alat-alat Yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format dalam pengambilan data pada ibu nifas
b. Alat tulis (pena dan kertas).
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan dan observasi
a. Spigmomamometer dan stetoskop
b. Thermometer
c. Jam
d. Set medikasi yang terdiri dari :
1) Alat dan bahan steril
(a) Sarung tangan steril
(b) Pinset anatomi
2) Alat dan bahan yang tidak steril
(a) Gunting dan hipavik
(b) Bengkok
(c) Betadine dan NaCl
3. Dokumentasi
Lembar observasi
H. Jadwal Penelitian
Bagian ini mrenguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai proposal
penelitian sampai dengan penulisan laporan beserta waktu berjalan atau
berlangsungnya tiap kegiatan (Notoatmojo, 2012). Tabel jadwal penelitian
53
Tanggal Masuk : 16 April 2015
No. Register : 91337
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1. Nama :Ny. Y Nama : Tn. T
2. Umur : 24 tahun Umur : 25 tahun
3. Agama : Islam Agama : Islam
4. Suku Bangsa : Jawa Indonesia Suku Bangsa : Jawa Indonesia
5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Kedung dowo 05/03 Hadilubuh Sumberlawang
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF) :
Tanggal 16 April 2015 Pukul 12.00 WIB
1. Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan melahirkan anak yang kedua pukul 10.30 WIB secara
2. Keluhan
Ibu mengatakan merasa nyeri pada luka post Sectio Caesarea setelah
melahirkan anak pertama pada tanggal 16 April 2015 pukul 10.30
WIB
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti
panas, batuk, dan flu.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak merasakan berdebar
debar, tidak mudah lelah saat beraktifitas ringan
dan tidak mengeluarkan keringat dingin.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri
pada perut bagian bawah dan tidak merasa sakit
saat BAK.
3) Asma/TBC : Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas, dan
batuk dalam waktu yang lama ( 3 bulan ).
4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning
pada ujung kuku, mata dan kulit.
5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh sering
minum pada malam hari, tidak cepat lelah dan
6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
tekanan darah tinggi (lebih dari 140/90 mmHg).
7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami
kejang yang disertai keluar busa dari mulut.
8) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit
menular dan menurun lainnya seperti
HIV/AIDS.
c. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga
suaminya tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular
seperti Hepatitis, DM maupun penyakit menurun seperti
Hipertensi dan Asma.
d. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik dari kelurganya maupun keluarga suaminya
tidak ada riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan baru saja melahirkan pada tanggal 16 April 2015
dengan tindakan operasi Sectio Caesarea.
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : Ibu mengatakan pada usia 11 tahun
b. Siklus : Ibu mengatakan siklusnya ± 28 – 30
hari
d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2–3
kali sehari
e. Teratur / tidak teratur : Ibu mengatakan haidnya teratur
f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah berwarna merah
encer dan ada gumpalan
g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan merasakan nyeri saat
haid
5. Riwayat keluarga berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan kontrasepsi apapun
6. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan : Syah kawin : 1kali
b. Kawin I : umur 23 tahun, dengan suami umur 24
tahun
c. Lamanya : 1 tahun dan belum mempunyai anak
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu