• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

B. Data Pretest dan Wawancara I, serta Pembahasan

Pretest dilakukan di SMA Virgo Fidelis Bawen pada tanggal 11 April 2007. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang Pemantulan Cahaya. Waktu yang disediakan untuk pretes adalah 90 menit.

Hasil pretest untuk setiap siswa dapat dilihat pada tabel 7 – 13 dalam lampiran 3. Dari data pretest, dapat diketahui pemahaman siswa mengenai pemantulan cahaya. Semua siswa yang terlibat dalam pretest belum memperoleh materi Pemantulan Cahaya pada SMA kelas X, sehingga siswa

menggunakan pemahamannya dari materi yang diberikan waktu masih belajar di SMP.

Sebagian besar siswa mengalami kurang pemahaman mengenai pemantulan cahaya. Hal ini terlihat dalam tabel 7 lampiran 3 yang menunjukkan bahwa sebagian besar siswa termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang. Dalam tabel 9 terlihat bahwa ada 86.20% siswa termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang sedangkan 13.79% siswa lainnya termasuk dalam kualifikasi pemahaman kurang. Hal ini juga ditunjukkan pada tabel 8 lampiran 3, bahwa persentase skor tertinggi yang diperoleh adalah 54.54%, persentase skor terendah yang diperoleh adalah 24.24%, dan rata-ratanya 41.16%. Persentase skor tertinggi termasuk dalam kualifikasi pemahaman kurang, persentase skor terendah termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang, dan rata-rata persentase skor siswa termasuk dalam kualifikasi pemahaman sangat kurang. Selain dua hal di atas, hal ini juga sesuai dengan tabel 10 lampiran 3 yang memaparkan pemahaman siswa berdasarkan skala CRI pada soal pretest. Dalam tabel 10 lampiran 3 tersebut terlihat bahwa sebagian besar siswa mengalami kurang pemahaman untuk soal-soal yang diberikan. Bahkan dalam kolom jumlah siswa yang mempunyai pemahaman benar dalam tabel 10 lampiran 3terlihat juga bahwa ada beberapa soal dimana tidak ada satu siswa pun yang mempunyai pemahaman benar, seperti pada soal nomor 1c, 1d, 2, 4, 18, 20.

Konsep dimana siswa banyak mengalami miskonsepsi dapat diketahui dari urutan jumlah siswa yang miskonsepsi berdasarkan nomor soal pretes. Nomor

soal dimana siswa banyak mengalami miskonsepsi dari soal pretest berdasarkan tabel 11 lampiran 3 dari urutan yang paling banyak adalah 10b, 12, 4, dan 18. Soal nomor 10b berkaitan dengan pemantulan cahaya pada permukaan yang berbeda, soal nomor 12 berkaitan dengan Hukum Pemantulan Cahaya yang I, soal nomor 4 berkaitan dengan perambatan cahaya, sedangkan soal nomor 18 berkaitan dengan Hukum Pemantulan Cahaya II. Nomor soal tersebut menjadi penting bagi peneliti sebagai dasar dalam melakukan wawancara I dan dalam kegiatan pembelajaran.

Sebagian besar siswa memiliki pemahaman yang kurang pada konsep dimana siswa banyak mengalami miskonsepsi. Dari tabel 10 lampiran 3 terlihat bahwa persentase jumlah siswa yang memiliki pemahaman benar dalam soal nomor 10b, 12, 4, dan 18 sangat rendah. Soal nomor 10b, dan 12 memiliki persentase jumlah siswa yang memiliki pemahaman benar 3.44%, sedangkan soal nomor 4 dan 18 memiliki persentase jumlah siswa yang memiliki pemahaman benar 0%. Dari tabel 13 lampiran 3 juga terlihat bahwa pada keempat soal tersebut memiliki frekuensi jawaban benar yang rendah. Pada soal nomor 10b memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 20.69%, soal nomor 12 memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 13.79%, soal nomor 4 memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 0%, sedangkan pada soal nomor 18 memiliki persentase frekuensi jawaban benar siswa 10.34%.

2. Pemilihan Siswa untuk Wawancara

Berdasarkan hasil pretes, diduga ada miskonsepsi siswa dalam pokok bahasan Pemantulan Cahaya. Untuk dapat memastikan dugaan miskonsepsi tersebut, mengenal secara mendalam letak miskonsepsi siswa, dan mengapa siswa sampai pada pemahaman seperti itu (Suparno,2005) maka diadakan wawancara. Wawancara dilakukan pada 6 siswa. Kriteria pemilihan siswa untuk wawancara adalah tiga siswa dipilih dari siswa yang yang tidak mengalami miskonsepsi dan tiga siswa yang memiliki miskonsepsi serta mengalami miskonsepsi pada nomor yang sama dari nomor soal dimana banyak siswa mengalami miskonsepsi.

Berdasarkan hasil analisis pretest, diketahui soal-soal dimana siswa mengalami miskonsepsi. Nomor soal dimana banyak siswa mengalami miskonsepsi adalah soal nomor 10b, 12, 4, 18 (dapat dilihat dalam tabel 11 lampiran 3). Dalam tabel 12 lampiran 3 terlihat bahwa hanya ada tiga soal dimana tiga siswa mengalami miskonsepsi, yaitu soal nomor 10b, 12, dan 4. Berdasarkan kriteria tersebut, maka dipilih tiga siswa yang tidak memiliki miskonsepsi dan tiga siswa yang memiliki miskonsepsi pada ketiga soal tersebut.

Keenam siswa yang akan diwawancara adalah sebagai berikut :

•Siswa kode 18 : siswa ini memiliki persentase skor 39.39%, dan tidak memiliki miskonsepsi.

•Siswa kode 11 : siswa ini memiliki persentase skor 24.24%, dan

memiliki 14 soal yang miskonsepsi, serta mengalami miskonsepsi pada soal nomor 4, 10b, 12.

•Siswa kode 33: siswa ini memiliki persentase skor 42.42% ,dan tidak memiliki miskonsepsi.

•Siswa kode 27: siswa ini memiliki persentase skor 45.45% , dan tidak memiliki miskonsepsi.

•Siswa kode 31: siswa ini memiliki persentase skor 54.54%, memiliki 10 miskonsepsi ,dan mengalami miskonsepsi pada soal nomor 4, 10b, 12.

•Siswa kode 23: siswa ini memiliki persentase skor 42.42%, memiliki 5 miskonsepsi, dan mengalami miskonsepsi pada soal nomor 4, 10b, 12. 3. Pemahaman Siswa Sebelum Pembelajaran

Dari hasil analisis jawaban pretest dan wawancara I yang telah dilakukan, maka diketahui pemahaman siswa sebagai berikut :

a. Pemahaman Siswa Mengenai Cahaya sebagai Gelombang

Pemahaman siswa mengenai cahaya sebagai gelombang masih kurang, namun beberapa siswa sudah dapat memahami mengenai gelombang transversal. Pemahaman siswa ini dapat diketahui dari jawaban pretest siswa pada soal nomor 1a, 1b, 1c, 1d, dan 2. Soal nomor 1a menanyakan tentang jenis gelombang untuk gelombang elektromagnetik. Soal nomor 1b meminta siswa menggambarkan gelombang transversal yang merambat ke kanan sedangkan soal nomor 1c meminta siswa menggambarkan gelombang longitudinal yang merambat ke kanan. Pada soal nomor 1d

siswa diminta menggambarkan gelombang cahaya yang merambat dari matahari. Sedangkan pada soal nomor 2, siswa diminta melukiskan gelombang cahaya dan sinar dari cahaya matahari.

Sebagian besar siswa sudah memahami bahwa gelombang elektromagnetik termasuk gelombang transversal namun beberapa siswa masih memiliki pemahaman yang kurang. Hal ini terlihat pada tabel 13 lampiran 3 bahwa ada 65.52% siswa menjawab benar, sedangkan 34.48% siswa menjawab salah. Sedangkan menurut tabel 10 lampiran 3, 13.79% siswa memiliki pemahaman benar, 6.89% siswa mengalami miskonsepsi, 75.86% siswa kurang pemahaman, dan 3.45% siswa tidak mengisi tingkat keyakinan jawaban. Berdasarkan jawaban siswa, sebagian besar siswa menjawab bahwa gelombang elektromagnetik termasuk gelombang transversal, namun beberapa siswa lainnya menjawab bahwa gelombang elektromagnetik termasuk gelombang longitudinal.

Sebagian besar siswa sudah memahami dengan baik mengenai gelombang transversal namun beberapa siswa masih memiliki pemahaman yang kurang. Hal ini terlihat pada tabel 13 lampiran 3 bahwa pada nomor 1b 75.86% siswa sudah dapat menggambarkan gelombang transversal dengan tepat, sedangkan 24.13% siswa belum dapat menggambarkan gelombang transversal dengan tepat. Dari tabel 10 lampiran 3 terlihat bahwa 13.79% siswa memiliki pemahaman benar, 3.44% siswa mengalami miskonsepsi, 79.31% siswa kurang pemahaman, dan 6.9% siswa tidak mengisi tingkat keyakinan jawaban. Berdasarkan jawaban

siswa, sebagian besar siswa sudah dapat menggambarkan gelombang transversal dengan tepat, namun ada siswa yang menggambarkan gelombang transversal dengan menggambarkan gelombang longitudinal, dan ada beberapa siswa yang menggambarkan tanda panah atau garis horizontal.

Sebagian besar siswa belum memahami dengan baik tentang gelombang longitudinal. Hal ini terlihat pada tabel 13 lampiran 3, bahwa pada soal nomor 1c ada 6.89% siswa dapat menggambarkan gelombang longitudinal yang merambat ke kanan dengan tepat, dan 93.10% siswa belum dapat menggambarkan gelombang longitudinal dengan tepat. Sedangkan menurut tabel 10 lampiran 3, tidak ada satu orang pun yang memiliki pemahaman benar, 13.79% siswa mengalami miskonsepsi, 79.31% siswa kurang pemahaman, dan 6.9% siswa tidak menjawab tingkat keyakinan jawaban. Berdasarkan jawaban siswa, sebagian besar siswa menggambarkan gelombang longitudinal dengan menggambarkan gelombang transversal. Di lain pihak, beberapa siswa lainnya sudah dapat menggambarkan gelombang longitudinal dengan tepat namun dengan tingkat keyakinan jawaban yang rendah.

Sebagian besar siswa belum memahami gelombang cahaya yang merambat dari matahari dengan baik. Hal ini terlihat dari tabel 13 lampiran 3, bahwa pada soal nomor 1d ada 24.14% siswa dapat menggambarkan gelombang cahaya yang merambat dari matahari dengan tepat, dan 75.18% siswa belum dapat menggambarkan gelombang cahaya yang

merambat dari matahari dengan tepat. Sedangkan menurut tabel 10 lampiran 3, pada soal nomor 1d ini, tidak ada satu orang pun yang memiliki pemahaman benar, 20.69% siswa mengalami miskonsepsi, 75.86% siswa kurang pemahaman, dan 3.45% tidak mengisi tingkat keyakinan jawabannya. Berdasarkan jawaban siswa, sebagian besar siswa menggambarkan gelombang cahaya sebagai sinar, juga ada yang menggambarkan garis-garis ke segala arah.

Sebagian besar siswa belum memahami gelombang cahaya dan sinar dengan baik. Hal ini terlihat pada tabel 13 lampiran 3, bahwa pada nomor 2 ada 13.79% siswa melukiskan gelombang cahaya dan sinar dari cahaya matahari dengan tepat, namun 86.20% siswa belum dapat melukiskan gelombang cahaya dan sinar dari cahaya matahari dengan tepat. Sedangkan menurut tabel 10 lampiran 3, tidak ada satu siswa pun yang memiliki pemahaman benar, 6.89% siswa mengalami miskonsepsi, 89.66% kurang pemahaman, dan 3.45% tidak mengisi tingkat keyakinan jawaban. Beberapa siswa hanya menggambarkan sinar saja, atau garis-garis menuju ke segala arah.

b. Pemahaman Siswa Mengenai Sifat-sifat Cahaya

Secara keseluruhan siswa sudah memahami sifat-sifat cahaya namun pemahaman beberapa siswa lainnya masih kurang. Menurut peneliti hal ini disebabkan karena pemahaman siswa masih bersifat hafalan saja. Pemahaman siswa mengenai sifat-sifat cahaya dapat diketahui dari jawaban pretest siswa pada soal nomor 3a, 3b, 3c, 3d, 3e, 6, 7, dan 8. Soal

nomor 3a, 3b, 3c, 3d meminta siswa memilih benar atau salah dari suatu pernyataan yang berkaitan dengan sifat-sifat cahaya dan disertai alasan. Soal nomor 6 menanyakan pernyataan yang benar untuk sifat cahaya yang berkaitan dengan kecepatan cahaya. Soal nomor 3a, 7, dan, 8 berkaitan dengan sifat cahaya yaitu cahaya merambat lurus. Soal nomor 3b dan 3c memberikan pernyataan yang berkebalikan. Pernyataan pada nomor 3b adalah cahaya merambat tanpa membawa energi, sedangkan pernyataan nomor 3c adalah cahaya merambat membawa energi. Soal nomor 3d dan 3e ini juga memberikan pernyataan yang berkebalikan. Pada nomor 3d memberikan pernyataan untuk merambat cahaya memerlukan medium, sedangkan pada nomor 3e memberikan pernyataan untuk merambat cahaya tidak memerlukan medium.

Secara umum beberapa siswa sudah mengetahui bahwa cahaya merambat lurus namun belum memahami dengan baik. Menurut peneliti siswa hanya menghafalkan sifat cahaya saja namun kurang memahami dengan benar. Hal ini terlihat dari tabel 13 dan 10 lampiran 3 bahwa pada soal nomor 3a ada 79.31% siswa dapat menjawab dengan benar dan 48.28% siswa memiliki pemahaman yang benar. Berdasarkan jawaban siswa, beberapa siswa ada yang menjelaskan bahwa bila diuji dengan kertas yang disusun berdampingan dan pada kertas pertama diberi lubang kecil dan kita senteri akan terlihat lurus. Sedangkan beberapa siswa lainnya menyatakan bahwa pernyataan itu benar namun alasan yang diberikan tidak menunjukkan bahwa mereka memahami pernyataan

tersebut. Sebagai contoh, siswa sudah menjawab pernyataan tersebut benar namun alasannya kalau cahayanya menggak-menggok bukan cahaya matahari. Hal ini juga ditunjukkan pada soal nomor 7 dan 8. Pada tabel 13 dan 10 lampiran 3 terlihat bahwa pada soal nomor 7 ada 37.93% siswa menjawab benar, dan 27.59% siswa memiliki pemahaman yang benar. Berdasarkan jawaban siswa pada soal nomor 7, beberapa siswa sudah memahami bahwa benda yang terkena cahaya matahari memiliki bayangan yang serupa dengan bentuk aslinya karena cahaya merambat lurus. Sedangkan beberapa siswa lainnya kurang memahaminya. Siswa lainnya memahami kalau benda yang terkena cahaya matahari memiliki bayangan yang serupa dengan bentuk aslinya karena ada pembiasan terhadap benda tersebut. Di lain pihak, ada siswa yang tidak menjawab pertanyaan. Sebagai contoh, siswa menjawab ya iyalah, semua benda yang terkena cahaya matahari memiliki bayangan yang sama dengan bentuknya, kalau beda nanti manusia bingung membedakannya. Sedangkan pada soal nomor 8 berdasarkan tabel 13 dan 10 lampiran 3 ada 55.17% siswa menjawab benar, dan 34.48% siswa memiliki pemahaman benar. Berdasarkan jawaban siswa, pada soal nomor 8 sebagian besar siswa memahami bahwa nyala lilin yang dilihat dengan pipa bengkok tidak akan terlihat karena cahaya merambat lurus, namun beberapa siswa lainnya memiliki pemahaman yang kurang. Sebagai contoh siswa berpendapat bahwa pada pipa bengkok tersebut dapat dilihat nyala lilin apabila tidak

menggunakan medium karena cahaya tidak dapat merambat lurus oleh benda.

Sebagian besar siswa sudah memahami bahwa cahaya merambat membawa energi. Hal ini terlihat pada tabel 13 lampiran 3 bahwa persentase jawaban benar pada soal nomor 3b dan 3c tinggi yaitu 96.55% dan 100%. Dari tabel 10 lampiran 3 terlihat bahwa sebagian besar siswa memiliki pemahaman benar yaitu 55.17% untuk keduanya. Berdasarkan jawaban siswa, siswa memahami bahwa cahaya merambat membawa energi karena cahaya seperti matahari membawa energi panas.

Sebagian besar siswa belum memahami dengan benar sifat cahaya bahwa dalam perambatannya cahaya tidak memerlukan medium sehingga beberapa siswa mengalami miskonsepsi seperti terlihat dalam tabel 10 lampiran 3. Berdasarkan tabel 13 dan 10 lampiran 3, terlihat bahwa ada 41.38% dan 37.93% siswa dapat menjawab dengan benar, namun hanya 10.34% dan 6.89% siswa memiliki pemahaman benar. Pada umumnya siswa memahami bahwa dalam perambatannya, cahaya memerlukan medium yaitu udara. Namun ada juga siswa yang berpendapat bahwa cahaya merambat memerlukan medium untuk dapat dipantulkan. Di lain pihak, ada siswa yang memahami bahwa dalam perambatannya, cahaya tidak memerlukan medium, karena cahaya bisa merambat melalui ruang hampa udara.

Sebagian besar siswa belum memahami kecepatan cahaya. Hal ini ditunjukkan pada tabel 10 dan 13 lampiran 3 bahwa pada soal nomor 6 ada

17.24% siswa memiliki pemahaman benar, 17.24% mengalami miskonsepsi, dan 31.03% siswa dapat menjawab dengan benar. Pada umumnya siswa memahami bahwa pada malam hari cahaya merambat lebih cepat daripada siang hari. Mereka berpendapat demikian karena pada malam hari gelap sehingga akan mempermudah perambatannya. Namun ada juga siswa yang berpendapat demikian karena pada malam hari tidak ada pembiasan cahaya dan pada malam hari cahaya senter akan bercahaya terang dan lebih cepat dibandingkan siang hari. Di lain pihak ada siswa yang memahami bahwa cahaya senter sama cepat pada siang hari dan malam hari karena kecepatan cahaya itu sama yaitu 3 x 10 8 m/s.

c. Pemahaman Siswa Mengenai Perambatan Cahaya

Pada umumnya siswa memahami bahwa intensitas sumber lain berpengaruh pada perambatan cahaya, dan beberapa siswa lainnya mengalami miskonsepsi. Pada umumnya siswa memiliki pemahaman bahwa perambatan cahaya lilin pada siang hari tinggal pada lilin, sedangkan pada malam hari cahaya lilin merambat sampai terhalang oleh obyek. Hal ini juga ditemukan oleh Berg, 1992 dalam Suparno, 2005 : 21 bahwa lilin yang tidak terang tidak memancarkan cahaya pada siang hari, hanya pada malam hari. Pemahaman siswa mengenai perambatan cahaya dapat diketahui dari jawaban pretest siswa pada soal nomor 4 dan 5. Pada soal nomor 4, siswa diminta memilih pernyataan yang benar dari perambatan cahaya dari sebuah lilin pada siang hari. Pada soal nomor 5

meminta siswa memilih pernyataan yang benar dari perambatan cahaya lilin pada malam hari.

Sebagian besar siswa mengalami kurang pemahaman dan miskonsepsi pada perambatan cahaya pada siang hari. Hal ini terlihat pada tabel 12 lampiran 3, bahwa pada nomor 4 tidak ada satu siswa pun yang menjawab dengan tepat, atau dengan kata lain semua siswa menjawab kurang tepat. Menurut tabel 10 lampiran 3, tidak ada satu siswa pun yang memiliki pemahaman benar, 34.48% siswa mengalami miskonsepsi, dan 65.52% siswa kurang pemahaman. Sedangkan dari tabel 11 lampiran 3 terlihat soal nomor 4 berada di urutan ketiga dari urutan soal yang paling banyak miskonsepsi. Berdasarkan jawaban siswa, sebagian besar siswa memahami bahwa perambatan cahaya dari sebuah lilin yang dinyalakan pada siang hari adalah tinggal pada lilin. Pemahaman siswa tersebut demikian karena cahaya lilin kalah terang dengan cahaya matahari sehingga tidak bisa menerangi ruangan. Selain itu ada juga siswa yang memahami bahwa perambatan cahaya lilin pada siang hari adalah merambat dari lilin sampai tengah-tengah antara lilin dengan Ucup. Menurut siswa tersebut pada siang hari cahaya merambat tidak jauh. Di lain pihak beberapa siswa lainnya memahami bahwa perambatan cahaya lilin pada siang hari adalah merambat dari lilin sampai ke tempat Ucup karena pada siang hari keadaannya terang dan cahaya yang dipancarkan oleh lilin akan terbatas.

Sebagian besar siswa memahami bahwa perambatan cahaya pada malam hari merambat sampai cahayanya terhalang oleh obyek. Hal ini

terlihat pada tabel 13 lampiran 3, bahwa pada soal nomor 5 ada 55,17% siswa menjawab dengan benar, dan 44.82% siswa menjawab salah. Sedangkan menurut tabel 10 lampiran 3, ada 34.48% siswa memiliki pemahaman benar, 17.24% mengalami miskonsepsi, dan 48.28% kurang pemahaman. Pada umumnya siswa memilih pernyataan merambat dari lilin sampai cahayanya terhalang oleh dinding. Siswa menjawab demikian karena menurut mereka cahaya merambat ke segala arah, atau menyebar sampai terhalang oleh suatu benda yang tidak tembus cahaya. Namun ada juga siswa yang berpendapat bahwa cahaya lilin pada malam hari lebih terang sehingga nyala lilin tersebut sampai tempat Ucup.

Pemahaman siswa bahwa intensitas sumber lain berpengaruh pada perambatan cahaya juga dipahami oleh beberapa siswa yang terungkap melalui wawancara I sebagai berikut :

A : Silahkan lihat soal nomor 4. Apabila di depan Anda dinyalakan sebuah lilin. Misalkan Ucup ini diganti Pitria, trus dinyalakan lilin pada siang hari, lalu bagaimana perambatan cahayanya.

B : Maksude gimana mbak?

A : Ya perambatan cahayanya itu akan tinggal pada lilin, atau merambat dari lilin sampai tengah-tengah antara lilin dengan Ucup, atau merambat dari lilin sampai ke tempat Ucup, atau merambat sampai terhalang oleh dinding?

B : Tinggal pada lilin

A : Tinggal pada lilin. Alasannya?

B : Ya kan kalau siang hari kan cahaya dari lilin, kan kalau siang terang, cuman di sekitar situ tok.

A : Kalau misalnya malam hari?

B : Nek malam hari kan ndak kena sinar matahari, dadine kan opo, gelap to mbak, menyala.

A : Trus?

B : Yo menyala gitu.

A : Jadi kalau malam hari, dari keempat pilihan ini yang mana? B : Merambat dari lilin sampai cahayanya terhalang oleh dinding.

A : Tadi itu karena intensitas sumber lain berarti. Kalau siang itu ada sumber lain, kalau malam tidak, jadi karena intensitas sumber lain? Boleh dikatakan seperti itu?

B : (menggangguk).

(lampiran 5, siswa kode 23)

Dari kutipan wawancara di atas terlihat pemahaman siswa tentang perambatan cahaya. Menurut siswa tersebut perambatan cahaya lilin dipengaruhi oleh intensitas sumber lain. Pada waktu siang hari perambatan nyala lilin tinggal pada lilin karena adanya intensitas matahari yang lebih besar dibandingkan lilin. Sedangkan kalau malam hari, karena tidak ada intensitas sumber lain yang lebih besar maka dapat merambat sampai cahayanya terhalang oleh obyek.

Pemahaman yang sama juga dialami siswa dalam wawancara I ketika peneliti menanyakan perambatan cahaya lilin yang ditempatkan di tengah ruangan yang besar seperti bioskop dalam wawancara I. Hal ini ditunjukkan pada kutipan wawancara I berikut :

A : Trus kalau misale ada sebuah lilin saya nyalakan di tengah ruangan yang besar seperti bioskop gitu, bagaimana perambatan cahayanya?

B : Merambat ke semua ruangan. A : Merambat ke semua ruangan? B : Merambat ke semua sudut ruangan. A : Mengapa?

B : Kan bioskope nggak ada cahaya lain selain cahaya lilin itu. A : He’em.

B : Jadinya yo agak gelap soale lilin kan hanya satu sedangkan ruangane kan besar.

A : Ya, tapi tadi kan kalau siang ada sinar lain, juga merambat sampai dinding?

B : Lha itu ruangane siang pa malam to? A : Nah sekarang gini, kalau ruangane siang?

B : Yo dadi kan misale ada sinar matahari kan ruangane ada siang, ada sinar matahari, jadine cahaya liline nggak kelihatan banget.

A : Cahaya lilinnya nggak kelihatan banget? Berarti dia hanya merambat di sekitar lilin?

B : Ho’o. Hanya di sekitar lilin.

(lampiran 5, siswa kode 33)

Pemahaman siswa juga ada yang mengalami perubahan dalam wawancara I. Siswa mengalami perubahan pemahaman ketika ditanya tentang perambatan cahaya pada ruang yang besar dan dikaitkan dengan hakikat melihat. Perubahan jawaban siswa terlihat pada kutipan wawancara I sebagai berikut :

A : O diralat, tidak memerlukan medium. Sekarang kalau misalnya ada ruangan yang besar seperti bioskop besar , di tengah-tengah saya beri lilin, itu perambatan cahayanya sampai mana?

B : Maksudnya mbak?

A : Ada bioskop yang besar, di tengah-tengah ada lilin saya nyalakan kemudian perambatan lilin itu sampai mana? Atau perambatannya hanya sampai tengah-tengahnya sini atau malah sampai paling ujung bioskop?

B : Menurut saya sampai paling ujung bioskop. A : Siang dan malam sama saja atau?

B : Ya, itu kan di ruangan jadi cahaya tidak masuk, jadi sama saja karena di ruangan.

A : Sama saja, tapi kalau untuk ruangan yang kena sinar matahari beda?

B : Beda.

A : Beda. Ya trus ruangan seperti apa yang dia tidak sampai ke suatu ujung?

B : Ya misalnya ada cahaya lain yang lebih besar dan arahnya berlawanan itu lho, yang misalnya dari cahaya lilin itu, kan otomatis cahaya dari lilin itu kalah atau ya kalah dengan cahaya yang lebih besar itu sehingga cahaya lilin itu tidak bisa menembus, tidak bisa mengalahkan cahaya yang lebih besar itu dan tidak bisa sampai ke tempat itu.

A : Sekarang kalau misalnya di ruang kelas saja ya, trus di tengah-tengah diberi lilin kemudian kamu duduk di paling ujung, kira-kira nyala lilinnya kelihatan nggak?

B : Kelihatan, ya kelihatan.

A : Kalau kelihatan itu ada hubungannya tidak dengan perambatan

Dokumen terkait