1 Curah Hujan mm/th 2 Total Panjang Saluran Km 3 Panjang Saluran Primer Km 4 PanjangSaluran Sekunder Km 5 Panjang Saluran Tersier Km 6 Kondisi Saluran Baik % 7 Kondisi Saluran Sedang % 8 Kondisi Saluran Rusak %
Tabel. 6.45 Data Genangan Air Kabupaten Tana Tidung NO LOKASI LUAS GENANGAN TINGGI GENANGAN LAMA SURUTNYA FREKWENSI M² M JAM 1 Desa Sebidai 2 3 4
Sumber : Hasil Survey
Sistem drainase yang terdapat di Kabupaten Tana Tidung sebagian besar berupa saluran di tepi- tepi jalan regional, jalan Kota, jalan desa dan jalan lingkungan dengan kondisi berupa beton atau tanah. Berdasarkan konstruksi, sistem drainase di Kabupaten Tana Tidung merupakan sistem saluran terbuka. Untuk sistem saluran terbuka biasanya dirancang untuk menampung dan mengalirkan air hujan saja. Hal tersebut mengakibatkan kurang optimalnya kondisi dan fungsi saluran yang ada, sehingga mengakibatkan kurang lancarnya aliran air untuk menuju saluran drainase primer yang ada.
Aliran air pada saluran-saluran drainase mengalir menuju sungai-sungai yang akan bermuara dipantai. Saluran drainase ini pada umumnya merupakan pembuangan-pembuangan alam dengan kondisi alur penuh semak belukar, berkelok-kelok, sempit dan dangkal. Bentuk saluran drainase yang melayani Kawasan perkotaan di Kabupaten Tana Tidung adalah saluran terbuka yang belum diperkeras (berupa tanah) dan umumnya terletak di tepi jalan. Untuk menghindari terjadinya genangan pada saat musim hujan, perlu dilakukan pengembangan sistem drainase yang berhirarki dan terpadu yang merupakan penanganan drainase secara umum dan menyeluruh.
Pada prinsipnya pengembangan sistem drainase di Kabupaten Tana Tidung tetap memanfaatkan sistem drainase yang ada serta memanfaatkan sungai-sungai yang bermuara dipantai/laut atau pembuangan alamiah yang befungsi sebagai badan air penerima dari limpasan air hujan sebagai jaringan pembuangan akhir.
2) Aspek Pendanaan
Semua rencana sistem sarana dan prasarana drainase yang di bangun oleh pemerintah di Kabupaten Tana Tidung umumnya disesuaikan dengan rencana perluasan kota dengan menggunakan dana APBD. Keterbatasan keuangan daerah mengakibatkan upaya
penyempurnaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dasar tersebut sepertinya belum mendapat perhatian yang lebih mendetail.
3) Aspek Kelembagaan
Sistem drainase Kabupaten Tana Tidung dikelola oleh Dinas Pekerjaan Umum dan PerhubunganKabupaten Tana Tidung serta mendapat dukungan dari Dinas PU Propinsi, baik pembangunan maupun operasional dan pemeliharaannya. Sampai dengan saat ini masyarakat tidak dikenakan biaya atas pemanfaatan sistem drainase dimaksud.RPIJM
Kedepan perlu adanya ketegasan terkait keharusan menyiapkan system drainase skala lingkungan permukiman kepada para pengembang, selama ini banyak pengembang tidak memperhatikan masalah ini, sehingga pada saat mereka meninggalkan perumahan tersebut, masalah banjir / genangan yan timbul beralih menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten. Selain itu pemberiaan perijinan pembangunan perumahan oleh pengembang perlu mempersyaratkan adanya sistim pengaturan drainase lingkungan yang memadai.
4) Peran Serta Masyarakat dan Swasta
Beberapa peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan drainase :
1. Kemauan dan kemampuan masyarakat menjaga sistem drainase perlu di dorong terus agar tidak membuang sampah di saluran drainase.
2. Sikap dan penerimaan masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan pemerintah dalam pembangunan drainase
3. Sikap dan penerimaan masyarakat dalam menunjang program pemerintah dengan membantu pemerintah membangun saluran drainase lokal secara swadaya masyarakat.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase C.1. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan
Permasalahan drainase Perkotaan Kabupaten Tana Tidung dapat diidentifikasi sebagai berikut : Belum terlaksananya pengembangan sistem drainase yang terdesentralisir, efisien, efektif dan
terpadu.
Belum terciptanya pola pembangunan bidang drainase yang berkelanjutan melalui kewajiban melakukan konservasi air dan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
Belum terwujudnya upaya pengentasan kemiskinan perkotaan yang efektif dan ekonomis melalui minimalisasi resiko biaya sosial dan ekonomi serta biaya kesehatan akibat genangan dan bencana banjir.
Melihat identifikasi masalah diatas maka dapat dirumuskan permasalahan antara lain : a. Belum adanya aturan yang jelas tentang sistem Dranase pada Kabupaten Tana Tidung.
b. Belum ada alur Drainase yang dapat menampung air hujan Dalam debit air yang cukup besar,sehingga pada musim penghujan sampah- sampah berserakan memenuhi jalan, yang di bawa oleh banjir maupun yang di sebabjan oleh saluran yang tersumbat,
c. Kesadaran masyarakat akan kegunaan drainase yang belum cukup sehingga dalam membuang sampah tidak pada tempatnya, sehingga sampah di buang pada saluaran air yang dapat menyebabkan banjir.
C.2. Tantangan Pengembangan Drainase
Beberapa tantangan pengembangan sistem drainase perkotaan yang perlu diprioritaskan adalah sebagai berikut:
pembinaan pengelolaan sistem darinase, dengan target peningkatan fungsi, peran dan kinerja lembaga.
pengembangan perencanaan pembangunan sistem drainase, dengan target penyusunan masterplan sistem drainase perkotaan
pembangunan sistem drainase perkotaan, dengan target meningkatkan sistem drainase untuk mengurangi wilayah genangan; pengembangan jaringan drainase untuk melindungi kawasan permukiman dari resiko genangan.
pengembangan PS drainase untuk mendukung kawasan strategis/tertentu dan pemulihan dampak bencana alam
pengembangan PS drainase skala kawasan/lingkungan berbasis masyarakat, dengan target pembangunan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan lingkungan melalui pembangunan sumur resapan
pengembangan PS drainase terpadu untuk mendukung konservasi sumber daya air
Rencana pengembangan jaringan drainase dimasa yang akan datang adalah meningkatkan kondisi fisik jaringan drainase yang ada serta mengembangkan jaringan drainase pada setiap pusat pemukiman yang belum mempunyai jaringan drainase. Pemanfaatan sungai-sungai yang ada sebagai jaringan drainase primer untuk menampung jaringan drainase yang lebih kecil hirarkhinya (sekunder dan tersier).
Pengembangan sistem drainase yang diusulkan untuk Kabupaten Tana Tidung pada dasarnya tetap mempertahankan jaringan yang telah ada dengan penguatan pada beberapa jaringan mikro. Khusus dalam upaya konservasi sumberdaya air di Kabupaten Tana Tidung yang akan dibangun
sistem drainasenya perlu diterapkan drainase berwawasan lingkungan dengan menerapkan sistem peresapan buatan, baik sumur/bidang/parit resapan yang dapat dibuat dalam skala individu maupun kolektif.
Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPI2-JM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainase sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 6.46 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya
Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu
Pencapaian Ket Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan) Drainase
Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun
50% 2019
Dinas yg membidangi PU dan Perhubungan
SPM pada jenis pelayanan dasar drainase tahun 2014 untuk wilayah Kabupaten Tana Tidung baru mencapai 1,05% dari target 50% sampai tahun 2019. Ini menunjukan terjadi range yang cukup jauh sehingga kemungkinannya sangat kecil untuk mencapai target. Sedangkan menyangkut Sistem jaringan drainase mencapai 66,67% dari target 50% atau sudah melewati target, tapi perlu pemeliharaan selanjutnya.
6.4.3.3. Analisis Kebutuhan Drainase A. Faktor Kelembagaan
Faktor organisasi dan kelembagaan merupakan salah satu faktor yang penting dalam upaya peningkatan pelayanan sistem drainase perkotaan. Struktur organisasi Dinas Pekerjaan Umum dan Perhubungan Sub Dinas Cipta Karya sebagai lembaga yang diberi tanggungjawab pengelolaan sistem drainase perkotaan dianggap sudah cukup memadai. Karena itu yang perlu dilakukan hanyalah berupa pembangunan dan peningkatan kapasitas kelembagaan dalam bentuk pembenahan sistem admisntrasi dan personalia.
B. Faktor Teknis Operasional 1) Perencanaan Teknis
Sistim drainase perkotaan pada Kabupaten Tana Tidung berdasarkan tipe topografi daerah kota dan jumlah daerah genangan yang ada pada Kabupaten Tana Tidung. Perencanaan Sistim Drainase Kabupaten Tana Tidung harus di rencanakan beberapa tipe sistim Drainase tergantung genangan yang ada. Pada genangan yang cukup banyak sistim Draenase yang besar sehingga di perlukan saluran drainase yang berbeda- beda, antara tempat yang satu dengan yang lainnya.
2) Sarana dan Prasarana
Pada sistim Jaringan Drainase Kabupaten Tana Tidung di rencanakan pembuatan selokan – selokan tertentu yang dapat berfungsi sebagai suatu sistim jaringan Drainase yang menunjang dan cukup aman dan dapat menampung debit air pada daerah genangan. Pembuatan selokan berdasarkan banyaknya genangan , sehingga di dapatkan besaran dan tipe saluran.sehingga adanya saluran yang merupakan saluran Utama ( Primer) dan saluran kecil yang merupakan saluran sekunder dan tersier yang merupakan saluran penunjang.
C. Faktor Pembiayaan
Selama ini program dan proyek bidang drainase kota dibiayai dengan APBD Kabupaten Tana Tidung. Akan tetapi jumlahnya relatif terbatas. Sikap pemerintah daerah dalam hal pendanaan pembangunan drainase umumnya berisifat reaksional, artinya ketika terjadi bencana banjir atau longsor baru dialokasikan dana. maka direkomendasikan agar dialokasikan dana yang memadai sesuai kebutuhan untuk pembangunan PS drainase dan pengendalian banjir.
D. Perturan/perundangan
Jika masterplan sistem drainase dan pengendalian banjir telah dibuat maka maka untuk kebutuhan teknis operasional perlu dibuat perturan yang mengatur sona rawan bencana yang bebas bangunan/hunian yang diikuti dengan penertiban bangunan diatasnya. Untuk itu direkomendasikan agar diprogramkan kegiatan pembuatan dan sosialisasi aturan (peraturan daerah atau keputusan Bupati).
E. Partisipasi masyarakat
Partisipasi masyarakat yang dibutuhkan dalam pengelolaan drainase perkotaan antara lain dalam bentuk pemeliharaan/perawatan saluran yang telah dibangun, termasuk menghindari pembuangan sampah yang menyebabkan tersumbatnya saluran. Bentuk partisipasi tersebut
memang belum terlihat saat ini namun sangat diyakini bahwa jika digerakan melalui penyuluhan dan berbagai bentuk stimulan, partisipasi dapat tumbuh ditengah masyarakat Kabupaten Tana Tidung. Oleh sebab itu direkomendasikan agar diprogramkan kegiatan penyuluhan/sosialisasi terstruktur untuk memberikan motivasi dan merangsang partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan PS drainase.
Rekomendasi
Perencanaan jaringan drainase dimasa mendatang di Kabupaten Tana Tidung perlu beberapa penanganan detail dengan upaya sebagai berikut:
a. Pelebaran dan pengerukan bagian saluran yang belum mencapai dimensi minimal yang dibutuhkan.
b. Normalisasi secara berkala pada saluran drainase primer, sekunder dan tersier yang tersebar di seluruh wilayah Dearah.
c. Pembangunan daerah resapan di jalur-jalur jalan kolektor dan lokal di seluruh wilayah Kabupaten Tana Tidung untuk mengatasi permasalahan genangan air.
d. Sistem pembuangan air hujan disesuaikan dengan sistem drainase tanah yang ada dan tingkat peresapan air kedalam penampang/profil tanah, serta arah aliran memanfaatkan topografi wilayah.
e. Mengoptimalkan saluran utama (primer) dengan mengembalikan kapasitas saluran dengan melakukan pemeliharaan, penggalian/pendalaman pada beberapa ruas dan muara dari saluran yang menuju Sungai Dendeng, Pantai Oesapa, Pantai Lai Besi Kopan, dan Pantai Fatubesi.
f. Membuat saluran drainase primer, sekunder dan tersier baru yang terintegrasi sehingga mampu mengurangi tingkat genangan di dalam wilayah Kota.
g. Membuat baru dan memfungsikan gorong-gorong pada saluran yang melintas jalan untuk kontinuitas saluran.
h. Menyiapkan Peraturan Daerah tentang partisipasi masyarakat untuk Membuat dan memelihara saluran pada sekitar permukiman dan sangsi bagi masyarakat yang membuang sampah pada saluran drainase.
Pengembangan sistem drainase yang lebih terencana, melalui perbaikan dan penambahan saluran. Dengan adanya sistem drainase yang terencana maka pematusan air hujan akan berjalan lancar, sehingga akan mencegah kerusakan bangunan-bangunan penting. Tidak saja dalam rangka menanggulangi masalah teknis pematusan namun juga dalam rangka mendukung fungsi kota/wilayah perencanaan dan kesehatan.
Selanjutnya sarana dan prasarana drainase yang diusulkan sesuai uraian dan rekomendasi diatas disajikan pula dalam bentuk tabulasi seperti berikut :
Tabel 6.47
Sarana dan prasarana Drainase di Kabupaten Tana Tidung Yang diusulkan
6.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase A. Pembangunan Prasarana Drainase
Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan
Kriteria Lokasi :
Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DED untuk tahun pertama;
Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/Kota Besar) yang rawan genangan.
Lingkup Kegiatan :
Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (saringan sampah, dsb);
Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) oleh pemerintah kabupaten;
Sosialisasi/diseminasi/kampanye NSPM pengelolaan saluran drainase termasuk
No Uraian Kondisi Eksisting Yang diusulkan keterangan
A Peraturan terkait sektor drainase
Ketersediaan peraturan bidang sanitasi (perda,
pergub,perbup) Belum ada disediakan B Kelembagaan
Bentuk Organisasi Dinas PU dan perhubungan
Ketersediaan tatalaksana (tupoksi, SOP, dll) Belum tersedia disediakan Kualitas dan kuantitas SDM Kurang ditingkatkan C Pembiayaan
Sumber Pembiayaan (APBD Prov/kota/swasta/masyarakat Masih terbatas Ditingkatkan sesuai kebutuhan D Peran Swasta dan masyarakat
Sudah/belum; bentuk kontribusi belum disosialisasikan E Teknis Operasional
1 Perencanaan (dok.MP, FS, DED) Dalam Penyusunan Dibuatkan DED 2 Saluran
- Primer ada Perlu didata
- Sekunder ada Perlu didata
- tersier ada Perlu didata Bangunan Pelengkap : - gorong-gorong, pintu air, talang, Gorong-gorong Disesuaikan Waduk, kolam retensi, sumur resapan Belum ada diadakan
kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat;
Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).
Kriteria Kesiapan :
Sudah memiliki RPI2-JM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim surat minat untuk mengikuti PPSP;
Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan;
Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem pengendali banjir;
Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun; Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab);
Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan;
Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat.
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan
Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambar 6.6. berikut.
Gambar 6.6. Sistem Drainase Perkotaan
Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi
6.4.4. Usulan Program dan Kegiatan
6.4.4.1 Usulan Kegiatan Pengembangan Sanitasi
Usulan program ini berisikan besaran, prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.
Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini:
1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT);
2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat);
3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL); 4. Operasi dan pemeliharaan;
5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;
6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan sarana yang telah dibangun.
7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang mencakup Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;
2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R; 3. Operasi dan pemeliharaan;
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan; 5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R; 6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi kegiatan- kegiatan berikut ini:
2. Pembangunan saluran yang baru; 3. Operasi dan pemeliharaan;
4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase;
5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat;
6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.
6.4.4.2 Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi
Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.
Secara rinci, usulan dan prioritas Pengembangan Sanitasi Kabupaten Tana Tidung disajikan dalam bentuk pada Matriks Program pada BAB 11.