1. Survei Titik Referensi (STR/DRP)
Survei data titik referensi disingkat STR (Data Reference Point Survei, DRP). Dilaksanakan sesuai Buku “Panduan Survei Data Titik Referensidan Penomoran Ruas Jalan”, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah (Bina Marga) – 1999. Tujuan survei titik referensi :
46
a. Menentukan titik–titik referensi pada satu ruas jalan yang akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan survei jalan lainnya
b. Merekam koordinat sumbu jalan menggunakan perangkat GPS c. Menetapkan lokasi titik awal dan akhir ruas jalan.
Bentuk fisik survei titik referensi : a. Patok kilometer (km)
b. Tanda permanen lain di sisi jalan seperti tugu perbatasan c. Persimpangan
d. Kepala jembatan.
e. Persilangan dengan rel kereta api f. Gedung atau landmark lainnya
Gambar 2. 43. Formulir Survei Titik Referensi (DRP) Sumber : Dinas PU
Gambar 2. 44. Pelaksanaan survei DRP Sumber : Dinas PU
47 2. Data Inventaris Jalan (RNI)
Survei Inventaris Jalan disingkat SIJ (Road Network Inventory, RNI) dimaksudkan untuk menginventarisasi atau mencatat keadaan jalan saat ini dan juga saat yang lampau sebagai data sejarah perkembangan jalan tersebut dalam bentuk tabel tekstur. Periode survei adalah 5 tahun sekali dan apabila ruas jalan yang ada penanganannya maka harus disurvei kembali, mengingat badan jalan ketika ada penanganan akan mengalami perubahan. Dilaksanakan sesuai Buku “Panduan Survei Inventarisasi Jalan”, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah (Bina Marga) – 12 Agustus 1998.
Data yang dicatat pada survei inventaris jalan :
a. Tipe dan lebar perkerasan (Surface Type and Lane Width /
surf_type and lane_width)
Kode Jenis Permukaan / Pelapisan Ulang 1 : Tanah
2 : Japat (AWCAS) / kerikil 3 : Telford/macadam terbuka
4 : BURTU (laburan aspal lapis satu) 5 : BURDA (laburan aspal lapis dua) 6 : Penetrasi Macadam 1 lapis
7 : Penetrasi Macadam 2 lapis
8 : LASBUTAG (BUTAS) / lapis aspal buton agregat 9 : Aspal beton (A.C.)
10 : LATASBUM (NACAS) / lapis tipis aspal buton murni 11 : LATASTON (HRS) / lapis tipis beton aspal beton 12 : LATASIR (HRSSA) / lapis tipis aspal pasir 13 : Slurry Seal
14 : Macro Seal 15 : Micro ASBUTON
16 : DGEM / campuran emulsi bergradasi rapat 17 : SMA (Split Mastic Asphalt)
48
19 : HSWC (High Stiffnes Wearing Course) 20 : SPAV
21 : Concrete/Rigid b. Kode jalur (Lane Code) :
1) L (Left) – kode lajur ruas jalan yang berada di sebelah kiri dari arah normal, penomoran lajur dimulai dari lajur paling tengah menuju kepinggir (L1, L2, L3,…)
2) R (Rigth) – kode lajur ruas jalan yang berada di sebelah kanan dari arah normal, penomoran lajur dimulai dari lajur paling tengah menuju ke pinggir (R1, R2, R3,…)
c. Tipe dan lebar bahu jalan (Shoulder Type and Shoulder Width /
shtype and shwidth )
Kode Bahu Jalan : 0 : Tidak ada bahu 1 : Bahu lunak
2 : Bahu yang diperkeras d. Lebar rumija
e. Tipe dan lebar saluran (Ditch Type and Ditch Depth / ditype and
ditdepth)
Kode Jenis Saluran Samping 1. : Tanah terbuka
2. : Beton / pasangan batu terbuka 3. : Saluran irigasi
4. : Beton / pasangan batu tertutup 5. : Tidak ada
f. Tipe medan jalan (Terrain Type / terrtype) Kode Jenis Terrain
<Terrain><Kode Terrain> misal L1 untuk lembah datar Jenis Terrain
T = Tebing L = Lembah
49 Kode Terrain :
1 : Datar (F) < 1,0 M
2 : 1,0 M < Bukit (R) < 3,0 M 3 : Gunung (H) >3,0 M g. Tipe jalan (Road Type)
1) 2/1UD – kode (1), ruas jalan terdiri dari 2 lajur dan 1 arah tanpa median
2) 2/2UD – kode (2), ruas jalan terdiri dari 2 lajur dan 2 arah tanpa median
3) 4/2UD – kode (3), ruas jalan terdiri dari 4 lajur dan 2 arah tanpa median
4) 4/2D – kode (4), ruas jalan terdiri dari 4 lajur dan 2 arah dengan median
5) 6/2D – kode (5), ruas jalan terdiri dari 6 lajur dan 2 arah dengan median
6) 3/1UD – kode (6), ruas jalan terdiri dari 3 lajur dan 1 arah tanpa median
7) 3/2UD – kode (7), ruas jalan terdiri dari 3 lajur dan 2 arah tanpa median
8) 3/2D – kode (8), ruas jalan terdiri dari 3 lajur dan 2 arah dengan median
9) 4/1UD – kode (9), ruas jalan terdiri dari 4 lajur dan 1 arah tanpa median
10) 4/1D – kode (10), ruas jalan terdiri dari 4 lajur dan 1 arah dengan median
11) 5/1UD – kode (11), ruas jalan terdiri dari 5 lajur dan 1 arah tanpa median
12) 5/1D – kode (12), ruas jalan terdiri dari 5 lajur dan 1 arah dengan median
13) 5/2D – kode (13), ruas jalan terdiri dari 5 lajur dan 2 arah dengan median
50
14) 6/1UD – kode (14), ruas jalan terdiri dari 6 lajur dan 1 arah tanpa median
15) 6/1D – kode (15), ruas jalan terdiri dari 6 lajur dan 1 arah dengan median
16) 7/1UD – kode (16), ruas jalan terdiri dari 7 lajur dan 1 arah tanpa median
17) 7/1D – kode (17), ruas jalan terdiri dari 7 lajur dan 1 arah dengan median
18) 7/2UD – kode (18), ruas jalan terdiri dari 7 lajur dan 2 arah tanpa median
19) 7/2D – kode (19), ruas jalan terdirir dari 7 lajur dan 2 arah dengan median
20) 8/2D – kode (20), ruas jalan terdiri dari 8 lajur dan 2 arah dengan median
21) 10/2D – kode (21), ruas jalan terdiri dari 10 lajur dan 2 arah dengan median
22) 2/2D – kode (22), ruas jalan terdiri dari 2 lajur dan 2 arah dengan median
23) 6/2UD – kode (23), ruas jalan terdiri dari 6 lajur dan 2 arah tanpa median
h. Tipe tata guna lahan pada sisi kiri dan kanan ruas jalan Kode Tata Guna Lahan (Land Use)
1. : Sawah / Kebun/Hutan (Rural) 2. : Perumahan (Urban 1)
3. : Perindustrian (Urban 2) 4. : Pertokoan / Perkantoran
i. Nomor ruas jalan sesuai data ruas jalan yang telah diidentifikasi pada tahap pra survei (linkid)
j. Panjang segmen (Segment Length) k. DRP awal dan akhir segmen
1) Sta_from : STA awal segmen 2) Sta_to : STA akhir segmen
51
3) Stato_long : Koordinat bujur (Longitude) 4) Stato_lat : Koordinat lintang (Latitude) 5) Stato_alt : Ketinggian titik (Altitude) l. Tanggal survei (Survey Date and Survey Year)
m. Gradien jalan didapat dari alat bernama Hawkeye (Grade) n. Alinyemen vertikal (Alignment Vertikal/align_ver)
1 : Datar (F) (<5,0 M/KM) 2 : Bukit (R) (5-45 M/KM) 3 : Gunung (H) (>45 M/KM)
o. Kode Belokan (Alignment Horizontal / align_hor) 1. : Lurus (<0,25RAD/KM)
2. : Sedikit belokan (0,25-3,50 RAD/KM) 3. : Banyak belokan (>3,50 RAD/KM)
Gambar 2. 45. Data inventarisasi jalan
52
Gambar 2. 46. Formulir survei data inventarisasi jalan Sumber : Dinas PU
3. Survei Kondisi Jalan (RCS)
Maksud dan tujuan survei kondisi jalan disingkat SKJ (Road Condition
Survey, RCS) adalah untuk mendapatkan data kondisi dan bagian–
bagian jalan yang mudah berubah baik untuk jalan aspal, maupun jalan tanah/kerikil sesuai kebutuhan untuk penyusunan rencana dan program pembinaan jaringan jalan. Dilaksanakan sesuai Buku “Panduan Survei Kondisi Jalan”, Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Prasarana Wilayah (Bina Marga) – 28 Juli 1998
Gambar 2. 47. Formulir Survei Kondisi Jalan Aspal Sumber : Dinas PU
53
4. Survei Kekasaran Permukaan Jalan (IRI)
Survei kekasaran permukaan jalan (IRI) dengan menggunakan alat ukur NAASRA (National Association Of Australian State Road Authorities) atau Roughometer. Hanya dilakukan pada perkerasan jalan sistem
Flexibel Pavement (jalan aspal) dengan kondisi rusak ringan, baik, dan
baik sekali. Keluaran dari hasil survai ini adalah kondisi jalan yang dibagi menjadi 4 tipe yaitu, baik, sedang, rusak ringan, dan rusak berat, dengan pembagian kategori mantap untuk baik dan sedang serta tidak mantap untuk rusak ringan dan rusak berat.
Hasil yang diperoleh : a. Data IRI
b. Panjang jalan
c. Foto dan video rekaman kondisi jalan d. Titik koordinat jalan
Tabel 2. 22. Penentuan nilai IRI perkerasan aspal
Nilai IRI Keterangan Kebutuhan Penanganan <4 Baik Pemeliharaan Rutin
4-8 Sedang Rehab Minor
8-12 Rusak ringan Rehab Mayor >12 Rusak berat Rekontruksi Sumber : Bina Marga
5. Survei Lalu Lintas Harian Rutin (LHR)
Survai perhitungan lalu lintas adalah kegiatan pokok dan sangat penting dilakukan untuk mendapatkan data volume lalu lintas untuk berbagai keperluan teknik lalu lintas maupun perencanaan transportasi. Metode yang digunakan dengan cara manual, semi manual (dengan bantuan kamera video), otomatis (dengan bantuan Tube maupun Loop).
Tujuan survei lalu lintas :
a. Mendapatkan jumlah lalu lintas harian yang mewakili jumlah lalu lintas tahunan rata–rata atau Average Daily Traffic (AADT) b. Mengukur tingkat kebutuhan dan prioritas pada manajemen asset
54
Gambar 2. 48. Formulir survei perhitungan lalu lintas Sumber : Dinas PU
6. Dokumentasi (Foto dan Video)
Pembuatan foto dokumen jalan dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan bagi petugas survei jalan dalam pembuatan foto dokumen jalan dengan kamera digital agar terdapat keseragaman dalam pelaksanaannya. Data yang diperoleh dari survei–survei diatas menjadi masukan dalam sistem perencanaan teknis jalan dan program pembinaan jaringan jalan. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa hasil keluaran perangkat lunak IRMS ini merupakan pedoman awal pada perencanaan penanganan jalan, sedangkan pemrograman penanganan jalan ditetapkan berdasarkan pengamatan kondisi lapangan yang mutahir.
55