• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar

Dari hasil perhitungan % penghambatan terhadap geliat juga dapat dihitung % perubahan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar terhadap kontrol positif yaitu asetosal 91 mg/Kg BB. Data % perubahan daya analgesik dapat dilihat pada tabel IV.

Tabel IV. Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % perubahan daya analgesik terhadap terhadap kontrol positif

Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah kumulatif geliat

(X ± SE)

Rata-rata % perubahan daya analgesik terhadap kontrol

positif (X ± SE) I 46,00 ± 5,35bb -100,00 ± 13,53bb II 6,50 ± 2,04 -0,00 ± 5,18 III 27,33 ± 4,57btb -52,74 ± 11,58btb IV 24,17 ± 4,80btb -44,72 ± 12,16btb V 18,50 ± 4,86btb -30,38 ± 12,31btb Keterangan: bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) X : rata-rata

SE : standar error

I : kontrol negatif (aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB)

III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB

Rata-rata % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan dapat juga dilihat pada diagram batang (gambar 14) yang menggambarkan bahwa perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif akan menunjukkan hasil yang negatif.

Gambar 14. Diagram batang rata-rata % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan

Keterangan :

I : kontrol negatif (Aquadest 25 g/kg BB) II : kontrol positif (Asetosal 91 mg/Kg BB)

III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB

Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa perubahan % daya analgesik terhadap kontrol positif menghasilkan hasil negatif. Hal tersebut juga dapat dilihat pada tabel IV terlihat bahwa perubahan % daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dibandingkan dengan asetosal pada ketiga peringkat dosis berturut-turut adalah -52,74%, -44,72%, dan -30,38%. Perubahan % daya analgesik untuk ketiga peringkat dosis lebih kecil dibandingkan dengan asetosal. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga peringkat dosis kurang efektif dibanding asetosal.

Data % penghambatan terhadap geliat kemudian dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan uji Scheffe untuk mengetahui ada perbedaan atau tidak.

Tabel V. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan

Sumber variansi Jumlah kuadrat Deraj at bebas Rata-rata kuadrat F hitung Probabilita s Antar perlakuan 26957.898 4 6739.474 12.002 .000 Eror dalam percobaan (dalam kelompok) 14037.749 25 561.510 Total 40995.647 29

Dari hasil analisis variansi satu arah (tabel V) diperoleh probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 (p ≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar kelompok tersebut. Selanjutnya data diuji lagi dengan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95 % untuk mengetahui antara kelompok perlakuan mana yang menunjukkan perbedaan atau untuk mengetahui letak perbedaan antar kelompok perlakuan.

Tabel VI. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan

Kelompok Perlakuan I II III IV V I - bb btb bb bb II bb - btb btb btb III btb btb - btb btb IV bb btb btb - btb V bb btb btb btb - Keterangan: bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) I : kontrol negatif (aquadest 25 g/kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB)

III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB

Dari hasil uji Scheffe tabel VI dapat diketahui bahwa kontrol negatif memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif. Kontrol negatif juga memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis 2730 mg/Kg BB dan dosis 5460 mg/Kg BB. Dari kedua pernyataan di atas berarti bahwa dengan pemberian asetosal dan dua peringkat dosis jamu kunyit asam ramuan segar tersebut mampu menghambat geliat mencit akibat induksi asam asetat. Menurut Vogel (2002) dikatakan bahwa jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan dosis 5460 mg/Kg BB memiliki efek analgesik tetapi efeknya lemah, tetapi dapat dikatakan pula bahwa hanya dosis 5460 mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik (Anonim,1991).

Dari hasil analisis dapat diketahui juga bahwa kontrol positif memiliki perbedaan yang tidak bermakna dengan semua kelompok perlakuan jamu kunyit

asam ramuan segar. Jadi pada jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB memiliki daya analgesik. Untuk dosis 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB dapat dikatakan memiliki daya analgesik yang setara dengan asetosal dosis 91 mg/Kg BB, tetapi untuk dosis1365 mg/Kg BB tidak dapat dikatakan memiliki daya analgesik setara dengan asetosal dosis 91 mg/Kg BB. Hal tersebut dikarenakan ada kejanggalan yaitu pada dosis 1365 mg/Kg BB berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif dan kontrol positif. Sehingga dapat dikatakan pada dosis 1365 mg/Kg BB mempunyai efek analgesik yang sama dengan kontrol negatif dan mempunyai daya analgesik yang sama dengan kontrol positif. Jadi kemampuan dalam menghambat nyeri tidak lebih baik daripada kontrol negatif dan tidak sebaik kontrol positif. Sehingga dapat dikatakan bahwa efek analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB diantara efek analgesik kontrol negatif dan tidak sebaik daya kontrol positif.

Untuk menentukan apakah jamu kunyit asam ramuan segar memiliki efek analgesik atau tidak, menurut Anonim (1991) menyatakan bahwa pada pengujian efek analgesik menggunakan rangsang kimia adanya efek analgesik dinyatakan dengan persen penghambatan lebih dari 50%. Sedangkan menurut Vogel (2002), dikatakan memiliki efek analgesik lemah jika memiliki persen penghambatan kurang dari 70%. Persen penghambatan pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB; 2730 mg/Kg BB dan 5460mg/Kg BB berturut-turut adalah 40,58%, 47,46% dan 59,78%. Persen penghambatan asetosal sebesar 85,87%. Dari hal tersebut di atas maka asetosal dan kelompok perlakuan dengan dosis 5460 mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik (Anonim, 1991). Sedangkan

dosis 1365 mg/Kg BB dan 2730 mg/Kg BB tidak memiliki efek analgesik karena % penghambatannya kurang dari 50%. Sedangkan menurut Vogel (2002), pada dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460mg/Kg BB memiliki efek analgesik lemah karena efek analgesiknya kurang dari 70%.

Jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB dan 2730 mg/Kg BB tidak memiliki efek analgesik karena karena % penghambatannya kurang dari 50% (Anonim, 1991). Sedangkan menurut Vogel (2002), pada dosis tersebut memiliki efek analgesik lemah karena efek analgesiknya kurang dari 70%.

Berikut ini adalah bagan persen penghambatan yang memiliki efek analgesik maupun yang tidak memiliki efek analgesik:

% penghambatan

Keterangan :

: memiliki efek analgesik lemah karena persen penghambatan kurang dari 70% (Vogel, 2002).

: memiliki efek analgesik lemah karena persen penghambatan lebih dari 70% (Vogel, 2002).

: tidak memiliki efek analgesik karena persen penghambatan kurang dari 50% (Anonim, 1991).

: memiliki efek analgesik karena persen penghambatan lebih dari 50% (Anonim, 1991).

Gambar 15. Kriteria efek analgesik

Pada semua kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar yaitu dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan asetosal sehingga dapat dikatakan pada ketiga peringkat dosis tersebut memiliki daya analgesik, hanya saja untuk dosis

1365 mg/Kg BB memiliki daya analgesik yang besarnya tidak sama seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Menurut hasil penelitian (uji Scheffe), ketiga peringkat dosis yaitu dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB menunjukkan hubungan berbeda tidak bermakna. Namun dari ketiga dosis tersebut hanya dosis 5460 mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik karena mempunyai persen penghambatan lebih dari 50% yaitu 59,78% (Anonim, 1991). Untuk itu dalam penelitian ini, dosis yang disarankan untuk dikonsumsi agar memberikan efek analgesik adalah dosis ketiga yaitu dosis 5460 mg/Kg BB.

Dalam penelitian Rahmawati (2009), jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20% : 10% pada ketiga peringkat dosis tidak memiliki efek analgesik menurut Anonim (1991) karena persen penghambatannya kurang dari 50%. Menurut Vogel (2002), jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20% : 10% pada ketiga peringkat dosis memiliki efek analgesik lemah karena persen penghambatannya kurang dari 70%. Sedangkan dalam penelitian ini, jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% pada peringkat dosis ketiga dapat dikatakan memiliki efek analgesik menurut Anonim (1991) karena memiliki persen penghambatan lebih dari 50%.

Metode rangsang kimia yang digunakan untuk uji daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar ini, memiliki kelemahan yaitu bahwa bila hasil uji suatu zat menunjukkan adanya daya penghambatan terhadap geliat, belum pasti hal tersebut akibat adanya aktivitas analgesik dari senyawa uji. Menurut Turner (1965), adanya kemampuan menghambat geliat bisa terjadi karena senyawa uji

tidak hanya memiliki efek analgesik tetapi juga memiliki efek antihistamin, parasimpatomimetik, atau simpatomimetik. Oleh karena itu, untuk membuktikan adanya efek analgesik dari senyawa uji, perlu dilakukan uji analgesik dengan metode lain yang lebih spesifik, seperti rektodolorimetri dan podolorimetri.

Untuk jamu kunyit asam ramuan segar dosis 2730 mg/Kg BB dapat dikembangkan menjadi dosis efektif jamu kunyit asam ramuan segar dengan dikonsumsi secara berulang. Hal tersebut dikarenakan jamu kunyit asam ramuan segar pada dosis 2730 mg/Kg BB sudah memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif, atau dengan kata lain pada dosis 2730 mg/Kg BB sudah memiliki efek dan daya analgesik.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Berdasarkan acuan Anonim (1991), jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik pada dosis 5460 mg/Kg BB sebesar 59,78%. Sedangkan menurut acuan Vogel (2002), jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% pada semua peringkat dosis memiliki efek analgesik tetapi lemah karena memiliki persen penghambatan kurang dari 70%.

2. Jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki daya analgesik pada dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB masing-masing sebesar 40,58%; 47,46% dan 59,78%.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan:

1. Optimasi proses pembuatan jamu kunyit asam ramuan segar.

2. Penghitungan volume akhir jamu karena dapat mempengaruhi konsentrasi jamu kunyit asam ramuan segar.

3. Uji efek dan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dengan metode lain yaitu rektodolorimetri dan podolorimetri.

4. Penetapan kadar senyawa kurkumin pada jamu kunyit asam ramuan segar. 5. Penelitian mengenai efek dan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 47, 51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Uji Klinik Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyt Medica, Jakarta

Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Materia Medika, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik

Indonesia, Jakarta

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, 31, Departemen Kesehatan Indonesia, Jakarta

Anonim, 2001, Daftar Obat Alam (DOA), edisi II, 120, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia Badan Pimpinan Daerah Jawa Tengah Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Jawa Tengah, Semarang

Anonim, 2007, Keputusan Menteri kesehatan republik Indonesia No. 381/menes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Bengmark, S., 2006, The Effect of Curcumin (Active Substance of Turmeric) on the Acetic-Acid Induced Visceral Nociception in Rats, Pakistan Journal of Biological Science, 314

Bone, K. dan Mills, S., 2000, Principles and Practice of Phytotherapy, 569, 571, Churchill Livingstone, New York

Chasman, 2008, BMC Neuroscience, http://biomedcentral.com/content/figures,

diakses tanggal tanggal 21 Desember 2009

Dipalma J. R. dan Digregorio G. J., 1990, Basic Pharmacology in Medicine, 3rd ed, 309, McGraw-Hill International Editions, Singapura

Dollery, C., 1999, Therapeutic Drugs, 2nd ed, 216-217, Churchill Livingstone, New York

Fadeli Y., 2008, Daya Analgesik dari Campuran Ekstrak Rimpang Kunyit dan Ekstrak Daging Buah Asam Jawa dengan Metode Simplex Lattice Design,

Guyton, A. C., 1993, Textbook of Medical Physiology, diterjemahkan oleh Tengadi, K. A., 307-313, EGC, Jakarta

Guyton, A. C., and Hall, 1996, Textbook of Medical Phisiology, diterjemahkan oleh Tengadi, L., Setiawan, I., Santosa, A., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Bagian II, 76, 761-762, 443, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Hite, G.J., 1995, Analgesik, dalam W.O. Foye, Principles of Medicinal Chemistry, diterjemahkan oleh Rasyid, R., Firma, K., Haryanto, Suwarno, T., dan Mursadad, A,. Edisi II, 483-487, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jilid III, 287-289,

Depkes RI, Jakarta

Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Sjabana D., 545, Salemba Medika, Jakarta

Kawamori, T., Lubet, R., Steele, V.E., Kellof, G.J., Kakey, R.B., Rao., C.V., and Reddy, B.S., 1999, Chemopreventive Effect of Curcumin, a Naturally Occuring Anti-Infalammatory Prevent, during the Promotion/Progession Stages of Colon Cancer, Cancer Res., 59, 567- 601.

Lestari, C.M., 2006, Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus indica, Linn) pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta

Majeed, 1995, Curcuminoids: Antioxidant Phytonutrients, 9, 24, 33-63, 67, Nutrisciecs Publisher Inc, New Jersey.

McEvoy, G. K., 2005, AHFS Drug Information, 1951, Authority of the Board of The American Society of Health-System Pharmacists, USA

Mutschler, E, 1986, Arzneimitteewirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M.B. dan Ranti, A.S., dalam Dinamika Obat, edisi IV, 177-183, 193-197, Penerbit ITB, Bandung.

Mutschler, E., dan Derrendorf, H., 1995, Drug Action, 149-165, CRC Press, Stuttgart

Neal, M. J., 1997, Medical Pharmacology at a Glance, 3rd ed, 70, Blackwell Science, London

Oemijati, 1992, Uji Klinik Obat Tradisional, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Putri, 2009, Mari Mengenal, http://putrixue.wordpress.com, diakses tanggal 16 Desember 2009

Rang H.P., Dale M.M., Ritter J.M., and Moore P.K., 2003, Pharmacology, 5th edition, 562-572, Churchill Livingstone, London

Rahmawati R. I., , 2009, Uji Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Rengganis, I., 2004, Peranan Antihistamin pada Inflamasi Alergi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia www.kalbe.co.id

diakses tanggal 16 Desember 2009

Roach, S. S., 2004, Introductory Clinical Pharmacology, 7th edision, 150, Lippincott Williams & Wilkins, New York

Rukmana, Rahmat, 1994, Kunyit, 13-15, Kanisius, Yogyakarta

Rustam, E., Atmasari, I., dan Yanwirasti, 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar,

Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,12 (2), 112-115

Soegiharjo, C.J., 2002, Perkembangan Obat Tradisional dan Pembuatan Obat Tradisional, dalam Risalah Seminar Sehari Menyambut Dies Natalis Fakultas Farmasi, 3-5, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 230-231, Balai Pustaka, Jakarta

Stankovic, I., 2004, Curcumin Chemical And Technical Assessment (CTA), 4-5, ftp://ftp.fao.org/es/esn/jecfa/cta/CTA_61_Curcumin.pdf diakses tanggal 10 Desember 2008

Suharmiati, dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku, Khasiat, dan Cara Pengolahan Jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, DepartemenKesehatan RI, www.tempo.co.id diakses tanggal 16 Desember 2009

Sunarto, E., 2009, Manfaat Kunyit, http://sunartoedris.wordpress.com, diakses tanggal 16 Desember 2009

Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan ke-2, 295-310, Departemen KesehatanRepublik Indonesia, Jakarta

Turner R. A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, Academic Press, New York

Van der Goot H, 1997, The chemistry and qualitative structure-activity relationships of curcumin, in Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry, Procedings of The International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry (ISCP), August 29-31, 1995, edited by Suwijyo Pramono, Aditya Media, Yogyakarta Indonesia

Vidiani. Y, Vani Dwi, 2006, Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur Kunyit Asam dalam Plasma dengan Metode Kolorimetri Menggunakan Senyawa Pengkopling Vanili, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta

Vogel G., H., 2002, Drug Discovery and Evaluation, 716, Springer, Germany Williamson, E. M., Okpako, D. T., dan Evans, F. J., 1996, Selection, Preparation,

and Pharmacological Evaluation of Plant Material, 145, John Wiley & Sons, New York

 Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam Ganiswara, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 210-212, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Wisely, 2008, Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi

pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

Lampiran 3. Gambar larutan jamu kunyit asam ramuan segar, mencit tidak menggeliat, dan geliat mencit yang diamati

.

Gambar 16. Larutan jamu kunyit asam ramuan segar

Gambar 17. Mencit tidak menggeliat

Lampiran 4. Tata cara analisis hasil dengan SPSS

a. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap jumlah geliat hewan uji Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor) 2. Jumlah geliat merupakan variabel tergantung Proses pengujian:

• Buka SPSS

• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample K-S

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

Means

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel bebas ke dependent list

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

− Tekan OK

b. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap % penghambatan geliat Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor)

2. Persen penghambatan geliat merupakan variabel tergantung Proses pengujian:

• Buka SPSS

• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample K-S

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

Means

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel bebas ke dependent list

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

− Tekan OK

c. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap % perubahan daya analgesik Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Produk jamu dan dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor)

2. Persen perubahan daya analgesik geliat merupakan variabel tergantung Proses pengujian:

• Buka SPSS

• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample K-S

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

Pengisian:

− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel bebas ke dependent list

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

− Tekan OK

• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih

One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe

Pengisian:

− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor

71 segar komposisi 20, 7% : 9,3

Tabel VI. Jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20, 7% : 9,3

Waktu (menit)

Aquadest Asetosal Dosis I (1365 mg/kg BB)

I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI

0-5 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 8 3 1 4 0 7 5-10 1 10 5 3 10 3 0 2 0 0 0 0 14 8 3 8 2 3 10-15 0 7 8 8 9 3 0 4 1 3 0 0 5 9 4 1 0 7 15-20 8 0 4 8 7 5 1 0 0 6 2 0 5 6 1 5 0 1 20-25 2 1 5 5 7 6 1 0 0 1 0 2 1 2 1 0 1 0 25-30 5 1 3 6 7 7 0 0 0 2 1 0 1 0 5 0 1 0 30-35 7 3 1 0 0 5 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 4 0 35-40 7 6 2 3 2 3 0 2 0 0 0 0 4 5 2 0 3 0 40-45 2 4 4 2 3 2 0 0 0 0 1 0 1 2 0 3 2 0 45-50 4 1 1 0 2 2 0 1 0 0 1 0 0 4 0 2 2 0 50-55 4 4 2 1 1 2 0 2 0 0 1 0 2 1 2 1 3 0 55-60 0 5 4 0 0 5 0 1 1 1 0 0 1 1 2 0 0 0 TOTAL 40 43 39 36 49 43 2 12 2 13 7 3 42 41 21 24 18 18

72 0-5 7 0 0 2 0 5 4 2 1 2 0 1 5-10 10 3 2 6 3 3 22 6 4 4 12 4 10-15 7 4 0 0 2 2 13 10 6 7 15 6 15-20 4 2 0 4 7 2 6 6 7 8 18 10 20-25 5 0 6 0 1 0 1 4 5 5 12 2 25-30 0 1 3 1 5 3 1 0 7 4 5 5 30-35 5 0 3 2 3 0 6 2 2 3 6 3 35-40 0 1 1 0 1 0 0 2 3 6 8 0 40-45 2 0 4 1 0 0 1 1 2 0 0 5 45-50 3 1 1 2 0 1 2 2 4 0 5 3 50-55 1 0 1 1 2 0 0 1 0 1 2 6 55-60 2 0 2 5 0 0 0 1 1 1 1 2 TOTAL 46 12 23 24 24 16 39 18 23 6 17 8

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

geliat

N 30

Normal Parametersa,,b Mean 24.5000

Std. Deviation 16.60442

Most Extreme Differences Absolute .179

Positive .179

Negative -.088

Kolmogorov-Smirnov Z .979

Asymp. Sig. (2-tailed) .294

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Means

Case Processing Summary Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

geliat * perlakuan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%

Report geliat

perlakuan Mean N Std. Deviation

aquadest 46.0000 6 13.09962 asetosal 91 mg/Kg BB 6.5000 6 5.00999 dosis 1365 mg/Kg BB 27.3333 6 11.20119 dosis 2730 mg/Kg BB 24.1667 6 11.77143 dosis 5460 mg/Kg BB 18.5000 6 11.91218 Total 24.5000 30 16.60442

Oneway

ANOVA geliat

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 4982.333 4 1245.583 10.335 .000

Within Groups 3013.167 25 120.527

Total 7995.500 29

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons geliat

Scheffe

(I) perlakuan (J) perlakuan

Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound aquadest asetosal 91 mg/Kg BB 39.50000* 6.33842 .000 18.4446 60.5554 dosis 1365 mg/Kg BB 18.66667 6.33842 .102 -2.3888 39.7221 dosis 2730 mg/Kg BB 21.83333* 6.33842 .039 .7779 42.8888 dosis 5460 mg/Kg BB 27.50000* 6.33842 .006 6.4446 48.5554 asetosal 91 mg/Kg BB aquadest -39.50000* 6.33842 .000 -60.5554 -18.4446 dosis 1365 mg/Kg BB -20.83333 6.33842 .054 -41.8888 .2221 dosis 2730 mg/Kg BB -17.66667 6.33842 .135 -38.7221 3.3888 dosis 5460 mg/Kg BB -12.00000 6.33842 .481 -33.0554 9.0554

dosis 1365 mg/Kg BB aquadest -18.66667 6.33842 .102 -39.7221 2.3888 asetosal 91 mg/Kg BB 20.83333 6.33842 .054 -.2221 41.8888 dosis 2730 mg/Kg BB 3.16667 6.33842 .992 -17.8888 24.2221 dosis 5460 mg/Kg BB 8.83333 6.33842 .746 -12.2221 29.8888 dosis 2730 mg/Kg BB aquadest -21.83333* 6.33842 .039 -42.8888 -.7779 asetosal 91 mg/Kg BB 17.66667 6.33842 .135 -3.3888 38.7221 dosis 1365 mg/Kg BB -3.16667 6.33842 .992 -24.2221 17.8888 dosis 5460 mg/Kg BB 5.66667 6.33842 .936 -15.3888 26.7221 dosis 5460 mg/Kg BB aquadest -27.50000* 6.33842 .006 -48.5554 -6.4446 asetosal 91 mg/Kg BB 12.00000 6.33842 .481 -9.0554 33.0554 dosis 1365 mg/Kg BB -8.83333 6.33842 .746 -29.8888 12.2221 dosis 2730 mg/Kg BB -5.66667 6.33842 .936 -26.7221 15.3888

Homogeneous Subsets

geliat Scheffea

perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 asetosal 91 mg/Kg BB 6 6.5000 dosis 5460 mg/Kg BB 6 18.5000 dosis 2730 mg/Kg BB 6 24.1667 dosis 1365 mg/Kg BB 6 27.3333 27.3333 aquadest 6 46.0000 Sig. .054 .102

Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

segar komposisi 20,7% : 9,3%

Tabel VII. Data % penghambatan terhadap kontrol negatif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20, 7% : 9,3%

REPLIKASI KELOMPOK PERLAKUAN

Aquadest Asetosal Dosis I (1365 mg/kg BB) Dosis II (2730 mg/kg BB) Dosis III (5460 mg/kg BB) I -19,56 95,65 8,700 0,00 15,22 II -15,22 95,65 10,87 73,91 60,87 III 17,39 73,91 54,35 50,00 50,00 IV -39,13 71,74 47,83 47,83 86,96 V 26,09 84,78 60,87 47,83 63,04 VI 30,43 93,48 60,87 65,22 82,61 X + SE 0,00 + 11,62 85,87 + 4,44 40,58 + 9,94 47,46 + 10,44 59,78 + 10,57

NPar Tests

Dokumen terkait