• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Efek Analgesik Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik dan berapakah efeknya serta untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki daya analgesik dan berapakah dayanya.

Metode yang digunakan untuk menguji efek dan daya analgesik dalam penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Menurut Vogel (2002) dengan metode rangsang kimia, baik analgesik pusat maupun analgesik perifer dapat terdeteksi, sehingga metode ini direkomendasikan sebagai metode untuk skrining

efek dan daya analgesik suatu senyawa uji. Selain itu metode ini cukup sederhana, mudah dilakukan, dan cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa yang memiliki daya analgesik lemah (Turner, 1965).

Subjek uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit betina, karena mencit betina lebih sensitif merasakan nyeri (ambang nyeri lebih rendah), selain itu jamu kunyit asam biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri selama haid. Asam asetat diinjeksikan pada mencit betina sebagai zat kimia pemberi rangsang nyeri. Asam asetat dapat menyebabkan nyeri karena menurunkan pH jaringan akibat adanya pembebasan H+. Adanya penurunan pH tersebut mengakibatkan terjadinya iritasi pada jaringan lokal. Rasa nyeri yang terjadi dapat ditunjukkan dengan adanya respon mencit berupa geliat. Pemberian senyawa yang memiliki efek analgesik dapat menekan atau mengurangi rasa nyeri yang muncul sehingga respon geliat semakin sedikit. Respon geliat diamati tiap lima menit selama 60 menit setelah pemberian asam asetat.

Data yang diperoleh berupa jumlah kumulatif geliat pada tiap kelompok perlakuan. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam % penghambatan terhadap geliat dengan persamaan Handersot-Forsaith dan diuji secara statistik menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data terdistribusi normal atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan ANOVA satu arah untuk melihat adanya perbedaan antar kelompok perlakuan dan dilanjutkan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat dimana letak perbedaan antar kelompok perlakuan.

Pada pengujian efek dan daya analgesik ini, jamu ramuan segar yang digunakan dibuat dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa. Bagian kunyit yang dipilih untuk membuat jamu kunyit asam ramuan segar ini adalah bagian utama (empu) karena bagian ini lebih kuning dari bagian yang lain (cabangnya) sehingga diperkirakan mengandung lebih banyak kurkumin. Setelah dipisahkan dari bagian kunyit yang lain, empu kunyit ini dikupas kemudian dicuci. Pencuciannya sebentar saja karena warna kuning dari kunyit dapat ikut terbawa air dan diperkirakan akan mempengaruhi kadar kurkumin di dalam kunyit. Setelah dicuci, kunyit lalu diparut kemudian ditimbang. Demikian juga dengan asam jawa dikupas lalu diambil dagingnya kemudian ditimbang. Setelah itu, parutan kunyit direbus bersama daging buah asam jawa dalam air yang mendidih selama 10 menit sambil diaduk-aduk. Waktu perebusan 10 menit dianggap waktu yang optimum karena jika direbus terlalu lama, panas dapat merusak senyawa aktif kurkumin. Pengadukan di sini berfungsi agar sari kunyit dan asam dapat keluar. Selanjutnya, jamu didinginkan kemudian disaring untuk memisahkan jamu kunyit asam dengan ampas kunyit dan asam. Jadi, jamu kunyit asam ramuan segar adalah jamu kunyit asam yang dibuat dengan cara sederhana dan selalu dibuat baru.

Pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dilakukan sesuai dengan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh Rahmawati (2009). Uji pendahuluan tersebut antara lain : penetapan dosis asetosal, penetapan dosis asam asetat dan penetapan waktu pemberian rangsang. Dosis asam asetat yang digunakan sebagai pemberi rangsang nyeri yaitu 25 mg/Kg BB dengan konsentrasi 1% dan selang waktu pemberian rangsang yaitu 30 menit. Asetosal

digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 91 mg/Kg BB. Digunakan asetosal karena asetosal merupakan obat analgesik-antiinflamasi yang sering digunakan. Selain itu asetosal mempunyai mekanisme penghambatan yang hampir sama dengan kurkumin yaitu menghambat enzim siklooksigenase (COX), sedangkan kurkumin menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan enzim lipoksigenase. Kontrol negatif yang digunakan yaitu aquadest karena digunakan sebagai pelarut jamu kunyit asam ramuan segar. Peringkat dosis jamu ramuan segar yaitu 1365; 2730; 5460 mg/Kg BB.

Dalam pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar, hewan uji dibagi dalam lima kelompok terdiri dari kelompok I yaitu kontrol negatif berupa aquadest; kelompok II yaitu kontrol positif berupa asetosal dosis 91 mg/Kg BB; kelompok III-V yaitu kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365, 2730, dan 5460 mg/Kg BB.

Kurkumin dalam kunyit merupakan senyawa yang bertanggungjawab menghasilkan efek dan daya analgesik. Kurkumin tersebut dapat menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase, sehingga perubahan asam arakhidonat menjadi endoperokside siklik terganggu dan biosintesis prostaglandin serta leukotrien sebagai mediator kimiawi tidak dapat diproduksi (Bengmark, 2006). Oleh karena itu, rangsang nyeri dapat dihambat dan rasa nyeri dapat ditekan.

Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif

Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah kumulatif geliat (X ± SE) Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol

negatif (X ± SE) I 46,00 ± 5,35 0,00 ± 11,62 II 6,50 ± 2,04bb 85,87 ± 4,44bb III 27,33 ± 4,57btb 40,58 ± 9,94btb IV 24,17 ± 4,80bb 47,46 ± 10,44bb V 18,50 ± 4,86bb 59,78 ± 10,57bb Keterangan: bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) X : rata-rata

SE : standar error

I : kontrol negatif (aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB)

III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB

Dari data pada tabel III menunjukkan bahwa jumlah geliat berbanding terbalik dengan % penghambatan terhadap geliat. Semakin banyak geliat berarti semakin kecil % penghambatan senyawa uji terhadap geliat atau semakin kecil daya analgesiknya. Dari data dapat dilihat bahwa dengan peningkatan dosis jamu kunyit asam ramuan segar dapat meningkatkan efek analgesik jamu kunyit asam ramuan segar. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya % penghambatan. Kelompok kontrol negatif memiliki jumlah geliat yang paling banyak dibanding kelompok lainnya. Kelompok kontrol positif diberi asetosal dan kelompok perlakuan yang diberi ramuan segar mengalami penurunan jumlah geliat dibandingkan kelompok kontrol negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa

asetosal dan jamu kunyit asam ramuan segar mampu menghambat respon geliat mencit.

Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan dapat pula digambarkan sebagai diagram batang (gambar 13) yang menggambarkan bahwa jamu kunyit asam ramuan segar dalam berbagai peringkat dosis mempunyai persen penghambatan.

Gambar 13. Diagram batang rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan

Keterangan :

I : kontrol negatif (Aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (Asetosal 91 mg/Kg BB)

III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB

Dokumen terkait