• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Daya Hambat Isolat Bakteri Endofit terhadap Mikroba Patogen

Isolat bakteri endofit yang diperoleh selanjutnya dilakukan uji antagonis untuk melihat kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba patogen. Mikroba patogen yang digunakan yaitu Salmonella typhii, Escherichia coli, Steptococcus mutans, dan Aspergillus flavus. Dasar pemilihan mikroba patogen tersebut adalah mewakili mikroba patogen penyebab penyakit serta masing- masing organisme mewakili bakteri Gram positif, Gram negatif, dan kapang dari kelompok jamur. Hasil uji antagonis isolat bakteri endofit dapat dilihat pada Tabel 4.2.1.

Tabel 4.2.1 Uji Antagonis Isolat Bakteri Endofit terhadap Mikroba Uji

Kode Isolat

Diameter Zona Hambat (mm)

Salmonella typhii

Escherichia coli Steptococcus mutans

Aspergillus flavus

Hari 1 Hari 2 Hari 1 Hari 2 Hari 1 Hari 2 Hari 1 Hari 2 BF1 6,25 7,10 8,15 7,73 6,69 7,23 1,50 10,00 BF2 7,03 6,40 6,25 6,30 6,10 6,29 3,50 7,00 AF1 0 0 0 6,11 6,25 6,21 5,50 5,00 AF2 7,09 6,66 8,02 7,61 6,17 0 2,00 4,50 AF3 6,28 7,10 6,73 6,20 6,10 6,14 5,00 3,00 AF4 0 6,08 6,05 6,08 6,25 6,70 4,00 0,50 AF5 0 0 0 6,14 6,24 6,78 1,90 7,50 AF6 0 0 6,23 6,13 6,35 6,33 1,50 8,50 AFN7 0 6,30 7,40 7,88 6,23 6,18 1,00 3,00 AFN8 7,35 6,30 8,03 7,08 6,24 6,30 1,00 4,00 AFN9 7,40 7,10 9,59 8,11 6,11 6,20 2,90 7,50 AF10 6,25 7,10 8,09 7,83 0 0 4,00 8,50

Dari data yang diperoleh dapat dilihat bahwa 12 isolat bakteri endofit tersebut dapat menghambat mikroba patogen dengan hasil yang bervariasi karena memiliki karakteristik yang berbeda juga, yang terlihat pada Tabel 4.1.1 sehingga menghasilkan metabolit yang berbeda juga. Mikroba atau bakteri yang menghasilkan suatu bahan antibiotik atau antimikroba mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba lainnya. Menurut Radji (2005), mikroba endofit memiliki kemampuan menghasilkan senyawa metabolit yang sama seperti inangnya berupa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba lainnya. Dalam penelitian ini terdapat 8 isolat mampu menghambat semua mikroba uji yaitu isolat BF1, BF2, AF2, AF3, AF4, AFN7, AFN8 dan AFN9, sedangkan 4

isolat lainnya tidak mampu menghambat beberapa mikroba uji, yaitu isolat AFN10, AF1, AF5 dan AF6. Pada isolat BF1 memiliki luas zona hambat terbesar pada A. flavus sebesar 10,00 mm di hari kedua, selain itu juga pada isolat bakteri AFN9 sebesar 9,59 mm terhadap E. coli pada hari pertama dan mengalami penurunan pada hari kedua sedangkan pada isolat AFN10 memiliki luas zona hambat sebesar 8,09 mm pada hari pertama dan pada hari kedua juga mengalami penurunan zona hambat.

Berdasarkan klasifikasi respon hambat pertumbuhan bakteri menurut Greenwood (2000) dalam Alfath et all. (2013), diameter zona hambat >20 mm memiliki respon hambat yang kuat; 16-20 mm memiliki respon hambat yang sedang; 10-15 mm memiliki respon hambat yang lemah; dan <10 mm tidak memiliki respon zona hambat. Dari klasifikasi di atas dapat dibandingkan dengan hasil yang diperoleh bahwa diameter zona hambat isolat bakteri endofit memiliki respon yang lemah terhadap mikroba uji namun, tetap memiliki kemampuan dalam menghambat mikroba uji walaupun tidak terlalu besar.

Gambar 4.1 Uji Antagonis Isolat Bakteri Endofit Terhadap Mikroba Patogen A. flavus (a) Isolat BF2 selama 48 jam (b) Isolat BF1 selama 48 jam (c) Isolat AFN7 selama 24 jam (d) Isolat AF6 selama 48 jam

Beberapa isolat bakteri memiliki potensi yang cukup baik dalam menghambat mikroba patogen uji. Pada isolat BF1 memiliki zona hambat terbesar

a b

pada A. flavus 10,00 mm, AF2 memiliki hambatan terbesar terhadap E. coli

sebesar 8,02 mm pada hari pertama, sedangkan pada isolat AF3 mengalami peningkatan zona hambat pada hari kedua sebesar 7,10 mm terhadap S. typhii.

Pada isolat AF2 terhadap S. mutans diperoleh data pada hari pertama memiliki zona hambat 6,17 mm namun, pada hari yang kedua tidak terdapat lagi zona hambat. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, antara lain yaitu tidak dihasilkan lagi metabolit sekunder dalam menghambat pertumbuhan mikroba uji, dan daya hambat metabolit isolat yang kurang baik. Selain itu juga tergantung dari sifat isolat bakteri, baik bersifat bakteriostatik maupun bakteriosidal. Menurut Dalimunthe (2009), bakteriostatik yaitu bakteri yang menghambat atau menghentikan laju pertumbuhan mikroba uji sehingga zona hambat yang terbentuk tidak terlihat jelas atau hanya akan terlihat zona keruh saja, sedangkan bakteriosidal bersifat membunuh mikroba uji sehingga zona hambat yang terbentuk terlihat lebih jelas.

Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa isolat bakteri endofit dapat menghambat mikroba patogen dengan kemampuan yang berbeda-beda dengan menghasilkan metabolit yang berbeda-beda juga. Salah satu hal yang menyebabkannya yaitu kandungan media. Menurut Kumala et al. (2006), kandungan suatu media pada hakekatnya merupakan kondisi dimana mikroba umumnya akan menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk mempertahankan hidupnya. Menurut Barry & Wainwright (1997), umumnya metabolit sekunder tidak terbentuk jika lingkungan tumbuh yang mengandung cukup nutrien untuk pertumbuhan bakteri karena senyawa tersebut bukan unsur esensial bagi pertumbuhan dan reproduksi sel.

Ketika isolat bakteri berada pada fase pertumbuhan (fase logaritma), bakteri melakukan aktivitas pembelahan sel dengan mengkonsumsi nutrien yang tersedia di media tumbuh. Pada saat nutrien mulai berkurang maka bakteri akan memasuki fase stasioner dan pada fase ini diduga terjadi pembentukan senyawa metabolit sekunder yang bersifat antimikroba. Aktivitas antimikroba terbentuk setelah memasuki fase stasioner mengikuti mekanisme quorum sensing yang merupakan sistem komunikasi antar sel dalam merespon perubahan lingkungan. Pembentukan senyawa metabolit ini merupakan suatu bentuk respon bakteri untuk

pertahanan melawan mikroba lain (Whitehead et al., 2001; Tinaz, 2003). Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan metabolit yaitu nutrien dan laju pertumbuhan bakteri. Sintesis metabolisme sekunder sering dikodekan oleh gen pada DNA yang ada di kromosom (Demain, 1998).

Dari uji yang dilakukan terdapat beberapa isolat bakteri yang tidak dapat menghambat salah satu atau beberapa dari mikroba uji yaitu AFN10, AF1, AF5 dan AF6. Beberapa dugaan yang menyebabkan isolat tersebut tidak mampu menghambat mikroba uji menurut Nofiani et al. (2009), yaitu isolat bakteri tersebut menghasilkan senyawa antimikroba namun tidak bersifat aktif terhadap bakteri uji ataupun bakteri menghasilkan senyawa antimikroba secara intraseluler sehingga senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh bakteri tersebut tidak terekskresi dan terakumulasi dalam media tumbuh. Selain itu juga terdapat beberapa isolat yang zona hambatnya terlihat pada hari ke dua seperti pada AF1 dan AF5 terhadap E. coli dan AF4 terhadap S. typhii, hal ini disebabkan metabolit sekunder dari bakteri endofit tersebut dihasilkan lebih banyak pada hari kedua sehingga besar zona hambat lebih terlihat jelas pada hari kedua dibandingkan dengan hari pertama. Dari hal ini dapat diketahui bahwa setiap isolat bakteri yang diperoleh menghasilkan metabolit yang berbeda-beda dalam menghambat mikroba uji.

Dokumen terkait