• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN I. Kondisi Umum Percobaan I,II dan III

II. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo hasil Kultur Antera

Berdasarkan analisis statistika keragaman peubah yang diamati berpengaruh nyata, kemudian dilakukan uji lanjut dengan uji jarak berganda Duncan /DMRT pada taraf 5%. Berdasarkan koefisien keragaman , peubah yang menunjukkan keragaman relatif besar yaitu jumlah total anakan (27,5%), jumlah gabah hampa (31,5%), persentase gabah hampa (29,5%) dan bobot/petak (43,2%) (Tabel 4). Pada Tabel 4 terlihat hasil analisis ragam peubah-peubah yang diamati. Genotipe memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap peubah yang diamati.

Tabel 4. Hasil Analisis Ragam Peubah Galur-Galur Hasil Kultur Antera dan Varietas Jatiluhur.

Peubah JKP KTP F hitung

1. Tinggi tanaman 45 HST (cm) 8283,3 552,1 35,8 ** 2. Tinggi tanaman saat panen (cm) 13893,5 926,2 16,6**

3. Jumlah total anakan 1138,6 75,9 3*

4. Jumlah anakan produktif 749,6 49,9 9,9**

5. Panjang malai (cm) 142,5 9,5 3,4*

6. Jumlah gabah / malai 10677,5 711,8 4,3*

7. Jumlah gabah isi / malai 10512,1 700,8 5,1* 8. Jumlah gabah hampa / malai 19023,9 1268,3 9,2** 9. Persentase gabah hampa 8132,2 542,2 6,2 * 10. Persentase gabah isi 9812,8 4906,4 97,5**

11. Bobot/rumpun 865,1 57,6 9,5**

12. Bobot / petak (kg) 9,8 0,65 2*

Keterangan : Uji Fhit , ** berpengaruh sangat nyata, * nyata, JKP= jumlah kuadrat Perlakuan, KTP= kuadrat tengah perlakuan.

Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan Total dan Jumlah Anakan Produktif Pengamatan tinggi tanaman pada 45 HST menunjukkan galur IG-38 nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Jatiluhur. Tinggi tanaman saat panen galur-galur padi gogo hasil kultur antera menunjukkan galur GI-7, IG-38 dan A3-2, nyata lebih tinggi dibandingkan varietas Jatiluhur (Tabel 5). Galur O18b-1, IG-19, A3-7, B13-2d dan B13-2e memiliki tinggi yang sama dengan Jatiluhur (86 cm) . Penampilan tinggi tanaman lebih disebabkan oleh oleh faktor genetik galur/varietas tersebut.

Jumlah anakan total per rumpun 16 galur tidak berbeda dengan varietas Jatiluhur (Tabel 5). Berdasarkan pada pengelompokan yang dilakukan oleh Las et al. (2004) dan Sunihardi et al. (2004), terdapat 2 galur yaitu galur GI-7 dan galur IG-38 yang termasuk jumlah anakan sedikit (9 – 10 batang), 3 galur yaitu galur O18b-1, IG-19, dan A3-2 termasuk jumlah anakan sedang (12-14 batang), 3 galur yaitu, A3-7, B13-2a dan B13-2e termasuk jumlah anakan banyak (15-20 batang) dan 7 galur IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, WI-44, B13-2d termasuk jumlah anakan sangat banyak (>20 batang). Galur IG dan GI memiliki jumlah anakan sedikit mengikuti tetuanya yaitu Gajah Mungkur yang memiliki anakan 6-8 batang.

Tabel 5. Nilai rata-rata karakter agronomi galur-galur padi gogo hasil kultur antera dan varietas Jatiluhur di Babakan Bogor MK 2008.

Varietas Tinggi Tinggi Jumlah Jumlah

Tanaman Tanaman Anakan Anakan

45 HST (cm) Saat Panen(cm) Total Produktif

IW-54 37,1 g 54,4 f 24,3 a 19,4 ab

IW-56 35,9 g 57,2 f 21,3 ab 18,8 ab

IW-64 38,4 g 55,8 f 20,3 abc 17,7 abc

IW-67 36,3 g 58,9 f 23,3 ab 18,2 abc

WI-43 36,1 g 58,4 f 24,1 a 18,7 ab

WI-44 41,7 g 63,6 ef 25,5 a 21,5 a

GI-7 70,3 ab 102,8 a 10,1 d 9,9 f

O18b-1 65,7 abcd 75,4 de 12,7 bcd 11,7 ef

IG-19 69,1 abc 90,7 abc 13,5 bcd 9,3 f

IG-38 70,9 a 101,5 ab 10,4 cd 9,7 f A3-2 57,3 e 102,5 a 12,6 bcd 9,9 f A3-7 50,4 f 83,7 cd 17,5 abcd 15,8 bcd B13-2a 57,8 e 74,3 de 19,5 abcd 15,8 bcd B13-2d 63,1 bcde 84,9 cd 21,9 ab 14,3 cde B13-2e 58,6 de 88,3 bcd 17,8 abcd 15,4 bcd Jatiluhur 62,2 cde 86,1 cd 18,9 abcd 11,0 ef

Keterangan : *) Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada tahap uji DMRT 5 %.

Jumlah anakan akan mempengaruhi anakan produktif. Menurut Soemartono (1993) karakter jumlah anakan selain dipengaruhi secara genetik karakter ini juga sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Arraudeau dan Vergara (1988) juga menegaskan bahwa banyaknya jumlah anakan dipengaruhi oleh faktor genetik, curah hujan, jarak tanam, teknik budidaya dan ketersediaan unsur hara. Air yang cukup untuk metabolisme tanaman, pemupukan dengan dosis yang tepat, dapat mendukung jumlah anakan maksimal.

Jumlah anakan produktif merupakan karakter produksi penting pada tanaman padi. Dalam percobaan ini jumlah anakan produktif galur-galur, IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, WI-44, A3-7, B13-2a, B13-2d dan B13-2e (15,4-21,5 anakan) lebih banyak dibanding varietas Jatiluhur (11 anakan) (Tabel 5).

Umur Berbunga, Umur Panen dan Komponen Hasil

Umur berbunga antar galur sangat berbeda, hal ini disebabkan karena umur berbunga dan umur panen pada padi gogo memiliki heritabilitas tinggi (Zen 1995). Galur yang berbunga paling cepat yaitu O18b-1. Galur yang paling lama berbunga yaitu A3-7, B13-2a, B13-2d dan B13-2e. Umur panen dari galur-galur yang diuji berkisar antara 97-125 HST. Galur O18b-1 adalah galur yang paling

cepat dipanen dan galur yang paling lama dipanen ialah IW-54, WI-44, 7, GI-38, B13-2d dan B13-2e (Tabel 6).

Siregar (1981), menggolongkan umur panen varietas padi menjadi empat kelompok, yaitu sangat genjah (< 110 hari), genjah (110-115 hari), sedang (115-125 hari), dalam ((115-125-150 hari). Berdasarkan pengelompokan tersebut diperoleh satu galur sangat genjah, yaitu O18b-1, satu galur genjah, yaitu IW-56, 13 galur berumur sedang. Varietas Jatiluhur tergolong dalam umur genjah (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai rataan umur berbunga, umur panen dan komponen hasil galur-galur padi gogo hasil kultur antera dan varietas Jatiluhur di Babakan Bogor MK 2008.

Varietas Umur Umur Panjang Malai Jumlah Jumlah Jumlah Berbunga Panen (cm) Gabah/Malai Gabah Isi

Gabah Hampa (hari) (hari) per Malai Per Malai IW-54 78 125 16,5 ef 79,2 de 62,4 bcd 16,8 b IW-56 73 115 18,8 bcdef 83,7 cde 66,3 abcd 17,0 b IW-64 76 121 16,2 f 65,1 e 48,8 cd 17,1 b IW-67 78 124 17,9 cdef 92,5 bcd 70,2 abc 25,5 b WI-43 75 121 18,1 cdef 86,9 bcde 65,2 abcd 21,7 b WI-44 74 125 18,9 abcde 84,7 cde 63,5 bcd 20,9 b GI-7 60 125 22,1 a 110,9 ab 88,5 b 22,1 b O18b-1 55 97 20,0 abc 100,8 bcd 25,1 e 77,0 a IG-19 62 119 19,2 abcde 86,7 bcde 70,4 abc 16,6 b IG-38 62 125 21,9 ab 99,5 bcd 78,8 b 21,1 b A3-2 68 119 19,8 abcde 106,9 abc 33,5 e 73,1 a A3-7 80 119 19,7 abcde 96,7 bcd 23,1 e 68,9 a B13-2a 80 117 16,9 def 75,6 de 56,1 bcd 19,1 b B13-2d 80 125 17,9 cdef 86,1 bcde 65,2 abcd 25,1 b B13-2e 82 125 17,2 cdef 87,2 bcde 68,1 abcd 18,9 b Jatiluhur 70 111 20,5 abc 130,0 a 92,8 a 37,2 b

Keterangan : *) Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada tahap uji DMRT 5

Hasil analisis rata-rata panjang malai galur-galur IW-54 dan IW 64 berbeda dengan Jatiluhur, sedangkan galur yang lainnya tidak berbeda dengan Jatiluhur. Galur yang memiliki panjang malai terpanjang yaitu galur GI-7(22.1 cm), sedangkan galur yang memiliki panjang malai terpendek yaitu IW-64 (16.2 cm) (Tabel 6). Rusdiansyah (2006) mengelompokkan panjang malai ke dalam tiga kelompok yaitu malai pendek (≤ 20 cm), malai sedang (panjang 20-30 cm), dan malai panjang (panjang > 30 cm). Panjang malai galur-galur IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, IW-44, IG-19, A3-2, A3-7 B13-2a, B13-2d, B13-2e

termasuk katagori malai pendek. Panjang malai galur GI-7, O18b-1, IG-38, termasuk kategori malai sedang (20-22.1 cm). Tidak terdapat galur dengan malai panjang berdasarkan pengelompokan Rusdiansyah (2006).

Panjang malai dapat menentukan jumlah biji per malai. Semakin panjang malai diharapkan jumlah biji semakin banyak. Malai yang panjang mampu mengimbangi kurangnya jumlah anakan. Produksi dapat mencapai 10 – 30% lebih tinggi jika tanaman memiliki panjang malai yang panjang. Untuk varietas padi gogo diperlukan sifat malai berat untuk mengimbangi jumlah anakan sedang. Bobot malai ditentukan oleh panjang malai, jumlah gabah per malai (Sing dan Nanda, 1976), bobot 1000 butir (IRRI 1978) dan persentase gabah isi.

Jumlah gabah/malai galur GI-7, A3-2 tidak berbeda dengan varietas Jatiluhur (Tabel 6). Galur dengan jumlah gabah terendah adalah galur IW-64 (65,1 gabah/malai) dan jumlah gabah tertinggi adalah galur GI-7 (110,9 gabah/malai). Penggunaan varietas unggul serta didukung oleh penerapan komponen teknologi produksi dapat meningkatkan komponen hasil (Syahrial 2009).

Jumlah gabah isi per malai galur IW-56, IW-67, WI-43, IG-19, B13-2d dan B13-2e tidak berbeda dengan Jatiluhur. Galur yang memiliki gabah isi/malai terendah adalah galur O18b-1, A3-2, A3-7 (23,1 - 33,5 gabah isi/malai) (Tabel 6). Jumlah gabah isi menunjukkan kemampuan suatu genotipe dalam proses pengisian biji.

Jumlah gabah hampa per malai galur IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, IG-19, IG-38, B13-2a, B13-2d, B13-2e tidak berbeda dengan Jatiluhur (Tabel 6). Kehampaan dapat diakibatkan oleh sifat genetik dan lingkungan. Dalam penelitian ini galur O18b-1 diserang oleh penyakit hawar daun bakteri (BLB) yang menyebabkan daun menjadi kering sehingga proses fotosintesis terhambat yang mengakibatkan pengisian biji tidak optimal. Waktu panen galur O18b-1 lebih genjah dibandingkan dengan galur lain dan varietas Jatiluhur yang diuji yaitu 97 hari. Galur A3-2 dan A3-7 waktu tanam terlambat satu bulan dibandingkan dengan galur-galur yang lain dan Jatiluhur. Hal ini mengakibatkan galur-galur tersebut diserang oleh hama penggerek batang yang menyerang pada saat pembungaan sehingga malai menjadi mati dan juga penyakit blas yang mengakibatkan jumlah gabah hampa lebih banyak.

Persentase Gabah Hampa dan Gabah Isi

Persentase gabah hampa yang tertinggi dimiliki oleh galur O18b-1, A3-2 dan A3-7 (> 60%) (Gambar 1). Hal ini disebabkan karena serangan penyakit yang disebabkan oleh bakteri hawar daun (BLB), penyakit blas dan hama penggerek batang yang menyebabkan penurunan hasil yang sangat signifikan pada galur-galur ini. Persentase gabah isi galur-galur yang diuji mulai dari 24,2-79,8%. Persentase gabah isi yang rendah dimiliki oleh galur O18b-1, A3-2 dan A3-7 (24,2-32,2%). Persentase gabah isi yang tinggi dimiliki 13 galur (74,2-79,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan Jatiluhur (67,7%) (Gambar 1).

Gambar 1. Persentase gabah hampa dan gabah isi

Hasil

Bobot 1000 butir gabah menunjukkan ukuran gabah dan tingkat kebernasan biji. Makin tinggi bobot 1000 butir maka ukuran gabah semakin besar. Hasil pengamatan menunjukkan bobot 1000 butir galur-galur yang diuji tidak berbeda dibandingkan dengan Jatiluhur, kecuali bobot 1000 butir galur GI-7 (39 g), IG-19 (41 g) dan IG-38 (40 g) memiliki bobot 1000 butir tertinggi (Tabel 7). Bobot per rumpun dan bobot per petak dari galur-galur padi gogo hasil kultur antera lebih rendah dibandingkan Jatiluhur (Tabel 7). Hasil per hektar galur-galur IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, WI-44, 7, O18b-1, 19, GI-38, A3-2, A3-7, B13-21, B13-2d, B13-2d (0,65-2,04 ton/ha) lebih rendah dibandingkan dengan varietas Jatiluhur (2,42 ton/ha) (Tabel 7). Walaupun dalam penelitian ini hasil galur-galur padi gogo lebih rendah dibanding varietas Jatiluhur, tetapi komponen hasil yang menunjang produksi seperti anakan produktif (IW-54, IW-56, IW-64, IW-67, WI-43, WI-44, A3-7, B13-2a, B13-2d,

B13-2e), panjang malai (GI-7, IG-19, IG-38 WI-44, O18b-1, A3-2, A3-7), jumlah gabah per malai (GI-7 dan A3-2) dan gabah isi (IW-56, IW-67, WI-43, IG-19, B13-2d, B13-2e) dari galur-galur tersebut sama atau lebih tinggi dibanding Jatiluhur. Produktivitas yang menurun dari galur-galur tersebut disebabkan terserang hama penggerek batang (beluk), pada stadia generatif, larva menggerek tanaman yang akan bermalai, sehingga aliran hasil asimilat tidak sampai ke dalam bulir padi. Kerugian hasil yang disebabkan oleh setiap gejala beluk berkisar 1-3% (Pathak Khan, 1994) dengan rata-rata 1,2% (Halteren 1977). Penyakit blas, yang merupakan salah satu masalah dalam produksi padi dapat menyebabkan kehilangan hasil berkisar antara 1-50% (Koga 2001). Kerusakan hasil padi karena BLB bervariasi antara 10-95 %, tetapi pada umumnya berkisar antara 15-23 % (Kadir 2000). Hasil yang rendah dapat juga disebabkan oleh curah hujan yang rendah.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, Sasmita (2006) melaporkan galur IW-56 dan IG-19 memiliki hasil yang tidak berbeda dengan Jatiluhur yaitu 3.52 – 3.87 t/ha, lebih tinggi dibanding produksi rata-rata padi gogo nasional sebesar 2,57 t/ha. Dengan demikian galur-galur hasil kultur antera memiliki potensi hasil yang tinggi yang dapat dikembangkan.

Tabel 7. Nilai rataan hasil galur-galur padi gogo hasil kultur antera dan varietas Jatiluhur di Babakan Bogor MK 2008.

Galur Bobot Bobot/ Bobot/ Hasil

1000 butir (g) rumpun (g) petak (kg) ton/ha

IW-54 23,3 b 17,2 d 1,43 bc 1,92 bc IW-56 21,8 b 16,2 de 1,42 bc 1,90 bc IW-64 22,0 b 12,4 fg 0,84 c 1,14 c IW-67 21,6 b 12,4 fg 0,98 c 1,33 c WI-43 21,4 b 16,2 de 1,84 b 2,44 b WI-44 26,0 ab 15,9 def 1,50 bc 2,00 bc GI-7 39,3 a 19,8 bc 1,63 bc 2,19 bc O18b-1 23,8 b 8,6 gh 0,89 c 1,18 c IG-19 40,5 a 19,5 c 1,70 b 2,28 b IG-38 40,2 a 20,1 b 1,93 b 2,51 b A3-2 21,4 b 8,6 gh 0,74 c 0,99 c A3-7 19,8 b 7,8 gh 0,64 cd 0,86 cd B13-2a 23,2 b 13,1 fg 1,09 c 1,46 c B13-2d 22,3 b 13,7 fg 1,09 c 1,47 c B13-2e 23,9 b 15,2 def 1,53 bc 2,04 bc Jatiluhur 22,4 b 21,5 a 2,33 a 3,09 a

Keterangan : *) Angka yang diikuti huruf yang sama dalam satu kolom menunjukan tidak berbeda nyata pada tahap uji DMRT 5 %.

II. Uji Ketahanan Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera terhadap