• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Ketahanan Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera terhadap Penyakit Blas Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN I. Kondisi Umum Percobaan I,II dan III

II. Uji Ketahanan Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera terhadap Penyakit Blas Daun

Penentuan Sifat Ketahanan Tanaman.

Munculnya gejala penyakit padi dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu inang rentan, patogen bersifat virulen dan lingkungan yang mendukung. Lingkungan berupa komponen lingkungan fisik (suhu, kelembaban dan cahaya) maupun biotik (musuh alami, organisme kompetitor) dari faktor tersebut jelas sekali perubahan satu komponen akan berpengaruh terhadap intensitas penyakit yang muncul. Ketahanan penyakit padi ditentukan berdasarkan dua kriteria yang ditetapkan berdasarkan skala baku yang dikeluarkan oleh IRRI (1996) yaitu skala penyakit dan intensitas penyakit. Skala ditentukan berdasarkan pengamatan bercak dan luas daun yang terinfeksi secara visual.

Daur penyakit meliputi tiga fase, yaitu infeksi, kolonisasi dan sporulasi (Leung dan Shi, 1994). Fase infeksi dimulai dengan pembentukan konidia yang dilepaskan oleh konidiofor. Konidia berpindah ke permukaan daun yang tidak terinfeksi melalui percikan air atau bantuan angin. Konidia menempel pada daun karena ada perekat/getah pada ujungnya. Konidia akan berkecambah pada kondisi optimum dengan membentuk appresoria (Bourett dan Howard, 1990). Appresoria menembus kutikula daun dengan bantuan melanin yang ada pada dinding appresoria. Pertumbuhan hifa yang terus-menerus menyebabkan terbentuknya bercak. Pada kelembaban yang tinggi, bercak pada tanaman yang rentan menghasilkan konidia selama 3-4 hari. Konidia ini sangat mudah tersebar dan merupakan inokulum untuk infeksi selanjutnya (Leung dan Shi, 1994). Cendawan Pyricularia grisea memerlukan waktu sekitar 6-10 jam untuk menginfeksi tanaman. Suhu optimum adalah sekitar 25-280C. Peran embun/titik air hujan sangat menentukan keberhasilan infeksi.

Secara umum tanaman dapat bertahan dari serangan patogen dengan kombinasi sifat pertahanan diri yang dimiliki, yaitu (1). Sifat-sifat struktural yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan menghambat patogen yang akan masuk dan berkembang di dalam tumbuhan, dan (2) reaksi-reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tumbuhan yang menghasilkan zat beracun bagi patogen atau menciptakan kondisi yang menghambat pertumbuhan patogen pada tumbuhan tersebut. Kombinasi antara sifat struktural dan reaksi biokimia yang digunakan untuk pertahanan bagi tumbuhan berbeda antara setiap sistem

kombinasi inang – pathogen (Agrios 1988). Secara visual penampakan galur yang tahan dan galur yang rentan ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 2. Galur A3-2 rentan (A ) dan galur B13-2a tahan (B) pada uji blas daun

1. Skala Penyakit

Bentuk khas dari bercak blas daun adalah belah ketupat dengan dua ujungnya kurang lebih runcing. Bercak bermula kecil berwarna hijau gelap, abu-abu, sedikit kebiru-biruan. Bercak ini terus berkembang pada varietas yang rentan, khususnya bila keadaan lembab. Bercak pada daun yang rentan tidak membentuk tepi yang jelas. Bercak tersebut dikelilingi oleh warna pucat (halo area), terutama pada lingkungan yang kondusif seperti keadaan lembab dan ternaungi. Selain itu, perkembangan bercak juga dipengaruhi oleh kerentanan varietas. Tingkat inokulum yang tinggi sangat berbahaya bagi tanaman padi yang rentan (Scardaci et al. 1997). Bercak tidak akan berkembang dan tetap seperti titik kecil pada varietas yang tahan. Hal ini karena proses perkembangan konidia dari cendawan P. grisea dalam jaringan inangnya terhambat. Bercak akan berkembang sampai beberapa milimeter berbentuk bulat atau elips dengan tepi berwarna cokelat pada varietas dengan reaksi moderat tahan (Ou, 1985).

A

Galur-galur yang diuji memiliki skala penyakit yang bervariasi. Galur – galur IW-54, IW-56, WI-44 GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, B13-2a, B13-2d, B13-2e, D19-1 menunjukkan sifat tahan terhadap penyakit blas daun (skala 1 - 3), sama dengan Jatiluhur, Limboto dan Batutegi. Galur IW-67, WI-43 menunjukkan sifat moderat tahan (skala 3). Galur A3-7 dan IW-64 menunjukkan sifat moderat rentan (skala 5). Galur A3-2 menunjukkan sifat rentan (skala 7) terhadap penyakit blas daun dan juga blas leher malai (Tabel 8).

Gambar 3. Gejala serangan blas (Pyricularia grisea) pada daun padi gogo

2. Intensitas Serangan

Intensitas serangan menunjukkan besarnya tingkat serangan penyakit pada populasi genotipe tertentu. Gejala serangan blas pada daun padi gogo dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat kerusakan semakin tinggi dengan semakin besarnya intensitas serangan. Tingkat kerusakan ditetapkan berdasarkan skala penyakit yang telah dibakukan oleh IRRI, demikian pula pengelompokan galur tahan dan rentan (IRRI,1996). Reaksi “tahan“ jika nilai intensitas serangan kurang dari atau sama dengan 10 %, dan jika intensitas serangan melebihi dari 10 %, maka tanaman dikelompokkan sebagai kelompok “ rentan ”.

Tabel 8. Skala penyakit blas daun dan intensitas serangan pada galur/varietas yang diuji ketahanannya .

No Galur Skala penyakit Intensitas .serangan Reaksi

Skala Reaksi (%) 1 IW-54 1 - 3 T 8,42 T 2 IW-56 1 - 3 T 7,21 T 3 IW-64 4 - 5 MR 17,80 R 4 IW-67 3 T 9,24 T 5 WI-43 1 - 3 T 9,03 T 6 WI-44 3 T 8,43 T 7 GI-7 1 T 8,81 T 8 O18b-1 1 T 7,13 T 9 IG-19 1 T 8,82 T 10 IG-38 1 T 8,83 T 11 A3-2 7 R 46,61 R 12 A3-7 4 - 5 MR 31,13 R 13 B13-2a 1 - 3 T 8,02 T 14 B13-2d 1 - 3 T 9,20 T 15 B13-2e 1 - 3 T 7,44 T 16 D19-1 1 T 5,13 T 17 Jatiluhur 1 T 2,81 T 18 Limboto 1 T 5,13 T 19 Batutegi 1 T 9,34 T 20 Cisokan 7 R 53,33 R

Keterangan : T = Tahan, MT = Moderat Tahan, MR = Moderat Rentan, dan R = Rentan.

Berdasarkan intensitas serangan dalam percobaan ini didapat 13 galur yang tahan dengan intensitas serangan 5-9,2% yaitu IW-54, IW-56, IW-67, WI-43, WI-44, GI-7, O18b-1, IG-19, IG-38, B13-2a, B13-2d, B13-2e, dan D19-1, tidak berbeda dengan Jatiluhur, Limboto dan Batutegi sedangkan IW-64, A3-2 dan A3-7 (17,8-46,6%) termasuk rentan tidak berbeda dengan Cisokan (rentan) (Tabel 8).

3. Periode Laten.

Periode laten adalah waktu dimana patogen menginfeksi tanaman. Dalam percobaan uji ketahanan galur terhadap penyakit blas daun di daerah endemik blas, galur-galur yang diuji mulai terinfeksi penyakit pada hari ke 35 - 56 hari setelah tanam. Periode laten adalah periode yang dibutuhkan oleh patogen untuk menimbulkan gejala sakit pertama kali pada tanaman inang. Hasil percobaan menunjukkan gejala penyakit mulai muncul pada 35 HST sampai 56 HST (Tabel 9).

Tabel 9. Periode laten penyakit blas daun pada galur-galur padi gogo hasil kultur antera yang diujikan.

Periode Laten Galur-galur Jumlah

(HST)

35 A3-2, B13-2a, B13-2e 3

42 IW-64, A3-7, B13-2d, 4

Cisokan

49 IW-54, IW-56, IW-67, 7

WI-43, WI-44, O18b-1, Batutegi

56 GI-7 , IG-19, IG-38, D19-1, 6

Jatiluhur dan Limboto

Secara umum, galur yang memiliki intensitas 10% ke bawah memperlihatkan periode laten yang lebih lama (Tabel 9) dan skala penyakit rendah (Tabel 8) sehingga dapat dimasukkan ke dalam kelompok tahan. Dengan demikian untuk menentukan tingkat ketahanan suatu genotipe harus memperhatikan periode laten, skala penyakit dan intensitas serangan penyakit. Roumen (1993) melaporkan bahwa periode laten bukan merupakan komponen penting dari ketahanan parsial terhadap blas daun, tetapi beberapa peneliti tetap mengamati periode laten sebagai bagian dari komponen ketahanan padi terhadap penyakit blas (Santoso 2005).

Pada awal percobaan di Sukabumi, lingkungan kurang mendukung perkembangan penyakit karena curah hujan yang rendah, memasuki akhir Desember terjadi curah hujan yang mendukung perkembangan penyakit. Lama tidaknya periode inkubasi suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan patogen untuk mengadakan kontak dengan tanaman. Keadaan ini sangat didukung oleh keadaan lingkungan yang optimum.

III. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera di