• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daya Kerja Anti Mikroba

Dalam dokumen Modul Mikrobiologi Lengkap (Halaman 126-135)

 Jenis dan jumlah mikroba

 Keberadaan pelarut, bahan organik atau inhibitor (zat penghambat)  Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup

Desinfeksi adalah suatu proses untuk menghancurkan pathogen vegetative selain endospora, sanitasi artinya segala jenis teknik pembersihan yang secara mekanik menghilangkan mikroba, sedangkan degermasi artinya adalah proses untuk menurunkan jumlah mikroba.

Terkadang, istilah sanitasi, desinfeksi dn steriliasi dianggap mempunyai arti yang sama, padahal sebenarnya masing-masing istilah tersebut menunjukan tingkat aktivitasnya. Sanitizeradalah suatu zat kimia yang mampu menurunkan jumlah mikroba hingga ke level aman, yaitu pengurangan sebanyak 3-5 log (99,9 % hingga 99,999%) dari populasi bakteri penyebab penyakit atau dari sejumlah sampel tertentu dalam waktu kurang dari 30 detik. Suatu desinfektan harus bisa membunuh bakteri pathogen setidaknya 99,999 % dalam waktu 5-10 menit, dan desinfektan ini harus mampu membunuh lebih banyak bakteri pathogen dibandingkan dengan sanitizer. Tapi desinfektan ini tidak direkomendasikan untuk digunakan pada kulit manusia, tapi digunakan untuk permukaan benda atau untuk air. Bahan kimia lain bernama sterilant digunakan untuk benar-benar memusnahkan mikroba, termasuk spora yang biasanya resisten.

Glutaraldehid and formaldehid adalah contoh bahan kimia yang bisa digunakan untuk mensterilisasi suatu benda atau ruangan. Aldehid tertentu diketahui mempunyai sifat karsinogenik (bisa menyebabkan kanker) sehingga penggunaannya dibatasi.

Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam.Antibiotik dikelompokkan berdasarkan gugus aktifnya, misal antibiotik macrolide, antimikroba peptida. Adapun

penamaannya biasanya berdasarkan gugus kimiawinya atau pun mikroorganisme produsernya.

Cara kerja bahan kimia anti mikroba

Mekanisme kerja antibiotik antara lain : a. Menghambat dsintesis dinding sel

b. Merusak permeabilitas membran sel.

c. Menghambat sintesis RNA (proses transkripsi) d. Menghambat sintesis protein (proses translasi). e. Menghambat replikasi DNA.

Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh

diameter zona hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik.

Faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer : a. Konsentrasi mikroba uji

b. Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram c. Jenis antibiotik.

d. pH medium.

Kematian mikroba bisa terjadi akibat hilangnya kemampuan untuk bereproduksi secara permanen bahkan jika berada di kondisi pertumbuhan maksimum sekalipun. Bahan-bahan kimia anti mikroba bekerja dengan berbagai mekanisme biokimia, seperti penghancuran membrane sel, dinding sel, protein dalam sel, DNA atau RNA sel, penghambatan atau penonaktivan proses-proses penting yang menunjang kehidupan mikroba tersebut.

Misalnya zat pengoksidasi seperti ozon atau klorin yang biasa digunakan dalam pengolahan air, mematikan bakteri dengan cara menghancurkan membrane sel bakteri tersebut. Klorin murni sudah digunakan dalam pengolahan atau sterilisasi air sejak ratusan tahun lalu. Zat pengoksidasi ini

sangat efektif mematikan berbagai jenis bakteri, tapi kurang efektif untuk menghancurkan spora. Klorin ini adalah jenis desinfektan yang murah, kerjanya cepat dan efektif, tapi biasanya menghasilkan residu (zat sisa).

Bahan-bahan kimia yang biasa digunakan sebagai zat anti bakteri: 1. Halogen

a. Klorin (Cl2), hipoklorit (dalam kaporit/ zat pemutih), kloramin

Mendenaturasi protein dengan cara memutus ikatan disulfide dalam sel dan bisa digunkan untuk membunuh spora.

b. Iodin (I2), iodofor (betadin)

Mendenaturasi protein, dapat membunuh spora, digunakan secara medis sebagai desinfektan, obat, zat degermasi pada gigi dan sebagai salep.

2. Fenol

Mengganggu membrane sel dan protein pengendap, berperan sebagai bakterisidal (anti bakteri), fungisidal (anti jamur), virusidal (anti virus) tapi tidak sebagai sporisidal. Contoh bahan: lisol dan triclosan (bahan

antibakteri dalam sabun)

3. Klorheksidin

Mendenaturasi molekul surfaktan & protein dengan spektrum anti mikroba yang luas, bukan sporisidal, digunakan pada kulit seperti dalam scrub dan pembersih kulit lainnya.

4. Alkohol

Etil, isopropyl dalam larutan 50-90%, bekerja dengan melarutkan

membrane lipid dan mengkoagulasi protein dari sel bakteri vegetatif dan jamur, bukan merupakan sporisidal.

5. Hidrogen peroksida

Terdiri dari larutan lemah (3%) hingga kuat (25%), memproduksi radikal bebas hidroksil yang sangat reaktif dan dapat merusak protein dan DNA juga mendekomposisinya (menguraikannya) menjadi gas oksigen yang bersifat racun bagi mikroba anaerob, larutan yang kuat dapat digunakan untuk sporisidal.

6. Detergent & sabun

Ammonia kuartener yang digunakan sebagai surfaktan yang mengganggu permeabilitas membrane pada bakteri dan fungi/ jamur tertentu, bukan termasuk sporisidal, sabun secara mekanik akan menghilangkan debu dan minyak yang mengandung mikroba dari permukaan kulit.

7. Logam berat

Larutan perak dan raksa (merkuri) dalam konsentrasi kecil membunuh sel vegetative dengan menonaktifkan protein., bekerja secara oligodinamik, bukan termasuk sporisidal.

Logam-logam berat seperti Hg, Cu, Ag dan Pb bersifat racun terhadap sel meskipun hanya dalam kadar rendah. Logam mengalami ionisasi dan ion-ion tersebut bereaksi dengan bagian sulfihidril pada protein sel sehingga menyebabkan denaturasi. Daya hambat atau mematikan dari logam dengan konsentrasi yang rendah disebut daya oligodinamik.

8. Aldehid

Glutaraldehid dan formaldehid memusnahkan mikroba dengan merubah protein dan DNA menjadi gugus alkil (alkilasi), larutan glutaraldehid 2% (Cidex) digunakan sebagai sterilant untuk peralatan yang sensitif terhadap panas. Formaldehid/ formalin digunakan sebagai desinfektan, pengawet dan penggunaanya dibatasi karena beracun.

9. Gas dan aerosol

Etilen oksida, propilen oksida, betapropiolakton dan oksida klor digunakan sebagai zat peng-alkilasi dan sporisidal yang kuat.

Prosedur Kerja Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram 1. Inokulasikan E. coli dan Bacillus sp. pada NA cawan sengan streak

kontinyu.

2. Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan berikut: a. alkohol 70% (cawan 1)

b. LysoI 5% (cawan 2) c. Betadin (cawan 3) d. hipoklorit 5% (cawan 4)

3. Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang berlebihan pada kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas di permukaan agar jika larutan terlalu banyak.

4. Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar dengan pinset. Tekan dengan pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar.

5. Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C.

6. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya kerja berbagai disinfektan.

Prosedur kerja pengujian daya oligodinamik:

1. Inokulasikan E.coli dan Bacillus sp. pada cawan NA dengan streak kontinyu 2. Letakan koin tembaga dan seng ke dalam cawan dengan pinset

4. Hitung zona hambat yang terbentuk dengan mengukur diameter daerah yang jernih atau tidak ada pertumbuhan

Prosedur kerja pengujian antibiotic dengan metode Kirby-Bauer: 1. Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam

biakan bakteri kemudian tekan kapas ke sisi tabung agar airnyamenetes

2. Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secara merata 3. Biarkan cawan selama 5 menit

4. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi tertentu. 5. Angkat, biarkan sejenak agar tiris,

selanjutnya letakkan kertas cakram pada permukaan agar.

6. Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna di permukaan agar.

7. Inkubasi pada suhu 37 0C selama 24-48 jam.

8. Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel sensitivitas antibiotik.

Tabel sensitivitas antibiotik (diameter zona hambat dalam mm) Nama

Antibiotik Tahan Medium Peka

Tetrasiklin = 14 15-18 =19 ciprofloksacin =15 16-20 =21 enoxacin =14 15-17 =18 erythromycin =13 14-22 =23 Penicillin staphylococci -28 -29 Oxacilin staphylococci -10 11-12 -13 tocramycin =12 13-14 =15 ceftriaxone =13 14-20 =21 kanamycin =13 14-17 =18 clindamycin -14 15-20 -21 Fiperacillin Gram negatif -17 18-20 -21 Ampicillin Gram negative enteric Staphylococci =13 -28 14-16 =17 -29

Cara menginterpretasikan/ mengartikan hasil pengujian : Ukur diameter zona hambat (zona jernih)

Misal didapatkan zona hambat suatu bakteri berdiameter 26 mm untuk Eryhtromycin.

Maka interpretasinya adalah bakteri tersebut peka terhadap antibiotik Eryhtromycin.

Masalah kesterilan merupakan bahasan yang sangat penting dalam menjaga kondisi aseptis yang dicapai dalam suatu aktivitas dalam bidang mikrobiologi. Bakeri dan fungi adalah kontaminan yang paling sering ditemukan. Spora fungi sangat ringan dan banyak terdapat di lingkungan sehingga mudah mengkontaminasi ruangan maupun biakan. Oleh karena itu perlu adanya upaya yang efektif dan berkesinambungan untuk menjaga kesterilan alat, bahan, maupun ruangan kerja.

Suatu ruangan yang berukuran besar lebih efektif disterilkan dengan sinar ultra violet. Waktu sterilisasinya bervariasi tergantung pada ukuran ruangan dan hanya bisa dilakukan jika tidak ada aktivitas yang sedang dilakukan di dalam ruangan tersebut karena radiasi ultra violet bisa berbahaya bagi mata. Ruangan tersebut bisa juga disterilisasi dengan cara mencucinya sebanyak 1-2 kali sebulan menggunakan spirosit antifungi. Ruangan yang kecil juga dapat disterilkan dengan sinar UV atau menggunakan bakterisida dan atau fungisida. Sedangkan laminar air flow bisa disterilkan dengan mengelap permukaannya menggunakan etil alcohol 95% 15 menit sebelum memulai bekerja di dalamnya.

Ruangan kultur sebelumnya harus dibersihkan dengan detergen kemudian dengan hati-hati dilap dengan larutan sodium hipoklorit 2% atau etil alcohol 95%. Semua lantai dan dinding harus dicuci secara rutin seminggu sekali dengan larutan yang sejenis. Desinfektan komersial seperti Lysol, Zephiram dan Roccal dilarutkan sebagaimana petunjuk pemakaiannya kemudian digunakan untuk mendesinfeksi permukaan meja kerja atau ruangan kultur.

Keberhasilan monitoring kesterilan sangat tergantung pada teknik yang

Bab 13

Dalam dokumen Modul Mikrobiologi Lengkap (Halaman 126-135)