• Tidak ada hasil yang ditemukan

1) Kualitas perairan

5.3. Daya Tarik dan Preferensi Visual Wisatawan

Potensi dan kondisi sumber daya alam yang dimiliki kawasan Pulau Menjangan dengan kekhasannya tersendiri, telah mendorong wisatawan untuk datang berkunjung ke kawasan ini. Untuk mengetahui potensi sumber daya alam yang menjadi daya tarik bagi wisatawan, maka perlu dianalisis komponen sumber daya tersebut. Analisa dapat dilakukan melalui suatu fungsi daya tarik wisatawan yang diperoleh dengan meregresikan variabel terikat jumlah kunjungan wisatawan dengan variabel bebas ketertarikan terhadap mangrove (M) dan ketertarikan terhadap terumbu karang (T) dengan menggunakan pendekatan linier berganda.

Hasil yang didapatkan dengan menggunakan variabel yang telah disebutkan sebelumnya, maka model persamaan fungsi daya tarik wisatawan adalah:

LnQ = 0.4133 + 0.1182 LnM + 0.8816 LnT dengan nilai R2 = 0.9994.

Dari hasil regresi, didapatkan nilai r (koefisien korelasi) ketertarikan terhadap terumbu karang sebesar 0.9974 dan nilai r

Selanjutnya model regresi tersebut, diuji menggunakan uji statistik F untuk mengetahui pengaruh secara keseluruhan dari semua koefisien yang terlibat terhadap variabel terikat. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa semua variabel bebas dalam model regresi ini memberikan pengaruh terhadap variabel terikatnya. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F hitung yang lebih besar dari F tabelnya, yaitu 5266.8062 > 5.1432 atau variabel bebas dalam model regresi ini memiliki ketertarikan terhadap mangrove sebesar 0.6626. Nilai ini menunjukkan bahwa, terumbu karang dan mangrove memiliki korelasi yang kuat terhadap variabel jumlah kunjungan wisatawan. Nilai r tersebut dapat diartikan bahwa jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan Pulau Menjangan sangat dipengaruhi oleh keberadaan obyek terumbu karang dan diikuti oleh keberadaan obyek mangrove di kawasan ekowisata bahari Pulau Menjangan.

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikatnya (Lampiran 11).

Selain uji F untuk mengetahui signifikan atau tidaknya koefisien regresi, dilakukan uji t. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel bebas dari model regresi memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya pada taraf uji 5 %. Nilai t tabel dalam analisa ini adalah 4.3026, dimana t hitung untuk daya tarik terumbu karang (76.8475) dan daya tarik mangrove (6.9198) yang berarti t hitung > t tabel.

Kondisi ini memberikan penjelasan bahwa variasi dalam variabel kunjungan wisatawan dapat dijelaskan oleh peubah T (ketertarikan terhadap terumbu karang) dan peubah M (ketertarikan terhadap mangrove). Jadi hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa terumbu karang merupakan daya tarik utama kedatangan wisatawan ke kawasan Pulau Menjangan, sedangkan mangrove menjadi daya tarik pengikut.

Selain menggunakan analisa regresi, ketertarikan wisatawan terhadap kawasan Pulau Menjangan dapat juga dijelaskan melalui analisa preferensi visual. Metode yang digunakan untuk penilaian visual ini adalah scenic beauty estimation (SBE) dengan menganalisa preferensi wisatawan terhadap sumber daya sebagai obyek wisata yang mereka nikmati.

Penilaian kualitas visual oleh responden merupakan skor untuk masing-masing foto yang mewakili kondisi kawasan. Dalam penelitian ini terdapat 12 foto yang mewakili 6 stasiun pada ekosistem terumbu karang dan 10 foto yang mewakili ekosistem mangrove. Setiap stasiun penelitian diwakili oleh 2 buah foto, berupa hamparan karang, jenis-jenis ikan karang, biota laut yang khas, hamparan mangrove dan biota khas mangrove. Rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil penilaian responden kemudian dimasukkan dalam rumus SBE. Skor tertinggi menunjukkan bahwa landscape atau seascape tersebut paling banyak dipilih sebagai obyek yang diminati, sedangkan skor rendah menggambarkan obyek yang kurang disukai oleh wistawan.

Dari Lampiran 18 dapat dijelaskan bahwa stasiun Bat Cave yang terletak di bagian Timur Pulau Menjangan mendapatkan nilai SBE yang paling tinggi, sedangkan stasiun mangrove 5 yang berada di bagian Barat Teluk Terima

memperoleh nilai SBE yang terendah. Foto-foto pemandangan yang memiliki preferensi tinggi, sebagian besar diwakili oleh foto pemandangan alami dengan keanekaragaman biota yang cukup tinggi. Kondisi ini sesuai dengan penjelasan Tapsel (1995) dalam Rahmafitria (2004) bahwa responden lebih menyukai karakter obyek yang masih alami dan habitat yang dapat menarik satwa liar.

Apabila dihubungkan antara nilai SBE dengan kondisi ekosistem terumbu karang dan keanekaragaman biota air, ternyata stasiun yang kondisi terumbunya tergolong baik mempunyai nilai rata-rata SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi terumbunya tergolong rendah. Begitu pula dengan stasiun yang kondisi biota airnya tergolong beragam mempunyai nilai rata-rata SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi biota airnya kurang beragam.

Hubungan ini juga tampak pada kondisi ekosistem mangrove yang baik serta biotanya yang beragam memperoleh nilai SBE lebih tinggi dibandingkan stasiun yang kondisi mangrovenya tergolong rendah. Hasil penelitian dari Rahmafitria (2004), menyatakan bahwa penyebab suatu obyek memperoleh nilai SBE tinggi adalah kenampakan visual yang tinggi karena habitat masih alami dan beragamnya biota yang hadir di habitat tersebut.

Aspek yang menonjol dari terumbu karang adalah kenampakan visual yang indah dan beranekaragamnya warna dan jenis karang, yang sangat sesuai untuk kegiatan wisata bahari kategori selam dan snorkeling. Sedangkan untuk ikan karang, keragaman jenis, keunikan dan perpaduan warna berbagai jenis ikan karang menjadi daya tarik tersendiri bagi responden. Begitu pula dengan berbagai jenis biota air lainnya seperti, belut laut (eel), jenis cacing (worm), sponge, siput laut (nudibranch), giant kima juga menjadi daya tarik bagi wisatawan terutama yang menyukai fotografer bawah air.

Disamping karena beragamnya biota bawah laut, keindahan yang disajikan dan dirasakan oleh para wisatawan juga berasal dari keunikan dari obyek yang ada, seperti gua-gua yang dapat dimasuki penyelam pada stasiun Bat Cave. Sebenarnya, apabila diperhatikan gua-gua tersebut, didalamnya tidak dihiasi oleh komunitas karang, namun karena dapat dimasuki penyelam menjadi sangat menarik bagi mereka yang ingin menguji adrenalinnya. Selain gua-gua pada tubir, di Pulau Menjangan juga terdapat obyek lain yang menarik yaitu bangkai kapal

yang tenggelam pada jaman penjajahan, namun karena saat ini kondisinya yang sudah tidak utuh dan tidak tampak seperti bangkai kapal serta ditambah arus bawah yang begitu kuat, sehingga tidak dipakai lagi sebagai dive spot.

Melihat perilaku wisatawan yang datang, dapat dikatakan bahwa ketertarikan wisatawan terhadap obyek bawah laut tidak hanya terpaku pada keindahan biota saja tetapi juga keunikan yang dapat disuguhkan dari obyek wisata tersebut, seperti pada dive spot Bat Cave.

Secara keseluruhan hasil analisa preferensi visual ini juga memberikan makna bahwa wisatawan memiliki kecenderungan lebih tertarik pada ekosistem karang beserta keunikan dari obyek yang ada di dalam air dibandingkan dengan ekosistem mangrove.