• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTAMBANGAN UMUM

3.2.2.3. Dbh SDa kehutanan

Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam Kehutanan berasal dari Penerimaan Negara Bukan Pajak dari sektor kehutanan terdiri: (1) Iuran Izin usaha Pemanfaatan Hutan (IIuPH), (2) Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) yang merupakan royalti; dan (3) Dana Reboisasi.

Definisi masing-masing penerimaan adalah berikut :

a. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH); adalah pungutan yang dikenakan kepada Pemegang Izin usaha Pemanfaatan Hutan atas suatu kawasan hutan tertentu yang dilakukan sekali pada saat izin tersebut diberikan.

b. Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH); adalah pungutan yang dikenakan sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil yang dipungut dari Hutan Negara, dan

c. Dana Reboisasi (DR); adalah dana yang dipungut dari pemegang Izin usaha Pemanfaatan Hasil Hutan dari Hutan Alam yang berupa kayu dalam rangka reboisasi dan rehabilitasi hutan

d. Iuran Izin Usaha Pemanfaatan Hutan (IIUPH); adalah pungutan yang bersifat

license fee (terkait dengan perizinan). Tarif IIuPH terakhir diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998. Di dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa tarif yang dikenakan adalah tarif satuan Rupiah per satuan luas HPH (hektar). Besarnya tarif tergantung dari (1) kategori wilayah dan (2) status HPH (baru/ perpanjangan/ HPHTI). IHPH dikenakan satu kali untuk jangka waktu berlakunya HPH (atau sekitar 20 tahun).

Tarif PSDH tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 859/Kpts-II/1999. Dalam peraturan tersebut, tarif yang dikenakan adalah tarif satuan Rupiah per m3, yang besarnya tergantung dari (1) kategori wilayah dan (2) kelompok jenis kayu/bukan kayu. PSDH dikenakan terhadap pemegang HPH, pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan (HPHH) dan pemegang Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) (lihat undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 juga Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1999). Pada HPH, untuk penyaluran produksi ke industri terkait

dilakukan oleh pemegang HPH pada saat pengangkutan. Pembayaran dilakukan setiap bulan atas dasar produksi bulan sebelumnya, disetor langsung ke Rekening Menteri Kehutanan dan Perkebunan.

Perhitungan jumlah kayu yang dikenai kewajiban untuk membayar PSDH dan Dana Reboisasi didasarkan dari laporan Hasil Penebangan (lHP). Sistem pelaporan produksi hasil hutan tersebut bersifat self assesment yaitu perusahaan pemegang HPH mengisi volume produksi dan jenis tanaman. Setelah itu diterbitkan dokumen SKSHH (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan) yang sebelumnya disebut SAKo. Pengesahan lHP dilakukan setelah diadakan pengukuran sampling 10 persen dari area produksi oleh petugas kehutanan untuk menguji kebenaran pengisisan dokumen lHP. Jika terjadi penyimpangan volume <5%, lHP tetap disahkan, namun tidak berlaku untuk kesalahan pengisian jenis tanaman.

gambar 3.10

Perhitungan DBH SDA Kehutanan

Mulai tahun 2006 dilakukan pengalihan sumber penerimaan yang berasal dari kehutanan yakni semula Dana Alokasi Khusus Dana Reboisasi (DAK-DR) menjadi DBH

Negeri (WPoPDN) dan PPh Psl 21 masing-masing kabupaten/kota yang sebelumnya ditetapkan oleh gubernur mulai tahun 2006 ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dalam perkembangannya, realisasi DBH senantiasa menunjukkan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan meningkatnya realisasi penerimaan dalam negeri yang dibagihasilkan.

Tarif Dana Reboisasi diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 yang merupakan perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1999. Tarif Dana Reboisasi merupakan tarif satuan uS $ per m3, dimana besarnya tergantung dari (1) kategori wilayah dan (2) kelompok jenis kayu/bukan kayu. Menurut undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pungutan Dana Reboisasi ini dikenakan terhadap pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan pemegang Hak Pemungutan Hasil Hutan.

Perhitungan bagian daerah akan ditetapkan berdasarkan rencana produksi hasil hutan dan rencana penerbitan izin Hak Pengusahaan Hutan (HPH) atau usaha Pemanfaatan Hutan (uPH) dengan perhitungan sebagai berikut:

Perkiraan penerimaan IHPH/IIuPH, baik hutan alam maupun tanaman yang dihitung dari luas areal yg akan diterbitkan izin HPH/uPH dikalikan tarif IHPH yang berlaku

Perkiraan penerimaan PSDH yang dihitung dari target produksi hasil hutan kayu dan bukan dan dikali tarif PSDH yang berlaku

Perkiraan Penerimaan PSDH dan yang bersumber dari tunggakan PSDH

3.2.2.4. Dbh SDa Perikanan

DBH Sumber Daya Alam Perikanan berasal dari Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) dan Pungutan Hasil Perikanan (PHP). Pungutan Pengusahaan Perikanan, yaitu pungutan hasil perikanan yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang memperoleh Izin usaha Perikanan (IuP), Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal (APIPM), dan Surat Ijin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI), sebagai imbalan atas –

– –

perikanan dalam wilayah perikanan Republik Indonesia. Pungutan Hasil Perikanan, yaitu pungutan hasil perikanan yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha penangkapan ikan sesuai dengan Surat Penangkapan Ikan (SPI) yang diperoleh.

Pungutan untuk sektor perikanan ini diatur dalam SK Menteri Pertanian Nomor 424/ Kpts/7/1977. Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) bersifat license fee, dikenakan satu kali pada saat pengajuan permohonan Surat Ijin Kapal Perikanan. Tarif PPP merupakan tarif nominal (uS $) dan didasarkan atas ukuran kapal penangkapan ikan (Dead weight Ton -DWT). Dalam hal ini tarif dikenakan atas dasar berat kosong kapal. Adapun Pungutan Hasil Perikanan (PHP) dikenakan pada hasil produksi sektor perikanan yang diekspor. Tarif yang dikenakan bersifat ad valorem (persentasi), dimana besar tarif dibedakan menurut kelompok jenis ikan.

Perhitungan dbH sdA Perikanan

a. Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP) objek yang penting dalam penghitungan PPP adalah: Kapal Penangkapan Ikan.

Rumus yang dipakai untuk menghitung PPP adalah:

PPP = Tarif (US $) x Ukuran Kapal (DWT)

Data yang dibutuhkan untuk dapat menghitung PPP adalah: 1. Data Jumlah Surat Izin Kapal Perikanan yang dikeluarkan. 2. Daftar Tarif Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP)

Tabel 3.4

Tarif Pungutan Pengusahaan Perikanan (PPP)

No. Ukuran Kapal Tarif

1 <50 DWT uS $ 500

2 50-100 DWT uS $ 1000

Sumber: SK Mentan No.424/Kpts/7/1977

b. Pungutan Hasil Perikanan (PHP)

objek dalam penghitungan PHP ini adalah: Hasil Produksi Sektor Perikanan yang diekspor, dengan rumus sebagai berikut:

PHP = Hasil Produksi (Ton) x Tarif (%)

atau yang diperlukan adalah:

1. Data Hasil Ekspor Produksi Sektor Perikanan. 2. Daftar Tarif PHP untuk setiap jenis ikan.

Dalam penghitungan ini hal yang paling penting untuk diperhatikan adalah jumlah kapal dan volume hasil produksi perikanan yang akan diekspor.

Tabel 3.5

Tarif Pungutan Pungutan Hasil Perikanan (PHP)

No. Golongan Jenis Tarif (%)

1 udang 2

2 Ikan Tuna, Cakalang. 1.5

3 lain-lain yang tidak termasuk gol.1 dan 2 1 Sumber: SK Mentan No.424/Kpts/7/1977

gambar 3.11

Dokumen terkait