• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2.3. Debu Kayu Dalam Industri Pengolahan Kayu

Debu merupakan salah satu bahan pajanan yang menimbulkan risiko pekerjaan. Debu juga dapat mengakibatkan gangguan pernafasan bagi pekerja pada industri yang berhubungan dengan debu pada proses produksinya. Sifat debu yang disebarkan pada lingkungan kerja sangat berhubungan dengan sifat bahan dasar penghasil debu tersebut. Hasil akhir efek samping debu industri tergantung pada tipe debu yang dihirup dan tempat debu melekat pada saluran napas, hal

tersebut bergantung pada ukuran partikel debu tersebut, struktur saluran napas dan proses bernapas itu sendiri (Amin, 1996; Kauppinen dkk., 2006).

Proses penggergajian dan pengampelasan pada perusahaan kayu menghasilkan debu atau partikel kayu yang terhambur di udara dalam jumlah yang cukup banyak sehingga udara di lingkungan tersebut tidak bersih lagi. Hal ini berpengaruh pada kesehatan terutama kesehatan saluran nafas orang-orang yang berada di lingkungan tersebut khususnya karyawan yang berada di lingkungan tersebut 9 jam per hari dan minimal 6 hari per minggu. Apabila pajanan ini berlangsung terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan gangguan mukosa hidung. Gangguan dapat bersifat ringan seperti terganggunya fungsi silia hingga bersifat lebih berat berupa perubahan struktur seperti hiperplasia kelenjar mukus maupun gangguan yang benar-benar patologis seperti karsinoma in situ ( Watelet dkk., 2002; Irawan, 2004).

Berat ringannya penyakit sangat ditentukan oleh banyaknya partikel yang tertimbun, lamanya waktu pajanan, dan kadar debu rata-rata di udara. Untuk pekerja diperhitungkan masa kerja dan kadar debu rata-rata di lingkungan kerja. Kadar itu haruslah yang benar-benar mewakili kadar debu yang memajani lingkungan kerja selama mereka bekerja sepanjang hari. Pengambilan sampel selama 8 jam kerja atau 1 shift, biasanya dalam bekerja seorang pekerja berpindah-pindah tempat yang kadar debunya berbeda (Yunus, 2003).

2.3.1 Debu kayu

Debu kayu adalah partikel-partikel zat padat atau partikel kayu yang dihasilkan oleh kekuatan alami atau mekanik seperti pada pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan, peledakan dan lain-lain (Yunus, 2009).

Debu industri yang terdapat dalam udara dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Deposit particulate matter yaitu partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan partikel ini segera mengendap karena daya tarik bumi

2. Suspended particulate matter yaitu partikel debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap dengan ukuran 1 mikron sampai 100 mikron (Yulaekah, 2007).

2.3.2. Ukuran partikel debu kayu

Partikel dalam udara yang terhirup tidak semua mencapai paru, partikel yang berukuran besar pada umumnya tersaring di hidung oleh vibrisae atau rambut hidung. Partikel yang terhisap dapat mencapai alveoli adalah partikel dengan ukuran 0,5-0,1 mikron disebut partikel terhisap, partikel ini dapat mengendap di alveoli dan menyebabkan terjadinya pneumolinosis (Yulaekah, 2007).

Partikulat adalah zat dengan diameter kurang dari 10 mikron. Berdasarkan ukurannya partikulat dibagi dua yaitu:

a. Diameter kurang dari 1 mikron yakni aerosol dan fume (asap) b. Diameter lebih dari 1 mikron yakni debu dan mists (butir cairan).

Perjalanan debu masuk saluran pernafasan dipengaruhi oleh ukuran partikel tersebut. Partikulat debu yang membahayakan kesehatan ukurannya berkisar antara 0,1 mikron sampai 10 mikron. Partikel yang berukuran 5 mikron atau lebih akan mengendap di hidung, nasofaring, trakea dan percabangan bronkus. Partikel yang memiliki ukuran kurang dari 2 mikron akan berhenti di bronkiolus dan alveolus. Sedangkan partikel yang memiliki ukuran kurang dari 0,5 mikron biasanya tidak sampai mengendap di saluran pernafasan akan tetapi dikeluarkan lagi (Depkes RI, 2008).

Debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan. Ukuran dari debu juga sangat menentukan lokasi tertahannya debu di saluran nafas.

Berdasarkan hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut:

1. Ukuran 5-10 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas. 2. Ukuran 3-5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah. 3. Ukuran 1-3 mikron, sampai di permukaan alveoli.

4. Ukuran 0,5-1 mikron, hinggap di permukaan alveoli atau selaput lendir sehingga dapat menyebabkan fibrosis pada paru-paru.

5. Ukuran 0,1-0,5 mikron, melayang di permukaan alveoli (Depkes RI, 1997).

2.3.3. Jenis kayu

Kayu terbagi dua yaitu hardwood dan softwood, pada proses pembuatan

furniture ke dua jenis kayu ini biasanya banyak digunakan. Debu kayu merupakan bahan seperti serbuk coklat muda yang dihasilkan melalui proses mekanik seperti penggergajian, penyerutan dan penghalusan atau pengamplasan. Komposisi debu kayu sangat bervariasi berdasarkan jenis pohon dan utamanya terdiri atas selulosa, polyoses dan lignin. Sifat kayu terutama dipengaruhi oleh jumlah dan variasi substansi massa berberat molekul rendah yang menyusunnya termasuk di dalamnya ekstrak organik polar seperti tannins, flavonoids, quinones dan lignans, ekstrak organik non-polar seperti asam lemak, resin acids, waxes, alkohol,

terpenes, sterol, steryl ester dan gliserol dan bahan-bahan larut air seperti karbohidrat, alkaloid, protein dan material anorganik (Rowell, 2004).

2.3.4 Konsentrasi partikel debu

Semakin tinggi konsentrasi partikel debu dalam udara dan semakin lama pajanan berlangsung, jumlah partikel yang mengendap di saluran nafas khususnya paru-paru juga semakin banyak (Yunus, 2003).

2.3.5 Lama pekerjaan

Jenis pekerjaan dalam industri pengolahan kayu mempengaruhi risiko terjadinya pajanan debu kayu. Pekerja yang berisiko tinggi terpajan debu kayu adalah pekerja yang terlibat dalam proses produksi. Pekerja yang terpajan debu kayu secara terus menerus pada usia 15 tahun sampai 25 tahun akan mengalami penurunan kemampuan kerja, usia 25 tahun sampai 35 tahun mulai timbul adanya

keluhan batuk produktif, usia 45 tahun sampai 55 tahun sering mengeluh sesak dan hipoksemia, usia 55 tahun sampai 65 tahun timbul penyakit kor pulmonal sampai kegagalan nafas dan kematian (Triatmo dkk., 2006).

2.3.6 Tempat dan proses pengolahan kayu

Pada pabrik pengolahan kayu terdapat beberapa bagian produksi yang berpengaruh pada kadar debu kayu yang berbeda pada masing-masing bagian. Proses pengolahan kayu pada perusahaan “M”, di Kabupaten Badung meliputi 6 bagian :

1. Penggergajian kayu

2. Penyiapan dan penyimpanan bahan baku 3. Perakitan dan pembentukan

4. Pengeringan 5. Pengamplasan

6. Furniture component yaitu pengecatan dan penyelesaian akhir atau finishing

7. Administrasi

Bagian pengeringan dan penyiapan komponen relatif tidak memiliki kadar debu yang berbahaya karena tidak menghasilkan limbah debu dalam jumlah yang banyak. Beberapa bagian yang banyak menghasilkan limbah debu adalah bagian penggergajian, pemotongan, pengamplasan kasar dan halus, perakitan. pengecatan dan penyelesaian akhir.

2.4 Pengukuran Debu Kayu dan Nilai Batas Ambang

Dokumen terkait