• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZAKAT PROFESI DALAM PERSPEKTIF FIKIH ISLAM DAN UNDANG – UNDANG

B. Zakat Profesi

1. Defenisi dan Dasar Hukum Zakat Profesi

198 al-Zuhaili, Fiqh al-Islam, h. 1956.

199 Ibid., h. 1957.

200Ibid., h. 19578.

201 Qardhawi, Hukum, h. 684. Lihat juga di Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh (Jakarta: Kencana, cet. 3, 2010), h. 51.

Profesi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (keterampilan, kejujuran dan sebagainya) tertentu. Profesional (sifat) adalah yang berhubungan dengan profesi, memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya.202

Istilah lain dari profesi ini adalah penghasilan, yang dalam bahasa Ingris disebut income, ialah periodic (usually annual) receips one business, lands

invesment, etc.203

Profesi dalam Islam dikenal dengan istilah al-kasab al-‘amal wa al-Mihnah

al-hurrah,204 al-mal al-mustafad,205 menurut Yusuf al-Qardawi, profesi yang dimaksud adalah pekerjaan yang menghasilkan uang, dan pekerjaan tersebut ada dua macam. Pertama adalah pekerjaan yang dikerjakan sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, barkat cekatan tangan maupun otak. Penghasilan yang diperoleh dengan cara ini merupakan penghasilan professional, seperti penghasilan seorang doktor, insinyur, advokad, seniman, penjahit, tukang kayu dan lain-lainnya. Kedua adalah pekerjaan yang dikerjakan seseorang buat pihak lain, baik pemerintah, perusahaan maupun perorangan dengan memperoleh upah yang diberikan, dengan tangan, otak ataupun kedua-duanya. Penghasilan dari pekerjaan seperti itu berupa gaji, upah ataupun honorarium.206

Menurut Mahjuddin dalam bukunya Masail al-Fiqh diantara profesi yang mungkin dapat menjadi sumber zakat adalah :

a. Profesi dokter yang dapat dikatagorikan sebagai The medical profession; b. Profesi pekerja teknik (Insinyur) yang dapat dikatagorikan sebagai The

engineering profession;

202

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h. 789.

203 H.W. Fowler dan F.G Fowler, The Concies Oxford Dictionary of Curent English (London: Oxford, 1952), h. 603.

204 al-Qardawi, Fiqh az-Zakat, h. 519.

205 Ibnu Hazm, al-Muhalla (Beirut: Dar al-Kubut al-‘Ilmiyah, t.t), jilid V-VI, h. 84.

206

c. Profesi guru, dosen, guru besar atau tenaga pendidik yang dapat dikatagorikan sebagai The teaching profession;

d. Profesi advokat (pengacara), konsultan, wartawan dan sebagainya. Orang yang menyandang predikat ini, ada kemungkinan ia dapat menjadi subyek zakat proefesi yang dapat membantu kesulitan ekonomi para fakir miskin.207 Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa zakat profesi adalah kewajiban yang dikeluarkan oleh seorang muslim dari hasil usahanya atau profesinya atau keahlian yang dimilikinya dengan cara halal. Bentuk profesi yang dimaksud adalah semua keahlian (skill) seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup rohani dan jasmani baik pribadi dan keluarganya, baik sebagai wiraswasta maupun yang terikat pada salah satu instansi tertentu yang sudah sampai nishabnya.

Semua penghasilan melalui kegiatan professional tersebut di atas apabila telah mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya. Hal ini berdasarkan nas-nas yang bersifat umum. Di antaranya firman Allah dalam al-Qu’an surah:

a. al-Baqarah : 267





























































“ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya.

207 Mahjuddin, Masail al-Fiqh Kasus-Kasus Aktual dalam Hukum Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 303.

dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”[Q.S. al-Baqarah/2: 267]208

Sayyid Qutub dalam tafsirnya Fi Zilal al-Qur’an, ketika menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa kata “” adalah termasuk kata yang mengandung pengertian

umum, yang artinya “apa saja”. Jadi  

  

artinya “ zakatkanlah

sebagian dari hasil (apa saja) yang kamu usahakan yang baik-baik”.209 Maka jelaslah bahwa nas ini mencakup seluruh hasil usaha manusia yang baik dan halal, dan mencakup pula semua yang dikeluarkan Allah swt. dari dalam dan atas bumi, seperti hasil-hasil pertanian dan hasil pertambangan seperti minyak. Karena itu nas ini mencakup semua harta, baik yang terdapat di zaman Rasulullah saw. maupun di zaman sesudahnya. Semuanya wajib dikeluarkan zakatnya dengan ketentuan dan kadar sebagaimana diterangkan dalam sunnah Nabi saw., baik yang sudah diketahui secara langsung, maupun yang di-qiyas-kan padanya.

Begitu juga dengan Q.S. at-Taubah: 103. Kalimat“ …   ” (pungutlah zakat kekayaan mereka). Menurut Ibnu ‘Arabi, ayat ini berlaku menyeluruh atas semua kekayaan, apapun jenisnya. Maka zakat profesi dan semua macam jenis penghasilan (gaji, honorarium, dan lain-lain) terkena wajib zakat berdasarkan ketentuan ayat di atas yang mengandung pengertian umum.210

b. az-Zariyyat: 19













208 Departemen Agama RI, Al-Qur’an, h. 45.

209Sayyid Qutub, Fi Zilal al-Qur’an (Beirut: Dar Ahya’ at-Turas al-‘Arabi, cet. 7, 1971), jilid I, h. 455.

210Abu Bakar Muhammad Ibn ‘Abd Ma’ruf al-‘Arabi, Ahkam al-Qur’an (Beirut: Dar al-Fikr, tt), jilid I, h. 313.

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian”[Q.S. az-Zariyat/51: 19].211

Al-Qurtubi dalam bukunya Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an ketika menafsirkan ayat ini menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “haqqun ma’lum” (hak yang pasti) adalah zakat yang diwajibkan,212 artinya semua harta yang dimiliki dan semua penghasilan yang didapatkan, jika telah memenuhi persyaratan kewajiban zakat, maka harus dikeluarkan zakatnya, termasuk zakat profesi.

Sementara itu, para peserta Muktamar Internasional Pertama tentang Zakat di Kuwait (29 Rajab 1404 H. bertepatan dengan tanggal 30 April 1984 M) telah sepakat tentang wajibnya zakat profesi apabila telah mencapai nishab, meskipun mereka berbeda pendapat dalam cara mengeluarkannya.213

Dan di Indonesia sendiri dalam undang-undang nomor 39 tahun 1999 yang telah disempurnakan oleh undang-undang nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, dinyatakan bahwa harta yang dikenai zakat adalah (a). emas, perak dan logam mulia lainnya, (b). uang dan surat berharga lainnya, (c). perniagaan, (d). pertanian, perkebunan dan kehutanan, (e). peternakan dan perikanan, (f). pertambangan, (g). perindustrian, (h). pendapatan dan jasa dan (i). rikaz.214

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa setiap keahlian dan pekerjaan apapun yang halal, baik yang dilakukan sendiri maupun yang terkait dengan pihak lain, seperti seorang pegawai atau karyawan, apabila penghasilan atau pendapatannya mencapai nishab, maka wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat umum yang mewajibkan semua jenis harta untuk dikeluarkan zakatnya, juga berbagai pendapat ulama terdahulu dan sekarang, meskipun dengan menggunakan istilah yang berbeda dan dilihat dari sudut keadilan, yang mana petani yang kerja keras banting tulang menggarap sawah dan ketika panennya mencapai

211

Departemen Agama RI, Al-Qur’an, h. 521.

212 al-Qurtubi, Tafsir al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1993), jilid IX, h. 37.

213

Didin Hafiduddin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, h. 95.

nishab wajib mengeluarkan zakat. Sangat adil jika di antara profesi lain yang jauh lebih beruntung dengan pendapatan yang lebih tinggi dan relatif mudah juga harus mengeluarkan zakat.