• Tidak ada hasil yang ditemukan

Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik (Durkheim, Weber, dan Marx), pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi (Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004). Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba-ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Menurut Phillip Roupp, “Development signifies change from some thing

thought to be less desirable to something to be more desirable”. (Pembangunan

adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti), sedangkan pendapat Bintoro Tjikroamidjojo dan Mustopadidjajaj, AR

kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously

changing” dalam Khairuddin (2000: 23)

Dalam RP. Mirza menyatakan “Development is basically a human enter

prise and therefore it requires the combined efforts of all systems of knowledge, be they physical, biological, social or human to comprehend and articulate it”.

(Pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem pengetahuan, baik fisik, biologi, sosial maupun tentang manusia). Pembangunan adalah usaha yang tidak dilakukan tanpa melibatkan potensi yang ada dilingkungan, Khairuddin (2000: 23).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro (nasional)

dan mikro (commuinity/group). Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005).

Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembangan/perluasan (expansion) atau peningkatan (improvement) dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat.

Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam tulisannnya tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan tersebut sebagai penghormatan kepada Koentjaraningrat (1997), mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut.

program - program yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil kebijakan (hhtp://www.pustakabersama.net/buku.php).

Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri.

Rogers dan Shoemaker (1971) mengatakan bahwa pembangunan ialah suatu jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan kepada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik.

Kleinjans (1975) mengatakan bahwa pembangunan merupakan pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya bukan soal teknologi atau GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri.

Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses perubahan social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan social dan material (termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai) oleh mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka.

Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan

gaya hidup masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri (hal ini seperti yang dikatakan oleh Rogers).

Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tepai hakikatnya sama, yakni kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri memberikan arah yang hendak dicapai. Tidak ada satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan Afifuddin (2012: 47) “pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara-negara modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya ‘titik jenuh yang absolut’ yang setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti:

a. Keadilan sosial;

b. Kemakmuran yang merata; c. Perlakuan sama dimata hukum;

d. Kesejahteraan material; mental; dan spritiual; e. Kebahagiaan untuk semua;

f. Ketentraman; dan g. Keamanan.”

1.5.2.1. Pembangunan Fisik

Pendekatan pembangunan yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada kondisi masyarakat yang bersangkutan. Kondisi ini berasal dari sistem budaya

mereka terhadap pembangunan itu sendiri. Secara sederhana, sesungguhnya dapat dikatakan apapun pendekatan pembangunan yang dilakukan hasilnya untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia, semua hasil yang ingin dicapai dalam pembangunan terutama pembangunan fisik adalah untuk meningkatkan kesejahteraan (Khairuddin. 2000: 38). Peningkatan kesejahteraan ini tidak lain adalah peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hendra Esmara dan Tjokroamidjojo membagi kebutuhan dasar manusia menjadi dua kategori sebagai berikut:

1. Kebutuhan dasar keluarga atau individu, seperti: pangan, perumahan, sandang, dan beberapa peralatan rumah tangga.

2. Kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas – fasilitas pendidikan dan kebudayaan.

Menurut Mashoed (2004: 12-13) salah satu program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan fisik lingkungan (prasarana) pemukiman kampung, meliputi antara lain perbaikan jalan lingkungan, saluran, fasilitas persampahan, dan MCK umum.

Prasrana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sesuia yang tertera pada Undang - Undang Nomot 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman. Dapat dipahami bahwa prasarana merupakan prasarana dasar yang bersifat fisik sebagai faktor utama kebutuhan masyarakat yang bersifat statis, sedangkan sarana merupakan fasilitas yang menjadi penunjang dalam

terselenggaranaya kemudahan dalam melakukan aktivitas bagi masyarakat dan cenderung bersifat tidak statis.

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung disebutkan pada Bab I ayat 1 bahwa Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. Sedangkan pada ayat 13 dijelaskan bahwa prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar bangunan gedung yang mendudkung pemenuhan terselenggaranaya fungsi bangunan gedung. Gedung adalah salah satu fasilitas yang bersifat fisik demi menunjang aktivitas masyarakat agar kesejahteraannya meningkat

Dokumen terkait